Anda di halaman 1dari 42

Ortogonal

Yang dibahas :
• Ortogonal
• Basis ortogonal
• Ortonormal
• Matrik ortogonal
• Komplemen ortogonal
• Proyeksi ortogonal
• Faktorisasi QR
Ortogonal
• Himpunan vektor {v1, v2, ….., vk} dalam Rn disebut
himpunan ortogonal jika semua pasangan dalam
himpunan vektor tersebut adalah ortogonal yaitu
jika :vi . vj = 0 ketika i ≠ j untuk i, j = 1, 2,….., k

• Basis standar {e1, e2, ….., en} dalam Rn adalah


himpunan ortogonal.
Contoh :
Tunjukkan bahwa {v1, v2, v3} adalah himpunan ortogonal
dalam R3 jika :
 2 0   1
v1   1  , v2  1  , v3  -1
-1 1   1

Jawab :
Harus ditunjukkan bahwa setiap pasang adalah ortogonal
v1 . v2 = 2(0) + 1(1) + (-1)(1) = 0
v2 . v3 = 0(1) + 1(-1) +(1)(1) = 0
v1 . v2 = 2(1) + 1(-1) +(-1)(1)= 0
Kesimpulan : {v1, v2, v3} adalah himpunan ortogonal
Teori 1. Jika {v1, v2, ….., vk} adalah himpunan vektor
bukan nol yang ortogonal, maka vektor-vektor
tersebut adalah bebas linier.
Bukti :
Jika c1, c2, …., ck adalah skalar sehingga : c1v1+ …+ ckvk=0
kemudian (c1v1+ …+ ckvk) . vi = 0 . vi = 0
Atau hal yang sama :
c1(v1. vi)+ ….. +ci(vi. vi)+ ……+ ck(vk. vi) = 0
Karena {v1, v2, ….., vk} adalah himpunan ortogonal,
semua perkalian titik pasangan vektor adalah
nol kecuali (vi. vi), sehingga persamaan dapat
diringkas menjadi : ci(vi. vi) = 0
Dengan hipotesa : vi ≠ 0 sehingga vi. vi ≠ 0, oleh karena
itu yang harus memiliki nilai = 0 adalah ci. Hal ini juga
berlaku untuk semua i = 1, ….. k, sehingga disimpulkan
bahwa {v1, v2, ….., vk} adalah bebas linier.

Basis Ortogonal
Definisi : Basis ortogonal dari subruang W dari Rn
adalah basis dari W merupakan himpunan ortogonal.

Contoh soal :
Cari basis ortogonal dari subruang W dari R3 yaitu :
 x  
 
W    y  : x  y  2 z  0 
 z  
  
Subruang W adalah bidang yang berada pada R3, dari
persamaan bidang diperoleh : x = y – 2z. Maka W terdiri
dari vektor dengan bentuk :
 y  2z  1  -2 
 y  y 1   z  0 
 
 z  0   1 
1   -2 
Jadi vektor u = 1  dan v =  0  adalah basis W, namun tidak
   
0   1 

ortogonal. Untuk memenuhi syarat ortogonal, diperlukan


vektor bukan nol lain dalam W yang ortogonal pada salah
satu vektor tersebut.
x 
Anggap w   y  adalah vektor dalam W yang ortogonal
 z 
dengan u. Karena w dalam bidang W : x-y+2z = 0, maka
u.w = 0 diperoleh persamaan : x+y = 0.
Dengan menyelesaikan SPL :
x-y+2z = 0
x+y =0
Didapatkan : x = -z dan y = z
Jadi vektor tidak nol w dapat dituliskan dalam bentuk :
- z 
w   z 
 z 
-1
w   1  dengan mudah dapat dibuktikan
Jika diambil  
 1 

bahwa [u,w] adalah himpunan ortogonal dalam W ,


sehingga merupakan basis ortogonal W dan dim W=2.

Teori 2. Jika {v1, v2, ….., vk} adalah basis ortogonal dari
subruang W dari Rn dan w merupakan vektor dalam
W, maka skalar unik c1,…., ck dapat ditulis : w = c1v1+
…+ ckvk
w.vi
Menghasilkan : ci  v .v untuk i = 1, ……, k
i i
Contoh soal : 1 
w   2  yang menjadi basis ortogonal
Carilah koordinat  
3   2 0  1
dari B = {v1, v2, v3} dengan v1   1  , v2  1  , v3  -1
 -1 1   1

w.v1 2  2  3 1
Jawab : c1  v .v  4  1  1  6
1 1

w.v2 0  2  3 5
c2   
v2 .v2 0  1  1 2

w.v3 1  2  3 2
c3   
v3 .v3 1  1  1 3
Jadi : w = c1v1+ c2v2 + c3v3 = 1/6 v1 + 5/2 v2+ 2/3 v3

Sehingga koordinat w yang menjadi basis ortogonal B


adalah : 1
6
5
 w B  2
3
2
Ortonormal
Definisi : himpunan vektor dalam Rn adalah himpunan
ortonormal jika terdapat himpunan ortogonal dari
vektor satuan. Basis ortonormal untuk subruang W dari
Rn adalah basis dari W dan merupakan himpunan
ortonormal.
Catatan : Jika S= {q1,….., qk} adalah himpunan vektor
ortonormal, kemudian q1. q2 = 0 untuk i≠ j dan qi  1
Kenyataannya bahwa setiap qi merupakan vektor satuan
dengan kata lain : qi . qi = 1.
Disimpulkan bahwa : S merupakan ortonormal jika :
0 jika i  j
qi .q j  
1 jika i  j
Contoh soal :
Tunjukkan bahwa S = {q1,q2} adalah himpunan
ortonormal dalam R3 jika :  1  1 
3 6
  2 
q1   - 1
3
dan q2   6
 1  1 
 3  6

Jawab : q1.q2  1
18
 2
18
 1
18
0
q1.q1  1
3  1  1 1
3 3
ortonormal
q2 .q2  1
6  4  1 1
6 6

Jika terdapat himpunan ortogonal, maka dapat dengan mudah


ditentukan himpunan ortonormalnya yaitu menormalisasi
setiap vektor himpunan ortogonal tersebut.
Contoh soal:
Bangun basis ortonormal untuk R3 dari vektor-vektor :
 2 0   1
v1   1  , v2  1  , v3  -1
 -1 1   1

Jawab : dari penyelesaian soal sebelumnya diketahui bahwa v1, v2,


dan v3 adalah basis ortogonal, jadi tinggal menormalisasi setiap
vektor diperoleh :  2  2 6  0   0 
1 1     1 1   1 
q1  v1  1   1
6,
q  v  1  2
v1 6  2
v
2
2  
-1  - 1  2
1   1 
 6  2

 1  1
3

1 1    
q3  v3   -1  - 1
3
v3 3
 1  1 
 3

Jadi {q1, q2, q3} merupakan basis ortonormal untuk R3


Teori 3. Jika {q1, q2 .….., qk} basis ortonormal dari subruang
W dari Rn dan w adalah vektor dalam W, maka :
w = (w. q1 )q1 + (w. q2 )q2 +………+ (w. qk ) qk

Matrik ortogonal
Definisi : Suatu matrik Q ukuran n x n yang memiliki kolom
berbentuk himpunan ortonormal disebut:
matrik ortogonal.
Teori 4. Kolom matrik Q ukuran m x n berbentuk
himpunan ortonormal jika dan hanya jika QTQ = In
Teori 5. Matrik bujursangkar Q adalah ortogonal jika dan
hanya jika Q-1 = QT
Contoh soal :
Tunjukkan bahwa matrik-matrik berikut ini adalah
ortogonal dan carilah matrik inversnya !
0 1 0 
   cos   sin 
A  0 0 1  dan B  
 sin  cos 
1 0 0 
Jawab :
Kolom matrik A merupakan vektor-vektor basis standar
dari R3 jelas merupakan ortonormal, sehingga A
adalah ortogonal dan 0 0 1
A1  AT  1 0 0 
0 1 0 
Untuk matrik B dilakukan pengecekan sebagai berikut :

 cos sin   cos   sin 


B B
T

 sin cos  sin  cos 

 cos 2   sin 2   cos  sin   sin  cos  


 
  sin  cos   cos  sin  sin   cos 
2 2

1 0
  1
0 1
Oleh karena itu B adalah ortogonal, dan

1 cos sin  


B B  T

 sin cos 
Teori 6. Ambil Q matrik nxn, maka pernyataan berikut
ini memiliki arti yang sama :
a. Q adalah ortogonal.
b. Qx  x untuk setiap x dalam R n

c. Qx.Qy  x. y untuk setiap x dan y dalam R n

Teori 7. Jika Q adalah matrik ortogonal, maka elemen


baris merupakan himpunan
 ortonormal.
Teori 8. Ambil Q merupakan matrik ortogonal.
a. Q-1 adalah ortogonal
b. det Q = 1
c. Jika λ adalah nilai eigen dari Q, maka  1
d. Jika Q1 dan Q2 adalah matrik ortogonal nxn,
maka demikian juga untuk Q1Q2
Komplemen ortogonal

Definisi : Ambil W subruang dari Rn. Sebuah vektor v dalam Rn


ortogonal dengan W jika v ortogonal dengan setiap vektor
dalam W. Himpunan semua vektor yang ortogonal dengan
W disebut komplemen ortogonal dari W ditulis sebagai:

W
W  = {v dalam Rn: v.w = 0 untuk semua w dalam W}
v


W l = W dan W = l 
w

l
Teori 9. Ambil W subruang dari Rn.
a. W  adalah subruang dari Rn.
b. ( W  )  W

c. W  W = {0}

d. Jika W = span (w1, ……, wk), maka v berada dalam W
jika dan hanya jika v. wi untuk semua i= 1, …….,k

Teori 10. Ambil A matrik m x n. Komplemen ortogonal dari ruang


baris A adalah ruang null A dan komplemen ortogonal
dari ruang kolom A adalah ruang null AT
(baris( A))   null ( A) dan (kolom( A))   null ( AT )
Jadi suatu matrik m x n mempunyai 4 subruang :
 baris (A) dan null (A) : komplemen ortogonal dari Rn
 kolom (A) dan null (AT): komplemen ortogonal dari Rm
Disebut : subruang fundamental dari matrik A mx n
null (A) null (AT)

0 0

TA

baris (A)
kolom (A)
R n
Rm
Contoh soal :
1. Carilah basis dari 4 subruang fundamental dari :
1 1 3 1 6
2 -1 0 1 -1
A
-3 2 1 -2 1
 
4 1 6 1 3

dan buktikan bahwa :


(baris( A))   null ( A) dan ( kolom( A))   null ( AT )
Jawab :
Dengan mereduksi eselon baris dari A diperoleh :
 1 0 1 0 -1
 0 1 2 0 3  baris (A) = baris (R)
R
 0 0 0 1 4
 
 0 0 0 0 0

Baris (A) = span (r1, r2, r3) dengan :


r1 = {1 0 1 0 -1}, r2 = {0 1 2 0 3}, r3 = {0 0 0 1 4}
Dengan menyelesaikan persamaan homogen Rx = 0
diperoleh :  x1  - s  t  -1   1
 x  -2s-3t  -2   -3 
 2      
x   x3    s   s  1   t  0   su  tv
       
 x4   -4t   0  -4 
 x5   t   0   1 
 
Null (A) = span (u, v) dengan :
-1   1
-2   -3 
   
u =  1  dan v =  0 
   
 0  -4 
 0   1 


Untuk menunjukkan (baris ( A))  null ( A) cukup dengan
menunjukkan setiap vektor r ortogonal dengan u dan v.

Selanjutnya, dapat dilihat bahwa :


r3 = r1 + 2r2 dan r5 = -r1 + 3r2 + 4r4
Dengan demikian r3 dan r5 tidak memberikan kontribusi
apapun pada kolom (R), sehingga vektor kolom r1, r2
dan r4 adalah bebas linier dan merupakan vektor
satuan. Jadi basis kolom A = span{a1, a2, a3} dengan :
 1  1  1
 2  -1  1
a1    , a2    , a3   
 -3  2  -2 
     
 4  1  1

Perhitungan null(AT) dilakukan dengan reduksi baris :


1 2 -3 4 0 1 0 0 1 0
1 -1 2 1 0  0 1 0 6 0 
 
 AT 0   3 0 1 6 0 0 0 1 3 0
   
1 1 -2 1 0 0 0 0 0 0
6 -1 1 3 0  0 0 0 0 0 
Jika y didalam null(AT) dengan y1 = - y4, y2 = -6 y4 dan
y3 = -3y4 , maka dapat diperoleh hasil :
 - y 4     1  
    
 -6y 4     6  
null(AT) =  -3y    span   3  
 4 
   
 
  y 4  
    1 

Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa vektor tersebut


ortogonal dengan a1, a2, a3 sehingga terbukti bahwa :
(kolom( A))   null ( AT )
2. Ambil W adalah subruang R5 yang dibangun oleh :

 1  -1   0
 -3  1  -1
     
w1   5  , w2   2  , w3   4 
     
 0 -2
   -1
 5   3   5 


Tentukan basis dari W
Jawab : subruang W dibangun oleh w1,w2 dan w3 sama dengan
ruang kolom dari :
1 -1 0 
 -3 1 -1

A 5 2 4
 
0 -2 -1
 5 3 5 
Teori 10 menyatakan W   (kolom( A))   null ( AT )
Sehingga dapat dihitung :

 1 -3 5 0 5 0  1 0 0 3 4 0 
 A T
0   -1 1 2 -2 3 0  0 1 0 1 3 0 
y didalam     
y = –3 y – 4 y , y =0– y-1– 34y -1
dan y5= –20y 0 0 1 0 2 0 
1 4 5

2 4 5 3 5

Sehingga diperoleh 
:
W jika dan hanya jika :

  -3y4 - 4y5     -3  -4  


Ada 2 vektor basis untuk     
 - y 4 - 3 y5    -1  -3  
 
W    -2y5    span   0  -2  
    

y 4    1  0  
  y5    0  1  
    
W
Proyeksi ortogonal
Definisi : Ambil W subruang dari Rn dan {u1, u2 .….., uk}
merupakan basis ortogonal W. Untuk setiap vektor v
dalam Rn, maka proyeksi ortogonal v pada W didefini-
sikan sebagai :
 u1.v   uk .v 
proyw (v)    u1  .....    uk
 u1.u1   uk .uk 

Komponen v ortogonal ke W adalah vektor :


v perpw (v )  v  proyw (v )
perpu(v) v
u
u2
p2
proyu(v)
p
p1 W

u1
Contoh soal :
Jika W bidang dalam R3 dengan persamaan x-y+2z=0
 3
v  -1 Carilah proyeksi ortogonal v pada W dan
dan  
 2 

komponen v yang ortogonal ke W !


Jawab : W terdiri dari vektor dengan bentuk :
 y  2z  1   -2
 y    
y 1   z  0  
 
 z  0   1 
Diperoleh vektor basis W :
1  -1
u1=
1 
 
dan u2 =  1
0   1

Proyeksi ortogonal v pada W adalah :


v perpw(v)
 u1.v   u2 .v 
proyw (v )    u1    u2
 u1.u1   u2 .u2 
 
1  
-1  3
5

2   2    1  proyw(v)
 1    1    3 W
2 3
0   1  - 23 
Dan komponen v ortogonal pada W adalah :

 3  5
3   3
4

-1   1   - 4 
perpw(v) = v – projw(v)=    3   3 
 2  - 23   83 

Dengan mudah dapat di tunjukkan bahwa projw(v)


berada dalam W karena hasilnya memenuhi
persamaan bidang.
Demikian pula halnya dengan perpw(v) adalah
ortogonal ke W karena merupakan perkalian skalar
 1  terhadap W.
dari vektor normal
 -1
 
 2 
Dekomposisi ortogonal

Teori 11. Jika W merupakan subruang dari Rn dan v


adalah vektor dalam Rn , maka ada vektor-vektor unik

w dalam W wdandalam W  dapat dituliskan :

v=w+w

Teori 12. Jika W merupakan subruang dari Rn, maka :



dim W + dim W = n
Faktorisasi QR
Teori 13. Jika A merupakan matrik mxn yang memiliki
kolom bebas linier, maka A dapat difaktorisasi
sebagai QR dengan : Q adalah matrik mxn yang
memiliki kolom ortogonal dan R adalah matrik
segitiga atas yang invertible.

Untuk melihat terjadinya faktorisasi QR, misalkan a1,…,an adalah


kolom bebas linier dari matrik A dan q1,…,qn adalah vektor
ortonormal yang diperoleh dari normalisasi matrik A dengan
menggunakan metode Gramm-Schmidt.
Untuk setiap i = 1,…..,n : Wi = span (a1,…,ai ) = span (q1,…,qi )
Sehingga jika terdapat skalar r1i,r2i…,rii dapat dituliskan :
ai = r1iq1 + r2iq2 + …..+riiqi untuk i= 1, ……, n
Diperoleh hasil :
a1 = r11q1
a2 = r12q1 + r22q2

an = r1nq1 + r2nq2 + …..+rnnqn

Dituliskan dalam bentuk matrik sebagai berikut :

 r11 r12 ... r1n 


0 r ... r 
A   a1 a2 .... an    q1 q2 .... qn   22 2n 
 QR
 
 
0 0 ... rnn 
1 2 2
Contoh soal : -1 1 2 
Cari faktorisasi QR dari : A  
-1 0 1
 
1 1 2
Jawab :
Subruang W dibangun oleh x1,x2 dan x3 sama dengan ruang
kolom dari matrik A. {x1,x2, x3} adalah himpuan bebas linier,
sehingga merupakan basis dari W.
Ambil v1 = x1, selanjutnya dengan metode Gramm-Schmidt
dihitung komponen x2 yang ortogonal pada W1= span (v1)
 1  2 
3
2
1   -1  3 
 v1.x2    2   2
v2  perpw1 ( x2 )  x2    v1         1 
 v1.v1  0 4 -1
     2

1   1  2 
1
Untuk menghilangkan pecahan pada v2 dilakukan perkali-
an skalar tanpa merubah hasil akhirnya. Dengan demikian
v2 dirubah menjadi :  3
  3
v2  2v2  
1 
 
1 
Selanjutnya dihitung komponen x3 ortogonal pada W2
= span (x1 ,x2) = span (v1 ,v2)= span (v1 , v2 ) menggunakan
basis ortogonal (v1 , v2 )
 2   1 3 - 12 
 2  -1  3  0 
 v1.x3   v2 .x3    1    15     
v3  perpw2 ( x3 )  x3   
 v1      v2              1 
 v1.v1   v2 .v2  1 4 -1  20  1 2
       
 2   1 1   1 
Kembali dilakukan penskalaan ulang :
 -1
 0
v3  2v3   
 1
 
 2

Akhirnya diperoleh basis ortogonal  v1 , v2 , v3  untuk W


Untuk mendapatkan basis ortonormal dilakukan
normalisasi setiap vektor
 1  2 
1

 1   -1  - 1 
 1    2
q1    v1     1
 v1   2   -1  - 2 
   1
 1  2 
3 5 
 10 
  
3 
  3 5
 1   1   3  10 
q2    v2     
 v2   2 5  1   5 
   10 
1   
5
 10 

- 6 
 -1  6
   0 
 1   1   0  
q3    v3     1 
6 
v 
 3   6 
   6 
 2  
 6 
 3 
 12 3 5
10 - 6 
6
 1 
 - 2 3 5
0 
Jadi Q   q1 q2 q3 
10

- 1 5 6 
 2 10 6

 1 2 5
10
6
6 

A = QR, untuk mencari R suatu matrik segitiga atas, digunakan
kenyataan bahwa Q memiliki kolom orto-normal sehingga QTQ = I.

Oleh karena itu : QTA=QTQR = IR=R


Diperoleh hasil akhir :
1 2 2
 1 - 1 - 1 1
2   2 1 1

1 2  
2 2 2 2
3 5 
-1 
RQ A
T 5
10
3 5
10
5
10 10   0 5 3 5
2
-1 0 1 
- 6  6 
0 3  0 0
6 6
 6 6 2 
1 1 2
Diagonalisasi ortogonal dari matrik simetri
Definisi : Matrik bujursangkar A dapat didiagonalisai
ortogonal jika terdapat matrik ortogonal Q dan
matrik diagonal D sehingga diperoleh : QTAQ = D

Teori 14. Jika A dapat didiagonalisai ortogonal , maka A


adalah matrik simetri
Bukti :
Karena Q-1 = QT diperoleh QTQ = I = QQT sehingga :
QDQT = QQTAQQT = IAI = A
Tetapi juga : AT= (QDQT)T = (QT)T DTQT = QDQT = A
Setiap matrik diagonal adalah simetri, maka A simetri .
Latihan soal :

1. V=R3 dengan perkalian skalar <a,b>= 2a1b1 + a2b2 + 3a3b3

Tentukan proyeksi ortogonal a= (1,2,1), b= (1,1,1)

2. V=R3 dengan perkalian skalar <a,b>= 2a1b1 + a2b2 + a3b3

W subruang linier yang dibangun oleh {(-1,1,1), (1,1,1)} dan v = (1,2,3)

Tentukan proyeksi ortogonal v pada W

Anda mungkin juga menyukai