PERSAMAAN
DIFERENSIAL
BIASA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN ANALITIKA DATA
(SCIENTICS)
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA,2021
OLEH : NUR ASIYAH
SURABAYA, 2016
Persamaan Diferensial Biasa dapat memecahkan masalah
masalah yang terkait dengan teknologi dan alam yang timbul dari
persoalan/proses ilmiah dalam kehidupan nyata. Suatu fenomena
permasalahan dituangkan dalam bentuk model matematika, yang
pada umumnya berbentuk persamaan diferensial (PD). Buku ini
membahas bagaimana menganalisa PD untuk mendapatkan solusi
dari persamaan diferensial satu atau lebih dari fungsi yang diamati
dengan satu peubah bebas, solusi persamaan diferensial yang
dihasilkan kemudian diinterpretasikan guna menjawab dan
memecahkan permasalahan yang ada, dan analisa kualitatif
kestabilan sistem PD.
1
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga
buku Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dapat diselesaikan. Buku teks ini dimaksudkan
untuk membantu penyelenggaraan materi mata kuliah PDB yang merupakan mata kuliah
wajib bagi mahasiswa Departemen Matematika. Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan
Pendidikan, kami menganggap perlu pembuatan buku ajar, agar memotivasi mahasiswa untuk
lebih tertarik mempelajari PDB dan terkait dengan Matematika Rekayasa itu dengan
menunjukkan bahwa mata kuliah tersebut dapat memecahkan masalah masalah yang terkait
dengan teknologi dan alam yang timbul dari persoalan/proses ilmiah dalam pemodelan
matematika mengenai kehidupan nyata. Dalam hal ini, setelah mengikuti materi buku ini yang
akan melanjutkan ke jenjang materi kuliah lebih tinggi tidak akan mengalami banyak
kesulitan.
Materi yang diberikan dalam buku teks ini cukup untuk satu semester di semester
empat setelah memahami kalkulus 1, Kalkulus 2 dan Aljabar Linear. Untuk itu, materi dalam
buku ini diberikan dengan cara sederhana dan contoh singkat, mengingat bahwa semua materi
harus diserap sendiri. Untuk itu diharapkan masiswa dengan tekun dan sungguh-sungguh
mengikuti buku ini dan aktif mengerjakan soal-soal.
Penyusun buku menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga tersusunnya buku ini. Tak lupa, kritik dan saran untuk menyempurnakan
buku ini sangat diharapkan. Harapan kami, semoga buku ini bermanfaat bagi masiswa
matematika dan Jurusan Teknik lainnya yang memerlukan konsep PDB dalam rangka
peningkatan kualitas proses belajar mengajar.
2
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
ftar Isi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL TINGKAT SATU ............................................................... 5
1.1. Pengantar Tentang PD. .........................................................................................................5
1.2. Metoda Menyelesaikan Persamaan Diferensial Tingkat Satu ..............................................8
1.2.1. Persamaan Diferensial Variabel Terpisah ....................................................................9
1.2.2. Persamaan Diferensial Homogen ...............................................................................10
1.2.3. Persamaan Diferensial Linear Tingkat Satu. ...............................................................11
1.2.4. Persamaan Diferensial Bernouli..................................................................................12
1.2.5. Persamaan Diferensial Eksak. .....................................................................................13
1.2.6. Persamaan Diferensial Dengan Faktor Pengintegral ..................................................15
1.3. Persamaan Tingkat Satu Derajat Tinggi .............................................................................19
1.4. Test Formatif bab_1 ............................................................................................................24
1.5. Umpan Balik ........................................................................................................................24
BAB 2 APLIKASI PD TINGKAT SATU.......................................................................................... 26
2.1. Pengantar............................................................................................................................26
2.2. Trayektory ...........................................................................................................................26
2.2.1. Trayektori Orthogonal ................................................................................................27
2.2.1.1. Trayektori Orthogonal dalam koordinat siku-siku. .............................................27
2.2.1.2. Trayektori Orthogonal dalam koordinat Kutub. ................................................28
2.2.2. Trayektori Isogonal .....................................................................................................29
1.3. Pertumbuhan dan Peluruhan .............................................................................................31
2.2.3. Pertumbuhan Populasi ...............................................................................................32
2.2.4. Peluruhan Radioaktif ..................................................................................................33
1.4. Hukum Pendingin Newton ..................................................................................................34
1.5. Masalah Pencampuran .......................................................................................................35
1.6. Sirkuit Listrik Sederhana .....................................................................................................38
1.7. Soal latihan .........................................................................................................................44
1.8. Test Formatif bab 2 .............................................................................................................45
1.9. Umpan Balik ........................................................................................................................45
BAB 3 PERSAMAAN DEFERENSIAL LINEAR TINGKAT_N .................................................... 48
3.1. Pengantar............................................................................................................................48
3.2. Persamaan diferensial Linear dengan koefisien konstan ...................................................48
3
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
4
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kompetensi Dasar :
- Kemampuan menjelaskan definisi PD dan konsep yang terkait dengan PD tingkat_1
- Kemampuan mengidentifikasi PD tk 1
- Kemampuan menyelesaikan PD tk 1
d2y k
2. Persamaan gerak pegas tanpa redaman : y0
dt 2 m
Dimana: 𝑦(𝑡) = posisi massa pada saat 𝑡, 𝑚 = massa 𝑘 = konstanta pegas
2U x, t U x, t
2 Persamaan difusi atau induksi panas.
x 2 t
Banyak masalah penting dalam teknik, ilmu fisika dan ilmu sosial ketika diformasi
dalam bentuk matematika memerlukan penelitian dari suatu fungsi yang memenuhi suatu
permasalahan yang mengandung satu atau lebih derifatif dari fungsi yang tidak diketahui.
Persamaan semacam ini disebut Persamaan Diferensial. Beberapa gambaran bagaimana
terbentuknya suatu Persamaan Diferensial diperoleh dari suatu permasalahan diberikan
dibawah ini:
Persamaan Geometri
a) Suatu kurva yang mempunyai koefisien arah (slope) garis singgungnya pada setiap
titik (𝑥, 𝑦) sama dengan dua kali jumlah koordinat titik itu diberikan oleh:
2x y .
dy
dx
b) Diketahui kurva parabola 𝑦 = 𝑐𝑥 2 . Untuk mendapatkan persamaan diferensial dari
berkas kurva parabola itu dengan mengeliminasi konstanta sembarang 𝑐, yaitu dengan
menurunkankan terhadap 𝑥 sehingga menjadi fungsi 𝑦 beserta turunan-turunanya saja.
𝑑𝑦
= 2𝑐𝑥 dan parameter 𝑐 dieliminasi dengan menggunakan persamaan berkas
𝑑𝑥
𝑦
parabola diatas yaitu 𝑐 = 𝑥 2 , diperoleh PD dari berkas kurvaparabola 𝑦 = 𝑐𝑥 2
𝑑𝑦 2𝑦
adalah = .
𝑑𝑥 𝑥
Misalkan 𝑇 adalah suhu benda pada waktu 𝑡 dan Tm sebagai suhu media sekelilingnya
maka hukum Newton dapat dinyatakan sebagai persamaan diferensial: dT k T Tm , 𝑘
dt
adalah faktor kesebandingan.
Masalah Fisika
Suatu peristiwa berpindahnya partikel yang bermassa 𝑚 sepanjang garis lurus (sumbu
𝑥) ke arah titik 𝑂 dengan memperhatikan hal berikut ini :
Apabila dipilih arah positip ke kanan, bilamana 𝑥 > 0, gaya berarah ke kiri (negatip),
sehingga besarnya gaya adalah − 𝑘1 𝑥. Bilamana 𝑥 < 0 , gaya berarah ke kanan
(positip) besarnya gaya juga − 𝑘1 𝑥. Gaya yang melawan (gaya redaman) sebanding
dx
dengan kecepatannya adalah k 2 dimana k1 & k 2 adalah faktor pembanding.
dt
Menurut hukum Newton, gaya total (massa × percepatan) dinyatakan oleh PD:
d 2x dx
m 2
k1 x k2 .
dt dt
Persamaan ini adalah model matematika dari peristiwa berpindahnya partikel yang
bermassa 𝑚 sepanjang garis lurus (sumbu 𝑥) ke arah titik 𝑂.
7
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh :
Persamaan Diferensial : y" y '2 y 0
Penyelesain Umum Persamaan Diferensial (PUPD) : 𝑦 = 𝑐1 𝑒 −𝑥 + 𝑐2 𝑒 2𝑥
Jika 𝑐1 dan 𝑐2 masing-masing diberi harga 𝑐1 = 2 dan 𝑐2 = 1, maka Penyelesaian
Jika 𝑓(𝑥, 𝑦) kontinu dan mempunyai turunan parsial yang kontinu terhadap 𝑥 disetiap titik
pada daerah 𝑅 yang didefinisikan oleh |𝑥 − 𝑥0 | < 𝛿, |𝑦 − 𝑦0 | < 𝜀, maka dalam 𝑅 ada
satu dan hanya satu penyelesaian untuk ( 1 ) yang melalui titik (𝑥0 , 𝑦0 )
Cauchy-Euler. Dibawah ini Akan dibahas beberapa metode untuk menyelesaikan suatu
Persamaan Diferensial orde satu.
f x dx g y dy 0
(2.1)
𝑓(𝑥)𝑣(𝑦) + 𝑔(𝑥)𝑢(𝑦) = 0
1
Bentuk ini diubah menjadi bentuk PD terpisah dengan mengalikan:
𝑣(𝑦) 𝑔(𝑥)
𝑓(𝑥) 𝑢(𝑦)
PD menjadi PD terpisah : + =0
𝑔(𝑥) 𝑣(𝑦)
Contoh
dy x2
1. Selesaikan Persamaan Diferensial :
dx 1 3 y 2
Penyelesaian
PD dapat ditulis : 1 3 y 2 dy x 2 dx 0
1 3 y dy
1
2
x 2 dx 0 , maka PUPD : y y 3 x 3 c
3
2. 𝑥 2 (𝑦 + 1)𝑑𝑥 + 𝑦 2 (𝑥 − 1) = 0
Penyelesaian
x2 y2
Persamaan ini diubah menjadi bentuk PD terpisah: dx dy 0
x 1 y 1
1 1
maka dengan mengintegralkannya menjadi: ∫ (𝑥 + 1 + 𝑥−1) 𝑑𝑥 + ∫ (𝑦 − 1 + 𝑦+1) 𝑑𝑦
9
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Diperoleh PUPD:
f y / x
dy
(2.2)
dx
Untuk menyelesaikan Persamaan Diferensial (2.2) dengan substitusi y vx mereduksi
Persamaan Diferensial (2.2) menjadi Persamaan Diferensial terpisah.
Contoh :
1. Selesaikan Persamaan Diferensial :
x 2
y 2 dx 2 xy dy 0
Penyelesaian :
dy
x2 y 2
1 y / x 2
dx 2 xy 2 ( y / x)
2v dv dx 1 d 1 3V 2 dx
0 kemudian diintegralkan: C hasilnya:
1 3v 2
x 3 1 3V 2
x
ln 1 3v 2 x3 C maka
PUPD : 1 3
y2 3
x C
x 2
𝑦
2. Selesaikan PD (𝑒 𝑦/𝑥 + 𝑥 ) − 𝑑𝑦 = 0
Penyelesaian :
Misalkan y vx
e v
v dx v dx x dv 0
10
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
e v dx x dv 0
dx
x
e v dv C ,
y/ x
diperoleh PUPD : ln x e C
y x2 y2
3. Selesaikan : y '
x
P x y Qx
dy
Bentuk umumnya : (2.2)
dx
p x dx
Dimana: e dinamakan faktor pengintegral dari Persamaan Diferensial. Jadi untuk PD
linear tingkat satu dicari lebih dahulu fator pengintegral dengan rumus sebagai berikut:
11
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh :
1. Selesaikan PD berikut ini: 𝑦 ′ + 𝑥 −1 𝑦 = 4𝑥 2
Penyelesaian :
p x dx
Faktor Pengintegral e e
x 1 dx
= eln x x
PUPD : y x 4 x 2 x dx C
atau xy x4 C
dy
2. Selesaikan PD : cos x y sin x 1
dx
Penyelesaian :
dy
Persamaan Diferensialnya dapat ditulis : y tg x sec x
dx
Faktor pengintegral e
pdx
e tg x dx e ln sec x sec x
PUPD : y sec x sec x sec x dx atau
y cos x tg x C cos x
y sin x C cos x
y P x y nQ x
dy
Bentuk umumnya:
dx (2.3)
Contoh.
1. Selesaikan Persamaan Diferensial : 𝑦 ′ + 𝑥 −1 𝑦 = 𝑦 3 𝑥 3
12
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Penyelesaian:
Substitusi 𝑧 = 𝑦1−3 = 𝑦 −2 maka 𝑧 ′ = −2 𝑦 −3 𝑦′
Persamaan Diferensial menjadi: 𝑧 ′ − 2 𝑥 −1 𝑧 = −2 𝑥 3
e
1
2 x dx 2
Faktor Pengintegral : e ln x x 2
PUPD : z x
2
2 x 3 x 2 dx C x 2 C
2
Dengan memasukkan subtitusi awal z y
2
PUPD: y x cx
4 2
𝑑𝑦
2. + 𝑦 tan 𝑥 = 𝑦 3 sec 𝑥
𝑑𝑥
13
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Sehingga persamaan (2.6) jika dilakukan proses menurunkan lebih lanjut diperoleh:
𝜕2 𝐹(𝑥,𝑦) 𝜕𝑀(𝑥,𝑦) 𝜕2 𝐹(𝑥,𝑦) 𝜕𝑁(𝑥,𝑦)
= dan = (2.7)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑥
Jadi agar 𝐹(𝑥, 𝑦) = 0 memenuhi kondisi menjadi PD Eksak maka haruslah PD persamaan
(2.5) memenuhi persamaan (2.7) yaitu:
𝜕𝑀(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑁(𝑥, 𝑦)
=
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Dari uraian ini di simpulkan pada teorema berikut:
Teorema 2:
F x
Dari M x, y maka F x, y M x, y dx R y
x
F
y
hal ini R y adalah konstanta integrasi. ∫ 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 menyatakan bahwa dalam variabel
𝑥
integrasi x dipandang konstan dan dalam hal ini Q x adalah konstanta integrasi.
x y
F dR ( y )
x
M dx N x, y (2.9)
y y dy
14
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Maka dari persamaan (2.9) diatas dapat ditemukan 𝑅(𝑦) atau 𝑄(𝑥) lalu substitusi ke (2.8)
dan didapat PUPD : 𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝐶
Contoh
F x, y M dx R( y ) 3x 2 4 xy 2 dx R( y ) x 3 2 x 2 y 2 R( y)
x x
F dR
4x 2 y 2 y 3 y 2 4x 2 y
y dy
dR
2 y 3 y 2 4 x 2 y 4 x 2 y dan diperoleh R y y 2 y 3
dy
Jadi PUPD : F x, y x 3 y 2 y 3 2 x 2 y 2 C
1
2. Persamaan Diferensial cos x ln y 4 dx
sin x
dy 0
x y4
Penyelesaian :
M x, y cos x ln y 4 ; N x, y
1 sin x
x y4
M N cos x
, Persamaan Diferensial diatas adalah eksak.
y x y 4
M N
y x
15
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
maka salah satu cara digunakan faktor pengintegral sedemikian Persamaan Diferensial
menjadi eksak. Suatu fungsi yang tidak nol 𝑉(𝑥, 𝑦) disebut faktor pengintegral untuk
M x, y dx N x, y dy 0 , jika persamaan diferensial
V dV V
dan 0 , sehingga
x dx y
V M V N
M V N V , berubah menjadi
y y x x
M dV N dV
V N V atau VM y N VN x
y dx x dx
dV My Nx
persamaan ini menjadi bentuk lebih sederhana: dx
V N
My Nx
Karena V f (x) , maka juga hanya merupakan fungsi dari 𝑥 saja,
N
katakanlah ℎ(𝑥). Sehingga:
dV
h(x)
V
V e
h ( x ) dx
ln V h( x) dx dengan:
𝑀𝑦 −𝑁𝑥
Jadi jika = ℎ(𝑥) yaitu fungsi 𝑥 saja, maka PD mempunyai faktor
𝑁
16
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Nx My
Buktikan bahwa jika g ( y) adalah sebuah fungsi 𝑦 saja, maka faktor
M
pengintegral untuk M x, y dx N x, y dy 0 adalah v e
g ( y) dy
Contoh Soal
1. Selesaikan Persamaan Diferensial : x 2
x y dx x dy 0
Penyelesaian :
M
M x2 x y 1
Disini : y M N Persamaan Diferensial Tidak Eksak
N y x
Nx 1
x
M N
Sedangkan y x 1 1 2 . Jadi faktor pengintegral adalah fungsi 𝑥 saja, seingga
N x x
2
1
diperoleh faktor pengintegral : 𝑣 = 𝑒 ∫ −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 −2 ln 𝑥 = 𝑥 2
1
Persamaan Diferensial yang awal dikalikan dengan v menjadi:
x2
1 y 1
1 2 dx dy 0 Persamaan Diferensial Eksak
x x x
Misalkan PUPD berbentuk F x, y C maka diperoleh:
1 y
F x, y 1 2 dx dx R y x ln x R y
1 y
x x 2 x
F 1 dR( y ) 1
maka R y C
y x dy x
y
PUPD x ln x C
x
17
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
y xy 2 x x2 y
Dengan demikian , PD eksaknya adalah 2 2 dx 2 2 dy 0
x y x y
1 1 1 1
Ekivalen dengan PD: ( + ) 𝑑𝑥 + ( 2 − ) 𝑑𝑦 = 0
𝑥2𝑦 𝑥 𝑥𝑦 𝑦
18
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh
1. Selesaikan 𝑥𝑦𝑝2 + (𝑥 2 + 𝑥𝑦 + 𝑦 2 )𝑝 + 𝑥 2 + 𝑥𝑦 = 0
Penyelesaian
19
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑑𝑝 2 1
+ 𝑝=−
𝑑𝑥 𝑥 𝑥
2
PD linier tk satu dengan faktor pengintegralnya: 𝑣 = 𝑒 ∫𝑥𝑑𝑥 = 𝑥 2
1 1 𝐶
PU: 𝑥 2 𝑝 = ∫ −𝑥 𝑑𝑥 = − 2 𝑥 2 + 𝐶 → 𝑝 = − 2 + 𝑥 2 dimana persamaan (i)
𝑦
sebelumnya adalah: 𝑝 = − (1 + ) = 0, akibatnya diperoleh penyelesaian:
𝑥
1 𝐶 𝑦
− 2 + 𝑥 2 = −1 − 𝑥 → 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 𝐶 = 0.
𝑑𝑦
𝑖𝑖) 𝑥 = −𝑦𝑝 → 𝑥 = −𝑦 𝑑𝑥 → 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑦 𝑑𝑦 = 0 → 𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝐶 = 0
Atau menjadi:
𝑑𝑝 𝑑𝑝
𝑝(𝑝3 + 32𝑥) − 𝑥(𝑝3 + 32𝑥) 𝑑𝑥 = 0 → (𝑝 − 𝑥 𝑑𝑥 ) (𝑝3 + 32𝑥) = 0
𝑑𝑝 𝑑𝑝 𝑑𝑥
i) Dari 𝑝 − 𝑥 𝑑𝑥 = 0 → 𝑝
− 𝑥
= 0 → 𝑝 = 𝐶𝑥
20
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Soal Latihan
dy y
2. y2
dx x
d 2Q dQ
3. 3 2q 4 sin 2t
dt 2 dt
dy x y
4.
dx x y
d 2I dI
5. 2
2 3I 2 cos t 4 sin t.
dt dt
d 2v dv
6.. x3 2 2
dx dx
6. 3xy 2 2 y dx 2 x 2 y x dy 0
C. Tunjukkan bahwa fungsi yang diberikan adalah penyelesaian dari suatu Persamaan
Diferensial yang diberikan (C1 , C2 konstanta sembarang) dan tentukan interval maximum
agar penyelesaian Persamaan Diferensial tersebut adalah benar.
1. y C1 e x C 2 e x , y" y'2 y 0
1
2. y , y' y 2
x4
3. y C1e x x 1 , y' x y 0
21
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
y
D. Diberikan fungsi homogen, tulislah fungsi tersebut sebagai fungsi variabel V .
x
x y
x sin y cos
y x
1. f x, y
y
2. f x, y
y
x 1
x2 y2
3. f x, y , x0
x
3.
dy
x y2 1
dx 2x 2x 1
dy sin ( x y )
4. 1 , y
dx sin y cos x 4 4
5. 3x 2 y
dy
3y
dx
y dy y
6. sin x y x cos
x dx x
dy 2
7. y 4x , y (1) 2
dx x
dy
8. sin x y cos x sin 2 x , y 2
dx 2
dy 2
9. y 6y2 x4
dx x
10. 2 x y' y 3 x 2 y 0
11. cos(xy) xy sin ( xy) dx x 2 sin ( xy) dy 0
12. y e xy dx 2 y x e xy dy 0
22
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
( xy 1) ( xy 1)
13. dx dy 0
x y
dy
14. y e x , , adalah konstanta
dx
15. ( xy 1) dx x 2 dy 0
16. y dx 2 x y 4 dy 0
17. 3xy 2 y 1 dx x x y 2 dy 0
dy 2x 1
18. y
dx 1 x 2
1 x2
2
23
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Diberikan PD : 1 ln ( xy) dx
x
3. dy 0 .
y
5. Diberikan 2 x y dy x 2 y dx 0
SELAMAT MENGERJAKAN
24
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
A. 1) PD tkt dua, derajat dua, 3) PD tkt dua, derajat satu, 5) PD tkt dua, derajat satu
B. 1) PD Homogen, 3) PD eksak, PD terpisah, 5) PD Bernouli
x2
E. 1) 𝑦 = 𝐶e ,
11) 𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑥𝑦 + 𝐶 = 0,
( x 1)( y 1)
3) C , 13) 𝑥𝑦 – 𝑙𝑛 𝑥𝑦 = 𝐶,
( x 2)( y 1)
15) 𝑥𝑦– 𝑙𝑛 𝑥 = 𝐶,
2 −3𝑥/𝑦
5) 𝑦 = 𝐶𝑒
C tan1 x
7) 𝑦 = 𝑥 −2 (𝑥 4 + 1) 17) 𝑦 = ,
1 x2
1
9) 𝑦 = 1 4 2 2
7
x (c 2 x 3 )
2
19) 2 y x C
x 7
𝐶
F. 1. (𝑦 − 𝐶𝑥 2 ) (𝑦 − )=0
𝑥3
2. (2𝑦 − 𝑥 2 + 𝐶)(𝑥𝑦 − 𝑥 + 𝐶) = 0
3. 𝐶𝑦 = 𝑥 2 + 𝐶 2
4. 𝑥𝑦 = 𝐶(3𝐶𝑥 − 1)
5. (𝑦 − 𝐶𝑥 − 𝐶 3 )(𝐶 2 𝑥 − 𝐶𝑦 + 1) = 0
y
5. PD Homogen, PUPD : tan−1 − 𝑙𝑛 (𝑥 2 + 𝑦 2 ) = 𝐶
x
25
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kompetensi Dasar :
2.1. Pengantar
Banyak masalah ilmu pengetahuan dan Rekayasa yang bilamana dirumuskan secara
matematis menjadi masalah nilai batas (Boundary-Value Problems). Yaitu persamaan
diferensial dan syarat-syarat yang berhubungan dengannya. Penyelesaian masalah ini sangat
bernilai bagi seseorang yang ingin mendalami masalah fisika, mekanika biologi, kedokteran
dan sebagainya.
Dalam perumusan matematis suatu masalah fisis dipilih suatu model matematis dan
seringkali mendekati situasi sebenarnya. Sebagai contoh dalam gerakan perputaran bumi
mengelilingi matahari, kita memandang matahari dan bumi itu sebagai suatu titik. Jika suatu
model matematis dan perumusan matematis yang berkaitan menjadi sangat baik dengan yang
diramalkan dari pengamatan atau percobaan, maka model itu baik. Sebaliknya suatu model
baru mungkin dipilih.
2.2. Trayektory
Suatu sistem lengkungan (kurva) satu parameter F x , y C jika diferensialkan akan
26
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑓(𝑥, 𝑦, ) = 0
Gambar 2.1
27
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
dan gradien dari berkas kurva trayektori orthogonal 𝑔(𝑥, 𝑦, 𝐶) = 0 adalah 𝑚2 maka :
1 1
𝑚1 𝑚2 = −1 maka 𝑚2 = − = −
m1 h( x, y )
Jadi bentuk persamaan diferensial dari trayektori orthogonal kurva 𝑓(𝑥, 𝑦, ) = 0 adalah
𝑔(𝑥, 𝑦, 𝐶) = 0 yang diberikan dalam bentuk persamaan diferensial:
dy 1
dx h( x, y)
yang dibentuk oleh garis singgung dengan sumbu x adalah , dimana = 180o-(180-( +
Gambar 2.2
28
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑂𝑃 = 𝑟; 𝑁𝑃 = 𝑟 𝑠𝑖𝑛 ; 𝑂𝑄 = 𝑟 + r ; 𝑂𝑁 = 𝑟 𝑐𝑜𝑠
𝑟 𝑠𝑖𝑛 ∆𝜃
𝑁𝑃 𝑁𝑃 𝑟 𝑠𝑖𝑛 ∆𝜃 𝑟 𝑠𝑖𝑛 ∆𝜃 ∆𝜃
tan 𝜌 = 𝑁𝑄 = 𝑂𝑄−𝑂𝑁 = 𝑟+∆𝑟−𝑟 cos ∆𝜃 = 𝑟(1−cos ∆𝜃)+∆𝑟 = 𝑟(1−cos ∆𝜃) ∆𝑟
+
∆𝜃 ∆𝜃
Untuk trayektori orthogonal, maka sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan jari-
jari hantar adalah = , sehingga
2
dr
𝑡𝑎𝑛 = − 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 = − d
r
Karena 𝑚1 . 𝑚2 = −1 maka:
…𝑟… …𝑟… 𝑑𝑟 … 𝑟2 …
. = −1 → | =−
𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝐺 𝑑𝑟
| | |
𝑑𝜃 𝐹 𝑑𝜃 𝐺 𝑑𝜃 𝐹
Jadi bentuk persamaan diferensial dari trayektori orthogonal kurva 𝐺(𝑟, 𝜃, 𝐶) = 0 adalah:
𝑑𝑟 𝑟2
| =−
𝑑𝜃 𝐺 𝑑𝑟
|
𝑑𝜃 𝐹
Berkas garis lengkung lain yang memotong garis-garis lengkung tersebut dengan sudut ,
disebut Trayektori Isogonal (ti).
Sebagai latihan menganalisa trayektory, buktikan rumus dibawah ini:
29
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2. Tunjukkan pula berkas kurva yang diberikan dalam bentuk koordinat Kutub
𝑑𝑟
untuk kurva 𝐹 (𝑟, 𝜃, 𝑑𝜃 ) = 0 adalah:
𝑟 𝑑𝑟 − 𝑚 𝑟 2 𝑑𝜃
𝐺 (𝑟, 𝜃, )=0
𝑟 𝑑𝜃 − 𝑚. 𝑑𝑟
Dimana 𝑚 = tan 𝛼.
Contoh :
Tentukan Trayektori orthogonal dari berkas parabola y = λ𝑥 2 dan gambarkan kedua berkas
kurva itu pada satu bidang koordinat.
Penyelesaian:
𝑦 = 𝜆𝑥 2 → 𝑦 ′ = 2𝜆𝑥.
𝑦
Karena 𝜆 = 𝑥 2 maka persamaan diferensial berkas Parabola adalah:
2𝑦 2𝑦
𝑦′ = → ℎ(𝑥) =
𝑥 𝑥
30
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Tugas 1
1. Carilah Trayektori Orthogonal dari berkas lingkaran r 2a cos
Dan Sketsa kedua berkas kurva tersebut dalam satu bidang.
Petunjuk:
a) Tunjukkan bahwa Persamaan diferensial dari berkas lingkaran tersebut
𝑑𝑟
adalah : 𝑑𝜃 = −𝑟 tan 𝜃
b)Tunjukkan PD dari Trayektori orthogonal berkas kurva tersebut adalah:
𝑟2
𝑟 tan 𝜃 = − 𝑑𝑟 .
𝑑𝜃
c) Tunjukkan bahwa TO nya adalah r 2C sin
Petunjuk:
a) Tunjukkan bahwa Persamaan diferensial dari berkas hiperbola tersebut
adalah : (𝑥 + 𝑦)𝑦 ′ + 𝑦 − 𝑥 = 0
b) Tunjukkan PD dari Trayektori isogonal berkas kurva tersebut adalah :
x dx y dy 0 .
c) Sedangkan berkas kurva Trayektori isogonalnya adalah x 2 y 2 C
d) Sket kedua berkas kurva tersebut.
Beberapa contoh aplikasi PD yang terkait Pertumbuhan dan peluruhan adalah laju
pertumbuhan populasi seperti kelahiran, kematian, imigrasi, emigrasi dan lainnya ataupun
31
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
pertumbuhan bakteri Sedangkan contoh peluruhan adalah peluruhan radioaktif dan laju
peluruhan fosil dapat digunakan untuk menerka usia dari organisme/fosil itu. Berikut ini
dibahas tentang aplikasi yang terkait dengan pertumbuhan dan peluruhan.
X 0 = konstanta integrasi sebagai nilai awal X 0 . Hasil ini disebut peningkatan eksponen
atau penurunan eksponen, tergantung apakah konstanta k nya positip atau negatip sesuai
dengan yang diketahui. Sket dari fungsi penyelesaian ini berupa fungsi eksponensial. Kasus
x0 0 diberikan oleh gambar 2.3(a) dan gambar 2.3(b).
32
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
ke dalam persamaan (3.2) diperoleh 2P0 P0 e ktd bagi kedua sisi dengan P0 dan cari
logaritmanya td , adalah: k t d ln 2 .
sehingga waktu kelipatan dua adalah:
1
𝑡𝑑 = ln 2
𝑘
TUGAS 2
Diketahui jumlah bakteri dalam suatu koloni berkembang dengan laju yang
sebanding dengan jumlah bakteri yang ada. Jika jumlahnya meningkat dari 500 ke
2000 dalam 2 jam. Tentukan jumlahnya setelah 12 jam dan juga cari waktu
kelipatan duanya.
Kunci Jawaban :
Jumlah bakteri dalam koloni setelah 12 jam : 2.048.000
1
Waktu kelipatan dua : t d ln 2 1 jam
k
33
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
tepat separuh dari jumlah atom-atom radioaktif yang dibagian awal ada dalam sampel untuk
meluruh disebut Waktu Paruh Bahan.
1 1 𝑘 𝑡1⁄ 1
Ambil N N 0 sehingga 𝑁 = 𝑁0 𝑒 2 → 𝑡1⁄ = − 𝑘 ln 2
2 2 0 2
Perhatikan bahwa 𝑡1⁄ tidak bergantung N 0 yang memenuhi sifat dari bahan radioaktif.
2
Aplikasi dari peluruhan radioaktif adalah penentuan umur organisme. Selama masa
14
hidup organisme ditemukan bahwa rasio dari radio aktif C (Carbon 14) terhadap carbon
yang ada dalam organisme, mendekati nilai konstan dan sama dengan rasio pada medium
yang mengelilingi. Namur demikian, ketika organisme mati, jumlah carbon 14 yang ada
didalamnya berkurang karena peluruhan radioaktif. Karena diketahui waktu paruh dari carbon
14
14 adalah mendekati 5600 tahun, dengan mengukur jumlah C didalam organisme Sangat
memungkinkan untuk memastikan umur organisme itu.
Tugas mandiri 3
14
Fosil tulang ditemukan memiliki 70% C yang ada ditulang semasa hidupnya,
14
diketahui waktu paruh dari C adalah 5600 tahun, Tunjukkan bahwa umur fosil
tersebut umur fosil itu kira-kira : 2882 tahun.
Salah satu aplikasi persamaan diferensial satu dengan menggunakan hukum fisika
adalah perubahan suhu dari suatu benda yang berada dalam ruangan yang berbeda suhunya.
Faktor utama yang mempengaruhi mendinginnya suhu benda tersebut dengan ruangan
sesungguhnya, menurut hukum pendingin Newton.
Misalkan T adalah suhu benda pada waktu t dan Tm sebagai suhu media sekelilingnya maka
hukum Newton dapat dinyatakan sebagai persamaan diferensial:
k T Tm
dT
(4.1)
dt
34
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
dimana 𝑘 adalah konstan. Tanda minus didepan konstanta k adalah hal yang biasa diberikan.
Untuk meyakinkan bahwa k selalu bernilai positif. Diasumsikan bahwa Tm adalah konstan.
Jika demikian maka penyelesaian umumnya:
T Tm C e kt (4.2)
dari persamaan (4.2) jika t maka suhu benda mendekati media sekelilingnya T Tm
Hal ini pasti konstan dengan pengalaman kita sehari-hari. Lihat gambar 2.4 yang menjelaskan
bahwa menurut hukum pendingin Newton benda mendekati suhu ruangan secara
eksponensial.
T0
Benda mendingin
Tm
T0 Benda memanas
Gambar 2.4
Tugas mandiri 4
0
Sebuah batang besi panas yang suhunya 350 F diletakkan dalam ruangan yang
suhunya 700F setelah 2 menit suhu besi menjadi 2100F. Berapa suhu batang besi
0
setelah 4 menit Waktu yang diperlukan untuk mendingin menjadi 100 F dan
waktu yang dibutuhkan untuk mendingin menjadi 1000F.
t
Kunci jawaban: T t 701 4 1
2
Waktu yang diperlukan untuk mendingin menjadi 100 F 6,4 menit
0
telah dicampur dengan A0 gram unsur kimia tertentu larutan denga consentrasi c1 gram/liter
dengan mengandung bahan kimia yang sama mengalir ke dalam tangki dengan kecepatan
35
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
konstan r1 liter/menit dan campuran tangki mengalir keluar dengan kecepatan konstan r2
liter/menit. Diasumsikan bahwa larutan dicampur rata oleh pengaduk. Pada suatu saat t,
konsentrasi bahan kimia dalam tangki adalah c2 t sama dengan konsentrasi bahan kimia
yang keluar tangki yang diberikan oleh rumus:
At
c2 (5.1)
V t
dimana: A( t ) = jumlah bahan kimia dalam tangki pada waktu t.
V t = volume larutan dalam tangki pada waktu t.
c2 (t ) = konsentrasi bahan kimia dalam tangki pada waktu t.
Penjelasan masalah : Lihat gambar (2.5) dibawah ini
Gambar 2.5
kimia yang masuk pada interval waktu t adalah c1 r1 t , demikian juga jumlah bahan kimia
36
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
yang keluar dari tangki adalah c 2 r2 t . Maka akan terjadi perubahan total jumlah bahan kimia
A c1 r1 t c 2 r2 t
c1 r1 c 2 r2 t (5.3)
Membagi (5.2) dan (5.3) dengan t
∆𝑣
= (𝑟1 − 𝑟2 ) (5.4)
∆𝑡
A
c1 r1 c 2 r2 (5.5)
t
Untuk mengetahui rata-rata perubahan 𝑣 dan 𝐴, digunakan limit t 0 maka:
𝑑𝑣
= (𝑟1 − 𝑟2 ) (5.6)
𝑑𝑡
𝑑𝐴
= 𝑐1 𝑟1 − 𝑐2 𝑟2 (5.7)
𝑑𝑡
Kemudian (5.6) diintegralkan dan masuk pada (5.7) diperoleh:
𝑣(𝑡) = (𝑟1 − 𝑟2 )𝑡 + 𝑣0 (5.8)
𝑑𝐴 𝑟2
+ (𝑟1 −𝑟2 ) 𝑡 + 𝑣0
𝐴 = 𝑐1 𝑟1 (5.9)
𝑑𝑡
Persamaan diferensial diatas bisa diselesaikan, mengarah pada kondisi tertentu A0 A0 ,
Tugas mandiri 5
Sebuah tangki berisi 8 liter air yang mengandung 32 gram
bahan kimia. Sebuah larutan mengandung 2 gram/liter bahan kimia
mengalir masuk kedalam tangki dengan kecepatan 4 liter/menit, dan
larutan yang telah diaduk rata dikeluarkan dengan kecepatan 2 liter/menit.
Hitung jumlah bahan kimia dalam tangki setelah 20 menit. Berapa
konsentrasi bahan kimia didalam tangki pada waktu itu ?
Kunci jawaban:
Model PD dA 1 A 8
dt t4
Diperoleh Penyelesaian PD: A 1
t 4
t 42 16
A20 296 gram, dengan konsentrasi larutan: 𝑐2 (20) = 18 gram/liter
37
37
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Suatu penerapan penting dari persamaan diferensial linear orde satu (dan dua)
dibentuk dari analisa rangkaian listrik sederhana. Kebanyakan dasar dari rangkaian listrik
terdiri dari sambungan akhir kabel ke rangkaian baterai atau generator. Hal ini menyebabkan
aliran muatan q t melewati kabel, dengan demikian memproduksi arus i t didefinisikan
menjadi nilai perubahan muatan (satuan Coulomb) terhadap waktu (satuan Ampere).
Jadi :
it
dq
(6.1)
dt
Di dalam prakteknya sebuah rangkaian akan terdiri dari beberapa komponen yang berlawanan
terhadap perintah aliran listrik. Nilai Arus yang melewati sebuah komponen telah selesai
dikerjakan. Oleh karena itu terdapat energi yang hilang yang digambarkan dari akibat
perubahan tegangan yang melewati tiap komponen. Untuk sebuah rangkaian kita akan
mempertimbangkan perjalanan arus yang melewati rangkaian yang ditemukan oleh kirchof
dalam hukum keduanya yang ditetapkan sebagai berikut :
38
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kapasitor
Sebuah kapasitor dapat diumpamakan sebuah komponen yang mempunyai perintah
menyimpan dengan cara melawan arus lintasan. Jika q t merupakan sebuah perintah yang
terdapat di dalam kapasitor dalam waktu 𝑡, kemudian tegangan kita sebut 𝑉𝑐 sebagai nilai
dari perlawanan tersebut. Hal tersebut menunjukkan kesebandingan dengan harga q t . Hal
itu diungkapkan dalam sebuah rumus :
1
𝑉𝑐 = 𝐶 . 𝑞 (6.3)
Dimana konstanta 𝐶 dinamakan kapasitansi dari sebuah kapasitor. Satuan kapasitansi adalah
farads (F)
Induktor
Komponen ketiga yang paling penting bagi kita adalah induktor. Perlu dipikirkan sebagai
komponen yang melawan semua perubahan aliran arus yang melewati rangkaian. Perubahan
tegangan sebagai nilai arus yang melewati induktor menunjukkan kesebandingan pada
penilaian dimana saat itu arus berubah. Kita menulisnya :
𝑑𝑖
𝑉𝐿 = 𝐿 𝑑𝑡 (6.4)
Dimana konstanta L dinamakan induktansi dari sebuah induktor, satuan ukurannya adalah
Henry (H).
EMF
Komponen terakhir di rangkaikan kita adalah sumber dari tegangan yang
memproduksi kekuatan elektrifikasi (EMF). Kita dapat berfikir sebagai sebuah perintah yang
memberikan jalan kekuatan bila melewati rangkaian. Seperti aliran baterai adalah tegangan
yang menguntungkan, dimana kita mendetonasikan 𝐸(𝑡) volt [adalah sebuah perubahan
tegangan dari 𝐸(𝑡) volt].
Sebuah rangkaian yang mengandung semua komponen diatas digambarkan dalam
rangkaian seperti gambar (2.6) dibawah ini:
Gambar 2.6
39
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Ketentuan Kirchoff pada hukum kedua-nya yaitu jumlah perubahan tegangan pada
setiap saat adalah sama dengan 0 (nol) bila mengitari rangkaian tertutup. Jika kita
mengaplikasikannya menjadi rangkaian RLC, maka kita peroleh:
𝑉𝑅 + 𝑉𝑐 +𝑉𝐿 − 𝐸(𝑡) = 0
Substitusikan ke dalam persamaan dari (6.2) – (6.4) dan disusun menghasilkan persamaan
dasar differensial.
𝑑𝑖 1
𝐿 𝑑𝑡 + 𝑖𝑅 + 𝐶 . 𝑞 = 𝐸 (6.5)
Dalam persamaan ini ada dua yang tidak kita ketahui, q(t) dan i(t). Substitusi dari (6.1) untuk
𝑑𝑞
𝑖(𝑡) = , kita memperoleh lanjutan persamaan diferensial untuk 𝑞(𝑡):
𝑑𝑡
𝑑𝑞 𝑞 𝐸
+ 𝑅𝐶 = 𝑅 (6.8)
𝑑𝑡
Dalam kasus ini kita menyelesaikan persamaan diferensial linear (6.8) untuk memperoleh
muatan q(t) dalam lempengan kapasitor. Arus dalam rangkaian kemudian dapat kita peroleh
dari :
𝑖 = 𝑑𝑞/𝑑𝑡
Kasus 3 :
Rangkaian RLC. Dalam kasus umum kita harus memperhatikan semua tiga komponen
yang diberikan dalam rangkaian. Substitusi dari (6.1) ke (6.5) menghasilkan lanjutan
persamaan diferensial untuk menentukan muatan dalam kapasitor:
𝑑2 𝑞 𝑅 𝑑𝑞 𝑞 𝐸(𝑡)
+ 𝐿 ( 𝑑𝑡 ) + 𝐿𝐶 = (6.9)
𝑑𝑡 2 𝐿
40
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Ini merupakan persamaan diferensial linear orde dua dengan koefisien konstan. Teknik pada
modul 1 tidak memungkinkan, secara umum digunakan untuk menyelesaikan persamaan
diferensial. Kita akan kembali untuk menyelesaikan persamaan diferensial tipe ini di modul
3.
Persamaan diferensial (6.6) dan (6.8) adalah persamaan diferensial linear orde satu.
Jadi pemakaian EMF, 𝐸(𝑡) secara sekilas telah spesifik. Persamaan ini dapat diselesaikan
menggunakan teknik dalam modul 1. Dua bentuk penting untuk E(t) ádalah:
𝐸(𝑡) = 𝐸0 𝑑𝑎𝑛 𝐸(𝑡) = 𝐸0 sin 𝑡
Dimana 𝐸0 dan adalah konstanta. Bentuk pertama sesuai dengan sumber dari EMF seperti
baterei. Arus yang dihasilkan disebut arus searah (DC). Bentuk kedua EMF berosilasi antara
±𝐸0 . Arus yang dihasilkan dalam rangkaian disebut arus bolak-balik (AC).
Contoh 1.
Tentukan arus dalam rangkaian 𝑅𝐿 jika pemakaian EMF konstan dan arus awal adalah 0.
Penyelesaian :
Jika kita memisalkan E0 menunjuk nilai konstan dari EMF, kemudian kita harus
menyelesaikan masalah nilai awal
𝑑𝑖 𝑅 𝐸0
+𝐿 𝑖= , 𝑖(0) = 0 (6.10)
𝑑𝑡 𝐿
R
t
Faktor integrasi untuk (6.10) adalah I e L
, jadi (6.10) dapat ditulis dalam bentuk
RL t
E i
0 e
d L t
R
e i
dt L
Kondisi awal i0 0 memenuhi jika dan hanya jika c1 E 0 . Sebagai akibatnya, penyelesaian
R
masalah nilai awal adalah:
t
R
E0 1 e L
it
R
Kita melihat bahwa peranan eksponensial lenyap secara cepat dengan waktu dan rangkaian
E0
segera berakhir pada keadaan tetap: i t
R
41
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑖(𝑡)
𝐸0 𝑅
Gambar 2.7
𝑡
Contoh 1
Perhatikan rangkaian RC dengan 𝑅 = 0,5 , 𝐶 = 0,1 𝐹, dan 𝐸0 = 20 𝑉. Capasitor diberi
muatan awal 0.Tentukan arus pada rangkaian setelah 0,25 detik.
Penyelesaian :
Dalam kasus ini pertama kita harus menyelesaikan (6.8) untuk q t dan kemudian
menentukan arus dalam rangkaian dengan mendiferensialkan hasilnya. Substitusi untuk R,
C, dan E menjadi (6.8) menghasilkan
dq
20q 40
dt
Yang mana memiliki penyelesaian umum
q 2 c e 20t
Dimana 𝑐 adalah konstanta integrasi. Menentukan kondisi awal q0 0 menghasilkan
c 2 .
Dengan demikian :
q 2 1 e 20t .
Mendiferensialkan ekspresi ini untuk q menghasilkan arus dalam rangkaian:
42
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Tugas mandiri 6
1. Tentukan arus dalam rangkaian RL jika pemakaian EMF adalah Et E0 cost
dimana E0 dan adalah konstanta. Tunjukkan mana arus steady state & transien
i
E0 a cost sin t a e at
Arus dalam rangkaian
L a2 2
43
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
1. Carilah Trayektori orthogonal dari berkas kurva yang diberikan dan sket keluarga kurva
tersebut.
a) x2 4y2 c b) y cx 2
c) y 2 cx d) x c 2 y c 2 2c 2
2. Tentukan persamaan berkas garis lengkung yang memotong berkas kurva dengan sudut
yang diberikan.
a) 1 b)
y x c , y cx 6 ,
2 4 4
4. Pada pukul 4 sore batu bara yang panas ditari keluar dari pemanggangan dan kemudian
diletakkan di ruangan yang dingin yang memiliki suhu 75 0 F. Jika setelah 10 menit suhu
batu bara 415 0 F, dan setelah 20 menit temperatur berubah menjadi 347 0 F, hitunglah:
a. Suhu pada pemanggangan.
b. Jam berapa ketika batu bara mendingin mencapai 100 0 F.
5. Sebuah tangki memiliki volume 40 liter dengan yang mana pada kondisi awal berisi 20
liter air. Suatu larutan mengandung 10 gram/lt garam mengalir kedalam tangki dengan
laja 4 lt/menit, dan campuran larutan mengalir keluar dengan laja 2 lt/menit. Berapa garam
dalam tangki sesaat sebelum larutan tumpah?
6. Diberikan suatu rangkaian 𝑅𝐶 dengan 𝐸(𝑡) = 0 . Misalkan 𝑞(0) = 5 𝐶, Dapatkan sisa
arus dalam kapasitor untuk 𝑡 > 0. Apa yang terjadi untuk t ? Apakah ini mungkin?
44
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
7. Suatu rangkaian RL yang mempunyai sumber tegangan E(t) 10 sin 4t volt. Jika 𝑅 = 2
, 𝐿 = 2/3 𝐻, dan tidak ada arus pada kondisi awalnya, Hitung arus yang melewati
rangkaian untuk 𝑡 0.
1. Suatu koloni bakteri bertambah dengan laju yang berbanding lurus dengan jumlah bakteri
yang ada. Jika jumlah bakteri dalam empat jam menjadi tiga kali jumlah semula.
a) Buat model yang mempresentasikan jumlah bakteri N(t) dalam waktu t.
b) Tentukan solusinya.
c) Berapa waktu yang diperlukan agar jumlahnya menjadi 27 kali jumlah semula.
2. Sebuah tangki berisi 600 liter larutan yang mengandung 1500 gram bahan kimia. Sebuah
larutan mengandung 5 gram/liter bahan kimia mengalir masuk kedalam tangki dengan
kecepatan 6 liter/menit, dan larutan yang telah diaduk rata dikeluarkan dengan kecepatan
3 liter/menit. Hitung jumlah bahan kimia dalam tangki setelah 1 jam. Berapa konsentrasi
bahan kimia didalam tangki pada waktu itu ?
3. Suatu subtansi yang tidak mudah terbakar pada kondisi awal temperaturnya adalah 50 0 F
berada dalam open yang panas yang mana suhunya adalah 4500 F. Temperatur subtansi
tersebut menjadi 1500 F setelah 20 menit. Hitung temperatur subtansi setelah 40 menit.
Jika subtansi terbakar ketika suhu mencapai 3500 F, hitung waktu yang dibutuhkan sampai
subtansi tsb terbakar.
45
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
anda atas materi kegiatan belajar ini cukup baik. Jika tidak demikian sebaiknya anda pelejari
lagi bagian yang belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN SOAL LATIHAN.
1. a) 𝑦 = 𝐶 𝑥 4 c) x 2 2 y 2 C
a) 𝑦 = − 1𝑥 + 𝐶
2. 3 c) 𝑟 e 2 = 𝐶
0, jika( ) 0
( ) 1
3. 𝑃(𝑡) = 𝑃0 e . Lim P(t ) p0 , jika . 𝑡𝑑 = ln 2
t
, jika ( ) 0
4. a) 500 0 F b) 6,07 sore
5. 300 gram
3
7. 𝑖 = (3 sin 4𝑡 – 4 cos 4𝑡 + 4 e 3t )
5
dA 3
Diperoleh model MNB: A 30
dt 3(t 200)
46
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
3.105
Jadi A 15t 200 sehingga A60 = 7 746 gram
t 00
Diperoleh konsentrasi setelah 1 jam , c 3,52 gram/liter.
k T Tm .
3. Model PD : dT
dt
47
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kompetensi Dasar :
- Kemampuan menjelaskan PD tingkat 𝒏, sifat-sifat beserta teorema-teorema
yang terkait
- Kemampuan menyelesaikan PD Linear tingkat 𝒏 dengan koefisien konstan
- Kemampuan mengidentifikasi dan menyelesaikan PD Cauchy-Euler
3.1. Pengantar
Tingkat Persamaan Diferensial dapat dilihat dari turunan tertinggi yang termuat dalam
Persamaan Diferensial itu. Dalam bab ini pusat perhatian dititik beratkan pada unsur-unsur
dari teori tentang penyelesaian Persamaan Diferensial linear dan membicarakan metode untuk
memperoleh penyelesaian umum.
Tentu saja penyelesaian umum persamaan diferensial linear tingkat satu dengan
koefisien konstan ataupun koefisien peubah sudah diketahui pada bab 1. Selanjutnya oleh
karena ada beberapa kesulitan aljabar, yang akan dicari dalam penyelesaian ini adalah
Persamaan Diferensial linear tingkat n dengan koefisien konstan dan bentuk khusus. Adapun
Persamaan Diferensial linear dengan koefisien peubah secara eksplisit sulit dicari
penyelesaiannya tetapi dapat diselesaikan dengan metoda deret kuasa atau secara numerik.
𝑑𝑖 𝑦
∑𝑛𝑖=0 𝑎𝑖 = 𝑅(𝑥) (3.2)
𝑑𝑥 𝑖
dimana 𝑅(𝑥) 0, dalam interval 𝐼 0 maka PD disebut sebagai PD linear tak homogen atau
PD Linear Lengkap. Jika 𝑅(𝑥) = 0 dalam ( 3.1), PD tersebut dikatakan PD homogen atau
PD tereduksi:
Perlu diketahui bahwa persamaan diferensial yang akan diselesiakan ada [ujud] dan
hanya ada satu (ketunggalan) penyelesaian dari PD (3.1). Teorema berikut menyatakan
syarat-syarat pada fungsi koefisien untuk menjamin keujudan dan ketunggalan penyelesaian
MNA untuk PD order 𝑛, (meskipun tanpa menyajikan bukti) karena ini merupakan teorema
yang terpenting yang berhubungan dengan PD order 𝑛.
Teorema 3.1 :
Misalkan a1 , a2 , a3 ,…, an dan R, adalah fungsi yang kontinu dalam suatu interval 𝐼 , maka untuk
suatu titik x0 dalam 𝐼, MNA :
n
diy
ai ( x) = R(x) ,dimana y( x0 ) 1 , y ( x0 ) 2 , … , y ( x0 ) n
(n)
i 0 dx i
Teorema 3.2:
n
diy
Himpunan penyelesaian dari persamaan diferensial linear ai ( x)
i 0 dx i
=0
Bukti :
Untuk membuktikan bahwa dimensi dari ruang penyelesaian adalah 𝑛, harus ditunjukkan 𝑛
buah penyelesaian membentuk basis. Untuk mempermudah dibuat kasus sederhana yaitu 𝑛 =
2.
Misalkan 𝑦1 dan 𝑦2 adalah penyelesaian tunggal dari MNA
𝐿𝑦1 = 0 , 𝑦1(0) = 1 y1 (0) 0
49
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
d2 d
Dimana 𝐿 = a 2 ( x) 2
a1 ( x)
dx dx
Wronskian dari penyelesaian pada titik 𝑥0 adalah 𝑊[𝑦1 , 𝑦2](𝑥0) = 𝑑𝑒𝑡(𝐼2) = 1 0. Jadi
penyelesaian tersebut adalah bebas linear dalam 𝐼. selanjutnya harus ditunjukkan bahwa
kedua penyelesaian membangun / merentang ruang penyelesaian. Misalkan 𝑦 = 𝑈(𝑥) suatu
Pembuktian ini dapat diperluas untuk PD linear tingkat 𝑛. Dengan mengikuti teorema
3.2 diatas, maka 𝑛 himpunan penyelesaian yang bebas linear {𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n } dari 𝑃𝐷
n
diy
ai ( x)
i 0 dx i
= 0 membentuk basis untuk ruang penyelesaian dari PD. Jadi penyelesaian
50
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Definisi 3.1:
y1 y2 yn
y1 y 2 y n
W[𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n](𝑥) =
( n 1) ( n 1) ( n 1)
y1 y2 yn
Teorema 3.3:
Misalkan y1 , y2 , … , yn adalah n buah penyelesaian dari PD homogen
linear (3.2) pada suatu interval 𝐼, dikatakan bebas linear Jika dan hanya jika W[y1,
y2,…,yn](x0) 0 pada setiap titik dalam 𝐼.
Bukti :
Jika diberikan kombinasi linear dari 𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n bernilai nol :
𝑐1 𝑦1 + 𝑐 2 𝑦2 + … + 𝑐n 𝑦n = 0
dan didiferensialkan hingga ke (𝑛 − 1) diperoleh sistem persamaan linear :
𝑐1 𝑦1 + 𝑐 2 𝑦2 + … + 𝑐n 𝑦n = 0
𝑐1 𝑦1′ + 𝑐 2 𝑦2 ′ + … + 𝑐 n 𝑦𝑛′ =0
( n 1) ( n 1) ( n 1)
𝑐1 y1 + 𝑐2 y 2 + ⋯ + 𝑐n y n =0
dengan 𝑛 bilangan tak diketahui yaitu 𝑐1 , 𝑐 2 , … , 𝑐 n dengan matrik koefisien darinya adalah:
𝑊[𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n](𝑥)).
Jika W[𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n](𝑥0 ) 0 untuk suatu 𝑥0 dalam 𝐼, maka determinan dari matrik
koefisien adalah tidak nol, yang berakibat diperoleh hanya satu penyelesaian yang trivial,
yaitu 𝑐1 = 0, 𝑐2 = 0, … , 𝑐n = 0. Jadi himpunan fungsi-fungsi 𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n adalah bebas
linear dalam 𝐼.
Konsekuensinya adalah Jika 𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n adalah penyelesaian PD homogen
linear (3.2) dalam interval 𝐼, dan jika 𝑊[𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n](𝑥0 ) 0 pada suatu titik dalam 𝐼,
jika dan hanya jika 𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦n adalah bebas linear dalam 𝐼.
51
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Tugas Mandiri
Tunjukkan bahwa 𝑦1 = cos 2𝑥,
𝑦2 = 3(1 − 2 sin 2𝑥)
adalah penyelesaian persamaan diferensial y 4 y 0 dalam ( , ).
Tunjukkan pula apakah 𝑦1 , 𝑦2 bebas linear dalam ( , ).
persamaan ( 2.3) dan ( 2.4) dapat ditulis dengan bentuk operator diferensial sebagai :
𝐹(𝐷) 𝑦 = 𝑅(𝑥) dan 𝐹(𝐷) 𝑦 = 0
𝑛 𝑛−1
Dimana 𝐹(𝐷) = 𝑎𝑛 𝐷 + 𝑎𝑛−1 𝐷 + 𝑎𝑛−2 𝐷𝑛−2 + ⋯ + 𝑎1 𝐷 + 𝑎0
Persamaan diferensial tereduksi mempunyai penyelesaian-penyelesaian yang bebas
linear 𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 yang disebut penyelesaian Komplemen dilambangkan dengan 𝑦𝑐 .
Sedangkan PD lengkap mempunyai penyelesaian Komplemen ditambah satu penyelesaian
yang khusus yaitu 𝑦𝑝 . Jadi penyelesaian Umum dari PD Lengkap (PUPL) merupakan
kombinasi linear dari penyelesaian-penyelesaian tersebut sebagaimana dituangkan pada
teorema berikut ini.
Teorema 3.4:
𝑦 = 𝑐1 𝑦1 + 𝑐2 𝑦2 + … + 𝑐𝑛 𝑦𝑛 + 𝑦𝑝 (3.5)
Bukti :
52
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
e mx (a0 m 2 a1m a2 ) 0
53
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
y = e a x ( 𝑐1 cos 𝑏𝑥 + 𝑐2 sin 𝑏𝑥 )
Contoh :
Selesaikan PD 𝑦 ′′ + 5𝑦 ′ + 6𝑦 = 0 dengan syarat awal 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 1
Penyelesaian :
Subtitusi 𝑦 = 𝑒 𝑚𝑥 diperoleh :
persamaan karakteristik : 𝑚2 + 5 𝑚 + 6 = 0
akar-akar karakteristik : 𝑚1 = −3 dan 𝑚2 = −2
PUPD: 𝑦(𝑥) = 𝑐1 𝑒 −3𝑥 + 𝑐2 𝑒 −2𝑥 , turunannya adalah: 𝑦 ′ (𝑥) = −3 𝑐1 𝑒 −3𝑥 − 2 𝑐2 𝑒 −2𝑥
yang memenuhi posisi awal: y (0) 0 0 = c1 + c2 (i)
dan memenuhi kecepatan awal 𝑦 ′ (0) = 1 ⇒ 1 = −3 𝑐1 − 2 𝑐2 ( ii )
dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh 𝑐1 = −1 dan 𝑐2 = 1
jadi PPPD : 𝑦(𝑥) = − 𝑒 −3𝑥 + 𝑒 −2𝑥
Tugas Mandiri:
2) Selesaikan y 3 y 9 y 13 y 0
Kunci Jawaban :
Akar-akar karakteristik : 𝑚1 = −1 , 𝑚23 = 2 3 𝑖
PUPD: 𝑦 = 𝑐1 𝑒 −𝑥 + 𝑒 2𝑥 (𝑐2 cos 3𝑥 + 𝑐3 sin 3𝑥)
3) Selesaikan y ( 4) 8 y 16 y 0
Kunci jawaban :
Akar-akar karakteristik : 𝑚12 = 2𝑖 , 𝑚34 = 2 3𝑖
PUPD: 𝑦 = (𝑐1 cos 2𝑥 + 𝑐2 sin 2𝑥) + 𝑒 2𝑥 (𝑐3 cos 3𝑥 + 𝑐4 sin 3𝑥)
54
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
55
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Dua persamaan dengan 2 bilangan anu L1 (𝑥) dan L2 (𝑥) pasti dapat diselesaikan dengan
1
aturan Cramer : L1 (𝑥) = dan L2 (𝑥) = 2 ,
𝑦 (𝑥) 𝑦2 (𝑥) 0 𝑦2 (𝑥) 𝑦1 (𝑥) 0
∆= | 1′ |, ∆1 = | |, ∆2 = | |
𝑦1 (𝑥) 𝑦2′ (𝑥) 𝐹(𝑥) 𝑦2′ (𝑥) 𝑦1′ (𝑥) 𝐹(𝑥)
Contoh :
Dapatkan penyelesaian umum dari y 4 y 4 y e 2 x ln x
Penyelesaian :
Penyelesaian umum dari PD homogen yang berkaitan adalah :
𝑦𝑐 = 𝑐1 𝑒 −2𝑥 + 𝑐2 𝑥 𝑒 −2𝑥
sehingga penyelesaian partikulir dari PD Lengkap diatas adalah :
𝑦𝑝 (𝑥) = 𝐿1 (𝑥) 𝑒 −2𝑥 + 𝐿2 (𝑥) 𝑥 𝑒 −2𝑥
dimana :
𝐿′1 (𝑥)𝑒 −2𝑥 + 𝐿2 ′(𝑥) 𝑥𝑒 −2𝑥 = 0
𝐿′1 (𝑥)(−2𝑒 −2𝑥 ) + 𝐿′2 (𝑥)𝑒 −2𝑥 (−2𝑥 + 1) = 𝑒 −2𝑥 ln 𝑥
atau 𝐿′1 (𝑥) + 𝐿′2 (𝑥)𝑥 = 0
1 2
→ 𝐿1 (𝑥) = x ln x dx =
4
𝑥 (1 − 2 ln 𝑥)
1 0
2 ln x ln x
L2 (x) =
1 x
=
1
= ln 𝑥 → 𝐿2 (𝑥) = ln x dx = 𝑥 (ln 𝑥 – 1 )
2 1 2x
Dan diperoleh penyelesaian partikulir dari PD Lengkap diatas adalah :
1 2
𝑦𝑝 = 𝑥 (1 − 2 ln 𝑥) 𝑒 −2𝑥 + 𝑥 (ln 𝑥 – 1 ) 𝑥 𝑒 −2𝑥
4
56
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
1 2 −2𝑥
= 𝑥 𝑒 (2 ln 𝑥 – 3 )
4
1 2 −2𝑥
Jadi PUPL 𝑦 = 𝑐1 𝑒 −2𝑥 + 𝑐2 𝑥 𝑒 −2𝑥 + 𝑥 𝑒 (2 ln 𝑥 – 3 ) .
4
Sekarang secara umum kita perluas untuk PD linear tk 𝑛 dengan metode variasi
parameter sebagai berikut.
Bentuk umum PD linear tingkat 𝑛 dengan koefisien konstan:
dny d n1 y dy
n
a1 n 1
... a n1 a n y F ( x) (3.9)
dx dx dx
dengan a1, a2, a3, …, an konstan. Misalkan 𝑦1 (𝑥) , 𝑦2 (𝑥) , … , 𝑦𝑛 (𝑥) adalah penyelesaian
yang bebas linear dari PD homogen:
dny d n1 y dy
n
a1 n 1
... an1 an y 0 (3.10)
dx dx dx
Mempunyai penyelesaian umum atau fungsi Komplemen:
𝑦𝑐 = 𝑐1 𝑦1 (𝑥) + 𝑐2 𝑦2 (𝑥) + … + 𝑐2 𝑦𝑛 (𝑥)
dan penyelesaian partikulir diberikan oleh persamaan :
𝑦𝑝 = 𝐿1 𝑦1 + 𝐿2 𝑦2 + … + 𝐿𝑛 𝑦𝑛
yang memenuhi sifat :
𝐿′1 𝑦1 + 𝐿′2 𝑦2 + … + 𝐿′ 𝑛 𝑦𝑛 = 0
𝐿′1 𝑦′1 + 𝐿′2 𝑦′2 + … + 𝐿′ 𝑛 𝑦′𝑛 = 0
𝐿′1 𝑦′′1 + 𝐿′2 𝑦′′2 + … + 𝐿′ 𝑛 𝑦′′𝑛 = 0
(𝑛−2) (𝑛−2) (𝑛−2)
𝐿′1 𝑦1 + 𝐿′2 𝑦2 + … + 𝐿′ 𝑛 𝑦𝑛 =0
(𝑛−1) (𝑛−1) (𝑛−1)
𝐿′1 𝑦1 + 𝐿′2 𝑦2 + … + 𝐿′ 𝑛 𝑦𝑛 = 𝐹(𝑥)
L1 , L2 ,...Ln diperoleh dari aturan Cramer, kemudian masing-masing diintegralkan sehingga
Contoh:
Selesaikan PD: 𝐷(𝐷 + 2)𝑦 = 49𝑒 𝑥 sin 2𝑥
Penyelesaian
PD lengkap: (𝐷2 + 2𝐷)𝑦 = 49𝑒 𝑥 sin 2𝑥
PR : (𝐷2 + 2𝐷)𝑦 = 0, misalkan 𝑦 = 𝑒 𝑚𝑥 adalah penyelesaian, diperoleh:
57
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
PK : 𝑚2 + 2𝑚 = 0
𝑚(𝑚 + 2) = 0
Akar-akar : 𝑚1 = 0 dan 𝑚2 = −2
PUPR : 𝑦𝑐 = 𝑐1 𝑒 0 + 𝑐2 𝑒 −2𝑥 = 𝑐1 + 𝑐2 𝑒 −2𝑥
PP : 𝑦𝑝 = 𝐿1 (𝑥)𝑦1 (𝑥) + 𝐿2 (𝑥)𝑦2 (𝑥) = 𝐿1 (𝑥)𝐶 + 𝐿2 (𝑥)𝑒 −2𝑥
Yang memenuhi syarat bahwa:
𝐿1 ′(𝑥) 𝐶 + 𝐿2 ′(𝑥)𝑒 −2𝑥 = 0 (i)
𝐿′1 (𝑥)0 + 𝐿′2 (𝑥)(−2)𝑒 −2𝑥 = 49𝑒 𝑥 sin 2𝑥 (ii)
Dari persamaan (ii) diperoleh:
49𝑒 𝑥 sin 2𝑥 49 −𝑥
𝐿′2 (𝑥) = = − 𝑒 sin 2𝑥
(−2)𝑒 −2𝑥 2
49
𝐿2 (𝑥) = ∫ 𝐿′2 (𝑥)𝑑𝑥 = − ∫ 𝑒 −𝑥 sin 2𝑥 𝑑𝑥
2
49 𝑒 −𝑥 49 −𝑥
𝐿2 (𝑥) = − [ (− sin 2𝑥 − 2 cos 2𝑥)] = 𝑒 (sin 2𝑥 + 2 cos 2𝑥)
2 1+4 10
Akibatnya masuk pada persamaan (i) diperoleh:
49
𝐶1 𝐿′1 (𝑥) = −𝐿′2 (𝑥)𝑒 −2𝑥 = 𝑒 −3𝑥 sin 2𝑥
2
49 −3𝑥 49
𝐶1 𝐿1 (𝑥) = ∫ 𝑒 sin 2𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 −3𝑥 sin 2𝑥 𝑑𝑥
2 2
49 𝑒 −3𝑥 49 1 −3𝑥
𝐶1 𝐿1 (𝑥) = [ (−3 sin 2𝑥 − 2 cos 2𝑥)] = ( ) 𝑒 (−3 sin 2𝑥 − 2 cos 2𝑥)
2 9+4 2 13
Karena 𝑦𝑝 = 𝐿1 (𝑥)𝐶1 + 𝐿2 (𝑥)𝑒 −2𝑥 maka:
49 1 −3𝑥 49
𝑦𝑝 = [ ( ) 𝑒 (−3 sin 2𝑥 − 2 cos 2𝑥)] + [ 𝑒 −𝑥 (sin 2𝑥 + 2 cos 2𝑥)] 𝑒 −2𝑥
2 13 10
49 49
𝑦𝑝 = [ 𝑒 −3𝑥 (−3 sin 2𝑥 − 2 cos 2𝑥)] + [ 𝑒 −3𝑥 (sin 2𝑥 + 2 cos 2𝑥)]
26 10
3 2 1 2
𝑦𝑝 = 49 𝑒 −3𝑥 [(− sin 2𝑥 − cos 2𝑥)] + [( sin 2𝑥 + cos 2𝑥)]
26 26 10 10
3 1 2 2
𝑦𝑝 = 49 𝑒 −3𝑥 [(− + ) sin 2𝑥] + [(− + ) cos 2𝑥]
26 10 26 10
−30 + 26 −20 + 52
𝑦𝑝 = 49 𝑒 −3𝑥 [( ) sin 2𝑥] + [( ) cos 2𝑥]
260 260
−4 32
𝑦𝑝 = 49 𝑒 −3𝑥 [( ) sin 2𝑥] + [( ) cos 2𝑥]
260 260
−1 8
𝑦𝑝 = 49 𝑒 −3𝑥 [( ) sin 2𝑥] + [( ) cos 2𝑥]
65 65
58
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
−1 8
Jadi PUPL adalah: 𝑦 = 𝑐1 + 𝑐2 𝑒 −2𝑥 + 49 𝑒 −3𝑥 [( 65 ) sin 2𝑥] + [(65) cos 2𝑥].
Tuga
Kunci jawaban: PUPR: 𝑦 = 𝑒 𝑥 (𝑐1 + 𝑐2 𝑥 + 𝑐3 𝑥 2 ).
s man
PUPL : 𝑦 = 𝑐1 𝑒 𝑥 + 𝑐2 𝑥 𝑒 𝑥 + 𝑐3 𝑥 2 𝑒 𝑥 + 𝑥 3 𝑒 𝑥 (6 ln 𝑥 − 11)
diri
3.2.2.2. Penyelesaian Partikulir dari PD Lengkap dengan Metode Operator D
d
Operator D adalah operator diferensial. Jika dapat ditulis sebagai 𝐷 maka
dx
dy d2y
= 𝐷𝑦 dan 2
= 𝐷2 𝑦. Sedangkan 𝐷 −1 adalah operator integral:
dx dx
𝐷−1 𝑦 = ∫ 𝑦𝑑𝑥
yang berati operator 𝐷−1 = ∫ 𝑑𝑥 dengan demikian 𝐷−2 𝑦 berarti mengintegralkan 𝑦 dua
kali. Untuk mempermudah pemahaman dan penguasaan konsep menentukan penyelesaian
partikular maka padang kembali PD lengkap orde dua persamaan (3.6):
d2y dy
a2 2
a1 a 0 y R( x)
dx dx
dengan 𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 konstan, dapat ditulis menjadi:
a 2 D 2 y a1 Dy a 0 y R( x) (3.11)
𝐹(𝐷 ) disebut Polinomial operator 𝐷 . Dan persamaan (3.11) dapat ditulis menjadi :
𝐹(𝐷 ) 𝑦 = 𝑅(𝑥) (3.12)
PD Tereduksinya dapat ditulis : 𝐹(𝐷 ) 𝑦 = 0 (3.13)
Yang mempunyai penyelesaian komplemen: 𝑦𝑐 (𝑥) = 𝑐1 𝑒 𝑚1 𝑥 + 𝑐2 𝑒 𝑚2 𝑥 . Selanjutnya dicari
penyelesaian particular 𝑦𝑝 . Penyelesaian Umum Persamaan Diferensial Lengkap (PUPL)
adalah fungsi yang merupakan kombinasi Linear dari penyelesaian PD tereduksi dengan
penyelesaian partikular, yaitu:
𝑦(𝑥) = 𝑐1 𝑒 𝑚1 𝑥 + 𝑐2 𝑒 𝑚2 𝑥 + 𝑦𝑝 (3.14)
Adapun cara mendapatkan penyelesaian partikular dengan metode operator D diperoleh dari
persamaan berikut ini:
59
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
1
yp = R( x) (3.15)
F ( D)
Sekarang perhatikan (3.15), 𝐹(𝐷 ) dapat diuraikan menjadi :
𝐹(𝐷 ) = (𝐷 – 𝑚1 ) (𝐷 – 𝑚2 )
1
maka 𝑦𝑝 = 𝑅(𝑥)
(𝐷 – 𝑚1 ) (𝐷 –𝑚2 )
dimana masing-masing pecahan operator dioperasikan terhadap R(x), misalkan pada bagian
1
R( x) = u , 𝑛 = 1,2. atau 𝐷𝑢 – 𝑚𝑛 𝑢 = 𝑅(𝑥) yang merupakan PD linear tingkat
( D mn )
Contoh
Selesaikan PD berikut: y y e 2 x
Penyelesaian.
PR: 𝑦 ′′ − 𝑦 = 0. Misalkan 𝑦 = 𝑒 𝑚𝑥 adalah penyelesaian maka diperoleh akar karakteristik
𝑚12 = ±1. Oleh karena itu:
PUPR: 𝑦 = 𝑐1 𝑒 𝑥 + 𝑐2 𝑒 −𝑥
1 1 1 1
dan 𝑦𝑝 = 𝐷+1 (𝐷−1 𝑒 2𝑥 ) = 𝐷+1 (𝑒 𝑥 ∫ 𝑒 −𝑥 . 𝑒 2𝑥 𝑑𝑥 ) = 𝐷+1 (𝑒 2𝑥 )
1
= 𝑒 −𝑥 ∫ 𝑒 𝑥 . 𝑒 2𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 −𝑥 ∫ 𝑒 3𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 2𝑥
3
1
Jadi PUPL: 𝑦 = 𝑐1 𝑒 𝑥 + 𝑐2 𝑒 −𝑥 + 3 𝑒 2𝑥
Diberikan teorema berikut yang sangat bermanfaat untuk memperoleh penyelesaian PD yang
sangat bermanfaat untuk memperoleh penyelesaian PD lengkap lebih mudah sebagai berikut:
60
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Teorema 3.5 :
1 1
1 [𝑒 𝑎𝑥 ] = 𝑒 𝑎𝑥 dimana 𝐹(𝑎) ≠ 0
𝐹(𝐷) 𝐹(𝑎)
2 1 1
[𝑒 𝑎𝑥 𝑓(𝑥)] = 𝑒 𝑎𝑥 𝑓(𝑥)
𝐹(𝐷) 𝐹(𝐷 + 𝑎)
1 1
3 sin(𝑎x + 𝑏) = 𝐹(− 𝑎2) sin(𝑎x + 𝑏) , 𝐹(− 𝑎2 ) ≠ 0
𝐹(𝐷 2 )
1 1
2
cos(𝑎x + 𝑏) = cos(𝑎x + 𝑏) , 𝐹(− 𝑎2 ) ≠ 0
𝐹(𝐷 ) 𝐹(− 𝑎2 )
4 1
𝑃 (𝑥) = [𝑎0 + 𝑎1 𝐷 + 𝑎2 𝐷2 + … + 𝑎𝑛 𝐷n ]𝑃𝑛
𝐹(𝐷) 𝑛
5 1 1 F ( D)
[ 𝑥 𝑉(𝑥) ] = 𝑥 𝑉(𝑥) − 𝑉(𝑥).
F ( D) F ( D) {F ( D)}2
Disamping itu, rumus berikut ini akan banyak penggunaannya dalam mendapatkan
penyelesaian partikular:
Euler : 𝑒 𝑖𝑎𝑥 = cos 𝑎𝑥 + 𝑖 sin 𝑎𝑥 .
1
Mac’Laurint : 1 x x 2 x 3 x 4 x 5 ...
1 x
1
1 x x 2 x 3 x 4 x 5 ...
1 x
contoh:
1. Dapatkan penyelesaian umum dari y y e 2 x
Penyelesaian :
PR : (𝐷2 + 1)𝑦 = 0, misalkan 𝑦 = 𝑒 𝑚𝑥 adalah penyelesaian, diperoleh:
PK : 𝑚2 + 1 = 0
Akar-akar : 𝑚12 = 𝑖
PUPR : 𝑦 = 𝑐1 cos 𝑥 + 𝑐2 sin 𝑥.
1 1 1
PP : 𝑦𝑝 = 𝐷2 +1 ( 𝑒 2𝑥 ) = 4+1 ( 𝑒 2𝑥 ) = 5 𝑒 2𝑥
1
PUPL : 𝑦 = 𝑐1 cos 𝑥 + 𝑐2 sin 𝑥 + 5 𝑒 2𝑥
61
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Penyelesaian :
PUPR : 𝑦 = 𝑐1 cos 𝑥 + 𝑐2 sin 𝑥.
1 1 1
PP : 𝑦𝑝 = 𝐷2 +1 ( 12 cos 2𝑥 − sin 𝑥) = (12 cos 2𝑥) − ( sin 𝑥)
𝐷 2 +1 𝐷 2 +1
1 1 1
= −3 (12 cos 2𝑥) − 𝐼𝑚 {𝐷−𝑖 𝐷+𝑖 (𝑒 𝑖𝑥 )}
1 1 𝑖𝑥
= −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 { (𝑒 )}
𝐷 − 𝑖 2𝑖
1 1
= −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 { (𝑒 𝑖𝑥 . 1)}
2𝑖 𝐷 − 𝑖
1 1
= −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 { 𝑒 𝑖𝑥 (1)}
2𝑖 (𝐷 + 𝑖) − 𝑖
1 𝑖𝑥 1 1
= −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 { 𝑒 (1)} = −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 { 𝑒 𝑖𝑥 𝑥}
2𝑖 𝐷 2𝑖
𝑖
= −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 {− (cos 𝑥 + 𝑖 sin 𝑥) 𝑥}
2
𝑖 1
= −4 cos 2𝑥 − 𝐼𝑚 {(− cos 𝑥 + sin 𝑥) 𝑥}
2 2
1
= −4 cos 2𝑥 + 𝑥 cos 𝑥
2
1
PUPL : 𝑦 = 𝑐1 cos 𝑥 + 𝑐2 sin 𝑥 − 4 cos 2𝑥 + 𝑥 cos 𝑥
2
Tugas mandiri
1. Dapatkan penyelesaian umum : y 4 y 5 y cos 2 x
cos 2𝑥−8 sin 2𝑥
(Kunci jawaban: PUPR: 𝑦 = 𝑒 2𝑥 (𝑐1 cos 𝑥 + 𝑐2 sin 𝑥) dan 𝑦𝑝 = )
65
Setelah dapat mencari penyelesaian PD Lengkap tingkat 2 ini, kansep tersebut dapat
di generalis untuk mendapatkan PD Lengkap tingkat 𝑛 dengan koefisien konstan.
Contoh
𝑑
Selesaikan PD: [𝐷3 + 𝐷2 + 𝐷 + 1]𝑦 = 𝑒 −𝑥 , dimana 𝐷 = 𝑑𝑥.
Penyelesaian
PR: [𝐷3 + 𝐷2 + 𝐷 + 1]𝑦 = 0
62
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
y = dy dy dt a dy = a dy (3.17)
dx dt dx ax b dt ax b dt
d dy = d a dy = a2 d 2 y dy
y 2
2
dx dx dx ax b dt (ax b) dt dt
63
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
y a2 d d (3.18)
1 y
(ax b) dt dt
2
(ax b) y = a Ð y
(ax b) 2 y = a2 Ð (Ð-1) y
dan persamaan ( 3.16) menjadi PD linear tingkat 𝑛 dengan koefisien konstan:
{ a2 Ð (Ð-1)+ p1 a Ð + p0 }y = Q(t) (3.19)
Yang dapat diselesaikan dengan metode Variasi Parameter atau dengan metode Operator D.
Secara umum merubah PD Cauchy-Euler menjadi PD dengan koefisien konstan dirumuskan
sebagai berikut:
Misalkan 𝑒 𝑡 = 𝑎𝑥 + 𝑏 maka:
(ax b) y = a Ð y
(ax b) 2 y = a2 Ð (Ð-1) 𝑦
Contoh
1
Selesaikan PD: (𝑥 + 2)3 𝑦 ′′′ + 4 (𝑥 + 2)2 𝑦 ′′ + 3 (𝑥 + 2)𝑦 ′ + 𝑦 = (𝑥+2)
Penyelesaian
𝑡
MIsalkan 𝑒 𝑡 = 𝑥 + 2 maka 𝑡 = ln(𝑥 + 2) dan Ð = 𝑑𝑡
Penyelesaian Komplemennya:
𝑦𝑐 = 𝑐1 𝑒 −𝑡 + (𝑐2 cos 𝑡 + 𝑐3 sin 𝑡)
𝑐1
𝑦𝑐 = + (𝑐2 cos ln(𝑥 + 2) + 𝑐3 sin ln(𝑥 + 2))
(𝑥 + 2)
Sedangkan penyelesaian partikularnya diperoleh sebagai berikut:
1
𝑦𝑝 = 𝑒 −𝑡
( (Ð + 1)(Ð2 + 1))
1 𝑒 −𝑡 1 𝑒 −𝑡 1
𝑦𝑝 = 𝑒 −𝑡 . 1 = .1 = t= ln(𝑥 + 2)
2 (Ð + 1) 2 Ð 2 2(𝑥 + 2)
Jadi Penyelesaian Umum PD Euler diatas adalah:
𝑐1 1
𝑦= + (𝑐2 cos ln(𝑥 + 2) + 𝑐3 sin ln(𝑥 + 2)) + ln(𝑥 + 2)
(𝑥 + 2) 2(𝑥 + 2)
Tugas mandiri:
Tentukan penyelesaian dari: (3𝑥 + 2)2 y + 3 (3𝑥 + 2) y − 9 𝑦 = 6 𝑥
Kunci jawaban:
65
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Untuk soal 1 – 3.
Tunjukkan bahwa fungsi berikut adalah penyelesaian dari Persamaan Diferensial yang
diberikan dalam , .
1. y" y'6 y 0 , y1 e 3 x , y 2 e 2
3. y"2 y' y 0 , y1 e x , y 2 xe x , y3 e x ( x 2)
Untuk nomer 6 – 12 Tentukan penyelesaian umum dari persamaan diferensial yang diberikan:
7. y"5 y 6 y 0
9. y y 4 y 4 y 0
66
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
10. D 2 y 0
2
11. D 2
6D 34 y 0
12. D 2
4 D 1y 0
13. Dapatkan penyelesaian dari MNA y" y '6 y 0 , y (0) 3 , y ' (0) 1
2 2
x y
Dimana p 1
, q
2
2 2 2
15. D 2
2D 3 y 15e 4 x
17. D 2
2 D 1 y 3 x x 4
24. ( 𝑥 3 𝐷3 + 2𝑥 𝐷 − 2 ) 𝑦 = 𝑥 2 ln 𝑥 + 3𝑥
25. {( 3𝑥 + 2)2 𝐷2 + 3 (3𝑥 + 2) 𝐷 – 36 }𝑦 = 3𝑥 2 + 4𝑥 + 1
67
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
dimana konstan.
Selesaikan MNA tersebut.
Berikan kondisi untuk y 0 dan y1 agar solusi MNA berasimtotis ke 0 jika x .
, 1
q
( 2 )
2
3x
4) Seleaikan (D2 – 6D +9) = e 2
x
68
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
69
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Diperoleh : c1 = 1 (2 y 0 y1 ) dan c2 = 1 (3 y 0 y1 )
5 4 5
Jadi penyelesaian khusus : y = 1 (2 y 0 y1 ) e3x + 1 (3 y 0 y1 ) e-2x - e x
5 4 5 4
pada PD diperoleh :
1
f ( ) 2 f ( ) f ( ) 0
2 ( 2 2 ) ( 2 2 )
2
atau PD : d f2 2 p df a2 f 0
d d
1
dimana p= , q=
( 2 )
2
( 2 2 )
70
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kompetensi Dasar :
- Kemampuan mengaplikasikan PD tk 2 ke dalan masalah nyata
yang berkaitan
- Kemampuan memformulasikan Permasalahan mekanika &
rangkaian listrik ke bentuk PD
- Dapat menjelaskan interpretasi hasil penyelesaian PD
4.1. Pengantar
Hal yang penting dalam menganalisa suatu masalah untuk mengetahui perilaku atau
solusi dari suatu fenomena alam adalah membuat suatu model matematika yang tepat
untuknya, sebelum menyelesaikan masalah itu sendiri. Hukum-hukum alam dan hipotesa-
hipotesa dapat diterjemahkan ke dalam persamaan yang mengandung turunan melalui bahasa
matematika. Hukum-hukum fisika sangat berperanan dalam membuat model yang berkaitan
dengan sifat-sifat alam. Sebagai contoh bahwa hukum Newton II mengenai gerak, meliputi
percepatan memegang peranan penting dalam penurunan model matematisnya yang
berbentuk persamaan diferensial linear.
Keadaan inilah yang merupakan persoalan pada banyak model-model matematika
sehingga untuk memperoleh suatu persamaan diferensial yang melukiskan suatu persoalan
kehidupan nyata, biasanya kita memisalkan bahwa keadaan sebenarnya diatur oleh hukum-
hukum yang sangat sederhana dengan meng-idealkan keadaan sebenarnya. Sekali model
matematika tersusun dalam bentuk persamaan diferensial, langkah selanjutnya ialah
menyelesaikan persamaan diferensial itu dan menggunakan penyelesaiannya untuk membuat
perkiraan mengenai kelakuan masalah sebenarnya. Dalam hal perkiraan itu tidak sesuai
dengan kenyataan, kita harus mengubah pemisalan-pemisalannya untuk mengarahkan dan
mengusahakan membentuk suatu model yang lebih mendekati kenyataan.
Dalam bab ini akan dibahas sistem pegas yang berosilasi secara bebas maupun yang
diberi gaya luar, analisa rangkaian RLC. Dan akan diberikan latihan soal serta test formatif 4
beserta kunci jawabannya sebagai latihan agar membantu mempermudah dalam mempelajari
materi dalam bab ini.
71
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Seperti yang dijelaskan dalam pengantar dalan bab ini bahwa perumusan matematis
suatu permasalahan yang berbentuk sebuah model matematis adalah hal yang sangat penting
sebelum menyelesaikan masalah itu sendiri.
Sebagai contoh akan diberikan fenomena yang akan di buat model matematikanya
sebagai berikut:
Sebuah massa 𝑚 kg diberikan pada pegas yang semula memiliki panjang L0 meter, pada 𝑡 =
0. Massa berpindah dari jarak X 0 meter dengan kecepatan V0 meter/menit. Diasumsikan
gerakan terjadi secara vertical dengan aturan bahwa jarak diukur positif dengan arah menurun
kebawah. Secara matematis harus ditentukan gaya yang menyebabkan terjadinya pergerakan.
Pertama anggap bahwa pegas dalam posisi setimbang dimana massa menggantung secara
bebas dari pegas tanpa ada gerakan. Gaya yang menyebabkan massa dalam posisi setimbang
adalah :
1. gaya oleh grafitasi : 𝐹𝑔 = 𝑚. 𝑔
2. Gaya pegas 𝐹𝑠 , yang menyebabkan perpindahan pegas dari panjang awalnya, lihat
gambar 4.1.
Panjang
awal L0
Arah
L0
positip
Gambar 4.1
Sistem pegas dalam kesetimbangan statis
Dimana k adalah konstanta positip yang disebut konstanta pegas dengan satuan meter/kg. Jika
L0 menunjukkan regangan pegas dari posisi kesetimbangan statisnya, maka : Fs = - k
L0. Karena sistemnya dalam kesetimbangan statis, maka gaya pegas harus diseimbangkan oleh
gaya grafitasi : 𝐹𝑠 + 𝐹𝑔 = 0
𝐹𝑔 = − 𝐹𝑠
𝑚. 𝑔 = 𝑘 𝐿0 (2.1.1)
Anggap situasi ketika massa telah menimbulkan gerakan X (t ) yang menunjukkkan posisi
massa pada waktu t dan missal X 0 bertepatan dengan sistem pada posisi setimbang, maka
persamaan gaya yang menyebabkan massa bergerak sebagai berikut:
1. Gaya grafitasi : 𝐹𝑔 = 𝑚. 𝑔 (2.1.2)
2. Gaya pegas Fs pada waktu t perpindahan total pegas dari panjang awalnya adalah 𝐿0 +
X (t ) , menurut hukum Hooke :
𝐹𝑠 = − 𝑘 ( 𝐿0 + X (t ) ) (2.1.3)
3. Gaya yang disebabkan oleh tekanan pada luasan tertentu (Fd). Secara umum gerakan
disebabkan karena gas, misalnya tekanan udara, seperti yang ditunjukkan pada gambar
4.2 , merupakan sistem gas luar, misalkan dashphot . Diasumsikan bahwa gaya yang
disebabkan oleh tekanan gas secara langsung sebanding dengan kecepatan massa
dX
𝐹𝑑 = − 𝑐 (2.1.4)
dt
Dimana 𝑐 adalah konstanta positip yang disebut konstanta gas. Tanda negatip dikarenakan
𝐹𝑑 selalu menyebabkan arah berlwanan dengan gerakan.
73
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
X=0,
X(t)
Dashpot
Gambar 4.2
Model sederhana dari sistem pegas dengan redaman
3. Gaya pendorong luar 𝐹(𝑡) yang ditimbulkan. Sebagai contoh bagian puncak pegas dari
massa itu sendiri, boleh disebut gaya luar.
Jumlah gaya yang menyebabkan sistem beraksi akan dijumlahkan dengan menggunakan
hukum Newton II, diperoleh persamaan diferensial yang menyebabkan gerakan adalah :
d2X
m Fg Fs Fd f (t )
dt 2
d2X dX
m 2
mg k ( L0 X ) c F (t )
dt dt
d2X dX
m 2
mg k ( L0 X ) c F (t )
dt dt
atau:
d 2 X c dX k 1
2
X F (t ) (2.1.5)
dt m dt m m
dx
dengan kondisi nilai awal yang harus diberikan adalah : X(0) = x0 , v0
dt
Oleh karena itu untuk menentukan gerakan dari sistem harus mengatasi MNA :
d 2 X c dX k 1
2
X F (t )
dt m dt m
dX ( 0)
m (2.1.6)
X (0) x0 , v0
dt
Selanjutnya akan kita bahas lebih dahulu untuk kasus 𝐹(𝑡) = 0 dan untuk kasus 𝐹(𝑡)
0 kita bahas pada bagian berukutnya.
74
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Dalam kasus ini diperkenalkan dua konstanta baru A0 dan yang didefinisikan dalam c1
dan c 2 .
75
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
c
dengan A0 = c1 c2
2 2
= tan-1 2 (2.2.7)
c1
Jelasnya, gerakan yang dinyatakan oleh (2.2.8) adalah gerak periodik. Kita mengacu kepada
gerakan seperti gerak harmonik sederhana. Gambar (4.3) menggambarkan gerakan ini untuk
tipe nilai konstanta A0 , 0 , dan .
gambar 4.3
Gerak Harmonik sederhana
Massa berosilasi kontinu dengan amplitude konstan
Adapun penamaan untuk ketiga konstanta diatas adalah :
A0 : ampiltudo gerakan
T = 2 = 2 m (2.2.9)
0 k
1
sehingga frekuensi osilasi, f adalah f = = 0 = 1 k
T 2 2 m
76
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
c c 2 4km
Dengan akar-akar : 𝑟12 =
2m
Karakter sstem tergantung pada akar-akar karakteristiknya : real berbeda, real kembar dan
komplek. Ketiga situasi ini akan muncul pada besarnya c 2 4km . Umtuk pegas bermassa
tertentu hanya dampingnya yang dapat diubah, hal ini akan memunculkan terminology
berikut :
Kita katakana sistem dalam kondisi :
( c
2 m )t 4km c 2
a) X(t) = e (c1 cos t + c2 sin t ) , = (2.2.10)
2m
( c
b) X(t) = e 2 m )t ( c1 + c2 t ) (2.2.11)
( c
2 m )t c 2 4km
c) X(t) = e ( c1 evt + c-vt ) ,v = (2.2.12)
2m
dalam ketiga kasus ini kita memiliki definisi : lim X (t ) 0
t
yang menyatakan bahwa tidak ada gerakan untuk t bernilai tak hingga. Atau berasimtotis ke
0 untuk t .
bersifat osilasi, tetapi tidak periodik. Amplitudo gerakan mencapai npl bersaman dengan
77
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
waktu yang cukup lama, dan T waktu antara dua posisi maksimum ( atau minimum) dari 𝑋(𝑡)
memiliki nilai konstan :
2 4 m
T = =
4km c 2
Gambar 4.4
( c
2 m )t
Osilasi harmonic dg redaman massa berosilasi Antara A0 e .
sehingga dengan mudah terlihat bahwa (2.2.14) dapat ditulis dalam bentuk :
𝑐 𝑐
𝑋(𝑡) = 𝑒 −(2𝑚)𝑡 ( 𝑥0 + (𝑣0 + 𝑥 )) 𝑡
2𝑚 0
Akibatnya, sistem akan melewati posisi setimbang yang diberikan oleh x 0 dan
𝑐
(𝑣0 + 2𝑚 𝑥0 ) yang memiliki tanda berlawanan. Sketsa dari gerak tersebut digambarkan pada
gambar (4.5)
Sistem tidak mencapai
titik kesetimbangan
X(t)
t
Sistem mencapai
titik kesetimbangan
Gambar 4.5
78
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2m 2m
c 2 4km
Misalkan 𝑣 = , penyelesaian umum PD (2.2.2) adalah
2m
𝑐
𝑋(𝑡) = 𝑒 −(2𝑚)𝑡 ( 𝑐1 𝑒 𝑣𝑡 + 𝑐 −𝑣𝑡 )
Selama 𝑐, 𝑘, 𝑚 bernilai positip, maka akar-akar dari persamaan karakteristik adalah negatip,
yang menyatakan bahwa kedua faktor di 𝑋(𝑡) saling meniadakan menurut fungsi waktu.
Tidak ada osilasi. Gerakan mirip dengan gerak pada kasus critical damped. Sistem dapat
mencapai posisi setimbang hanya sekali. Hal ini diilustrasikan dalam gambar (4.6).
Gambar 4.6.
4.2.2. Osilasi Oleh Gaya Luar
Sekarang kita pertimbangkan situasi ketika sistem massa pegas ditarik keatas
dengan gaya luar. Sebagai contoh, Puncak dari gaya pegas yang saling tarik menarik tiba-tiba
bergetar, misalnya seseorang yang berjalan melintas diatasnya. Sebagaimana yang ditunjuk
pada bagian sebelumnya, PD yang tepat untuk mendiskripsikan perubahan sIstem adalah :
d 2 x c dx k 1
2
+ + x = F (t )
dt m dt m m
Situasi penting akan muncul ketika gaya yang diaplikasikan secara periodik dalam waktu
tertentu, dan pembahasan kita batasi pada gaya gerak dalam bentuk:
F (t ) F0 cos t
79
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
k
0
m
Fungsi komplemen untuk (2.3.2) adalah : xc (t ) = c1 cos0 t + c2 sin 0 t
0 atau 0 .
1 1
x p (t ) = F0 2 cos t (2.3.4)
m 0 2
sehingga penyelesaian umum (2.3.2) :
1 1
x (t ) = A0 cos (0t ) + F0 2 cos t (2.3.5)
m 0 2
Hasil pergerakan ini terdiri dari super posisi dua model geteran harmonic sederhana. Salah
satu darinya mempunyai frekwensi sudut 0 dari sistem. Dan model lainnya memiliki
frekwensi gaya gerak. Maka pergerakannya berupa gelombang dan dibatasi untuk semua
waktu, tetapi tidak periodic pada umumnya. Tentu saja, ini bisa ditunjukkan (lihat gambar
(2.3.1)) bahwa gerakan secara periodik hanya terjadi bila perbandingan / 0 merupakan
bilangan real. Dapat dikatakan bahwa
/ 0 = 𝑝/𝑞 (2.3.6)
80
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
dimana 𝑝 dan 𝑞 merupakan bilangan bulat positip. Dalam kasus ini , periode untuk gerakan
2 q 2 p
ini adalah: T=
0
dimana 𝑝 dan 𝑞 merupakan bilangan bulat terkecil yang diberikan olen (2.3.6). Type gerakan
(nonperiodik) dari pers(2.3.5) diberikan oleh gambar (4.7).
x(t)
Gambar 4.7.
Osilasi harmonik dengan gaya luar
x (t ) = A0 cos (0t ) + 1
t sin 0 t (2.3.9)
2m 0
Kita ketahui bahwa gerakan merupakan sebuah gelombang tetapi amplitudonya meningkat
tanpa batas t . Fenomena ini terjadi ketika frekwensi gerak dan frekwensi sistem sama
besarnya disebut dengan Resonansi. Dan ini tidak bisa diberikan gaya/tekanan berlebih .
Sebagai contoh , kejadian resonansi pada waktu tertentu kadang disebabkan elastisitas pegas
mendekati batas ambang, dan karena itu sistem akan rusak. Situasi seperti ini digambarkan
pada gambar (4.8) dibawah ini.
81
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Gambar 4.8:
Resonansi Amplitudo getaran meningkat tanpa batas.
H H
dan o k / m . Dan penyelesaian umum dari (2.3.9) adalah :
F0
x (t ) = A0 cos (0t ) + cos[ t ] (2.3.12)
H
Untuk nilai 𝑡 yang sangat besar maka 𝑥𝑐 dominant, untuk alasan ini fungsi komplemen
merupakan bagian Transien dari penyelesaian , dan 𝑥𝑝 dikatakan bagian Steady state. Dari
penyelesaian. Kita tinjau (2.3.12) kembali sebagai superposisi dua getaran harmonic satu
dengan resonansi dan lainnya tanpa resonansi. Getaran harmonik sederhana ini kadang
berfrekwensi sama dengan frekwensi gaya gerak benda.
Bagian untuk resonansi kritis maupun over resonansi adalah sama, karena
kedua bagian fungsi complement menghasilkan penyelesaian eksponensial dan penyelesaian
steady state. Macam macam gerakan dari sistem gaya mekanik dengan resonansi ditunjukkan
gambar (4.9)
82
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
x(t)
Gambar 4.9
Contoh gerakan oleh gaya luar dengan redaman.
gambar 4.10
Gambar rangkaian RLC
Sehingga persamaan (2.2.1) dapat ditulis sebagai PD tingkat 2 dengan koefisien konstan :
d 2 q R dq 1 1
2
+ q = E (t ) (2.2.3)
dt L dt LC L
83
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
d 2 q R dq 1
Perhatika PD homogen : 2
+ q =0 (2.2.4)
dt L dt LC
ini mempunyai persamaan karakteristik: P(r) = r2 + R r 1 = 0
L LC
L
R R2 4
Dan akar-akar karakteristik : r12 = C
2L
Tiga hal yang akan menjadi kemungkinan dari rangkaian ini :
Underdamped (redaman kecil) jika R2 < 4 L
C
( R
2 L )t 4L / C R2
a) q(t) = e (c1 cos t + c2 sin t ) , = (2.2.5-a)
2L
( R
b) q(t) = e 2 L )t ( c1 + c2 t ) (2.2.5-b)
( R
2 L )t R2 4L / C
c) q(t) = e ( c1 evt + c-vt ) ,v = (2.2.5-c)
2L
dalam ketiga kasus dengan R 0 maka : lim q(t ) 0 sebanding dengan menyatakan
t
qc merupakan bagian treansien dari solusi (2.2.4) karena berkaitan dengan waktu sebagai
eksponensial . Sebagai contoh , perhatikan kasus aliran periodik EMF pada rangkaian
Underdampet .
84
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Walaupun permasalahan berbeda secara fisik, akan tetapi dari matematika murni
identik yang berkorespondensi antara variable-variabel dan parameter di RLC circuit
dan sistem pegas-massa , sehingga hasil / penyelesaiannya dari circuit RLC mengikuti
sistem pegas-massa, buat beberapa pengamatan dan satu contoh ilustrasi, lalu buat
tabel kesetaran antara circuit RLC dengan sistem pegas-massa
Contoh Soal :
1.Suatu sistem pegas-massa yang mana gerakannya diberikan dalam bentuk MNA :
d 2x dx
+ 0 x=0,
2
2
x(0) = x0 , (0) = v0
dt dt
dimana 0 , x0 , v0 adalah konstanta. Dapatkan Frekuensi sudut sistem, Amplitudo, Fase
gerakan dan Periode dari sistem untuk berosilasi.
Jawab.
Misalkan 𝑒 𝑘𝑥 adalah penyelesaian , diperoleh :
PK : k2 + 0 2 = 0
85
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Akar-akar karakteristik : k = 0 i
v0 = 0 + 0 c2 cos 0 c2 = v0
0
d 2x k
Karena pegas berosilasi bebas tanpa redaman maka bentuk PD : + x=0
dt 2 m
Maka diperoleh :
0 0
2. Perhatikan suatu sistem pegas-massa tanpa gaya redam yang mana gerakannya
diberikan oleh :
d 2x
+ 0 x = F0 cos t , dx (0) = 0
2
2
x(0) = 0 ,
dt dt
Dapatkan penyelesaiannya jika : - =0
- ≠ 0
Jawab :
Dari soal no 2 diatas diperoleh :
PUPR : x(t) = c1 cos 0 t + c2 sin 0 t.
1 F0
Untuk Untuk 0 : xp = cos t
D 0 m
2 2
F0 1
= cos t
m 02
2
86
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
F0 1
PUPD: x(t) = c1 cos 0 t + c2 sin 0 t + cos t
m 02
2
F0 cos t
= c1 cos 0 t + c2 sin 0 t +
m( 0 2)
2
1 F0
Untuk = 0 : xp = cos t
D m
2
2
F0 1 it
xp = Re{ 2 e }
m D 2
F0 1 it
= Re{ e .1 }
m 2i (D i)
it
F0 e F0
= Re{ .1 }= t sin t
m 2i D 2 m
F0
PUPD: x(t) = c1 cos 0 t + c2 sin 0 t + t sin t .
2 m
Jawab.
Penyelesaian Steady state :
1 1
xp = 10 sin t = 2 10 sin t
D 2 3D 2 1 3D 2
1) 3 cos t sin t
= 10(3D sin t = 10 =
9D 1
2
10
= sin t 3 cost . . . . . . . . (*)
F0 F
Sedangkan 2
sin (t- ) = 02 [sin t cos - sin cos t ]
H H
F0
xp = sin (t- ) = A0 sin (t- ), dengan A0 = 10 .
H
87
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
5. Diberika sistem pegas massa dengan redaman yang mana gerakannya diberikan oleh:
d 2x dx dx
2
+2 + 5x = 17 sin2t , x(0) = -2 , (0) = 0.
dt dt dt
a). Apakah termasuk dalam Underdamped, critically damped atau overdamped.
b). Dapatkan penyelesaian dari MNA dan identifikasi yang mana bagian Transient dan
bagian Steady state.
88
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
1. Suatu beban dengan massa 1 kg dikaitkan pada pegas dengan konstanta pegas k =
2.104 gram/cm. Kemudian dikenakan redaman dengan koefisien redaman C= 4000
dyne-s/cm. Pada mulanya massa tersebut ditarik kebawah sejauh 3 cm kemudian
dilepas
a). Formulasikan MNA yang merepresentasikan masalah tersebut.
b). Tentukan solusi MNA tersebut dan tuliskan dalam bentuk
x (t ) = A0 cos (0t ) .
c). Ceritakan dengan singkat apa yang terjadi dengan gerak pegas massa tersebut.
2. Dapatkan arus dalam rangkaian RLC pada saat t dengan diketahui 𝑅=3
, L= 1/2 H , C= 1/5 F dan E = 2 cos t volt. Hitung nilai yang memaksimumkan
amplitudo dari arus tetap.
3. Diberika sistem pegas massa dengan redaman dimana 𝑚 = 1, 𝑘 = 5, 𝐶 = 2 dan
𝐹(𝑡) = 8 cos t .
a). Dapatkan penyelesaian bagian Transient dan bagian Steady state.
b). Dapatkan nilai yang memaksimumkan amplitudo dari penyelesaian Steady state
dan penyelesaiannya nyatakan dalam bentuk :
𝑥𝑝 = 𝐴0 𝑐𝑜𝑠 ( t- ), Untuk suatu 𝐴0 , , dan yang konstan.
89
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
3 2 3 5 3
1. a). k = 3, b). 0 , A0 , , T 4
2 3 6 3
2. overdamped, x = e-2 t ( 2 et-1).
3. critically damped , x = e- t ( t -1).
2 -2 t
2. Underdamped, x = e ( 3 cos 3t 5 3 sin 3t ).
3
5. a).Termasuk dalam Underdamped.
b). x = 2 e- t cos2t 4 cos2t sin 2t .
bagian Transient : xT = 2 e- t cos2t.
bagian Steady state: xs = 4 cos2t sin 2t
c). Oleh karena c 2 4km maka Underdamped (terkontrol ) akar komplek. Massa
berosilasi sekitar A0 e 2t . Pada umumnya, gerak ini adalah bersifat osilasi, tetapi
tidak periodik. Amplitudo gerakan mencapai nol bersaman dengan waktu yang
cukup lama, dan T waktu antara dua posisi maksimum ( atau minimum) dari X(t)
memiliki nilai konstan : T =
2
2. i = -A0 e-3 t [3 cos(t- ) + sin (t- )] - 2 sin ( t- ),
H
1 (10 2 ) 3
dimana : H = (10 2 ) 2 36 2 , cos , sin
2 2H H
90
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kompetensi Dasar :
- Pemahaman konsep sistem PD linear
- Kemampuan menyelesaikan sistem PD linear
BAB 5 SISTEM PERSAMAAN
- Kemampuan DIFERENSIAL
mengaplikasikan sistePD LINEAR
ke dalan masalah nyata
- Kemampuan menentukan matrik ekspone dari sistem PD.
5.1. Pengantar
di dalam bab ini akan diketahui rumusan dan penyelesaian dari sistem PD.
Ada sekelompok pertanyaan untuk dijawab :
Pertanyaan 1: Bagaimana kita dapat merumuskan masalah dengan solusi yang tepat.
Pertanyaan 2: Berapa banyak solusi jika ada, dari sistem PD yang berkaitan dengan
pertanyaan 1.
Pertanyaan 3: Bagaimana kita dapat temukan solusi yang datang dari pertanyaan ke 2.
91
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Kita harus membatasi parhatian kita pada sistem linear dari sistem persamaan dimana
jawaban dari no 1 akan keluar dengan sendirinya. Dalam menjawab pertanyaan no 2 sekali
lagi kita memerlukan teknik ruang vektor, dimana akan ditemukan jawaban yang cocok untuk
pertantaan no 3, yaitu mengunakan niali eigen dan vektor eigen dan sifat-sifat matrik.
Sebelum membaca perkembangan umum dari teori sistem PD, kita harus menyadari dua
problem nyata yang bisa dirumuskan secara matematika dalam bentuk sistem PD.
Dengan mengetahui dua sistem pegas, dua massa m1 dan m2 yang dihubungkan dua
pegas dengan konstanta pegas 𝑘1 dan 𝑘2 (gambar 5.1. Misalkan 𝑥(𝑡) dan 𝑦(𝑡) dinotasikan
sebagai pemindahan 𝑚1 dan 𝑚2 dari tempat mula-mula , dimana sistem berada dalam posisi
seimbang. Lalu dengan hukum Hooke dan hukum Newton II diperoleh diskripsi model PD
yang menguraikan gerakan diatas adalah :
d 2x
m1 = −𝑘1 𝑥 + 𝑘2 (𝑦 − 𝑥)
dt 2
K1
x=0
d2y
m2 = −𝑘2 (𝑦 − 𝑥)
dt 2
Gambar 5.1
5.2. Sistem PD
Permasalahan dari suatu model matematis yang berbentuk persamaan diferensial yang
lebih dari satu fungsi tak diketahui, misalkan Sitem Pegas dua massa 𝑚1 dan 𝑚2 yang
dihubungkan dua pegas dengan konstanta pegas 𝑘1 dan 𝑘2 . Secara seri. Berarti fungsi
simpangan yang diamati ada dua misalkan 𝑥(𝑡) dan 𝑦(𝑡) membutuhkan suatu bentuk khusus
dari persamaan diferensial yang disebut sistem PD.
92
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
dx1
a11 (t ) x1 (t ) . .. a1n (t ) x n (t ) b1 (t )
dt
dx n
a n1 (t ) x1 (t ) . .. a nn (t ) x n (t ) bn (t ) ..(5.1)
dt
dimana 𝑎𝑖𝑗 (𝑡) dan 𝑏𝑖 (𝑡) fungsi yang spesifik dalam interval 𝐼.
Definisi 5.2:
Contoh 1 :
x1 (t ) 2e 5t 4e t
Tunjukkan bahwa
x2 (t ) e 5t e t
x'1 (t ) x1 (t ) 8 x 2 (t )
Adalah penyelesaian dari dalam interval ( - , )
x 2 (t ) x1 (t ) 3x 2 (t )
Jawab :
x'1 (t ) 10e 5t 4e t
yang terdefinisi untuk semua t. …(i)
x2 (t ) 5e 5t e t
93
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
x1 (t ) 3x2 (t ) 5e 5t e t …(ii)
Terlihat bahwa (i)=(ii), jadi 𝑥1 dan 𝑥2 yang diberikan adalah penyelesaian dari sistem PD.
Secara umum MNA dari sistem PD linear rumusannya dapat diberikan sebagai permasalahan
matrik : x' (t ) A(t ) x(t ) b(t )
Definisi 5.3:
Misalkan 𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡) adalah vektor dalam 𝑉𝑛 (𝐼). Wronskian dari fungsi
vektor tersebut dinotasikan oleh 𝑊[𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡)] yang didefinisikan oleh :
𝑊[𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡)] = 𝑑𝑒𝑡[𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡)]
Teorema 5.1:
Misalkan 𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡) adalah vektor dalan 𝑉𝑛 (𝐼), Jika
𝑊[𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡)] untuk suatu titik 𝑡0 tidak nol dalam 𝐼, Maka
𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡) bebas linear
Tugas
1. Nyatakan bentuk PD dan Penyelesaian dari PD contoh 1 diatas sebagai bentuk matrik
2. Teorema 1 mengatakan bahwa Misalkan 𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡)adalah vektor
dalan 𝑉𝑛 (𝐼), Jika 𝑊[𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡)] untuk suatu titik 𝑡0 tidak nol dalam 𝐼,
maka 𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡), … , 𝑥𝑛 (𝑡) bebas linear. Apa yang dimaksud dengan bebas linear
menurut definisinya.
3. Tunjukkan bahwa himpunan penyelesaian dari contoh 1 diatas adalah bebas linear
secara definisi.
2. Hitung pula Wronskiannya.
94
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh 2
et 3 sin t
Hitung Wronskian dari fungsi vektor kolom : 𝑥1 (𝑡) = t , 𝑥2 (𝑡)= dan
2e cos t
tunjukkan bahwa 𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡) bebas linear untuk t (, )
et 3 sin t
Jawab: W[x1(t), x2(t), … , xn(t)](t) = = et (cost-6sint) 0 untuk t (, ) .
2e t cos t
maka 𝑥1 (𝑡), 𝑥2 (𝑡) bebas linear
x n-1 = x n
0 1 0 0
x1 0 x1 0
0 1 0 0 x 0
x
atau : 2 0 0 0 0 2
x 1
n a n a n 1 an2 a1 x n F (t )
95
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Teorema 5.2 :
x' (t ) A(t ) x(t ) b(t )
MNA
x(t0 ) x0
dimana 𝐴(𝑡) dan 𝑏(𝑡) kontinu pada interval 𝐼, mempunyai penyelesaian tunggal
dalam 𝐼
Untuk satu persamaan diferensial linear order 𝑛 yang telah kita pelajari pada bab 3,
penyelesaian dari PD non homogennya diperoleh dari penyelesaian PD homogen yang
berkaitan. Demikian pula dengan sistem PD linear, Penyelesaian sistem PD non homogen
kita dapatkan dari penyelesaian sistem PD homogen yang berkaitan dengannya.
Konsekuensinya kita mulai dengan membahas teori sistem PD homogen.
Pandang sistem linear homogen berikut:
x' (t ) A(t ) x(t ) …(2.2)
dimana 𝐴 adalah matriks berukuran 𝑛 × 𝑛 yang kontinu dalam interval 𝐼, mempunyai
penyelesaian-penyelesaian yang berada dalam ruang vektor berdimensi 𝑛. Misalkan 𝑥(𝑡)
adalah penyelesaian dari (2.2) yang berupa vektor kolom dengan komponen-komponen
x1 , x2 ,, xn . Untuk selanjutnya pembaca dianggap sudah mengenal operasi matriks
elementer dan analisis aljabar linear, karena pengetahuan tentang bidang ini sangat
diperlukan dalam menyelesaikan sistem PD linear.
Definisi 5.4:
Himpunan dari n penyelesaian yang bebas linear dari x ' Ax dalam suatu interval
𝐼, x1, x2 ,, xn disebut himpunan penyelesaian fundamental dalam 𝐼 yang
berkaitan dengan matriks 𝑥(𝑡) didefinisikan oleh
96
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Jika 𝑥(𝑡) adalah matriks fundamental dari (2.2), maka penyelesaian linear dari sistem
tersebut dapat ditulis 𝑥(𝑡) = 𝑥(𝑡) 𝑐, dimana c c1 c 2 c3 c n
T
ditunjukan bahwa jika W x1, x2 , , xn (t ) 0 untuk suatu titik dalam 𝐼, maka penyelesaian
Teorema 5.3:
c1 x1 (t 0 ) c2 x2 (t 0 ) cn xn (t 0 ) 0 (2.3)
misalkan :
x(t ) c1 x1 (t ) cn xn (t ) (2.4)
Dari (2.3) dan (2.4) serta teorema 2, yaitu ada penyelesaian yang tunggal untuk MNA:
x' A(t ) x(t ) x(t0 ) 0
kita pasti mempunyai penyelesaian x(t) = 0 dan juga oleh karena ketunggalan penyelesaian,
maka : c1x1 (t ) cn xn (t ) 0
yang tidak semua 𝑐𝑖 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 bernilai nol, ini memberikan kenyataan bahwa fungsi
x1 , , xn adalah bergantung linear dalam 𝐼.
Jadi untuk mendapatkan apakah x1 (t1 ), x2 (t2 ),, xn (tn ) bentuk himpunan
fundamental penyelesaian x' Ax dalam interval 𝐼, dapat dihitung dari wronskian untuk
suatu titik t0 dalam 𝐼.
97
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh:
0 e 2t 3e 2t
1) Dikethui : x1 (t ) 0 , x2 (t ) e2t , x3 (t ) 3e 2t adalah himpunan fundamental
et 3e 2t e 2t
dari penyelesasian sistem PD x' Ax dalam , , dimana
0 2 0
A 2 0 0
1 2 1
Sebagai tugas :
a. Tunjukkan bahwa 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 adalah penyelesaian sistem PD dan dapatkan matrik
fundamental dari sistem PD tersebut
b. dengan menggunakan penyelesaian itu, dapatkan penyelesaian umum dari sistem PD
dalam , .
Teorema 5.4 :
Misalkan x1 , x2 ,, xn adalah penyelesaian yang bebas linear dari sistem PD homogen
x' (t ) A(t ) x(t ) dalam I, dan misalkan x x p adalah penyelesaian partikulir dari sistem
nonhomogen: x' (t ) A(t ) x(t ) b(t )
dalam 𝐼, maka setiap penyelesaian dari x' (t ) A(t ) x(t ) b(t ) dalam 𝐼 adalah
x(t ) c1 x1 (t ) cn xn (t ) x p
Bukti.
Jika x x p adalah penyelesaian di x' (t ) A(t ) x(t ) b(t ) dalam 𝐼, maka diperoleh
98
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Dari (2.6) dan (2.5) didapatkan: (U x p ) ' A(U x p ) , jadi fungsi vektor x U x p
adalah penyelesaian yang berkait dengan sistem homogen x' Ax dalam I. Oleh karena
x1 , x2 ,, xn membangun/merentangkan ruang penyelesaian dalam sistem, memberikan
𝑈 − 𝑥𝑝 = 𝑐1 𝑥1 + 𝑐2 𝑥2 + ⋯ + 𝑐𝑛 𝑥𝑛 , 𝑐1 , 𝑐2 , … , 𝑐𝑛 adalah skalar
konsekuensinya 𝑈 = 𝑐1 𝑥1 + 𝑐2 𝑥2 + ⋯ + 𝑐𝑛 𝑥𝑛 + 𝑥𝑝
Berdasarkan Teorema 3, yaitu penyelesaian sistem linear nonhomogen pertama
harus dicari penyelesaian umum dari sistem homogen yang terkait. Selanjutnya,
dikonsentrasikan lebih dahulu pembahasan penyelesaian dari sistem homogen yang
dilanjutkan pembahasan teknik memperoleh penyeleaian partikulir dari sistem linear
nonhomogen.
Sebagai catatan:
nilai-nilai eigen ada tiga kemungkinan, pertama nilai-nilai eigen real dan berbeda, yang
kedua nilai eigen konjugate kompleks dan ketiga real namun ada yang kembar.
99
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Suatu matriks koefisien dikatakan non defektiv jika diperoleh suatu nilai eigen yang
real berbeda atau konjugate kompleks atau diperoleh nilai eigen ada yang kembar sebanyak
m tapi diperoleh sejumlah m vektor eigen pula. Sedangkan jika diperoleh vektor eigen yang
kurang dari sejumlah nilai eigen yang kembar maka dikatakan matriks koefisien defektiv.
Sebagai ilustrasi untuk matriks dengan koefisien non defektiv diberikan contoh-contoh
dibawah ini untuk suatu sistem linear homogen
x' Ax
dimana 𝐴𝑛 × 𝑛 matriks dengan koefisien real dan konstan.
Contoh 1
Selesaikan x1 ' 2 x1 x2
x2 ' 3x1 2 x2 , dalam ( , )
Jawab : Sistem tersebut dapat ditulis dalam bentuk: x ' Ax
2 1
dengan A , nilai eigen diperoleh dari:
3 2
𝑑𝑒𝑡 ( 𝐴 − 𝐼 ) = 0
2 1
0 2 – 4 +3 = 0 = 1
3 2
untuk 𝜆 = 1 maka sistem persamaan linear yang terbentuk adalah
(A I)v 0
1 1 v1
0 ekuivalen dengan persamaan
3 3 v2
1 1 v1
0
0 0 v2
1
maka penyelesaian sistem persamaan linear : v = r .
1
1
sehingga vektor eigen yang terkait dengan 1 adalah v = .
1
1
Jadi x1 (t ) et adalah penyelesaian dari sistem PD
1
100
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Teorema 5.6:
Misalkan 𝐴𝑛×𝑛 matrik dengan elemen real dan konstan. Jika 𝐴 mempunyai
vektor eigen-vektor eigen v1 ,, vn yang berkaitan dengan 1,, n (tak
perlu berbeda) maka fungsi vektor yang didefinisikan oleh
x k e k t v k , k 1,2,, n
untuk semua t, adalah penyelesaian yang bebas linear dari x' Ax dalam
suatu interval. Penyelesaian umum dari sistem PD ini adalah:
x(t ) c1x1 c2 x2 cn xn
101
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Bukti.
Kita sudah menunjukkan Dari teorema 4, bahwa setiap 𝑥𝑘 yang memenuhi x' Ax
untuk semua t. Selanjutnya
W x1 , x2 , , xn e ( 1 n ) t detv1 , v2 ,, vn 0
(karena vektor eigen merupakan vektor yang bebas linear) dan karenanya penyelesaian
tersebut adalah bebas linear untuk suatu interval.
Tugas mandiri
0 2 3
Dapatkan penyelesaian umum dari x' Ax jika A 2 4 3
2 2 1
Petunjuk:
Cari nilai eigen di 𝐴
Kemudian cari vektor eigen yang berkaitan
Dapatkan penyelesaiannya umumnya.
Untuk kasus ketika nilai eigen adalah konjugate komplek, penyelesaian sistem
x' Ax yang berkaitan kasus tersebut, teorema 3 menjamin juga untuk yang konjugate
komplek.
Lemma 5.1:
Secara eksplisit dapat diperoleh dua penyelesaian yang bernilai real yang berkaitan dengan
konjugate komplek dari nilai eigen .
Misalkan diberikan a i b b 0 adalah nilai eigen dari A yang berkaitan dengan
vektor eigen v r i s mengikuti teorema 4, maka penyelesaian yang bernilai komplek dari
x' Ax adalah
u ea b i t r i s ea t cos bt i sin bt r i s
ea t cos bt r sin bt s i ea t sin bt r cos bt s
menurut lemma 1, mengakibatkan dua penyelesaian yang bernilai real dari sistem x' Ax ,
diberikan oleh
x1 ea t cos bt r sin bt s
x2 ea t sin bt r cos bt s
yang mana himpunan semua penyelesaian yang bernilai real yang diapat adalah bebas linear
untuk suatu interval.
Contoh 2 :
2 1
Dapatkan penyelesaian umum dari x' Ax jika A
2 4
Jawab :
Polinomial karakteristik dari A adalah
2 1
det A I
2 4
= 𝜆2 − 6 + 10 = 0
nilai eigen yang diperoleh adalah : 3 i
vektor eigen yang berkaitan dengan satu nilai eigen 𝜆 = 3 + 𝑖 dicari dari berikut ini:
2 − (3 + 𝑖) −1
[ ]𝑣 = 0
2 4 − (3 + 𝑖)
(−1 − 𝑖) −1 1
𝐵 × (1 + 𝑖) −1 − 𝑖 −1 −1 − 𝑖 −1
[ ]… 2 …[ ] … 𝐵1 + 2 𝐵2 … [ ]
2 (1 − 𝑖) ≈ 2 + 2𝑖 2 ≈ 0 0
Baris satu dapat dibaca bahwa:
(−1 − 𝑖)𝑣1 − 𝑣2 = 0 → 𝑣2 = (−1 − 𝑖)𝑣1
1
𝑣1 = 𝑠 maka diperoleh vektor 𝑣 = ( ) 𝑠. Pilih 𝑠 = 1 maka Vektor Eigen yang
−1 − 𝑖
1
berkaitan dengan nilai Eigen 𝜆 = 3 + 𝑖 adalah: 𝑣 = ( )
−(1 + 𝑖)
103
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
dengan lemma 1, bagian real dan bagian imajiner dari penyelesaian yang bernilai komplek
memberikan dua penyelesaian yang bernilai real yang bebas linear.
cos t 3t sin t
jadi x1 e3t , x e
sin t cos t (sin t cos t )
2
104
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Teorema 5.6 :
Diberikan sistem PD linear x' Ax , dimana A matriks dengan elemen konstan.
Misalkan 𝑚 banyaknya nilai eigen yang kembar bernilai dan 𝑘 adalah banyaknya
vektor eigan yang bebas linear yang berkaitan dengan , maka :
1) m 2 , k 1
ada dua penyelesaian yang bebas linear dari sistem x' Ax yang diberikan
oleh : x1 e t v0 , x2 e t v1 tv2
Dimana:
v0 adalah vektor eigen yang berkaitan dengan
v1 , v 2 diperoleh dari A I v2 0
A I v1 v2
v3 , v 4 , v5 diperoleh dari A I v5 0
A I v 4 v5
A I v3 v 4
3) m 3 , k 2 : ada tiga penyelesaian yang bebas linear dari sistem x' Ax oleh
persamaan:
x1 e t v0
x 2 e t v1
x 3 e t (v 2 t v 3 )
dimana v0 dan v1 adalah eigen vektor yang bebas linear dari 𝐴 yang berhubungan
dengan nilai eigen , v3 adalah kombinasi linear dari v0 dan v1 yaitu v3 =
k 0 v0 k1 v1 , sedangkan v 2 diperoleh dari:
A I v2 v3
105
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh
Selesaikan sistem PD x' Ax dimana:
0 1
1) A
9 6
6 8 1
2) A jika kondisi awal diberikan oleh 0
2 2 1
Penyelesaian :
1
1) AI
9 6
0 2 6 9
1, 2 3
untuk 3 diperoleh vektor eigen dari sistem linear
A I v 0
3 1
v 0 0 v 2 3 v1
9 3
1
v 0 r
3
1
penyelesian pertama : x1 e3 t
3
Sedangkan v1 diperoleh dari sistem linear:
1
A I v1 v2 dengan mengambil v2 r dan pilih r 1
3
3 1 1
v1
9 3 3
3 1 1
3 v1 v2 1 atau v2 1 3 v1
0 0 0
0 0
Jadi v1 r , untuk r 1 v1
1 1
0 1
x2 e 3 t t
1 3
1 0 1
PUPD : x c1 e 3t c2 t e 3t
3 1 3
106
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
6 8
2) A
2 2
6 8
AI 2 maka nilai eigen : 1 2 2
2
2 2
2
untuk 2 diperoleh vektor eigen v0 r
1
2
penyelesaian pertama yang bebas linear adalah x1 e 2 t
1
penyelesaian kedua diperoleh dari vektor eigen dengan memasngkan v2 = v0
A I v1 v2 ,
4 8 2
v1
2 4 1
2v1 4v 2 1 2v1 1 4v 2
1
v1 r 2
0
1 4
ambil r 2 vektor eigen v1 untuk v 0
0 2
1 4
x 2 e 2t t
0 2
2 1 4t
PUPD : x c1 e 2t c2 e 2t
1 2t
−1
Untuk 𝑥0 = [ ] diperoleh:
1
1 2 1
1 c1 1 c2 0
Dua persamaan dengan dua bilangan Anu, dan dengan eliminasi atau aturan Sarrus,
1
untuk x0 jika dan hanya jika c1 1 dan c 2 3 .
1
2 1 4t 1 12 t
PPPD : xt e 2t 3 e 2t e 2t
1 2t 1 6t
107
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Tugas mandiri:
6 3 6 0 2 1 0
2 1
(3). A 1 4 2 , (4). A
0 0
0 0 0 2
2 2 1
0 0 2 0
Hal terakhir dari bagian ini adalah secara umum untuk kasus nilai eigen yang
mempunyai nilai kembar berorde tinggi diberikan teorema berikut :
Teorema 5.7:
Misalkan λ adalah nilai eigen dari 𝐴𝑛×𝑛 yang kembar sebanyak 𝑚, dan misalkan
dimensi yang berkaitan dengan nilai eigen adalah 𝑘, (karena ada 𝑚 penyelesaian
yang bebas linear) maka 𝑚 − 𝑘 buah penyelesaian yang bebas linear dari sistem
PD x' Ax yang diberikan oleh :
𝑚−𝑘
1
𝑥𝑖+1 (𝑡) = 𝑒 𝜆𝑡 ∑ [ 𝑡 𝑖 𝑣𝑖 ]
𝑖!
𝑖=0
Dengan 𝑖 = 0,1,2, … , 𝑚 − 𝑘.
Teorema 5.8:
Misalkan λ adalah nilai eigen dari 𝐴𝑛×𝑛 yang kembar sebanyak 𝑚, dan hanya
diperoleh sebuah nilai Eigen yang bebas linier, maka 𝑚 buah penyelesaian yang
bebas linear dari sistem PD x' Ax adalah:
1 1
x e t v0 t v1 t 2 v2 t n vn
2! n!
108
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
berkaitan dengan sistem homogen (2.10) dan xp adalah penyelesaian partikular dari (2.9).
Pada bagian ini akan diberikan metode variasi parameter untuk memperoleh penyelesaian
partikular yang diberikan oleh teorema berikut :
Jika x1 , x2 ,, xn adalah penyelesaian yang bebas linear dari x' Ax dan
berbentuk:
xp x u , dimana u diberikan oleh x u ' b .
x(t ) u (t ) (2.11)
u1
dimana u t 2
u
x(t ) x1 xn
u
n
karena xp adalah penyelesaian dari persamaan (2.9) yang memenuhi PD:
x u A ( x u ) b
x ' u x u ' A( x u ) b
Oleh karena setiap fungsi vektor xi adalah penyelesaian sistem homogen yang berkaitan
dengan x' Ax maka:
109
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
( Ax)u x u A ( x u ) b
A ( x u ) x u A ( x u ) b
` x u b
u x 1 b
t
u (t ) x 1 ( s) b( s ) ds
Contoh :
1 2 12 e3t
Selesaikan x' Ax b , x(0) jika A
3
dan b 2t
0 4 3 18e
Jawab : Penyelesaian PD homogen x ' Ax yang berkaitan dengannya diperoleh
sebagai berikut :
1 2
det ( A I ) 0
4 3
2 4 5 0
1 5 0
1 1 dan 2 5
1
Untuk 1 1 diperoleh vektor eigen v1
1
e t e5t
x t
e 2e5t
Penyelesaian partikulir dari x' Ax b adalah
xp x u
110
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Akibatnya:
6 e 3t 8 e 4 t
u 3t
6 e 4 e
2t
dt
2 e 3t 2 e 4 t
u 3t 2t
2 e 2 e
e t e5t 2e3t 2e 4t
x p x u t
e 2e5t 2e 3t 2e 2t
4e 2t
3t
2e 6e
2t
t 1 5 t 1 4e 2t
x c1 e c2 e 3t
2 2e 6e
2t
1
3
dengan kondisi awal yang diberikan x(0)
0
3 1 1 4
0 c1 1 c 2 2 8
1
7 1 1 c1 c1 1 1 7
8 1 2 c c 1 2 8
2 2
1 2 1 7 1 6 2
3 1 1 8 3 15 5
jadi c1 2 , c2 5
1 1 4 e 2t
x 2et 5e5t
3t
2 2e 6e
2t
1
111
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Gambar 5.2
(2.13)
dimana
Sistem pegas-massa 1, 2 ,3 , 4 konstan.
Tugas mandiri
Penyelesaian.
Pergerakan sistem diberikan oleh MNA :
112
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
d 2x
2 = -4 x + 2 (y-x)
dt 2
d2y
= -2(y-x)
dt 2
dimana x(0) 1 y (0) 1
dx dy
(0) 0 (0) 0
dt dt
dimisalkan X1=x , X2= x , X3=y, X4= y diperoleh MNA yang ekivalent :
X AX , X(0) = x0
X1 0 1 0 0 1
X 3 0 1 0 0
dimana X = 2 , A= , x0 =
X3 0 0 0 1 1
X 4 2 0 2 0 0
Polinomial karakteristiknya dari A : Det (A- I ) = ( 2 +1)( 2 +4)
Nilai eigen dari A adalah i dan 2i
Tugas mandiri
i i
2
Conjugate komplek untuk 1 , dan dapatkan PUPD
2i i
2 2
113
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
alirkan keluar dari tangki 2 dengan kecepatan rout l /mnt. Dalam pencampuran , larutan
dengan konsentrasi C12 gr/l dialirkan ke tangki 1 dari tangki 2 dengan kecepatan r12 l /mnt,
dan larutan dengan konsentrasi C21 gr/l dialirkan ke tangki 2 dari tangki 1 dengan kecepatan
r21 l /mnt. Kita akan menghitung A1(t), A2(t), yaitu banyaknya bahan kimia dalam tangki 1
dan tangki 2.
Gambar (5.3)
Diasumsikan larutan dalam setiap tangki diaduk dengan rata, mengakibatkan :
A2 A1
C12 = Cout = C21 =
V2 V1
Dimana Vi adalah volume larutan dalam tangki i pada saat t.
Untuk waktu yang relative pendek t , jumlah total dari bahan kimia yang masuk ke
dalam tangki 1 dalam interval waktu tersebut mendekati :
( Cin rin + C12 r12 ) t gram
dimana dari tangki 1 juga dikeluarkan larutan dalam interval waktu yang sama adalah:
C21 r21 ) t gram
Konsekuensinya, Perubahan jumlah bahan kimia dalam tangki 1 dalam interval waktu t ,
dinotasikanoleh A1 adalah mendekati:
A1 [( Cin rin + C12 r12 ) - (C21 r21 )] t
A2 A
[( Cin rin + C12 ) - (C21 1 )] t
V2 V1
Dengan cara yang sama, perubahan jumlah bahan kimia dalam tangki 2 dalam interval
waktu t dinotasikan A2 adalah :
A2 [( r21 C21 - ( r12 C12 - rout Cout )] t
114
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
A1 A
[( r21 - ( r12 - rout ) 2 ] t
V1 V2
dA2 = r A1 - ( r + r ) A2
21 12 out
dt V1 V2
Sebagai contoh jika tiap-tiap dari dua tangki berisi 20 l liter larutan yang terdiri dari
garam yang dicampurkan ke dalm air. Sebuah larutan yang berisi 4 gr/l garam dialirkan
kedalam tangki 1 dengan kecepatan 3 l/ mnt, dan larutan dalam tangki 2 dialirkan keluar
dengan kecepatan yang sama. Dalam pencampuran, larutan dialirkan ke tangki 1 dari tangki
2 dengan kecepatan 1 l /mnt dan ke tangki 2 dari tangki 1 n kecepatan 4 l /mnt. Pada awalnya
tangki 1 berisi 40 gr garam dan tangki 2 berisi 20 gr garam. Dapatkan jumlah garam dalam
setiap tangki pada saat t.
Penyelesaian :
Diketahui : r21 = 4 l /mnt. V1= 20 l , Cin = 4 gr/l
r12 = 1 l /mnt. V2= 20 l , rin = 3 l /mnt
A1 (0) = 40 gr
A2(0) = 20 gr
Sistem PD yang terbentuk adalah :
dA1 4 r
=- A1 + 12 A2 + 2.3
dt 20 V2
dA2 4 4
= A1 - A2
dt 20 20
115
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Dimana A1 (0) =
40
A 2 20
101 t 1
t
6e 20e
10
101 3
1
t
60e 3 =
t t
80
e e 10
10
Jadi Xp = X U = 1
10 t
3
t t
80
2e 10
2e 20e
10
1 3
t 1 t 1 80
PUPD : X = C1 e 10 + C2 e 10 +
2 2 80
40
Dengan kondisi awal X (0) = diperoleh C1 dan C2 sebagai berikut :
20
116
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
40 1 1 80
20 = c1 2 + c2 2 + 20
1 1 C1 40
2 2 C = 60
2
C1 1 2 1 40 35
C = 4 2 1 60 = 5
2
1 3
t 1 t 1 80
2 + C2 e 2 + 80
10 10
X = C1 e
1 3
t 1 t 1 80
2 - 5 e 2 + 80
10 10
Penyelesaian sistem PD : X = -35 e
1 3
t t
Sehingga jumlah garam setiap tangki adalah : A1 = 80 – 35 e 10
-5 e 10
1 3
t t
A2 = 80 – 70 e 10
+ 10 e 10
Bukti :
1. Bila 𝐴𝐵 = 𝐵𝐴 maka
(𝐴 + 𝐵 )2 = (𝐴 + 𝐵) (𝐴 + 𝐵) = 𝐴2 + 2 𝐴𝐵 + 𝐵 2
117
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2
2 n n!
= k A nk
Bk dimana
k 0 k k!(n k)!
1
sedangkan eAt = n!A t
k 0
n n
akibatnya :
1 1
𝑒 𝐴𝑡 𝑒 𝐵𝑡 = [ A n t n ] [ B n t n ]
k 0 n! k 0 n!
n
A nk B k t n
=
n 0 k 0 (n k )! k!
n A nk B k n
= t
n 0 k 0 ( n k )!k!
n n nk k t n
= A B
n 0 k 0 k n!
1
Sedangkan 𝑒 (𝐴+𝐵)𝑡 = n!( A B)
k 0
n n
t
1 n
n
= n! k A nk
Bk t n
n 0 k 0
n
n nk k t n
= A B
n 0 k 0 k n!
terbukti bahwa 𝑒 (𝐴+𝐵)𝑡 = 𝑒 𝐴𝑡 𝑒 𝐵𝑡 .
Contoh :
Jawab :
1 1
𝑒 𝐴𝑡 = 𝐼 + 𝐴𝑡 + (𝐴𝑡)2 + … . + (𝐴𝑡)𝑘 + …
2! k!
1 (2t ) 2 0 + …. + 1 (2t ) k 0 +…
= 1 0 + 2t 0 + 2
0 1 0 t 2! 0 (t ) k! 0 (t ) k
118
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
(2t )
k
0 e 2t 0
= k 0 = (membentuk deret Mac’Laurint)
k e t
0
k 0
(t )
0
Jika A bukan matrik diagonal, maka A dapat didiagonalkan oleh matrik vektor eigen yang
bebas linier ( untuk A non Defektive ) V = ( v1, v2 , … , vn ) sedemikian hingga V-1AV adalah
matrik diagonal yang dapat diekspresikan sebagai berikut :
V-1A V = diag( 1, 2, …, n )
Teorema 5.10:
Misalkan Anxn non Defective mempunyai vektor eigen yang bebas linier
adalah 𝑣1 , 𝑣2 , … , 𝑣𝑛 yang berkaitan dengan 1, 2, …, n , maka:
𝑒 𝐴𝑡 = 𝑉 𝑒 𝐷𝑡 𝑉 −1
dimana ( 𝑉 = (𝑣1 , 𝑣2 , … , 𝑣𝑛 ) dan D = diag ( 1, 2, …, n ).
Bukti :
1 1
𝑒 𝐴𝑡 = 𝐼 + 𝐴𝑡 + (𝐴𝑡)2 + … . + (𝐴𝑡)𝑘 + …
2! k!
dari V-1A V = D
AV=VD
A = V D V-1
1 1
Sehingga eAt = V V-1 +(VDV-1)t + (VDV-1)2 t2+ …. + (VDV-1)k tk + …
2! k!
Dan oleh karena (VDV-1)k = V Dk V-1
Deret diatas dapat ditulis :
1 1
eAt = V V-1 +(VDV-1)t + (VD2 V-1) t2+ …. + (VDk V-1) tk + …
2! k!
1 2 2 1
eAt = V [ +D t + D t + …. + Dk tk + …] V = V eDt V-1.
2! k!
119
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Contoh :
3 3
Dapatkan eAt juka A =
5 1
Jawab :
Nilai Eigen dari A adalah 1 = 6 dan 1 = -2 dengan vektor eigen masing-masing adalah
1 3
v1 = dan v2 =
1 5
1 3
Sehingga V =
1 5
1 1
1 3 e 6t 0 1 3 1 3 e 6t 0 1 1 1
Dan eAt = =
1 5 0 e 2t 1 5 1 5 0 e 2t 8 3 5
1 6t 2t 3 6t
8 (5e 3e ) (e e 2 t )
= 8
5 6t 1 6t
(e e ) 2t
(3e 5e 2t )
8 8
Hubungan antara fungsi matrik ekponensial eAt , dan penyelesaian yang berkaitan
dengan sistem PD X AX kita mulai dengan mendefinisikan turunan dari eAt . eAt dapat
diturunkan suku-demi suku , dan deret dari eAt adalah konvergen untuk t (, ) . jadi
turunan eAt , diberikan oleh :
d At d 1 1
(e ) = [ I +At + (At)2 + …. + (At)k + …]
dt dt 2! k!
d At 1 1
(e ) = A + A2 t + A3 t2 + …. + Ak-1 tk + …]
dt 2! k!
1 2 2 1
= A[I+At+ A t + …. + Ak tk + …]
2! k!
= A eAt
Kita kembali pada bagian sebelumnya yaitu PD biasa yang berbentuk :
dx
-ax=0, x(0)= x0
dt
mempunyai penyelesaian x = x0 eat.
Selanjutnya teori diatas dapat dikembangkan pula untuk system PD linier :
X AX , X (0) x0
120
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Bukti :
Jika X = eAt x0 maka X Ae At x0
X AX
dan untuk t=0 X (0) e 0 A x0 = I x0 = x0 .
Definisi 5.5:
X AX , X (0) x0
adalah : 𝑋 = 0 (t ) x0.
121
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Jadi membutuhkan diskripsi transisi untuk system pada keadaan t=0 sampai waktu t.
Selanjutnya Jika X matrik fundamental untuk X AX , maka matrik transisi dapat
diperoleh dari
0 (t ) = 𝑋(𝑡)𝑋 −1 (0).
Dapat dibuktikan bahwa 0 (t ) ada dalam 𝑒 𝐴𝑡 . Dari kenyataan bahwa :
d At
(e ) = A eAt ,
dt
dan juga vektor kolom dari 𝑒 𝐴𝑡 adalah penyelesaian untuk X AX . Oleh karena 𝑒 𝐴𝑡 non
singular , maka vektor kolom dari 𝑒 𝐴𝑡 adalah bebas linier dalam suatu interval. Selanjutnya,
atur pada 𝑡 = 0 mendefinisikan𝑒 𝐴𝑡 yang hasilnya adalah :
𝑒 0𝑡 = 𝐼𝑛
dengan ketunggalan dari matrik transisi, mengarah pada konklusi yang dibutuhkan,
katakanlah :
𝑒 𝐴𝑡 = 0 (t )
Jadi, Jika 𝐴 matrik 𝑛 × 𝑛 dan 𝑋(𝑡) matrik fundamental yang berhubungan dengan system
PD X AX , maka memberikan implikasi bahwa :
Contoh :
6 8
Dapatkan 𝑒 𝐴𝑡 jika A =
2 2
Penyelesaian :
Pertama kita peroleh matrik fundamental untuk X AX yaitu :
2 1 4t
x1 = 𝑒 2𝑡 1 dan x2 = 𝑒 2𝑡 2t
2e 2t e 2t (1 4)
Jadi matrik fundamentalnya adalah : X = 2t
e 2te 2t
122
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
0 1
𝑋 −1 (0) =
1 2
Sehingga 𝑒 𝐴𝑡 = 𝑋(𝑡)𝑋 −1 (0) diperoleh :
2e 2t e 2t (1 4) 0 1
𝑒 𝐴𝑡 = 2t 1 2
e 2te 2t
e 2t (1 4t ) 8te 2t
=
2te
2t
e 2t (1 4t )
(1 4t ) 8t
= 𝑒 2𝑡
2t (1 4t )
t2
eAt V = e [ V + t (A- I) V+
t ( A - I)2 V + ….] (2.16)
2!
merupakan deret tak hingga. Bagaimanapun juga dapat diperoleh vektor V sedemikian
hingga :
123
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
( A - I)k V = 0 untuk beberapa k, maka barisan akan hilang setelah beberapa suku.
Sebagai contoh, Jika V vektor eigen dari A, (maka ( A - I) V = 0 ) maka deret tersebut hanya
mempunyai satu suku . Katakanlah
X = e t V.
Adalah penyelesaian untuk X AX , yang mana dan V adalah nilai eigen dan vektor
eigen yang bersesuaian dari A. Oleh sebab itu jika A non defective memberikan n buah
penyelesaian yang bebas linier . Misalkan A defective dan paling tidak satu nilai Eigen dari A
yang mempunyai vektor iegen yang dimensinya kurang dari sejumlah nilai eigen yang
kembar.
Teorema Penjelasan
5.12 : berikut ini memberikan bentuk penyelesaian umumnya.
Misalkan nilai eigen yang kembar sejumlah m, maka merujuk teorema (5.2.3)
Misalkan Anxn dan adalah nilai eigen yang kembar sejumlah m, maka sistem
dapat
persamaan : ( Am- vektor-vektor
diperoleh I)k V = 0 bebas linier v1, v2 , … , vn yang diberikan persamaan (2.17).
(2.17)
mempunyei m penyelesaian yang bebas linier. Lebih jauh lagi, penyelesaian non trivial
dari sistem persamaan tersebut berhubungan dengan nilai eigen yang berbeda adalah
bebas linier.
Dengan menggunakan vektor ini , deret tak hingga persamaan (2.16) akan hilang setelah
beberapa suku,
t2 t m 1
eAtvi = e t[vi+t(A- I)vi+ (A- I)2 vi +….+ ( A - I)m-1 vi ] (2.18)
2! (m 1)!
i=1,2,…,m. Dengan memproses kegiatan ini untuk setiap nilai eigen , kita mendapatkan n
penyelesaian yang bebas linier dari X AX . Dengan memperoleh matrik fundamental,
lalu kita dapat memperoleh eAt seperti biasanya.
6 8 1
Jika A = 1 3 3 dapatkan matrik
Tugas
1 1 1
Mandiri
fundamental untuk X AX dan
gunakan untuk memperoleh eAt .
124
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Petunjuk:
1 1 1
Tunjukkan Nilai 12 = 3 , dan 𝜆3 = −2 dan vector eigen:V1= 0 dan V2= 0 ,V3= 1 .
0 0 0
e (1 3t ) 3t
9te e 3t 2 t
te 3t e 3t (1 3t ) 0
dapatkan eAt = X(t) X-1(0)
pada nilai solusi tak diketahui x atau y dan tidak bergantung pada t.
Contoh sistem Otonomous sebagai berikut:
𝑑𝑥
1. 𝑑𝑡
= 11 𝑥 − 3 𝑦
𝑑𝑦
=3𝑥+4𝑦
𝑑𝑡
𝑑𝑥
2. = 13 𝑥 + 4 𝑦
𝑑𝑡
𝑑𝑦
=3𝑥+4𝑦
𝑑𝑡
𝑥̇ = 𝑓(𝑥, 𝑦)
Secara umum system outonomus untuk PD order 2 dapat ditulis :
𝑦̇ = 𝑔(𝑥, 𝑦)
Sistem PD otonomous dapat dianalisa sifat-sifat kualitatifnya yaitu tentang Potret Phase, trayektory
dan kestabilan dari titik kritisnya tanpa harus menyelesaikan PD nya terlebih dahulu.
Sebuah titik (𝑥0 , 𝑦0 ) merupakan titik keseimbangan atau titik kritis dari sistem persamaan
jika memenuh 𝑓(𝑥0 , 𝑦0 ) = 0 dan 𝑔(𝑥0 , 𝑦0 ) = 0. Untuk sistem linear persamaan (1) mempunyai titik
125
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
setimbang di (0,0). Misalkan 𝑥(𝑡) = 𝑥0 dan 𝑦(𝑡) = 𝑦0 merupakan solusi setimbang untuk sistem
nonlinear diatas maka dapat dilinearkan dengan menggunakan deret Taylor , sebagai berikut:
𝑓(𝑥, 𝑦) ≈ 𝑓(𝑥0 , 𝑦0 ) + 𝑓𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + 𝑓𝑦 (𝑥0 , 𝑦0 )(𝑦 − 𝑦0 )
. . . . . . . . . . . (2)
𝑔(𝑥, 𝑦) ≈ 𝑔(𝑥0 , 𝑦0 ) + 𝑔𝑥 (𝑥0 , 𝑦0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + 𝑔𝑦 (𝑥0 , 𝑦0 )(𝑦 − 𝑦0 )
merupakan persamaan linear dengan titik kesetimbangan pada (𝑧, 𝑤) = (0,0) dan matrik :
𝑓 𝑓𝑦
𝐽 = [𝑔𝑥 𝑔𝑦 ]
𝑥
Contoh 1
𝑑𝑥
𝑑𝑡
=𝑦
Misalkan sistem autonomous 𝑑𝑦
𝑑𝑡
= −𝑥
126
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑑𝑦 𝑥
menjadi PD: =−
𝑑𝑥 𝑦
Gambar 5.4
(1) Titik kritis (0,0) dari gambar 2 dikatakan titik Pusat (Center). Titik seperti ini dicirikan sebagai
titik yang didekati atau dikelilingi oleh keluarga kurva yang lintasannya tertutup dan tak hingga
yang mana lintasannya mendekati titik kritis ini tetapi tidak melewati nya baik untuk 𝑡 →
+~ ataupun 𝑡 → −~ (Gambar 5.5)
Gambar 5.5
(2) Titik kritis (0,0) dari gambar 3 dikatakan Titik Pelana. Titik seperti itu dapat dicirikan sebagai
berikut (Gambar 5.5):
Gambar 5.6
127
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
(3) Titik kritis (0,0) dari gambar 4 dikatakan Titik Spiral (atau titik Fokus). Titik seperti itu didekati
dengan cara seperti spiral oleh keluarga kurva yang tak terbatas untuk 𝑡 → +~ ataupun 𝑡 →
−~ . Perhatikan bahwa sementara keluarga kurva mendekati O, mereka tidak memasukinya.
Artinya, apabila titik R menelusuri lintasan C seperti itu akan mendekati O untuk 𝑡 →
+~ ataupun 𝑡 → −~ tetapi garis OR tidak cenderung ke arah yang pasti, karena jalur terus-
menerus berliku disekitar O. Lebih tepatnya, dinyatakan (Gambar 5.7):
Gambar 5.7
(4) Titik kritis (0,0) dari gambar 5 dikatakan Titik Simpul. Titik seperti itu tidak hanya didekati
tetapi juga dimasukkan oleh keluarga kurva yang tak terbatas untuk 𝑡 → +~ ataupun 𝑡 → −~
(Gambar 5.8)
Gambar 5.8
Stabilitas dapat dikatakan sebagai perubahan kecil dalam Syarat awal hanya
menyebabkan pengaruh kecil pada penyelesain, sedangkan kestabilan asimtotis berarti bahwa
pengaruh dari suatu perubahan kecil cenderung tidak berpengaruh. Ketidakstabilan berati
bahwa suatu perubahan kecil dalam syarat awal mempunyai pengaruh besar pada
penyelesaian.
128
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Sifat-Sifat Sistem
Setelah mengetahui bagaimana memperoleh penyelesaian dari suatu sistem PD,
berikut ini dikenalkan sifat-sifat kualitatif dari sistem PD, yaitu mengenai type trayektori
dari berkas kurva sistem PD autonomous dan kestabilan dari titik kritisnya.
I. Kestabilan
Perhatikan lagi sistem autonomous: 𝒙̇ = 𝒇(𝒙). Sebuah titik 𝒙(𝟎) = 𝒙𝟎 merupakan titik
kritis/titik kesetimbangan dari sistem jika 𝒇(𝒙𝟎 ) = 𝟎. Dalam banyak hal setiap
penyeleseaianpada saat awal yang memulai cukup dekat dengan peyelesaian pada saat 𝑡 = 0
yaitu 𝒙𝟎 dan akan tetap dekat untuk seluruh waktu berikutnya 𝑡 > 0. Jika demikian halnya
penyeleseaian disekitar titik kritis 𝒙𝟎 disebut Stabil. Konsep mengenai titik kritis yang stabil,
stabil asimtotis dan tidak stabil digambarkan paga gambar 1 (a), (b) dan (c)
Definisi:
Suatu persamaan sistem diferensial 𝒙̇ = 𝒇(𝒙), dengan kondisi awal 𝒙(𝟎) = 𝒙𝟎 dan
̅ adalah titik kritis dari sistem tersebut (perhatikan gambar 5.9) maka:
misalkan 𝒙
̅ dikatakan Stabil jika ∀𝜀 > 0, ∃𝛿 > 0 ∋ ‖𝒙𝟎 − 𝒙
1. 𝒙 ̅‖ < 𝛿 ⇒ ‖𝒙(𝑡, 𝒙𝟎 ) − 𝒙
̅‖ < 𝜀
̅ dikatakan Stabil asimtotis titik kritis tersebut stabil dan jika ∃𝛿 > 0 ∋
2. 𝒙
lim‖𝒙𝟎 − 𝒙
̅‖ = 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ‖𝒙𝟎 − 𝒙
̅‖ < 𝛿
𝑡→~
Setelah memahami definisi kestabilan system PD berukutnya akan diberikan teorema yang
terkait dengan kestabilan sistem sebagai berikut:
129
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Teorema 1 :
1. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Linier akan Stabil jika dan hanya jika
akar akar dari Polinomial Karakteristik adalah riil dan negatif atau mempunyai bagian
riil tak positip.
2. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Linier akan Stabil Asimtotis jika dan
hanya jika akar akar dari Polinomial Karakteristik adalah riil dan negatif atau
mempunyai bagian riil yang negatif.
3. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Linier akan Tidak Stabil jika paling
sedikit satu akar dari Polinomial Karakteristik mempunyai akar bagian riil positip.
Mengingak keadaan tersebut semua kemungkinan dari akar akar karakteristiknya, untuk
nilai-nilai 𝜆1 dan 𝜆2 yang diberikan, maka type dan kestabilan dari titik kritis (0,0) dari sistem
autonomous linier persamaan 3 dapat ditabelkan sebagai berikut:
Contoh 2
Selidiki type dan kestabilan dari system berikut ini, dan gambarkan potret phasenya:
𝑑𝑥
= −𝑥
𝑑𝑡
𝑑𝑦
= −𝑦
𝑑𝑡
Penyelesaian
−1 − 𝜆 0
Persamaan karakteristik: | |=0
0 −1 − 𝜆
131
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Akar-akar karakteristik: (−1 − 𝜆)2 = 0 diperoleh 𝜆12 = −1 berarti sistem stabil asimtotis
dan type titik kritis (0,0) adalah simpul. Sedangkan potret phase diperoleh sebagai berikut:
𝑑𝑦
𝑑𝑦 𝑑𝑡 −𝑦 𝑦
= = =
𝑑𝑥 𝑑𝑥 −𝑥 𝑥
𝑑𝑡
𝑑𝑦 𝑑𝑥
Menjadi PD terpisah: = → ln 𝑦 − ln 𝑥 = ln 𝑐 → 𝑦 = 𝑐𝑥 yang
𝑦 𝑥
Gambar 5.10
Contoh 3
Selidiki type dan kestabilan dari system berikut ini, dan gambarkan potret phasenya:
𝑑𝑥
= −3𝑥 + 4𝑦
𝑑𝑡
𝑑𝑦
= −2𝑥 + 3𝑦
𝑑𝑡
Penyelesaian
−3 − 𝜆 4
Persamaan karakteristik: | |=0
−2 3−𝜆
Akar-akar karakteristik: 𝜆2 − 1 = 0 diperoleh 𝜆12 = ±1 berarti sistem tidak stabil dan type
titik kritis (0,0) adalah pelana. Sedangkan potret phase diperoleh sebagai berikut:
𝑑𝑦
𝑑𝑦 𝑑𝑡 −2𝑥 + 3𝑦
=
𝑑𝑥
= ↔ (−3𝑥 + 4𝑦)𝑑𝑦 = (−2𝑥 + 3𝑦)𝑑𝑥
𝑑𝑥 −3𝑥 + 4𝑦
𝑑𝑡
𝑦 𝑦 𝑦
Atau: (−3 + 4 𝑥 ) 𝑑𝑦 = (−2 + 3 𝑥 ) 𝑑𝑥 yang merupakan PD homogen, misalkan: 𝑣 = 𝑥
2 1 𝑑𝑥
− − 𝑑𝑣 = 2
(2𝑣 − 1) (𝑣 − 1) 𝑥
− ln(2𝑣 − 1) − ln(𝑣 − 1) = 2 ln 𝑥
2𝑦 𝑦 1
Penyederhanaannya adalah: ( 𝑥 − 1) (𝑥 − 1) = 𝑥 2 ↔ 𝐏𝐔𝐏𝐃: (2𝑦 − 𝑥)(𝑦 − 𝑥) = 𝐶
Gambar. 5.11
HAMPIRAN SISTEM NON LINEAR
sistem nonlinear sifat kestabilannya dianalisa melalui hampiran linearnya. Pandang kembali
sistem nonlinear Otonomous persamaan berikut ini:
𝑑𝑥
= 𝑓(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑡
(6)
𝑑𝑦
= 𝑔(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑡
Yang mempunyai titik kritis di (𝑥0 , 𝑦0 ), Sistem nonlinear (6) tersebut hampiran linearnya
diperoleh dari matrik Jacobian:
𝑧̇ 𝑓 𝑓𝑦 𝑧
[ ] = [𝑔𝑥 𝑔𝑦 ](𝑥 [ ] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
𝑤̇ 𝑥 )
𝑤
0 ,𝑦0
merupakan persamaan system linear dengan titik kesetimbangan pada (𝑧, 𝑤) = (0,0). Oleh
karena itu berdasarkan teorema kestabilan sistem linear dan sistem nonlinear diberikan
teorema berikut ini. Sebelumnya telah disampaikan pada teorema bahawa:
1. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Linear akan Stabil jika dan hanya jika akar akar
dari Polinomial Karakteristik adalah riil dan negatif atau mempunyai bagian riil tak positip.
133
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Linear akan Stabil Asimtotis jika dan hanya jika
akar akar dari Polinomial Karakteristik adalah riil dan negatif atau mempunyai bagian riil
yang negatif.
3. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Linear akan Tidak Stabil jika paling sedikit satu
akar dari Polinomial Karakteristik mempunyai akar bagian riil positip.
Teorema 2 :
1. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Nonlinear adalah Stabil Asimtotis jika Titik
Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) adalah hasil linearisasi dari sistem yang stabil asimtotis pada
sistem linearnya.
2. Titik Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) dari sistem Nonlinear adalah tak Stabil jika Titik
Kesetimbangan (𝑥0 , 𝑦0 ) adalah hasil linearisasi dari sistem yang tak stabil pada sistem
linearnya.
Berikut diberikan gambar potret phase hampiran linear dan system non linearnya pada gambar
5.12.
134
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑥 + 4𝑦 − 𝑥 2 = 0
6𝑥 − 𝑦 + 2𝑥𝑦 = 0
Hampiran linier dari matrik Jacobi di titik (0,0):
𝑧̇ 𝑓 𝑓𝑦 𝑧 1 − 2𝑥 4 𝑧 1 4 𝑧
[ ] = [𝑔𝑥 𝑔𝑦 ](𝑥 [ ]=[ ] [ ]=[ ][ ]
𝑤̇ 𝑥 )
𝑤 6 + 2𝑦 −1 (0,0) 𝑤 6 −1 𝑤
0 ,𝑦0
1 4
Atau hampiran sistem Linearnya adalah: 𝒙̇ = 𝐴𝒙 dengan matrik 𝐴 = [ ], dimana
6 −1
diperoleh akar akar karakteristik 𝜆12 = ±5 yang mana akar akarnya berbeda dan berlainan
tanda, akibatnya hampiran sistem linearnya tak stabil dan typenya adalah titik sadel. Karena
hampiran linearnya adalah system yang tak stabil dan typenya berupa sadel maka system
nonlinearnya juga demikian yang diperlihatkan pada gambar 5.13.
Gambar 5.13
Contoh
Diberikan sistem
𝑑𝑥
= sin 𝑥 − 4𝑦
𝑑𝑡
𝑑𝑦
= sin 2𝑥 − 5𝑦
𝑑𝑡
Selidiki kestabilan dan gambarkan potret phase dari system tersebut.
Jawab:
Berdasarkan deret Maclaurin:
1 3 1 5
sin 𝑥 = 𝑥 − 𝑥 + 𝑥 − ...
3! 5!
1 1
sin 2𝑥 = 2𝑥 − (2𝑥)3 + (2𝑥)5 − . . .
3! 5!
Maka system dalam bentuk polinomialnya adalah:
𝑑𝑥 1 1
= 𝑥 − 4𝑦 − 𝑥 3 + 𝑥 5 − . . .
𝑑𝑡 3! 5!
𝑑𝑦 1
= 2𝑥 − 5𝑦 − (2𝑥)3 + . . .
𝑑𝑡 3!
Satu-satunya titik kritis adalah di titik (0,0) dan hampiran linearnya adalah:
135
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
𝑑𝑥
= 𝑥 − 4𝑦
𝑑𝑡
𝑑𝑦
= 2𝑥 − 5𝑦
𝑑𝑡
1 −4
Yang dapat ditulis sebagai sistem: 𝒙̇ = 𝐴𝒙 dengan matrik 𝐴 = [ ], dimana diperoleh
2 −5
akar akar karakteristik 𝜆1 = −1 dan 𝜆2 = −3 yang mana akar akarnya berbeda dan bertanda
sama yaitu negatif, akibatnya hampiran sistem linearnya stabil asimtotis dan typenya adalah
titik simpul. Karena hampiran linearnya adalah sistem yang stabil asimtotis dan typenya
berupa simpul maka system nonlinearnya juga demikian yang diperlihatkan pada gambar
5.14.
𝑑𝑦
𝑑𝑦 𝑑𝑡 2𝑥 − 5𝑦
=
𝑑𝑥
= ↔ (𝑥 − 4𝑦)𝑑𝑦 = (2𝑥 − 5𝑦)𝑑𝑥
𝑑𝑥 𝑥 − 4𝑦
𝑑𝑡
𝑦 𝑦
Atau: (1 − 4 𝑥 ) 𝑑𝑦 = (2 − 5 𝑥 ) 𝑑𝑥 yang merupakan PD homogen, misalkan:
𝑦
𝑣= maka PD menjadi terpisah:
𝑥
(1 − 4𝑣)(𝑥 𝑑𝑣 + 𝑣𝑑𝑥) = (2 − 5𝑣)𝑑𝑥
(1 − 4𝑣)𝑥 𝑑𝑣 = (−(1 − 4𝑣)𝑣 + (2 − 5𝑣))𝑑𝑥
(1 − 4𝑣)𝑥 𝑑𝑣 = 2(2𝑣 2 − 3𝑣 + 1)𝑑𝑥
(1−4𝑣) 𝑑𝑥 2 3 𝑑𝑥
(2𝑣−1)(𝑣−1)
𝑑𝑣 = 2 atau (2𝑣−1 )
−( 𝑑𝑣 = 2
𝑥 𝑣−1) 𝑥
2𝑦
( −1) 1
ln(2𝑣 − 1) − 3 ln(𝑣 − 1) = 2 ln 𝑐𝑥 atau 𝑦
𝑥
3 = 𝑐𝑥 2 atau PUPD:
( −1)
𝑥
(2𝑦 − 𝑥)
=𝐶
(𝑦 − 𝑥)3
Gambar 5.14
136
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
137
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Sampai dengan nol untuk elemen baris dan kolomnya yang terakhir.
CONTOH SOAL :
0 2 −3
1. Dapatkan penyelesaian umum dari 𝑥́ == 𝐴𝑥 jika 𝐴 = [−2 4 −3] dan carilah
−2 2 −1
titik kesetimbangan dari sistem tersebut dan selidiki kestabilan titik setimbang itu.
6 8 1
2. Jika 𝐴 = [−1 −3 3] dapatkan matrik fundamental untuk 𝑥́ = 𝐴𝑥 dan gunakan
−1 −1 1
untuk memperoleh 𝑒 𝐴𝑡
138
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
a) x1 4 x1 3x2 4t
x2 6 x1 4 x2 t 2
b) x1 sin t x1 x 2 t
x 2 e t x1 t 2 x 2 t 3
c) x t 2 x et x sin t
2. Tunjukkan bahwa fungsi vektor yang diberikan adalah penyelesaian PD x' Ax b
untuk
2 1 0
A b
2 3 0
3. Tunjukkan bahwa fungsi vektor yang diberikan adalah bebas linear
et et
x1 t x2 t
e e
4. Tunjukkan bahwa fungsi vektor yang diberikan adalah penyelesaian dari sistem
x' Ax untuk matriks A yang diberikan. Selanjutnya dapatkan penyelesaian umum
dari sistem. Jika diberikan kondisi awal
e 4t 3et 2 3 2
x1 4t ; x2 t ; A ; x0
2e e 2 5 1
dapatkan penyelesaian partikularnya.
5. Dapatkan dua penyelesaian yang bebas linear dari sistem x' Ax , dimana
1 2
A
2 2
6. Dapatkan PUPD dari sistem x' Ax untuk A yang diberikan
a) A 2 7 b. A 1 2 2 0 0 0 1 0
5 5 A 0 5 7
1 4
c. d. A 1 0 0
0 2 4 0 0 5
139
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
10. Dengan variasi parameter untuk memperoleh penyelesaian partikular xp dari sistem
x' Ax b , dapatkan PUPD jika A :
1 0 0 et
1 1 20 e
A 2 3 2
3t
a) A b t , b) b 6 e t
3 1 12 e 1 2 2 et
B) 1. Dapatkan pergerakan sistem pegas-massa yang dihubungkan secara seri dimana
diketahui : k1 = 3 N/m k2 = 4 N/m
m1 = 1 kg m2 = 4/3 kg
2. Selesaikan persoalan pencampuran dalam 2 tangki yang dihubungkan oleh dua
saluran, jika pada t= 0, volume larutan dalam kedua tangki itu adalah 60 liter, dan
tangki 1 memuat 60 gr bahan kimia , sedangkan tangki 2 memuat 200 gr bahan kimia.
140
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
3 1 2 1
a. 𝐴= aa. 𝐴=
1 3 0 2
3 2 2 2 0 0
b. 𝐴 = 1 0 2
bb. 𝐴 = 0 1 8
0 0 3 0 2 7
4. Dapatkan matrik fundamental untuk X AX dan gunakan untuk memperoleh eAt jika
2 1
A=
0 2
5. Dapatkan 3 penyelesaian yang bebas linear untuk X AX dari bentuk eAt V , kemudian
2 0 0
dapatkan eAt jika A = 0 1 8
0 2 7
Untuk soal berikut 6-9, diberikan Sistem linear orde 1 sistem PD, mempunyai titik kritis di
(0,0) Pertanyaannya adalah:
a) Dapatkan PUPD
b) Tentukan type dan Kestabilan dari titik kritisnya
c) Sketsalah potret phase dari sistem PD tersebut
d) Dapatkan PD di bidang 𝑥𝑦 (PD Biasa) dan dapatkan penyelesaian umum
6. 7.
8. 9.
141
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2 1
1. Diberikan sistem X = A X dengan A =
1 4
d
𝑋 = (𝑥1 𝑥2 )𝑇 dan (’ )
dt
a) Tentukan dua solusi X(1) dan X(2) yang bebas linear dan hitung Wronskian dari
kedua solusi tersebut.
b) Tentukan solusi Umumnya.
c) Dengan menggunakan solusi umum tersebut tentukan solusi dengan syarat awal
0
X(0) =
1
2. Dapatkan matrik fundamental dari X = AX dan hitung eAt .
1 5
𝐴 =
1 1
3. Dapatkan penyelesaian partikulir dari sistem 𝑋 ′ = 𝐴𝑥 + 𝑏(𝑡) jika:
1 1 20e 3t
𝐴 = dan 𝑏(𝑡) =
t
3 1 12e
142
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
x sin t 1 x1 t
b. 1 t
x2 e t 2 x2 t 3
x 0 1 x1 0
c. 1 t
x2 e t 2 x2 sin t
et et
3) 2e 2t 0, t R
et e t
1 2
5) x(1) = e3t dan x(1) = e2t
2 1
cos 2t sin 2t
7) X=
sin 2t cos 2t
7 1
9) a. X = c1 e 3t c 2 e 5t
1 1
1 1 1 t
t
b. X = c1 e 1 e c 2 1 c 2 t
t
0 0 2
c. X = e c1 0 c 2 1 c 2 2t
4t
1 t t 2
0 1 t
d. X = e c1 0 c 2 1 c 2 1 t
4t
1 0 0
te t
4e (2e 1)
t 2t
10) a. xp = t 2t , b. xp = 9e t
4e (3e 2) te t 6e t
B:
1. X = 2(c1 sint - c2 cost – c3 sin3t + c4 cos3t)
Y = 3 c1 sint - 3 c2 cost + c3 sin3t - c4 cos3t)
143
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
t t
2. A1 = 120 – 50 e 5
- 10 e 15
t t
5 15
A2 = 120 + 100 e - 20 e
1 4t 1 4t
(e e 2 t ) (e e 2 t )
3. a) eAt = 2 2
1 1 4t
(e 4 t e 2 t ) (e e 2 t )
2 2
2e 2t e t 2(e t e 2t ) e t e 3t
b) eAt = e 2t e t 2e t e 2t e t e 3t
0 0 e 3t
1 t
4. eAt = e2 t
0 1
1 0 0
2 t 0 , -3t 1 4t , -3t 8t
5. X1 = e X2 = e X3 = e
0 2t 1 4t
e 2 t 0 0
eAt = 0 e 3t (1 4t ) 8te 3t
0 2te 3t e 3t (1 4t )
2 6 9 0, 32 0, 1, 2 3
144
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Maka diperoleh:
2 1
Jadi penyelesaian kedua adalah x2 e 3 t t
1 1
Wroskian dari kedua penyelesaian :
e 3 t e 3 t (2 t ) 3 t 1 2 t
x1 x 2 3 t e 1e 3 t 0
e 3 t
e (1 t ) 1 1 t
Jadi x1 dan x2 bebas linear.
1 2 1
b) PUPD : X c1 e 3t c2 e 3t t
1 1 1
0 0 1 2 c1
c) X 0 diperoleh c1= -2 dan c2 = 1
1 1 1 1 c2
1 2 1
Penyelesaiankhusus : X 2 e 3t e 3t t
1 1 1
1 5
2. Dapatkan matrik fundamental dari X = AX dan hitung eAt jika 𝐴 =
1 1
Penyelesaian:
1 5
Det(A- I) = det ( ) = 2 + 4 = 0 12 = 2i
1 1
1 2i 5
= 2i maka V = 0 diperoleh vektor eigen v1 = (1+2i)v2
1 1 2i
1 2i
vektor eigen : V1 =
1
1 2i 1 2i
dan X = e2it = ( cos 2t + i sin 2t )
1 1
145
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2 4 0, 1, 2 2
146
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
1
penyelesian kedua : x 2 e 2 t
1
e 2t e 2t
Jadi matrik fundamental : X = 2t
3e e 2t
Penyelesaian partikulir Xp = X U dimana memenuhi :
X U = b
e 2t e 2t 20e 3t 1 e 4t 20e t 1 e 4t 20e t
~ ~
3e 2t e 2t 12e t 3 e 4t 12e t 3 e 4t 12e t
147
BUKU AJAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
DAFTAR PUSTAKA
148