Anda di halaman 1dari 25

BARISAN DAN DERET, KEKONVERGENAN BARISAN DAN

DERET, DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT


TUJUAN:
a.
b.
c.
d.

Mahasiswa dapat memahami tentang barisan dan deret bilangan kompleks


Mahasiswa dapat memahami tentang deret Taylor dan deret Maclaurin
Mahasiswa dapat memahami tentang deret Laurent
Mahasiswa dapat memahami tentang deret Taylor, deret Maclaurin dan deret
Laurent dalam soal
Pada makalah ini akan disajikan dua konsep dasar yaitu barisan dan deret

bilangan kompleks. Konsep-konsep tersebut sebagai landasan dalam pembahasan


selanjutnya. Dalam penyajiannya akan diuraikan pengertian barisan dan deret
bilangan kompleks serta kekonvergenannya, dan beberapa teorema yang
menyangkut kekonvergenan. Selanjutnya akan di bahas pula tentang deret Taylor,
deret Maclaurin dan deret Laurent.
A. Barisan Bilangan Kompleks
Sebelum membicarakan kekonvergenan barisan bilangan kompleks, terlebih
dahulu akan di perkenalkan pengertian barisan bilangan kompleks yang disajikan
pada definisi berikut.

A.1 (Barisan Bilangan Kompleks)


n himpunan . Barisan bilangan kompleks adalah suatu fungsi yang didefinisikan dengan

Nilainilai fungsi
dinyatakan dengan
f (n)=z n

dengan

f ( 1 )=z 1 ,

untuk setiap

dengan notasi

nN

f ( n )=z n

untuk setiap

f ( 2 )=z 2 , ..., f ( n )=z n . Fungsi

nN
f

dapat
dengan

adalah suatu barisan yang dapat dinyatakan

{ z n }= {z 1 , z 2 , , z n , .. } . Bilanganbilangan z 1 , z 2 ,

disebut sukusuku barisan dan suku


barisan. Sebagai contoh, fungsi
adalah

suatu

zn

disebut suku umum (suku ke- n )

dengan

barisan

f (n)=i n

yang

{ z n }= {i , i2 , i3 , i4 , }= {i ,1,i, 1, }

nN

untuk setiap

dinotasikan

dengan

yang sering pula dinyatakan dengan

{in } .
Secara geometri ini berarti bahwa untuk nilai
zn

terletak dalam lingkungan

memilih

yang cukup besar, titik


z . Karena kita dapat

tertentu dari

yang sangat sangat kecil, ini berarti bahwa titik

ubah di dekat

karena kenaikan indeks

n . Nilai

n0

zn

akan berubah-

secara umum akan

tergantung pada nilai .


Untuk mengetahui apakah suatu barisan itu konvergen atau tidak, perlu
diperiksa apakah barisan tersebut mempunyai limit atau tidak. Hal ini disebabkan
bahwa suatu barisan dikatakan konvergen jika barisan tersebut mempunyai limit
(limitnya ada).

rgen):
eks . Barisan dikatakan konvergen ke jika dan hanya jika untuk setiap bilangan terdapa

Bilangan kompleks z yang memenuhi definisi di atas disebut limit barisan

{ z n } . Notasi barisan { z n } konvergen ke z adalah

z n z atau lim z n =z
n

{ z n } dikatakan divergen, jika barisan { z n } tidak konvergen.

Barisan

Dengan kata lain, barisan


jika untuk setiap
asli

n>n 0

zC

{ z n } divergen ( tidak konvergen ke z ) jika dan hanya

terdapat bilangan

terdapat bilangan kompleks

0 > 0
zn

sehingga untuk setiap bilangan

sehingga berlaku

Contoh 1 :
Selidiki kekonvergenan barisan

{ }

z
{ z n }= 1+ n

Penyelesaian :
Diberikan > 0 . Diperoleh

|1+ nz 1|=|nz |=|nz|<

|z|
untuk n> .

|z|
Jadi terdapat bilangan asli n0 > sehingga berlaku

|||

z
z | z|
1+ 1 = = < .|z|=
n
n n |z|

1+

Jadi barisan
konvergen ke 1 .

|z nz|

TEOREMA 1
Diberikan bilangan untuk setiap dan .

jika dan hanya jika dan

Bukti :
( ) Diberikan bilangan 0 > 0 sebarang.
lim z n=z

Diketahui
n

, berarti terdapat bilangan asli

n0

n0

sehingga jika

|z nz|=|( x n+ i y n ) ( x +iy )|=|( x nx ) +i ( y n y )|<

berlaku

n
Dengan demikian untuk sebarang > 0 di atas, terdapat bilangan asli 0
sehingga jika n

n0

berlaku

|x nx||( x nx ) +i ( y n y )|<

dan

| y n y||( x nx ) +i ( y n y )|<

Jadi terbukti bahwa

lim xn =x dan lim y n= y

( ) Diberikan bilangan 0 > 0 sebarang.


Diketahui
lim xn =x

dan

sehingga jika n
Dan jika n
Diambil

n2
n0

lim y n= y

n1

berlaku

berlaku

= maks

, berarti terdapat bilangan asli

n1

dan

n2

|x nx|< 2

| y n y|< 2

{ n1, n 2 }

, sehingga jika n

n0

berlaku

|z nz|=|( x n+ i y n ) ( x +iy )|=|( x nx ) +i ( y n y )||x nx|+| y n y|< 2 + 2 =

lim z n=z

Jadi terbukti bahwa

Dari teorema di atas dapat kita tuliskan bahwa

Contoh 2 :

2 n 2
5n
Periksa kekonvergenan barisan { z n } = n2 +4 i n2+ 4

Penyelesaian :
Namakan

z n=x n+ i y n

x n=

dengan

2n 2
2
n +4

dan

y n=

5 n
2
n +4

, sehingga

diperoleh
2 n22
lim xn =lim 2
=2 dan
n
n n +4

lim y n=lim

Akibatnya

5n
=0
n2+ 4
,

z n= lim x n+i lim y n=2+i.0=2


n

lim

{ zn }

Jadi barisan

konvergen ke 2 .

Contoh 3 :
Periksa kekonvergenan barisan

z n=

{ }
1
+i
3
n

Penyelesaian:
Namakan
lim

z n=x n+ i y n

dengan

x n=

1
n3

dan

(n=1,2,)

y n=1

( n1 +i)= lim ( x +i y )=lim n1 +i lim 1=0+i .1=i.


3

Jadi barisan

zn

konvergen ke i .

B. Deret Bilangan Kompleks

, sehingga diperoleh

Diberikan barisan bilangan kompleks

{ z n } di bentuk barisan lain { Sn }

{ z n } . Kemudian dari barisan

yang suku-sukunya didefinisikan dengan

S 1=z 1
S 2=z 1 + z 2
.........................................

S n=z 1 + z 2+ + z n

........................................
dan seterusnya .
Jika seterusnya barisan

{ Sn }

mempunyai limit, diperoleh jumlah tak berhingga

z 1+ z 2 ++ z n +
Jadi dalam simbol dituliskan dengan

S n= z n
n=1

lim

zn
n=1

bilangan

disebut deret tak berhingga (deret bilangan kompleks). Bilangan-

z1 , z2 ,

dinamakan suku-suku deret, dan

ke-n (suku umum). Barisan

{ Sn }

bagian ke n dari deret

zn
n=1

zn

dinamakan suku

dengan

S n= z n
k=1

dinamakan jumlah

Sebuah deret tak hingga bilangan kompleks

zn
n=1

konvergen ke

jika

barisan

S N = z n=z 1 + z 2+ + z n (N=1,2, )
n=1

jumlah

bagiannya

konvergen ke S , dapat dituliskan

z n=S
n=1

Catatan bahwa sebuah barisan dapat mempunyai paling banyak satu limit
(limit tunggal), sebuah deret dapat mempunyai paling banyak satu jumlah. Ketika
sebuah deret tidak konvergen, maka disebut divergen.
Kekonvergenan suatu deret ditentukan oleh ada atau tidaknya limit barisan
jumlah bagiannya . Kekonvergenan deret tersebut disajikan pada definisi berikut
ini.

DEFINISI B.1
Deret dikatakan konvergen ke jika dan hanya jika .
Deret dikatakan divergen ke jika dan hanya jika tidak ada .

Contoh 4 :

21n

Tunjukkan bahwa deret

n=1

konvergen ke i .

Penyelesaian :
1
1
1
1
z 1= i, z 2= i, z 3= i , , z n= n i
.
2
4
8
2
Jumlah bagiannya adalah
1
1
S 1=z 1= i=i 1
2
2

( )

1 1
1 1
3
1
S 2=z 1 + z 2= i+ i=i + =i
=i 1
2 4
2 4
4
4

( ) () ( )

1 1 1
7
1
S 3=z 1 + z 2+ z 3= i+ i+ i=i
=i 1
2 4 8
8
8

() ( )

.............................................................................................
1 1 1
1
S n= i+ i+ i+ + n i
2 4 8
2

( 12 + 14 + 18 + + 21 )
1
i 1
( 2)
i

Diperoleh,

( 21 )
1
i lim 1
( 2)

lim S n=lim i 1

i.1
i

Jadi terbukti bahwa

{ Sn }

konvergen ke i . Dengan kata lain deret

21n
n=1

konvergen ke i .

TEOREMA 2 (Kekonvergenan Deret Kompleks)


Diberikan barisan

z n=x n+ iy n

untuk n=1,2,3, dan S= X +iY

Teorema ini dapat dituliskan sebagai berikut.

maka

z n=S
n=1

jika danxhanya jika

x n= X
n=1

dan

y n =Y
n=1

( n+i y n)= x n+i y n


n=1

n=1

n=1

Jika diketahui bahwa dua deret di kanan dan di kiri sama-sama konvergen.

Bukti:
Untuk membuktikan teorema ini, kita tulis jumlah parsialnya
S N =X N +iY N
n

X N = xn

dimana

yn .
dan Y N =
n=1

n=1

Dari definisi
lim S n=S

lim X n= X

Xn

Karena

zn
n=1

dikatakan konvergen

jika dan hanya jika

dan dari teorema 1 maka berlaku


dan
dan

lim Y n=Y

Yn

adalah jumlah bagi dari deret maka teorema terbukti.

Dengan mengingat dalam kalkulus bahwa suku ke- n


konvergen bilangan real mendekati nol ketika

dari deret

cenderung tak hingga.

Dengan kata lain sebuah kondisi yang diperlukan agar deret


adalah

zn
n=1

konvergen

lim z n=0

Kita asumsikan bahwa deret


z n=x n+ i y n

ketika

n=1

n=1

zn
n=1

adalah konvergen mutlak. Yaitu

, maka deretnya sebagai berikut

|z n|= x n2 + y n2
dari bilangan real

+ y n2 konvergen, karena

|x n|= x n2+ y n2

dan

| y n|= x n2 + y n2

Kita tahu bahwa dari uji perbandingan dalam kalkulus bahwa dua deret

|x n|

dan

n=1

| y n|
n=1

harus konvergen. Selain itu, karena konvergensi mutlak dari deret bilangan real
mengimplikasikan konvergensi dari deret itu sendiri, berarti bahwa ada bilangan

real

dan Y

yang konvergen. Menurut teorema maka deret

zn
n=1

konvergen. Akibatnya konvergensi mutlak dari deret bilangan kompleks


menyiratkan konvergensi dari deret itu.

Dalam membangun fakta bahwa jumlah deret bilangan S

maka kita tentukan sisa

setelah

yang diberikan

suku yaitu

N =SS N

Jadi

S=S N + N

dan karena

konvergen ke sebuah bilangan

|S NS|=| 0|

, kita lihat bahwa deret

jika dan hanya jika barisan sisa cenderung

mendekati nol. Bentuk deretnya


an ( zz 0 )n=a0 + a1 ( zz 0 ) +a 2 ( zz 0 )2 ++ an ( zz 0 )n + ,

n=0

dimana

z0

dan koefisien

an

adalah konstanta kompleks dan

setiap titik yang menyatakan daerah yang memuat


melibatkan variabel

z0

mungkin

. Dalam deret tersebut

z , kita akan menunjukkan jumlah, jumlah bagian dan sisa

dengan S ( z) , S N ( z) dan

N (z) berturut-turut.

Contoh 5 :
Dengan bantuan sisa akan ditunjukkan bahwa

1
z n= 1z
n=0

dimana |z|<1

Kita ingat kembali identitas (Exercise 10, Sec 7)


n +1
1z
1+z+z 2 ++ z n =
(z 1)
1z
Untuk menuliskan jumlah bagiannya
N 1

S N ( z )= z =1+ z + z ++ z
n

N 1

( z 1)

n=0

1z N
(
)
S
z
=
N
Karena
1z

jika

N ( z ) =S ( z )S N ( z )=

Jadi

S (z)=

1
1z

maka

zN
(z 1)
1z

|z N|

| N ( z )|=|

1z| .

dan jelas bahwa sisa

N (z )

cenderung ke nol ketika

|z|<1

tetapi tidak

ketika |z|1 . Jadi rumus penjumlahan

1
z n= 1z
n=0

ada.

C. Deret Taylor dan Deret Maclaurin


Deret pangkat dengan jari-jari kekonvergenan tidak nol dapat dinyatakan
sebagai fungsi analitik di setiap titik pada daerah kekonvergenannya. Pada pasal
ini akan dibahas bahwa setiap fungsi analitik dapat dinyatakan dengan suatu deret
pangkat. Situasi tersebut disajikan pada teorema berikut.

EMA 3 (Deret Taylor)


ungsi analitik pada daerah terbuka , maka untuk setiap
(1)
an

Dengan mengekspansikan

f ( z)

dapat dinyatakan ke dalam de

ke dalam deret Taylor pada titik pusat

z0

Seperti yang telah kita kenal deret Taylor dalam Kalkulus, juga digunakan pada
variabel kompleks. Dengan ketentuan bahwa
z
( 0)
dan 0 !=1
f (0) ( z 0 )=f
Maka deret (1) dapat ditulis

z
( 0)
n
f ( n)
(z z0 )
n!

f ( z )=f ( z0 ) +
n=0

dengan

z
( 0)
f ( n)
(z z0 )n
n!

disebut deret Taylor di titik

z0

dan daerah

f ( z )=f ( z0 ) +
n=0

zz 0 r

disebut daerah kekonvergenan atau keanalitikan deret. Bila

f (z) fungsi entire maka daerah keanalitikan deret yaitu :zz 0

Bukti:
Diambil

f (z)=

Karena

lintasan

C={t D:|tz 0|=r }

(C)

f (t)
1
dt

2 i c tz

1
1
=
tz ( tz 0 )(zz 0)
tz 0
z z
1 0
1

( tz 0 ) ()

(zz 0 )n

zz 0 ( zz 0)2
(zz 0 )n1
(tz 0 )n
1

1+
+
+ +
+
tz 0
tz 0 (tz 0)2
(t z 0 )n1
(zz 0) n
1
(t z 0)n
2
n 1
n
zz 0 ( zz 0 )
( zz 0 )
( zz 0 )
1

+
+
++
+
n
n
tz 0 ( tz 0 )2 ( t z0 ) 3
( tz 0 ) ( tz 0 ) ( tz )

Maka

f (t)
1
f (z)=
dt

2 i c tz

dan

1
2 i

f (t )
f (t)
f (t )
f (t )
1
2
n1
dt+
zz
dt
+
z
z
dt
+
+(z
z
)
dt +
(
)
(
)
tz

0
0
0
2
3
n
2
0
c
c ( tz 0 )
c ( tz0 )
c (tz 0 )

C (C ) dan

f analitik ada

Menurut pengintegralan Cauchy, jika


z 0 (C) , Maka
f ( z0 ) =

f (t)
1
dt

2 i c tz 0

f n ( z0 ) =

dan

f (t)
n!
dt

2 i c ( tz 0 )n1

oleh karena itu


zz 0 +

f ' ' ( z0 )
f n1 ( z 0)
2
zz
+
+
(zz 0) n1 Rn
(
0)
2!
( n1 ) !
f ' ( z0 )
f ( z )=f ( z 0 ) +

1!

dengan

[ ]

z z 0 dt
1
R n=
f (t)

2 i c
tz0 tz

akan dibuktikan

lim R n=0

.(1)

. Dari persamaan (1), diperoleh

[ ] |
n

zz
1
dt
|Rn|= 2 i f (t ) t z 0 t z
c
0

Karena

analitik pada

C (C ) , maka terdapat bilangan real

sehingga berlaku
|f (z)| M untuk setiap

| |

zz 0
<1 ,
tz 0

M>0

z C (C) . Oleh karena itu diperoleh

t C

Sedangkan untuk setiap t C

berlaku

1
1
1

=
( tz1 )=|tz1 |=|tz |(z
z ) |tz |( zz ) r|z z |
0

Menurut teorema bahwa

f ( t ) dt Ml (C ) ,
C

M =maks|f ( z )|

dengan

Oleh karena itu diperoleh


n

|zz 0|
1
1
0 |R n|
M
.
.2 r
2
r
r| zz 0|
Mr

|zz 0|

zz 0 <1
r
Karena
, maka

r
lim
n

|z z 0|
r

1
r |zz 0|

]
[| | ]

k=

dengan

zz 0
r

=0.

jadi

1 Mr
r |zz 0|
lim R n=0

(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
z
'
''
f ( z0 )
f ( z0 )
f n1 (z 0)
2
n1
( 0)+
(zz 0 )+
( zz 0 ) + +
( zz 0 )
1!
2!
( n1 ) !
f (z )=f
z
z
(
0)
n
f ( n)
( zz 0 )
n!

( 0)+
n=0

Deret

z
( 0)
n
f (n )
zz 0 )
(
n!

analitik pada daerah

f ( z )=f ( z0 ) +
n=0

D= { z :|zz 0|< r } disebut deret taylor untuk fungsi f disekitar

Jika

z 0=0

, diperoleh deret

D= { z :|z|<r }

f ( z )=
n=0

disebut deret Maclaurin.

f (n )( 0) n
z
n!

z0 .

analitik pada daerah

Dalam mengekspansikan suatu fungsi kompleks, akan lebih mudah


dilakukan asalkan kita sudah mempunyai perderetan dari fungsi tertentu. Caranya
dengan melihat pola dasar bentuk perderetan suatu fungsi tertentu tersebut dan
daerah keanalitikannya.
Contoh 6:
z
1. Nyatakan f ( z )=e dalam deret Maclaurin.

Penyelesaian:
z
Fungsi f ( z )=e

merupakan fungsi entire sehingga daerah keanalitikannya

|z|< dan f n ( z )=e z maka f n ( 0 )=1

f ( n) (0) n
z
n!

zn
,|z|<
n!

z
Oleh karena itu e =
n=0

n=0

Jika

z=x +i0

e =
x

n=0

.(1)

maka persamaan (1) menjadi

x
n!

, < x <

2 3z
2. Nyatakan f ( z )=z e
dalam deret Maclaurin

Penyelesaian:
2 3z
Fungsi f ( z )=z e

merupakan fungsi entire, sehingga daerah keanalitikan

|z|< .
Dengan menggunakan bentuk
deret :

e =
z

n=0

z
|z|<
,
n! (

maka diperoleh

(3 z)n 3n z n
=
, ( |z|< .
n=0 n!
n=0 n !

e 3 z=

Oleh karena itu, didapatkan:

n n+2
3 z
2 3z
f ( z )=z e =
dengan mengganti
n!
n=0

dengan

n2

kita

peroleh

3n2 z n
,(|z|< ) .
(n2)!
n=0
Contoh 7:
Tentukan deret Maclaurin dari f ( z )=sin z

dan f ( z )=cos z

Penyelesaian:

Ingat kembali definisi sin z pada fungsi trigonometri


sin z=

eiz eiz
2i

Untuk menemukan deret Maclaurin dari fungsi

f ( z )=sin z , kita bisa

mengekspansikannya menjadi

(iz)
(iz)
1
1
in z n
sin z=

= [ 1(1)n ]
(|z|<)

2i n=0 n ! n =0 n !
2 i n=0
n!

Tetapi

1(1 )n=0

jika

genap, dan dengan demikian kita dapat

mengganti

1
i2 n +1 z 2 n+1
z= [ 1(1)2 n +1 ]
2i n=0
2 n+1!
sin
Karena 1(1 )

2 n+1

(|z|< )

i
n
=2 dan ( 2) i=(1) i
i 2 n+1=

Sehingga fungsinya menjadi

2 n +1
z
n
sin z= (1)
( 2n+1) !
n=0

(|z|< ) ..(*)

Untuk nilai cos z , kita dapat dengan menurunkan persamaan (*) diperoleh

cos z=
n=0

(1 )n d 2 n+1
2 n+ 1 2 n
. ( z )= (1 )n
z
( 2 n+1 ) ! dz
( 2 n+1 ) !
n=0

z2 n
cos z= (1 )
(2 n) !
n=0
n

(|z|<) ..(**)

Contoh 8:
Tentukan deret Taylor dari fungsi f ( z )=sinh z

dan f ( z )=cosh z

Penyelesaian:
sinh z=i sin(iz),

Ingat subbab fungsi hiperbolik


z

mensubstitusi

iz

dengan

kita hanya perlu

pada setiap ruas dari persamaan (*) dan

kalikan hasilnya dengan (i) sehingga diperoleh

2 n+1

(iz)
sinh z=i (1)
( 2n+1) !
n=0
n

i (1)

n=0

2 n+1

2 n+ 1

(i ) ( z)
(2 n+1)!
2 n

2 n+1

(i ) . i.(z )
i (1)
(2 n+1) !
n=0

i (1)
n=0

i (1)2 n
n=0

2 n+1

(1) . i .( z )
(2 n+1) !
2 n+1

i.( z )
(2 n+1)!

z 2n +1
sinh z=
n=0 ( 2n+ 1 ) !
Dengan cara yang sama, karena

cosh z =cos(iz) , maka dari persamaan

(**) diperoleh

z2 n
n=0 ( 2 n ) !

cosh z =
Contoh 9:

1. Ekspansikan fungsi

f ( z )=

1
1z

ke dalam deret Maclaurin

Penyelesaian:
f ( z)=

Fungsi

1
1z

gagal analitik di

z=1 , sehingga daerah

keanalitikannya |z|<1 .
'

f ( z )=

''

1
2
(1z )

f ( z )=

'''

2
(1z)3

f ( z )=

6
4
(1z)

.
.
f

(n)

( z) =

n!
n+1
(1z )

f (n) ( 0 )=n!

Jadi

1
n! n
n
=
z = z , |z|<1
1z n=0 n !
n=0

2. Ekspansikan fungsi
Penyelesaian:
fungsi

|z|<1

f ( z )=

1
1+ z

f ( z )=

1
1+ z

ke dalam deret Maclaurin

tidak analitik di

z=1 sehingga daerah keanalitikan

, |z|<1

1
1
f ( z )=
=
=
1+z 1(z)
n=0
f ( z )=

3. Ekspansikan fungsi

1
z

ke dalam deret MacLaurin

Penyelesaian:
1

Kita tahu bahwa

.. |z|<1

1
=
1+ z n=0
Dengan mengganti z dengan z1 diperoleh
1

n
..|z-1|<1

1
=
z n=0

D. Deret Laurent
Bila fungsi

f (z)

tidak analitik di

z=z 0

diperderetkan dalam deret Taylor di


diperderetkan di
singular

z=z 0

z=z 0

z=z 0

maka

f (z)

. Agar

tidak dapat
f (z)

dapat

maka dilakukan dengan cara membuang titik

dari daerah

|zz 0|< R

sehingga didapatkan daerah

R1 <|zz 0|< R2

berupa annulus yang merupakan daerah keanalitikan

f ( z) . Hal ini telah dilakukan oleh Laurent sebagaimana dijelaskan

fungsi
berikut.

Misal f ( z) tidak analitik di

z=z 0

R1 <|zz 0|< R2 . Maka fungsi

tetapi analitik pada annulus,

f (z)

dapat diperderetkan di

menjadi bentuk deret (Deret Laurent) sebagai berikut:

an (z z0 ) +
n

n=1

bn
(zz 0 )n

.. R1 <|z z0|< R 2

f ( z )=
n=0

f (z)
1
an =
dz

Dengan
, n=0,1,2,
2 i C ( zz 0)n +1
Deret Laurent juga dapat kita tuliskan

f ( z )=

n=

c n (zz 0) ( R1 <|z z0|< R 2)

f ( z ) dz
1
c n=
(n=0, 1, 2, )

Dengan
2 i C ( zz 0 )n+1

Contoh 10:

Hitunglah

e z =

n=0

e z dz
C

jika diketahui deret Maclaurin

zn
z z2 z3
=1+ + + + (|z|< )
n!
1 ! 2! 3 !

Penyelesaian:

z=z 0

1
z

Karena

tidak analitik di 0 maka dapat kita hitung menggunakan deret

Laurent. Sehingga kita punya representasi deret Laurent


1

e z =

n=0

1
1
1
1
=1+
+
+
+(0<|z|< )
n
2
1! z 2 ! z 3 ! z3
n! z

Perhatikan bahwa tidak ada


1
z

koefisien

z berpangkat positif di sini. Perhatikan juga bahwa

sama dengan 1, dan berdasarkan teorema Laurent maka

koefisiennya

f (z)
1
bn =
dz (n=0,1, 2, 3,)

2 i C ( zz 0)n+ 1
1

1
ez
b 1=
dz

2 i C (z0)1+1
1
z

b 1=

1
e
dz

2 i C (z)0

1
z

b 1=

1
e
dz
2 i C 1

b 1=

1
e z dz
2 i C

(n=1)

Dimana C kontur tertutup sederhana berorientasi positif di sekitar titik asal.


b1=1

Karena

1=

, maka

1
e z dz
2 i C
1

e z dz=2 i
C

Jadi

e z dz=2 i
C

Contoh 11

Tentukan deret Laurent dari fungsi

f ( z )=

1
2
(z1) .

Penyelesaian:
Deret tersebut merupakan deret Laurent dengan

f ( z )=

n=

c n (zi)n

(0<|z i|< )

z 0=i

, yang berbentuk

dengan

lainnya sama dengan 0. Dari rumus deret Laurent kita tahu

c n=

f ( z ) dz
1
(n=0, 1, 2, )

2 i C ( zi)n+1

1
dz
2
(zi)
1
cn =

2 i C (zi)n +1

c 2=1

dan koefisien

1
dz
cn =

2 i C ( zi)n+3

Dimana C merupakan lingkaran-lingkaran berorientasi positif


sekitar titik

dz
=
n +3
( zi)

z 0=i

|zi|=R

di

sehingga

untuk

untuk n=-2

DAFTAR PUSTAKA
Churchill dan Brown. 1990. Complex Variables and Applications Fifth Edition.
Singapura: McGraw-Hill.Inc.

Dedy dan Sumiaty. 2001. Fungsi Variabel Kompleks. Bandung: Jurusan


Pendidikan Matematika FMIPA UPI.

Anda mungkin juga menyukai