B. Uraian Materi
Panjang Busur Dan Kelengkungan
Di Subbab 11.3 kita telah mendefinisikan panjang dari kurva bidang dengan persamaan
parametik 𝑥 = 𝑓(𝑡), 𝑦 = 𝑔(𝑡), 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏, sebagai limit dari panjang polygon dan, untuk
kasus di mana 𝑓′ dan 𝑔′ kontinu, kita sampai pada rumus
𝑏 𝑏 𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
𝐿 = ∫𝑎 √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2 dt = ∫𝑎 √( 𝑑𝑡 ) + ( 𝑑𝑡 ) dt.
Panjang suatu kurva ruang didefinisikan dengan cara yang persis sama (lihat gambar 1).
Andaikan kurva ini mempunyai persamaan vector 𝒓(𝑡) = ⟨𝑓 ′ (𝑡), 𝑔(𝑡), ℎ(𝑡)⟩, 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏,
atau, sebagai ekuivalensinya persamaan parametik 𝑓 ′ , 𝑔′ , danℎ′ kontinu. Jika kurva
dijelajahi tepat satu kali ketika t bertambah besar dari 𝑎 ke 𝑏, maka dapat diperlihatkan
bahwa panjangannya adalah
𝑏 𝑏 𝑑𝑥 2𝑑𝑦 2
𝑑𝑧 2
𝐿 = ∫𝑎 √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2 + [ℎ′ (𝑡)]2 dt = ∫𝑎 √( 𝑑𝑡 ) + ( 𝑑𝑡 ) + ( 𝑑𝑡 ) dt
Perhatikan bahwa rumus 1 dan 2 dapat diletakkan ke dalam bentuk yang lebih kompak
𝑏
𝐿 = ∫𝑎 | 𝒓′ (𝑡) | dt
Karena, untuk kurva bidang 𝒓(𝑡) = 𝑓(𝑡) i + 𝑔(𝑡) j.
|𝒓′(𝑡)| = |𝑓(𝑡) 𝐢 + 𝑔(𝑡) 𝐣 | = √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2
Sedangkan, untuk kurva ruang 𝒓(𝑡) = 𝑓(𝑡) i + 𝑔(𝑡) j + ℎ(𝑡) k,
|𝒓′(𝑡)| = |𝑓(𝑡) 𝐢 + 𝑔(𝑡) 𝐣 + ℎ(𝑡) 𝐤 | = √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2 + [ℎ′ (𝑡)]2 .
Contoh 4.2
Carilah panjang busur dari heliks melingkar dengan persamaan vector 𝒓(𝑡) = cos 𝑡 𝐢 +
sin 𝑡 𝐣 + 𝑡 𝐤 dari titik (1, 0, 0) ke titik (1, 0, 2𝜋).
Penyelesaian Karena 𝒓′(𝑡) = − sin 𝑡 𝐢 + cos 𝑡 𝐣 + 𝐤, kita mempunyai
|𝒓′(𝑡)| = √(− sin 𝑡)2 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝑡 + 1 = √2
Busur dari (1, 0, 0) ke titik (1, 0, 2𝜋) dideskripsikan oleh selang parameter 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋,
sehingga dari rumus 3, kita mempunyai
2 2𝜋
𝐿 = ∫ |𝒓′(𝑡)| 𝑑𝑡 = ∫ √3 𝑑𝑡 = 2√2 𝜋
0 0
Suatu kurva tunggal C dapat dinyatakan oleh lebih dari satu fungsi vector. Misalnya, kubik
terpelintir
𝑡 1
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2 𝑑𝑧 2
𝑠(𝑡) = ∫ |𝒓′(𝑢)| 𝑑𝑢 = ∫ √( ) + ( ) + ( ) 𝑑𝑢
𝑎 𝑎 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Jadi, 𝑠(𝑡) adalah panjang bagian C di antara 𝒓(𝑎) dan 𝒓(𝑡). (Lihat gambar 3). Jika kita
diferensialkan kedua ruas persamaan 6 menggunkan bagian 1 dari Teorema Dasar Kalkulus,
kita dapatkan
𝑑𝑠
Gambar 4.2 Kurva 𝑑𝑡 = |𝒓′(𝑡)|
Contoh 4.3
Parameterkan ulang heliks melingkar dengan persamaan vector
𝒓(𝑡) = cos 𝑡 𝐢 + sin 𝑡 𝐣 + 𝑡 𝐜
terhadap panjang busur yang diukur dari (1, 0, 0) dalam arah pertambahan 𝑡.
Jawab:
Titik awal (1, 0, 0) adalah titik untuk nilai parameter 𝑡 = 0. Dari contoh 1 kita mempunyai
𝑑𝑠
= |𝒓′(𝑡)| = √2
𝑑𝑡
Sehingga
𝑡 𝑡
𝑠 = 𝑠(𝑡) = ∫ |𝒓′(𝑢)| 𝑑𝑢 = ∫ √2 𝑑𝑢 = √2 𝑡
0 0
Karena itu, 𝑡 = 𝑠⁄√2 dan parameterisasi ualang yang diminta diperoleh dengan
pensubtitusian untuk 𝑡:
𝒓(𝑡(𝑠)) = cos (𝑠⁄√2 ) 𝐢 + (𝑠⁄√2 ) 𝐤
Kelengkungan kurva
Jika C adalah kurva mulus yang didefiniskan oleh fungsi vector 𝒓, bahwa 𝒓′ (𝑡) ≠ 0. Ingat
kembali bahwa vector singgung satuan 𝑻(𝑡) diberikan oleh
𝒓′(𝑡)
𝑇(𝑡) =
|𝒓′(𝑡)|
yang menunjukkan arah kurva. Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa 𝑻(𝑡) berubah arah
sangat lambat ketika C agak lurus, tetapi berubah arah lebih cepat ketika C melengkung atau
memelintir lebih tajam.
𝒓′ (𝑡)
𝑻(𝑡) = ′
|𝒓 (𝑡)|
Gambar 4.3 Vektor singgung satuan pada titik-titik pada 𝐶 yang berjarak sama
dan menunjukkan arah kurva. Dari Gambar 4 Anda dapat melihat bahwa 𝑻(𝑡) berubah arah
sangat lambat ketika 𝐶 agak lurus, tetapi berubah arah lebih cepat ketika 𝐶 melengkung atau
memelintir lebih tajam.
Kelengkungan (curvature) 𝐶 pada suatu titik yang diberikan adalah ukuran seberapa
cepat kurva berubah arah di titik tersebut. Secara khusus, kita definisikan kelengkungan
sebagai besarnya laju perubahan vektor singgung satuan berdasarkan panjang busur. (Kita
gunakan panjang busur sehingga kelengkungan tidak tergantung dari parameterisasi).
Teorema 4.1 Kelengkungan kurva yang diberikan oleh fungsi vektor adalah
Contoh 4.4
Carilah kelengkungan dari kubik terpelintir 𝑟(𝑡) = 〈𝑡, 𝑡 2 , 𝑡 3 〉 pada suatu titik yang umum
dan pada 〈0, 0, 0〉.
Jawab:
Pertama-tama kita menghitung unsur-unsur yang diperlukan:
𝑟 ′ (𝑡) = 〈1, 2𝑡, 3𝑡 2 〉
𝑟 ′′ (𝑡) = 〈0, 2, 6𝑡〉
|𝑟 ′ (𝑡)| = √1 + 4𝑡 2 + 9𝑡 4
𝒊 𝒋 𝒌
𝑟 ′ (𝑡) × 𝑟 ′′ (𝑡) = |1 2𝑡 2
3𝑡 2 | = 6𝑡 𝑖 − 6𝑡𝑗 + 2𝑘
0 2 6𝑡
|𝑟 ′ (𝑡) × 𝑟 ′′ (𝑡)| = √36𝑡 4 + 36𝑡 2 + 4 = 2√9𝑡 4 + 9𝑡 2 + 1
Maka Teorema 10 memberikan:
|𝑟 ′ (𝑡) × 𝑟 ′′ (𝑡)| 2√9𝑡 4 + 9𝑡 2 + 1
𝜅(𝑥) = = 3
|𝑟′(𝑡)|3 (1 + 4𝑡 2 + 9𝑡 4 ) ⁄2
Di titik asal, kelengkungan adalah 𝜅(0) = 2.
Untuk kasus khusus yaitu kurva bidang dengan persamaan 𝑦 = 𝑓(𝑥), kita dapat memilih 𝑥
sebagai parameter dan menuliskan 𝑟(𝑥) = 𝑥𝑖 + 𝑓(𝑥)𝑗. Maka 𝑟 ′ (𝑥) = 𝑖 + 𝑓 ′ (𝑥)𝑗 dan
𝑟 ′′ (𝑥) = 𝑓 ′′ (𝑥)𝑗. Karena 𝑖 × 𝑗 = 𝑘 dan 𝑗 × 𝑗 = 0, kita mempunyai 𝑟 ′ (𝑥) × 𝑟 ′′ (𝑥) =
𝑓 ′′ (𝑥)𝑘. Kita juga mempunyai |𝑟 ′ (𝑥)| = √1 + [𝑓 ′ (𝑡)]2 , sehingga menurut Teorema 10,
|𝑓′′(𝑥)|
𝜅(𝑥) = 2 3⁄
[1 + (𝑓 ′ (𝑥)) ] 2
Contoh 4.5
Carilah kelengkungan parabola 𝑦 = 𝑥 2 di titik (0,0), (1, 1), dan (2, 4).
Jawab:
|𝑦′′| 2
𝜅(𝑥) = 2 3 = 3
[1 + (𝑓 ′ (𝑥)) ] ⁄2 (1 + 4𝑥 2 ) ⁄2
Kelengkungan di (0,0) adalah 𝜅(0) = 2.
Kelengkungan di (1, 1) adalah 𝜅(1) =
3⁄
2/5 2 ≈ 0,18. Kelengkungan di
3⁄
(2, 4) adalah 𝜅(2) = 2/17 2 ≈ 0,03.
Amati dari rumusan untuk 𝜅(𝑥) atau
grafik 𝜅 dalam gambar 5 bahwa 𝜅(𝑥) → 0
ketika 𝑥 → ±∞. Ini berhubungan dengan
fakta bahwa parabola Nampak menjadi lebih mendatar pada saat 𝑥 → ±∞.