Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN IIIA

PANJANG BUSUR DAN KELENGKUNGANNYA

5.1 RUANG LINGKUP MATERI PEMBELAJARAN


Pada bab ini, akan dibahas tentang panjang busur dan kelengkungan kurva.

5.2 SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengaplikasikan turunan fungsi vektor untuk menentukan kecepatan, percepatan
panjang busur, kelengkungan kurva.

5.3 KEGIATAN BELAJAR


A. Pendahuluan
Pada bab ini, metode pembelajaran yang dilakukan meliputi ceramah, diskusi
interaktif dan problem solving. Pada beberapa akhir sesi Pembelajaran, diberikan kuis dalam
bentuk problem solving untuk mengetahui sejauh mana daya serap mahasiswa terhadap
materi yang sudah diberikan.

B. Uraian Materi
Panjang Busur Dan Kelengkungan

Di Subbab 11.3 kita telah mendefinisikan panjang dari kurva bidang dengan persamaan
parametik 𝑥 = 𝑓(𝑡), 𝑦 = 𝑔(𝑡), 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏, sebagai limit dari panjang polygon dan, untuk
kasus di mana 𝑓′ dan 𝑔′ kontinu, kita sampai pada rumus
𝑏 𝑏 𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
𝐿 = ∫𝑎 √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2 dt = ∫𝑎 √( 𝑑𝑡 ) + ( 𝑑𝑡 ) dt.

Panjang suatu kurva ruang didefinisikan dengan cara yang persis sama (lihat gambar 1).
Andaikan kurva ini mempunyai persamaan vector 𝒓(𝑡) = ⟨𝑓 ′ (𝑡), 𝑔(𝑡), ℎ(𝑡)⟩, 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏,
atau, sebagai ekuivalensinya persamaan parametik 𝑓 ′ , 𝑔′ , danℎ′ kontinu. Jika kurva
dijelajahi tepat satu kali ketika t bertambah besar dari 𝑎 ke 𝑏, maka dapat diperlihatkan
bahwa panjangannya adalah
𝑏 𝑏 𝑑𝑥 2𝑑𝑦 2
𝑑𝑧 2
𝐿 = ∫𝑎 √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2 + [ℎ′ (𝑡)]2 dt = ∫𝑎 √( 𝑑𝑡 ) + ( 𝑑𝑡 ) + ( 𝑑𝑡 ) dt

Perhatikan bahwa rumus 1 dan 2 dapat diletakkan ke dalam bentuk yang lebih kompak
𝑏
𝐿 = ∫𝑎 | 𝒓′ (𝑡) | dt
Karena, untuk kurva bidang 𝒓(𝑡) = 𝑓(𝑡) i + 𝑔(𝑡) j.
|𝒓′(𝑡)| = |𝑓(𝑡) 𝐢 + 𝑔(𝑡) 𝐣 | = √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2
Sedangkan, untuk kurva ruang 𝒓(𝑡) = 𝑓(𝑡) i + 𝑔(𝑡) j + ℎ(𝑡) k,
|𝒓′(𝑡)| = |𝑓(𝑡) 𝐢 + 𝑔(𝑡) 𝐣 + ℎ(𝑡) 𝐤 | = √[𝑓 ′ (𝑡)]2 + [𝑔′ (𝑡)]2 + [ℎ′ (𝑡)]2 .

Contoh 4.2
Carilah panjang busur dari heliks melingkar dengan persamaan vector 𝒓(𝑡) = cos 𝑡 𝐢 +
sin 𝑡 𝐣 + 𝑡 𝐤 dari titik (1, 0, 0) ke titik (1, 0, 2𝜋).
Penyelesaian Karena 𝒓′(𝑡) = − sin 𝑡 𝐢 + cos 𝑡 𝐣 + 𝐤, kita mempunyai
|𝒓′(𝑡)| = √(− sin 𝑡)2 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝑡 + 1 = √2
Busur dari (1, 0, 0) ke titik (1, 0, 2𝜋) dideskripsikan oleh selang parameter 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋,
sehingga dari rumus 3, kita mempunyai
2 2𝜋
𝐿 = ∫ |𝒓′(𝑡)| 𝑑𝑡 = ∫ √3 𝑑𝑡 = 2√2 𝜋
0 0

Suatu kurva tunggal C dapat dinyatakan oleh lebih dari satu fungsi vector. Misalnya, kubik
terpelintir

Gambar 4.1 Kurva (𝑡) = 〈𝑡, 𝑡 2 , 𝑡 3 〉 1 ≤ 𝑡 ≤ 2.


Dapat juga dinyatakan oleh fungsi
𝑟2 (𝑢) = 〈 𝑒 𝑢 , 𝑒 2𝑢 , 𝑒 3𝑢 〉, 0 ≤ 𝑢 ≤ ln 2.
Dengan hubungan antara parameter 𝑡 dan 𝑢 diberikan oleh 𝑡 = 𝑒 𝑢 . Kita katakan bahwa
persamaan 4 dan 5 adalah parameterisasi (parametriztion) dari kurva C. seandainya kita
menggunakan persamaan 3 untuk menghitungpanjang C menggunakan persamaan 4 dan 5,
kita akan memperoleh jawaban yang sama. Umumnya dapat diperlihatkan bahwa ketika
persamaan 3 digunakan untuk menghitung panjang suatu kurva mulus sepotong-potong
panjang busurnya tidak tergantung pada parameterisasi yang digunakan.
Sekarang jita andaikan C adalah kurva mulus sepotong-potong yang diberikan fungsi vector
𝒓(𝑡) = 𝑓(𝑡) i + 𝑔(𝑡) j + ℎ(𝑡) k, 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏, dan paling sedikit salah satu di antara 𝑓, 𝑔, ℎ
adalah satu ke-satu pada (𝑎, 𝑏). Kita didefinisikan fungsi panjang busurnya (arc length
function) 𝑠 dengan

𝑡 1
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2 𝑑𝑧 2
𝑠(𝑡) = ∫ |𝒓′(𝑢)| 𝑑𝑢 = ∫ √( ) + ( ) + ( ) 𝑑𝑢
𝑎 𝑎 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Jadi, 𝑠(𝑡) adalah panjang bagian C di antara 𝒓(𝑎) dan 𝒓(𝑡). (Lihat gambar 3). Jika kita
diferensialkan kedua ruas persamaan 6 menggunkan bagian 1 dari Teorema Dasar Kalkulus,
kita dapatkan

𝑑𝑠
Gambar 4.2 Kurva 𝑑𝑡 = |𝒓′(𝑡)|

Seringkali bermanfaat apabila kita memparameterkan suatu kurva terhadap panjang


busur karena panjang busur secara alamiah dari bentuk kurva dan tidak tergantung kepada
system koordinat tertentu. Jika kurva 𝒓(𝑡) telah diberikan dalam bentuk parameter 𝑡 dan
𝑠(𝑡) adalah fungsi panjang busur yang diberikan persamaan 6, maka kita mampu
memecahkan untuk 𝑡 sebagai fungsi 𝑠 ∶ 𝑡 = 𝑡(𝑠). Kemudian kurva dapat diparameterkan
kembali 𝑠 dengan mensubsitusikan untuk 𝒕 ∶ 𝒓 = 𝒓(𝑡(𝑠)). Jadi, jika panjang di sepanjang
kurva dari titik awalnya.

Contoh 4.3
Parameterkan ulang heliks melingkar dengan persamaan vector
𝒓(𝑡) = cos 𝑡 𝐢 + sin 𝑡 𝐣 + 𝑡 𝐜
terhadap panjang busur yang diukur dari (1, 0, 0) dalam arah pertambahan 𝑡.
Jawab:
Titik awal (1, 0, 0) adalah titik untuk nilai parameter 𝑡 = 0. Dari contoh 1 kita mempunyai
𝑑𝑠
= |𝒓′(𝑡)| = √2
𝑑𝑡
Sehingga
𝑡 𝑡
𝑠 = 𝑠(𝑡) = ∫ |𝒓′(𝑢)| 𝑑𝑢 = ∫ √2 𝑑𝑢 = √2 𝑡
0 0

Karena itu, 𝑡 = 𝑠⁄√2 dan parameterisasi ualang yang diminta diperoleh dengan
pensubtitusian untuk 𝑡:
𝒓(𝑡(𝑠)) = cos (𝑠⁄√2 ) 𝐢 + (𝑠⁄√2 ) 𝐤

Kelengkungan kurva
Jika C adalah kurva mulus yang didefiniskan oleh fungsi vector 𝒓, bahwa 𝒓′ (𝑡) ≠ 0. Ingat
kembali bahwa vector singgung satuan 𝑻(𝑡) diberikan oleh
𝒓′(𝑡)
𝑇(𝑡) =
|𝒓′(𝑡)|
yang menunjukkan arah kurva. Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa 𝑻(𝑡) berubah arah
sangat lambat ketika C agak lurus, tetapi berubah arah lebih cepat ketika C melengkung atau
memelintir lebih tajam.

𝒓′ (𝑡)
𝑻(𝑡) = ′
|𝒓 (𝑡)|
Gambar 4.3 Vektor singgung satuan pada titik-titik pada 𝐶 yang berjarak sama

dan menunjukkan arah kurva. Dari Gambar 4 Anda dapat melihat bahwa 𝑻(𝑡) berubah arah
sangat lambat ketika 𝐶 agak lurus, tetapi berubah arah lebih cepat ketika 𝐶 melengkung atau
memelintir lebih tajam.
Kelengkungan (curvature) 𝐶 pada suatu titik yang diberikan adalah ukuran seberapa
cepat kurva berubah arah di titik tersebut. Secara khusus, kita definisikan kelengkungan
sebagai besarnya laju perubahan vektor singgung satuan berdasarkan panjang busur. (Kita
gunakan panjang busur sehingga kelengkungan tidak tergantung dari parameterisasi).

Definisi Kelengkungan sebuah kurva adalah


𝑑𝑻
𝑲(𝑡) = | |
𝑑𝑠
dengan T adalah vektor singgung satuan.

Kelengkungan lebih mudah dihitung jika dinyatakan dalam parameter 𝑡 bukannya


𝑠, sehingga kita gunakan Aturan Rantai (Teorema 14.2.3, Rumus 6) untuk menuliskan
𝑑𝑻 𝑑𝑻 𝑑𝑠 𝑑𝑻 𝑑𝑻⁄𝑑𝑡
= dan 𝑲 = | | = | |
𝑑𝑡 𝑑𝑠 𝑑𝑡 𝑑𝑠 𝑑𝑠⁄𝑑𝑡
Tetapi dari Persamaan 7, 𝑑𝑠⁄𝑑𝑡 = |𝒓′ (𝑡)|, sehingga
|𝑻′ (𝑡)|
𝑲(𝑡) = ′
|𝒓 (𝑡)|

Contoh 4.4 Perhatikan bahwa kelengkungan lingkaran berjari-jari 𝑎 adalah 1⁄𝑎 .


PENYELESAIAN Kita dapat membuat lingkaran tersebut berpusat di titik asal, dan
kemudian parameterisasi adalah
𝒓(𝑡) = 𝑎 cos 𝑡 𝒊 + 𝑎 sin 𝑡 𝒋
Karena itu 𝒓′ (𝑡) = − 𝑎 sin 𝑡 𝒊 + 𝑎 cos 𝑡 𝒋 dan |𝒓′ (𝑡)| = 𝑎
𝒓′ (𝑡)
sehingga 𝑻(𝑡) = |𝒓′ (𝑡)| = − sin 𝑡 𝒊 + cos 𝑡 𝒋
dan 𝑻′ (𝑡) = − cos 𝑡 𝒊 − sin 𝑡 𝒋
Ini memberikan |𝑻′ (𝑡)| = 1, sehingga dengan menggunakan Persamaan 9, kita mempunyai
|𝑻′ (𝑡)| 1
𝑲(𝑡) = =
|𝒓′ (𝑡)| 𝑎
Hasil dari Contoh 4.3 memperlihatkan bahwa lingkaran kecil mempunyai kelengkungan
besar dan lingkaran besar mempunyai kelengkungan kecil, sesuai dengan intuisi kita. Kita
dapat melihat langsung dari definisi kelengkungan bahwa kelengkungan sebuah garis lurus
selalu 0 karena vektor singgungnya konstan.
Walaupun Rumus 9 selalu dapat digunakan untuk menghitung kelengkungan, rumus yang
diberikan oleh teorema berikut kerapkali lebih mudah diterapkan.

Teorema 4.1 Kelengkungan kurva yang diberikan oleh fungsi vektor adalah

|𝒓′ (𝑡) × 𝒓′′ (𝑡)|


𝒌(𝑡) =
|𝒓′ (𝑡)|3

Bukti Karena 𝑻 = 𝒓′ ⁄|𝒓′| dan |𝒓′| = 𝑑𝑠⁄𝑑𝑡 , kita mempunyai


𝑑𝑠
𝒓′ = |𝒓′|𝑻 = 𝑻
𝑑𝑡
sehingga Aturan Hasilkali (Teorema 14.2.3, Rumus 3) memberikan
𝑑2𝑠 𝑑𝑠
𝒓′′ = 𝑻 + 𝑻′
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
Dengan menggunakan fakta bahwa 𝑻 × 𝑻 = 𝟎, kita mempunyai
𝑑𝑠 𝟐
′′
𝒓′ × 𝒓 = ( ) (𝑻 × 𝑻′)
𝑑𝑡
Sekarang |𝑻(𝑡)| = 1 untuk semua 𝑡, sehingga diperoleh 𝑻 dan 𝑻′ortogonal. Karena itu,
𝑑𝑠 𝟐 𝑑𝑠 𝟐 𝑑𝑠 𝟐
|𝒓′ × 𝒓′′ | = ( ) |𝑻 × 𝑻′| = ( ) |𝑻||𝑻′ | = ( ) |𝑻′|
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
|𝒓′×𝒓′′| |𝒓′×𝒓′′|
Jadi |𝑻| = (𝑑𝑠 =
⁄𝑑𝑡)𝟐 |𝒓′|𝟐
|𝑻′| |𝒓′×𝒓′′|
dan 𝑲= |𝒓′|
= |𝒓′|𝟑

Contoh 4.4
Carilah kelengkungan dari kubik terpelintir 𝑟(𝑡) = 〈𝑡, 𝑡 2 , 𝑡 3 〉 pada suatu titik yang umum
dan pada 〈0, 0, 0〉.
Jawab:
Pertama-tama kita menghitung unsur-unsur yang diperlukan:
𝑟 ′ (𝑡) = 〈1, 2𝑡, 3𝑡 2 〉
𝑟 ′′ (𝑡) = 〈0, 2, 6𝑡〉

|𝑟 ′ (𝑡)| = √1 + 4𝑡 2 + 9𝑡 4
𝒊 𝒋 𝒌
𝑟 ′ (𝑡) × 𝑟 ′′ (𝑡) = |1 2𝑡 2
3𝑡 2 | = 6𝑡 𝑖 − 6𝑡𝑗 + 2𝑘
0 2 6𝑡
|𝑟 ′ (𝑡) × 𝑟 ′′ (𝑡)| = √36𝑡 4 + 36𝑡 2 + 4 = 2√9𝑡 4 + 9𝑡 2 + 1
Maka Teorema 10 memberikan:
|𝑟 ′ (𝑡) × 𝑟 ′′ (𝑡)| 2√9𝑡 4 + 9𝑡 2 + 1
𝜅(𝑥) = = 3
|𝑟′(𝑡)|3 (1 + 4𝑡 2 + 9𝑡 4 ) ⁄2
Di titik asal, kelengkungan adalah 𝜅(0) = 2.

Untuk kasus khusus yaitu kurva bidang dengan persamaan 𝑦 = 𝑓(𝑥), kita dapat memilih 𝑥
sebagai parameter dan menuliskan 𝑟(𝑥) = 𝑥𝑖 + 𝑓(𝑥)𝑗. Maka 𝑟 ′ (𝑥) = 𝑖 + 𝑓 ′ (𝑥)𝑗 dan
𝑟 ′′ (𝑥) = 𝑓 ′′ (𝑥)𝑗. Karena 𝑖 × 𝑗 = 𝑘 dan 𝑗 × 𝑗 = 0, kita mempunyai 𝑟 ′ (𝑥) × 𝑟 ′′ (𝑥) =
𝑓 ′′ (𝑥)𝑘. Kita juga mempunyai |𝑟 ′ (𝑥)| = √1 + [𝑓 ′ (𝑡)]2 , sehingga menurut Teorema 10,

|𝑓′′(𝑥)|
𝜅(𝑥) = 2 3⁄
[1 + (𝑓 ′ (𝑥)) ] 2

Contoh 4.5
Carilah kelengkungan parabola 𝑦 = 𝑥 2 di titik (0,0), (1, 1), dan (2, 4).
Jawab:

Karena 𝑦 ′ = 2𝑥 dan 𝑦 ′′ = 2, Rumus 11 memberikan:

|𝑦′′| 2
𝜅(𝑥) = 2 3 = 3
[1 + (𝑓 ′ (𝑥)) ] ⁄2 (1 + 4𝑥 2 ) ⁄2
Kelengkungan di (0,0) adalah 𝜅(0) = 2.
Kelengkungan di (1, 1) adalah 𝜅(1) =
3⁄
2/5 2 ≈ 0,18. Kelengkungan di
3⁄
(2, 4) adalah 𝜅(2) = 2/17 2 ≈ 0,03.
Amati dari rumusan untuk 𝜅(𝑥) atau
grafik 𝜅 dalam gambar 5 bahwa 𝜅(𝑥) → 0
ketika 𝑥 → ±∞. Ini berhubungan dengan
fakta bahwa parabola Nampak menjadi lebih mendatar pada saat 𝑥 → ±∞.

C. Bacaan yang dianjurkan


1. James Stewart, ”Calculus fifth edition”, Brooks/Cole Publishing Company
2. Thomas, ”Calculus fifth edition”, Brooks/Cole Publishing Company
3. Spiegel Murray, ”Advanced Calculus”, Schaum series,

Anda mungkin juga menyukai