Anda di halaman 1dari 12

RING NOETHER

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Aljabar
yang dibina oleh Bapak Dr. Hery Susanto, M.Si

oleh:

Dyah Laillyzatul Afifah


NIM 190313718006

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA
DESEMBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ring merupakan suatu sistem matematika (𝑅, +,∙) yang melibatkan dua operasi biner
sedemikian sehingga (𝑅, +) grup komutatif, (𝑅,∙) semigrup dan memenuhi sifat distributif
kanan dan kiri. Apabila ring (𝑅, +,∙) terhadapa operasi kedua (𝑅,∙) merupakan semigrup
komutatif maka (𝑅, +,∙) disebut ring komutatif.
Pada ring, dikenal pula suatu ideal. Diberikan suatu ring R dan 𝐼 ⊆ 𝑅, I disebut ideal dari
ring R jika dan hanya jika memenuhi:
(i) I subgrup terhadap operasi tambah dari R.
(ii) rI  I , r  R .
(iii) Ir  I , r  R .
Lebih lanjut jika I memenuhi (i) dan (ii) maka I disebut ideal kiri dan jika jika I memenuhi (i)
dan (iii) maka I disebut ideal kanan.
Sebarang ring R paling tidak memiliki ideal {0} dan R itu sendiri. Dengan kata lain, suatu
ring mempunyai lebih dari satu ideal sehingga akan ada rantai dari ideal-idealnya yaitu
I1  I 2  I3   In  dengan I i untuk setiap i adalah ideal. Rantai ideal dari ring sangat
berkaitan dengan kondisi rantainya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh ilmuwan
Jerman, yaitu Emy Noether (1882-1935). Noether mengemukakan bahwa kondisi rantai naik
sangat penting dalam teori ideal, yaitu suatu ring memenuhi kondisi rantai naik jika rantai
idealnya berhingga.
Berdasarkan hal tersebut, pada makalah ini akan dibahas struktur ring yang rantai idealnya
memenuhi kondisi rantai urutan naik serta ring yang setiap idealnya dibangun secara hingga.
Selanjutnya ring tersebut dinamakan ring Noether.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dari ring Noether?
2. Apa syarat perlu dan cukup suatu ring merupakan ring Noether?
3. Bagaimana sifat ring faktor dari ring Noether?
4. Bagaimana hubungan ring Noether dengan ring polinomialnya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Rantai Naik

Definisi 1: Kondisi Rantai Naik


Suatu ring dikatakan memenuhi kondisi rantai naik untuk ideal-ideal kiri (kanan) jika untuk
sebarang rantai naik ideal-ideal kiri (kanan) di R terdapat bilangan bulat positif t sedemikian
sehingga rantai tersebut stasioner, yaitu
I1  I 2  I3   I t  It 1  I t 2 

Berdasarkan Definisi 1 jelas bahwa ideal kiri (kanan) dari suatu ring yang memenuhi
kondisi rantai naik adalah berhingga. Selain itu, ideal tersebut juga merupakan pembangun
berhingga dari ringnya. Sebagai contoh, setiap ideal utama dari suatu ring R memenuhi kondisi
rantai naik. Suatu ideal utama dari suatu ring R adalah ideal yang hanya dibangun oleh hanya
satu elemen.

2.2 Ring Noether

Definisi 2: Ring Noether


Suatu ring yang memenuhi kondisi naik untuk ideal kiri (kanan) disebut ring Noether kiri
(kanan). Apabila ring R merupakan ring Noether kiri sekaligus Noether kanan maka ring R
disebut ring Noether.

Adapun contoh dari ring Noether yaitu, suatu ideal utama dari suatu ring merupakan ring
Noether dan suatu ring polinomial atas lapangan juga merupakan ring Noether. Berikut
diberikan beberapa proposisi yang terkait dengan ring Noether.

Proposisi 1: Syarat Perlu dan Cukup Ring Noether


Untuk sebarang ring R, pernyataan-pernyataan berikut ekuivalen:
(i) R merupakan ring Noether kiri
(ii) Pada setiap keluarga ideal-ideal kiri di R terdapat elemen maksimal
(iii) Setiap ideal kiri di R dibangun secara berhingga
Bukti:

(i)  (ii) Misal ℐ adalah keluarga ideal-ideal kiri di R. Ambil sebarang 𝐼1 ∈ ℐ . Sehingga
kemungkinan yang terjadi adalah 𝐼1 merupakan elemen maksimal di ℐ atau terdapat 𝐼2 ∈ ℐ yang
memuat 𝐼1 , yaitu I1  I 2 . Jika 𝐼1 maksimal di ℐ maka bukti selesai. Jika 𝐼1 bukan maksimal di

ℐ maka 𝐼2 elemen maksimal di ℐ atau terdapat 𝐼3 ∈ ℐ yang memenuhi I 2  I 3 . Proses ini terus

diulang sampai akhirnya terdapat elemen maksimal dalam keluarga ideal-ideal kiri ℐ. Proses
ini dijamin akan berhenti karena R memenuhi syarat rantai naik.

(ii)  (iii) Ambil sebarang ideal kiri I di R dan x1  I . Kemudian dibentuk ideal kiri x1 l

yang memenuhi x1 l  I atau x1 l  I . Jika x1 l  I maka terbukti I dibangun secara hingga.

Jika x1 l  I maka diambil x2  x1 l dan dibentuk ideal kiri  x1 , x2  l . Jika  x1 , x2  l  I


maka I dibangun secara hingga. Jika  x1 , x2  l  I maka proses dilanjutkan. Pada akhirnya
akan diperoleh

 x1 , x2 , , xt  l  I ,

yaitu terbukti I dibangun secara hingga. Apabila proses ini tidak terjadi, berarti terdapat
x1 , x2 , di I sedemikan sehingga

x1 l   x1 , x2  l    x1 , x2 , , xt  l 

Akibatnya, keluarga ideal-ideal kiri

ℐ = { x1 l ,  x1 , x2  l , ,  x1 , x2 , , xt  l , }

tidak mempunyai elemen maksimal, sehingga kontradiksi dengan asumsi.

(iii)  (i) Ambil ideal-ideal kiri I1 , I 2 , di R yang memenuhi I1  I 2  . Oleh karena itu,

 x1 , x2 , , xt  l .

I j 1
I j merupakan ideal kiri yang dibangun secara berhingga, katakan I 

Perhatikan xk  I jk , untuk suatu I jk , k  1, 2, , t . Misalkan n  max  j1 , j2 . , jt  .

Akibatnya, x j1 , x j 2 , , x jt  I n . Jadi, I   x1 , x2 , , xt  l  I n  I , atau dengan kata lain,

I  I n . Lebih lanjut, untuk sebarang bilangan positif s, I n1  I n  I  I n s . Akibatnya,

diperoleh I1  I 2   I n  I n1  .
Contoh 1:
Diketahui bahwa ℤ adalah daerah ideal utama sekaligus ring Noether. Sekarang
diperhatikan ring suku banyak atas ℤ, yaitu ℤ[𝑋]. Tidak semua ideal di dalam ℤ[𝑋] dibangun
oleh satu elemen. Misalnya, ideal 〈{2, 𝑋}〉 di ℤ[𝑋] dibangun oleh dua elemen. Secara umum,
bisa dibuktikan bahwa ideal-ideal di dalam ℤ[𝑋] selalu dibangun secara hingga. Jadi,
berdasarkan Proposisi 1, ℤ[𝑋] merupakan ring Noether.

Berdasarkan Proposisi 2 dapat disimpulkan bahwa sebarang ideal dalam ring Noether
merupakan ring Noether juga. Berikut diberikan sifat kondisi rantai naik terhadap bayangan
homomorfisma dan ring faktor suatu ring Noether.

Proposisi 2
Diberikan ring-ring R dan S serta epimorfisma 𝑓: 𝑅 → 𝑆. Jika R adalah ring Noether maka S
juga merupakan ring Noether.

Bukti:

Diketahui 𝑓: 𝑅 → 𝑆 adalah homomorfisma ring yang surjektif dan R adalah ring Noether. Akan
dibuktikan bahwa S juga merupakan ring Noether. Ambil sebarang rantai naik di S, misalnya
J1  J 2  . Perhatikan bahwa jika J i  J i 1  S maka f 1  J i   f 1  J i 1   R . Akibatnya,

terbentuk rantai naik di R sebagai berikut: f 1  J1   f 1  J 2   . Karena R adalah ring

Noether, terdapat bilangan bulat positif t sedemikian sehingga

f 1  J1   f 1  J 2    f 1  J t   f 1  J t 1  

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa J t  J t 1 . Ambil sebarang y  J t 1 . Karena f

epimorfisma, terdapat x  R sehingga f  x   y . Dengan kata lain, x  f 1  J t 1   f 1  J t  .

Oleh karena itu, diperoleh juga f  x   y  J t dan terbukti J t  J t 1 . Jadi, rantai naik di S pun

stasioner. Jadi, S merupakan ring Noether.

Berdasarkan langkah-langkah pembuktian Proposisi 2, dapat dipahami bahwa sifat surjektif


pada homomorfisma 𝑓: 𝑅 → 𝑆 memang diperlukan agar kondisi rantai naik di R dipertahankan
di S. Jika f merupakan homomorfisma ring biasa yang bukan epimorfisma maka sifat tersebut
belum tentu berlaku. Dengan demikian, diperoleh akibat langsung Proposisi 2 sebagai berikut:
Akibat 1
Jika ring R adalah ring Noether maka ring faktornya juga merupakan ring Noether.

Bukti:

Diketahui R merupakan ring Noether. Ambil sebarang ideal I di R dan perhatikan


homomorfisma natural 𝜋: 𝑅 → 𝑅/𝐼. Homomorfisma natural merupakan homomorfisma yang
surjektif. Karena R adalah ring Noether dan berdasarkan Proposisi 2, maka diperoleh
kesimpulan bahwa 𝑅/𝐼 adalah ring Noether.

Berdasarkan Proposisi 2 dan Akibat 1 diketahui bahwa kondisi naik dalam sebuah ring
dipertahankan dalam ideal maupun ring faktornya. Sebaliknya, jika diketahui setiap ideal ideal
dan ring faktor suatu ring merupakan ring Noether, akan dibuktikan bahwa ringnya juga
merupakan ring Noether.

Proposisi 3
Diberikan I adalah ideal dalam ring R. Jika I dan 𝑅/𝐼 merupakan ring Noether maka R juga
merupakan ring Noether.

Bukti:

Perhatikan bahwa secara alami terdapat epimorfisma 𝜋: 𝑅 → 𝑅/𝐼. Ambil sebarang rantai naik
di R, misalnya J1  J 2  . Akibatnya terbentuk rantai naik   J1     J 2   di 𝑅/𝐼 .

Karena 𝑅/𝐼 merupakan ring Noether, maka terdapat bilangan bulat positif t sedemikian
sehingga

  J1     J 2      J t     J t 1  

Selanjutnya, rantai tersebut diiriskan dengan I sehingga terbentuk

I  J1  I  J 2  ,

yaitu rantai naik di dalam ideal I. Karena I merupakan ring Noether, maka terdapat bilangan
bulat positif k sedemikan sehingga

I  J1  I  J 2   I  J k  I  J k 1  .
Misalkan n  max t , k  . Akibatnya,   J n     J n i  dan I  J n  I  J ni untuk i  1 .

Ambil sebarang x  J n i sehingga terdapat y  J n sedemikian sehingga   x     y  , yaitu

xI  yI . Dengan kata lain, x yI dan x  y  J n i . Akibatnya,

x  y  I  J ni  I  J n . Lebih jauh lagi, hal ini mengakibatkan x  y  I  J n dan x  J n .

Jadi, J ni  J n untuk semua i  1 sehingga terbukti bahwa R merupakan ring Noether.

Proposisi 4
Jika R adalah ring komutatif yang memuat elemen satuan dan merupakan ring Noether maka
ring polinomial 𝑅[𝑋] juga merupakan ring Noether.

Bukti:

Diketahui R adalah ring komutatif yang memuat elemen satuan dan merupakan ring
Noether. Akan dibuktikan bahwa setiap ideal di 𝑅[𝑋] dibangun secara hingga. Ambil A
sebarang ideal di 𝑅[𝑋], sehingga untuk setiap bilangan bulat positif n, dibentuk 𝐼𝑛 , yaitu
himpunan elemen 𝑎 ∈ 𝑅 dengan 𝑎 = 0𝑅 atau a merupakan koefisien 𝑋 𝑛 suatu polinomial
𝑓(𝑋) di A yang berderajat n.
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐼𝑛 , maka terdapat polinomial 𝑓(𝑋), 𝑔(𝑋) ∈ 𝐴 sedemikian sehingga
deg(𝑓(𝑋)) = deg(𝑔(𝑋)) = 𝑛 dan koefisien 𝑋 𝑛 pada 𝑓(𝑋) adalah a, sementara koefisien 𝑋 𝑛
pada 𝑔(𝑋) adalah b. Jika 𝑎 − 𝑏 = 0𝑅 , maka 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝐼𝑛 . Asumsikan 𝑎 − 𝑏 ≠ 0𝑅 , sehingga
𝑎 − 𝑏 merupakan koefisien 𝑋 𝑛 pada suku banyak 𝑓(𝑋) − 𝑔(𝑋) ∈ 𝐴 . Jadi, diperoleh
𝑎 − 𝑏 ∈ 𝐼𝑛 . Untuk sebarang 𝑟 ∈ 𝑅 , jika 𝑟𝑎 ≠ 0𝑅 maka 𝑟𝑎 merupakan koefisien 𝑋 𝑛 pada
polinomial di A sehingga 𝑟𝑎 ∈ 𝐼𝑛 . Jadi, terbukti 𝐼𝑛 merupakan ideal di R untuk 𝑛 ≥ 0.
Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa I n  I n1 . Ambil sebarang elemen tak nol a di I n .

Terdapat polinomial f  X   a0  a1 X   an1 X n1  aX n di A. Oleh karena itu,

Xf  X   a0  a1 X 2   an1 X n  aX n1 adalah polinomial di A juga sehingg a  I n1 .

Dengan demikian, terbukti I n  I n1 . Secara umum, disimpulkan bahwa terbentuk rantai naik
di R sebagai berikut:

I 0  I1  I 2  .

Karena R adalah ring Noether, maka terdapat bilangan bulat positif m sehingga I m  I m1 untuk

i  1 . Setiap ideal dalam ring Noether dibangun secara berhingga. Oleh karena itu, ideal-ideal
I0 , I1 , , I m juga dibangun secara berhingga. Misalkan I k  a k1 , ak 2 , aktk  untuk

k  0,1, , m , dengan akj adalah koefisien X k pada suatu polinomial f kj  X  di A yang

berderajat k. Perhatikan bahwa a0 j  f 0 j  X  untuk k  0 dan j  1, 2, , tk adalah

polinomial-polinomial berderajat 0 di R  X  .

Selanjutnya dibentuk
S   f kj  X  | 0  k  m,1  j  tk 

dan B  S . Diperoleh

B  f  X ,
01 , f 0 t0  X  , , f m1  X  , 
, f mtm  X  A

karena f kj  X   A . Akan ditunjukkan bahwa A  B dengan menggunakan induksi pada

derajat polinomial-polinomial di A.
Ambil sebarang polinomial f  X  di A yang berderajat 0. Akibatnya, f  X   I 0  B .

Selanjutnya asumsikan bahwa setiap polinomial berderajat kurang dari r di A juga termuat di
B. Perhatikan polinomial berderajat r berikut
f  X   b0  b1 X   br X r  A

dengan br  0R . Jika r  m maka br  I r dan br  c1ar1  c2 ar 2   cr artr untuk suatu

c1 , c2 , , cr elemen-elemen di R. Jadi, polinomial

hr  X   c1 f r1  X   c2 f r 2  X    cr f rtr  X   B

dan koefisien X r pada polinomial tersebut adalah br  0R . Jadi, deg  hr  X    r dengan br

adalah koefisien untuk X r . Jadi, f  X   hr  X   A adalah polinomial dengan derajat kurang

dari r. Menurut asumsi, f  X   hr  X   B . Padahal diketahui bahwa hr  X   B sehingga

disimpulkan bahwa f  X   B .

Jadi, dengan induksi sudah dibuktikan bahwa untuk sebarang polinomial f  X  dengan

deg  f  X    m berlaku f  X   B .

Jika m  r maka br  I r  I m  a m1 , am 2 , , amtm  . Jadi, terdapat d m1 , d m 2 , , d mtm  R

sedemikian sehingga br  d m1am1  d m 2 am 2   d mtm amtm .


Hal ini berakibat polinomial


h2  X   f  X   X r  m d m1 f m1  X   d m 2 f m 2  X    d mtm f mtm  X  
adalah polinomial di A dengan derajat kurang dari r. Jadi, menurut asumsi, h2  X  berada di

B. Namun,

dm1 f m1  X   d m 2 f m 2  X    d mtm f mtm  X   B

Sehingga disimpulkan bahwa f  X   B .

Jadi, dengan induksi sudah dibuktikan bahwa untuk sebarang polinomial f  X  dengan

deg  f  X    m berlaku f  X   B . Kesimpulannya adalah A  B , yang berarti sebarang

ideal di R  X  pasti dibangun secara hingga. Jadi, R  X  juga merupakan ring Noether.

Proposisi 5
Misalkan S tertutup terhadap operasi perkalian dan merupakan himpunan bagian dari ring R.
Jika A merupakan ring Noether maka S 1 A merupakan ring Noether.

Bukti:

Diketahui bahwa setiap ideal b di dalam lokalisasi S 1 A memenuhi S 1 A  b  S 1 A  b .

Misalkan setiap rantai b1  b2  dari ideal-ideal di S 1 A dan rantai

 1  b1  S 1 A   1  b2  S 1 A  dari ideal-ideal di A. Karena A ring Noether maka terdapat


S 1A S 1A

bilangan bulat positif n sehingga  11  bn  S 1 A   11  bn1  S 1 A  . Akibatnya, diperoleh


S A S A

bahwa bn  bn1  . Jadi, S 1 A adalah ring Noether.

Berikut diberikan sifat ring Noether kiri (kanan) dalam kaitannya dengan ideal prima
minimal.

Proposisi 6
Dalam ring Noether kiri (kanan) R terdapat sebanyak berhingga ideal prima minimal. Selain
itu, terdapat suatu hasil kali berhingga ideal-ideal prima minimal (dengan memperbolehkan
perulangan) yang hasilnya sama dengan ideal 0.
Bukti:

Cukup dibuktikan bahwa terdapat ideal-ideal prima P1 , P2 , , Pn sedemikian sehingga

PP
1 2 Pn  0 . Setelah mengganti masing-masing Pi dengan ideal prima minimal yang termuat

di dalamnya, dapat diasumsikan bahwa masing-masing Pi melambangkan ideal minimal.


Andaikan tidak ada hasil kali berhingga ideal-ideal prima di R yang sama dengan 0.
Diberikan 𝒳 keluarga ideal-ideal K di R yang tidak memuat hasil kali berhingga ideal-ideal
prima. Karena 𝒳 memuat 0 maka keluarga himpunan tersebut tidak kosong. Selanjutnya,
dengan menggunakan sifat rantai stasioner (karena R adalah ring Noether), maka terdapat
elemen maksimal 𝐾 ∈ 𝒳.
Jadi, dapat diasumsikan tanpa mengurangi keumuman bahwa tidak ada hasil kali berhingga
ideal-ideal prima di R yang hasilnya 0. Hal ini disebabkan semua ideal tak nol d R memuat
perkalian berhingga ideal-ideal prima.
Khususnya, 0 bukan ideal prima. Jadi, ada ideal prima tak nol I dan J sehingga IJ  0 .
Akibatnya, terdapat ideal-ideal prima P1 , , Pm , Q1 , , Qn di R dengan PP
1 2 Pm  I dan

Q1Q2 Qn  J . Namun, PP
1 2 PmQ1Q2 Qn  0 , yang merupakan suatu kontradiksi. Jadi, ada
suatu hasil kali berhingga ideal-ideal prima di R yang menghasilkan 0.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Ring Noether kiri (kanan) yaitu ring yang memenuhi kondisi naik untuk ideal kiri
(kanan). Apabila ring R merupakan ring Noether kiri sekaligus Noether kanan maka
disebut ring Noether.
2. Diberikan ring R, ketiga kondisi berikut ekuivalen
(i) R merupakan ring Noether kiri
(ii) Pada setiap keluarga ideal-ideal kiri di R terdapat elemen maksimal
(iii) Setiap ideal kiri di R dibangun secara berhingga
3. Setiap bayangan homomorfisma dari ring Noether merupakan ring Noether. Sebagai
akibatnya diberikan homomorfisma natural maka R/I ring faktor juga merupakan ring
Noether.
4. Terdapat hubungan antara ring Noether dengan ring polinomialnya yaitu jika R ring
Noether maka R[X] adalah ring Noether.
DAFTAR RUJUKAN

Wahyuni, S., Wijayanti, I. E., Yuwaningsih, D. A., dan Hartanto, A. D. 2016. Teori Ring dan
Modul. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Fitriani. 2013. Ring Noetherian dan Ring Artinian. Jurnal Sainsmat. 79-83.

Anda mungkin juga menyukai