Anda di halaman 1dari 3

Modul 5

Mashab dalam kriminologi

Inti pembelajaran

1. Pendekatan dasar dari etiologi


2. Penggolongan ajaran etiologi kriminal menurut sutherland
3. Penggolongan ajaran etiologi kriminal menurut barners dan teeters
4. Penggoloangan ajaran etiologi kriminal menurut bonger
5. Teori/ajaran berdasarakan pada etiologi kriminal
6. Penggolongan ajaran dari berbagai mashab dalam kriminologi

KEGIATAN BELAJAR 1

Vold (1979) mengatakan bahwa sebuah teori adalah bagian dari suatu penjelasan. Vold
mengatakan bahwa sebuah penjelasan adalah sesuatu yang dihasilkan melalui pikiran yang
sehat yang berkaitan dengan gejela tertentu yang dipertanyakan oleh keseluruhan ilmu
pengetahuan.

Etiologi merupakan ilmu yang mempelajari asal muasal dari suatu hal,.

Secara umum dapat dikatakan bahwa intelectual history atau sejarah mengenai ilmu
pengetahuan dari akal pikir manusia menunjukkan dua pendekatan dasara dari
masalahpenjelasan explanation, yakni :

1. Spristic atau demological explanation


penjelasan tentang sesuatu yang di carikan jawabannya didaasarkan pada keterangan-
keterangan yang terkait dengan kekuatan gaib.
Jika dihubungkan dengan kejahatan, maka kejahatan adalah penunjukan kepada
godaan setan. Hal inilah yang di sebut sebagai penjelasan demologis.
2. Naturalistic explanation.
Kebalikan dari penjelasan demologis, dimana penjelasan ini bersumber dari berbagai
keterangan dicari dalam ide-ide dan penafsiran-penafsiran mengenai objek kejadian
dalam hubungannya dengan dunia nyata. Pemikiran modern yang ilmiah sudah
melepaskan diri dari kekuatan gaib. Mereka mempergunakan cara-cara naturalistik
explanation.

Berdasarkan pendekatan naturalistik timbul tiga pokok pemikiran yang berbeda-beda


yang kemudian menjadi dasar dari berbagai teori yang meliputi, pemikiran klasik,
determinisme biologi dan determinisme kebudayaan.
1. Pemikiran klasik adalah teori yang menyatakan bahwa kepandaian manusia dan
karena itu merupakan dasar pokok dalam menjelaskan kelakuan manusia, baik
individual maupun dalam kelompok.
2. Determinisme biologis teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya
merupakan suatu organisme-biologis, suatu bagian dari dunia mahluk biologis dan
karena itu tunduk pada pembatasan-pembatasan dan pengontrolan dari apa yang
dinamakan hukum biologis .
Pandangan ini juga mengemukakan bahwa manusia bukanlah suatu mahluk yang
dapat bebas menentukan segala sesuatunya berdasarkan kemauan dan
kepandaiannya, akan tetapi manusia adalah mahluk yang dibatasi oleh
perbuatannya.
Manusia berubah dan berkembang bukan saja kepandaiannya tetapi juga unsur
biologisnya , evolusi sosial adalah paralel atau mungkin hasil dari evolusi biologis
(teori darwin)
3. Determinisme kebudayaan menyatakan bahwa meskipun kegiatan
mengidentifikasi tindakan manusia dengan biologinya ( agar manusia mengenal
dirinnya sebagai manusia ), dianggap penting, tetapi tindakan manusia itu selalu
berkaitan dengan dunia kebudayaan sosialnya dan sedikit banyak merupakan
cermin dari ciri-ciri dunia kebudayaan sosial dimana ia hidup.
Pandangan ini berpendapat bahwa dunia kebudayaan dianggap relatif dan terpisah
dari dunia biologis.
Kebudayaan akan dihasilkan oleh biologi, sedangkan fakta biologis bukan
merupakan suatu penjelasan bagi suatu gejala kebudayaan.

Seorang rasionalis membahas kejahatan berdasarkan tingkat-tingkat kesengajaan, motif,


kehendak dan pengertian mengenai baik buruk.

Seorang penganut determinisme biologi. Keterangan mengenai kejahatan harus dicari dalam
sifat-sifat individu. Mereka mencoba untuk mencari kelainan-kelaian pokok yang
membedakan antara manusia penjahat dengan yang bukan penjahat.

Seorang penganut determinisme kebudayaan akan mengecilkan arti dari perbedaan-perbedaan


pokok antarindividu, dasar-dasar biologis, maupun keturunannya. Gejala kejahatan dilihat
sebagai suatu aspek dari pertumbunhan dan pertarungan untuk memperoleh kekuasaan di
antara kelompok dan kakuatan dalam masyarakat. Mereka bukan melihat adanya perbedaan
individual, tetapi mereka tidak melihat pentinganya perbedaan-perbedaan ini dalam
menjelaskan kejahatan.

Beberapa penggolongan (tipologi) ajaran mengenai etiologi kriminal ( sebab-sebab


kejahatan). Penggolongan ini dilakukan setelah mempelajari pokok-pokok pemikiran yang
menggunakan pendekatan anumerlistik terhadap kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai