Anda di halaman 1dari 12

Dimensi Komunikasi Public Relations Campaign

A. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut pendapat para ahli, diantaranya pendapat Benard Berelson dan
Garry A. Stainer dalam bukunya, Human Behavior, yang mendefenisikan komunikasi sebagai berikut.

Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya


dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain.
Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.

Istilah komunikasi atau bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa Latin, yaitu
communications dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Kegiatan komunikasi tersebut
secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni
agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman dan pengaruh, mau melakukan suatu perintah,
bujukan, dan sebagainya.

Penyandang profesi public relations officer (pejabat humas), di dalam menjalankan tugas dan
fungsinya harus selalu berusaha memenuhi keinginan perusahaan atau lembaga yang diwakili, apa dan
bagaimana aktivitas dan kegiatan komunikasi tersebut harus diinformasikan, temanya apa, untuk berapa
lama, sejauh mana dukungan dana, manajemen dan fasilitas, serta dapatkah memenuhi keinginan atau
mencapai target.

Hal yang teramat penting bagi seorang public relations officer adalah harus mahir dalam
berkomunikasi agar tujuan bisa dicapai secara efisien dan efektivitas komunikasinya dengan sasaran
khalayak dapat menjamin opini public dengan baik. “ Apa pun bentuk pesan yang akan disampaikannya,
yang terpenting dia harus tahu apa dan mengapa dari kata-kata serta kalimat yang akan diucapkannya,”
ujar Newton and Siegried, 1981.

Ada empat pokok yang harus diingat oleh seorang public relations, yaitu sebagai berikut:

a. Khalayak atau public tersebut adalah manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari berbagai
pengaruh, sementara pesan yang kita sampaikan itu harus bersaing dengan pihak lain.

b. Manusia cenderung suka memperhatikan, mengamati, membaca, atau mendengar pada saat
komunikasi itu berlangsung. Pada akhirnya, mereka menilai, apakah yang dirasakan itu sesuai
dengan kebutuhan atau sikap mereka.

c. Media massa akan memberikan efek atau dampak yang bevariasi dan beragam terhadap
khalayaknya yang beragam pula.

d. Media massa memberikan efek keserempakan (stimultaneity effect) yang berpengaruh terhadap
pembentukan opini public secara langsung dan gamblang.
B. PUBLIC RELATIONS SEBAGAI TEKNIK KOMUNIKASI

Kegiatan public relations pada hakikatnya merupakan bagian dari teknik kegiatan berkomunikasi
(technique of communication) dengan ciri khas komunikasi dua arah (two way traffic communication)
antara lembaga atau organisasi yang diwakilinya dengan publiknya atau sebaliknya. Setelah melakukan
kegiatan organisasi tersebut, pihak public relations menganalisa untuk mengetahui efeknya atau feed
back, apakah bedampak baik terhadap citra, atau sebaliknya menjadi negative sehingga kurang
menguntungkan posisi organisasi atau lembaga bersangkutan di mata masyarakat.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari “pernyataan” yang dapat diketahui dan
bersifat umum, tidak bersifat rahasia, dan memenuhi persyaratan tertentu yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh siapa saja.

Yang dimaksud dengan bersifat umum adalah pernyataan yang dapat diketahui oleh publiknya.
Memenuhi persyaratan yang mudah dipahami oleh komunikan melalui bentuk lambang yang
mempunyai arti, isyarat, bahasa lisan dan tulisan, dapat berbentuk tanda gambar, dan sebagainya.
Sedangkan komunikator mempunyai persyaratan tertentu (communication skill), baik fasilitas serta alat
yang akan dibahas kemudian.

Dalam proses komunikasi terdapat paling sedikitnya tiga unsure pokok, yaitu sebagai berikut.

SUMBER (SOURCE)

Komunikasi adalah interaksi antarmanusia yang bertujuan untuk menumbuhkan pengertian antara
komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Komunikasi yang efektif, yaitu
bagaimana antara penyebar pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan suatu pengertian yang
sama tentang suatu pesan (efek).

Kemudian komunikasi massa, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa atau sejumlah orang
banyak. Drs. R.A Santoso Sastropoetro dalam bukunya Propaganda Salah Satu Bentuk Komunikasi
Massa, (Bandung: Alumni, 1991) mengatakan bahwa komunikasi meliputi berbagai kegiatan khusus
atau disebut juga dengan istilah “spesialisasi” atau kegiatan komunikasi spesialisasi , yaitu public
relations, kampanye, propaganda, jurnalistik, periklanan, publikasi, penerangan, retorika, agitasi, rapat
besar, dan komunikasi internasional.

Efek atau feedback

Wilbur Schramm dalam bukunya Process and effect of mass communication mengatakan,
“Alasan pokok untuk mempelajari proses komunikasi dan efek yang dihasilkan atau telah dicapai adalah
kita ingin mengetahui tentang apa yang terjadi pada manusia bilamana menerima suatu pesan
komunikasi tertentu dan untuk memperkirakan efek apa yang timbul dari komunikan tersebut.”
Efek komunikasi adalah perubahan dalam :

a. Opini

b. Opini pribadi (Personal opinion)

c. Opini public (Public opinion)

d. Opini mayoritas (Mayority opinion)

e. Sikap dan tingkah laku (attitudes and behaviour)

f. Pandangan, persepsi, dan ide (conception, perception, ide)

g. Kepercayaan dan citra (trust and image)

Kemudian bentuk atau jenis umpan balik (feedback) tersebut dibagi lagi menurut Ralph Webb
Jr., yakni sebagai berikut.

a. Zero feedback

Zero feedback, yaitu umpan balik yang nol. Artinya, pesan yang disampaikan oleh komunikator
tidak dimengerti atau dipahami oleh komunikan.

b. Neutral feedback

Neutral feedback merupakan umpan balik yang netral atau setelah menerima pesan, komunikan
bersifat tidak memihak.

c. Positive feedback

Positive feedback atau umpan balik yang positif, artinya pesan atau informasi yang disampaikan
oleh komunikator tersebut ditanggapi dengan baik, disetujui, atau diterima secara baik.

d. Negative feedback

Negative feedback atau umpan balik yang negatif merupakan kebalikan dari positive feedback.
Artinya, pesan yang disampaikan oleh komunikator ditanggapi secara negative atau ditentang
dan tidak disetujui oleh komunikan.
Misalnya berbentuk sebagai berikut.

1. Interruption atau gangguan dari pihak komunikan yang memotong pembicaraan yang tengah
disampaikan oleh komunikator.

2. Disagreement

Tejadi penolakan atau tidak disetujui dan tidak mendukung pesan dari komunikator.

3. Criticism

Terjadi suatu kritikan atau kecaman dari komunikan kepada komunikator akibat tidak
sependapat atau sepaham.

C. PENGERTIAN KAMPANYE

Pengerian secara umum tentang istilah kampanye yang dikenal sejak 1940-an campaign is
generally exemply persuasion in action (Kampanye secara umum menampilkan suatu kegiatan yang
bertitik tolak untuk membujuk), dan telah banyak dikemukakan beberapa ilmuan, ahli dan praktisi
komunikasi, yaitu defenisinya sebagai berikut (Venus, 2004:7-29):

a. Leslie B. Snyder (2002)

Secara garis besar bahwa kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang
terorganisasi, secara langsung ditujukan khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Pfau dan parrot (1993)

Bahwa suatu kampanye yang secara sadar, menunjang dan meningkatkan proses pelaksanaan
yang terencana pada periode tertentu untuk bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran
tertentu.

c. Rogers dan Storey (1987)

mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian kegiataan komunikasi yang terorganisasi dengan


tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara
berkelanjutan dalam periode waktu tertentu.

d. Rajasundaram (1981)

Suatu kampanye merupakan koordinasi dari berbagai perbedaan metode komunikasi yang
memfokuskan perhatian pada permasalahan tertentu dan sekaligus cara pemecahannya dalam
kurun waktu tertentu.
Pemaparan dari berbagai defenisi para pakar mengenai arti kampanye tersebut di atas maka
dapat ditarik suatu kesimpulan, yaitu terdapat kegiatan-kegiatan; 1). Adanya aktivitas suatu proses
komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak tertentu, 2). Untuk membujuk dan memotivasi
khalayak untuk berpartisipatif, 3). Ingin menciptakan efek atau dampak tertentu seperti yang
direncanakan, 4). Dilaksanakan dengan tema spesifik dan narasumber yang jelas, 5). Dalam waktu
tertentu atau telah ditetapkan, dilaksanakan secara terorganisasi dan terencana baik untuk kepentingan
kedua belah pihak atau sepihak.

D. JENIS-JENIS KAMPANYE

Dalam berbagai kegiatan tersebut, terdapat beberapa jenis program kampanye yang
dilaksanakan secara prinsip merupakan kegiatan yang bertitik tolak untuk memotivasi atau membujuk,
dan mencapai tujuan tetentu, maka menurut Charles U. Larson, bukunya berjudul Persuasion,
Reception, and Responsibilty (California. Wardsworth Publishing Co. 1992) yang telah membagi jenis-
jenis kampanye kegiatan menjual produk, kandidat dan ide atau gagasan perubahan social, yaitu sebagai
berikut.

a. Product – Oriented Campaigns

Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan
komersial kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk yang baru.

b. Candidate – Oriented Campaigns

Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik
(political campaign).

c. Ideological or Cause – Oriented Campaigns

Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan social
(social change campaigns).

E. PERSUASI TITIK TOLAK BERKAMPANYE

Menurut Michael Pfau & Roxanne Parrot dalam bukunya, Persuasive communication campaign
(Massachussets: Allyn and Bacon, 1993) yang mengungkapkan bahwa, campaigns are inherently
persuasive communication activities, dan artinya dengan demikian aktivitas kampanye tersebut selalu
melekat dengan kegiatan komunikasi persuasif (komunisuasif). Walaupun pada intinya kegiatan
kampanye tersebut bertitik tolak dengan tindakan komunikasi persuasif (komunisuasif) dalam arti lebih
bersifat luas, namun bukan persuasif untuk tujuan perorangan, dan paling tidak terdapat empat aspek
komunisuasif dalam kegiatan kampanye, yaitu sebagai berikut.

A Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan ‘ruang’ tertentu dalam benak pikiran
khalayak mengenai tanggapan produk, kandidat dan suatu idea tau gagasan program tertentu
bagi kepentingan khalayak sasarannya.
b. Kampanye berlangsung melalui berbagai tahapan-tahapan, yaitu dimulai dari menarik perhatian,
tema kampanye digencarkan, memotivasi dan mendorong untuk bertindak, serta partisipasi
khalayak sasaran melakukan tindakan yang nyata.

c. Kampanye harus mampu mendramatisasikan tema pesan atau gagasan-gagasan yang diekspos
secara terbuka dan mendorong partisipasi khalayak sasaran untuk terlibat baik secara simbolis
maupun praktis untuk mencapai tujuan dari tema kampanye tersebut.

d. Keberhasilan atau tidaknya popularitas suatu pelaksanaan kampanye tersebut malalui kerja
sama dengan pihak media massa untuk menggugah perhatian, kesadaran, dukungan dan
mampu mengubah perilaku atau tindakan nyata dari khalayaknya.

Pengertian komunikasi persuasif (komunisuasif) tersebut menurut defenisi R. Wayne R. Pace,


Brend D. Peterson and M. Dallas Burnett dalam bukunya techniques for effective communication
(Massachussetts, Addison-Wesley Publishing Co., 1979), yaitu secara umum merupakan tindakan
komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan khalayak mengadopsi pandangan komunikator tentang
sesuatu hal atau mwlakukan sesuatu tindakan tertentu.

Sedangkan pendapat Johnson (1994) secara khusus pengertian komunisuasif yaitu tindakan
persuasi adalah, “merupakan proses transaksional di antara dua orang atau lebih di mana terjadi upaya
merekonstruksi realitas melalui pertukaran makna simbolis yang pada akhirnya menciptakan perubahan
kepercayaan, pandangan, sikap atau perilaku secara sukarela.”

Artinya, dari pengertian kampanye melalui komunisuasif tersebut dapat disimpulkan bahwa
tindakan persuasif yang pada prinsipnya dalam proses komunikasi adalah bertujuan untuk mengubah
atau ingin memperteguh sikap, pandangan, kepercayaan dan perilaku masyarakat secara sukarela sesuai
dengan apa yang telah direncanakan oleh komunikatornya.

F. BAURAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION MIX)

Dari bauran komunikasi dapat ditarik unsure pokok yang berpijak pada “paradidigmatik
komunikasi” yang terkenal dan ditampilkan oleh Harold D. Lasswell yang berbunya, who says what in
which channel to whom with what effect.

Jika dijabarkan ke dalam peranan kampanye public relations (PR campaign) dengan upaya
komunikasinya, maka dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Sebagai komunikator, mau tidak mau public relations officer harus mampu menjelaskan atau
menyampaikan sesuatu kegiatan atau aktivitas dan program kerja kepada publiknya, sekaligus ia
bertindak sebagai mediator untuk mewakili lembaga atau organisasi terhadap publik dan
sebaliknya.

Pada dasarnya, sebagai seorang professional, kaitannya peran utama public relations harus
memiliki kemampuan bertindak sebagai berikut.
1. Creator, yaitu orang yang memiliki kreativitas dan pencipta idea tau gagasan cemerlang dalam
berkomunikasi

2. Conseptor, yaitu orang yang memiliki skill kemampuan atau konseptor dalam penyusunan
program kerja public relations, khususnya dalam berkampanye.

3. Problem solver, yaitu orang yang mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya,
dinamis, solutif, dan proaktif dalam menjalankan peranan public relations, khususnya dalam
mengantisipasi gangguan dalam melaksanakan peranannya.

b. Pesan atau message merupakan sesuatu yang perlu disampaikan kepada penerima melalui
teknik kampanye atau propaganda tertentu yang berupa ide, gagasan, informasi, aktivitas atau
kegiatan tertentu yang dipublikasikan atau dipromosikan untuk diketahui, dipahami, dan
dimengerti yang sekaligus diterima oleh publiknya.

c. Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan pesan atau sebagai mediator antara
komunikator dengan komunikannya. Media atau alat kampanye public relations tersebut
digolongkan atau dikelompokkan sebagai berikut.

1. Media umum

Media umum seperti surat-menyurat, telepon, facsimile, dan telegraf.

2. Media massa

Media massa seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, bulletin dan media elektronik,
yaitu televise (tv), radio, dan film.

3. Media khusus

Media khusus seperti iklan (advertising), logo dan nama perusahaan, atau produk yang
merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersial yang efektif.

4. Media internal

Media internal, yaitu media yang dipergunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan
nonkomersial serta lazim digunakan dalam aktivitas public relations. Media ini ada beberapa
jenis.

a). House journal, seperti majalah bulanan (in house magazine), profile perusahaan (company
profile), laporan tahunan perusahaan (annual report), prospektus, bulletin dan tabloid.

b). Printed materials, seperti barang cetakan untuk publikasi dan promosi, berupa booklets,
pamphlet, leaflets, cop surat, kartu nama, memo dan kelender

c). Spoken and visual word, seperti audio visual, video record, tape record, slide film, broad
casting media, perlengkapan radio dan televisi
d). Media pertemuan, seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi, pameran, acara khusus (special
events), sponsorship, dan gathering meet.

d. Komunikan, yakni publik yang menjadi sasaran dalam berkomunikasi secara langsung atau tidak.
Secara langsung atau tatap muka diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) adalah komunikasi antara


komunikator dengan seorang komunikan yang dialogis, mudah, dan efektif untuk
mempengaruhi dan mengubah sikap seseorang.

2. Komunikasi kelompok (group communication), yaitu sama dengan komunikasi antarpersonal,


tetapi dalam keterlibatan komunikan lebih besar.

3. Komunikasi media massa (mass media communication), yaitu komunikasi yang melalui media
massa sebagai mediatornya dan sudah dijelaskan sebelumnya.

Untuk mendapatkan sasaran atau obyek (target audience) dalam kampanye PR, ditentukan
sebagai berikut.

a). Pendekatan kependudukan (demographics approach), dilihat dari tingkat social dan ekonomi,
usia rata-rata, dan tingkat pendidikan.

b). pendekatan psikologis (psychographics approach), yakni sasaran dari kelompok yang sama,
kecenderungan pilihan, preferensi, keinginan, citra-rasa, gaya hidup, sistem nilai atau pola yang
dianut, hingga masalah-masalah yang sifatnya pribadi.

Dalam berkampanye, PR lebih menekankan pengertian, kesadaran, saling percaya, toleransi, dan
saling kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperoleh dukungan publik.

Dalam kampanye public relations (PR campaign), yang menjadi khalayak sasarannya (target
audience) secara umum dikelompokkan sebagai berikut. Lihat lampiran 1).

a). Kelompok yang berkepentingan seperti pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (government relations).

b). Masyarakat sekitar atau tertentu (community relations), seperti lingkungan social disekitar
kawasan perkantoran, pendidikan, komunitas, keagamaan, dan sebagainya.

c). Kelompok pemakai produk atau pelanggan (customer and consumen relations), kelompok ini
adalah yang menggunakan produk perusahaan yang perlu diperhatikan dan merekalah yang
dapat menghidupkan roda operasional produksi.

d). Badan lembaga swadaya masyarakat (consumen bodies).

e). Kelompok sebagai penekan (pressure group).


f). Kelompok pemuka agama dan masyarakat (opinion leader).

g). Trade association atau asosiasi perdagangan dan profesi yang merupakan industrial relations.

h). Kelompok business relations atau kelompok relasi bisnis, seperti pihak perbankan, kreditor,
supplier dan distributor, retailer rekanan, penyewa, broker, dan para investor lainnya yang lebih
banyak menekankan “kepercayaan” dalam berbisnis.

i). Yang tidak boleh dilupakan adalah kelompok internal (internal relations), seperti hubungan
antarkaryawan (employee relations), antarmanajemen, jajaran pimpinan, dan pemilik
perusahaan (stock holder).

e. Efek atau dampak merupakan respon atau reaksi setelah proses komunikasi tersebut
berlangsung yang bisa menimbulkan umpan balik atau feedback berbentuk positif atau
sebaliknya negatif. Hal tersebut tergantung dari korelasi logis dari bauran komunikasi tersebut.

Terdapat tiga macam kelompok publik yang memberikan respon terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator dalam melaksanakan kampanye, yaitu sebagai berikut.

1. Kelompok penentang atau oposan (opponents), biasanya pesan yang disampaikan itu selalu
ditanggapi negatif.

2. Kelompok yang memihak atau proposan (proponents), pada kelompok ini dibagi seorang
komunikator tidak ada masalah untuk menghadapinya karena berpotensi sebagai pendukung
utama.

3. Kelompok yang tidak peduli (uncommitted), dalam kelompok ini dibagi seorang public
relations agak susah-susah gampang untuk mengendalikan opini atau ingin memperoleh
tanggapan yang bersangkutan.

G. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM KAMPANYE

Tujuan komunikasi dilihat dari berbagai aspek dalam kampanye dan propaganda, baik untuk
keperluan promosi maupun publikasi. Misalnya tujuan komunikasi dalam dunia periklanan (advertising
commucation) adalah selain memberikan informasi suatu produk yang dikampanyekan, juga
menitikberatkanbujukan (pesuasif) dan menanamkan awareness dalam benak konsumen sebagai upaya
memotivasi pembelian.

Strategi itu pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara
efektif adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)

b. mengubah opini (to change the opinion)

c. mengubah perilaku (to change behaviour).


Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques
for Effective Communication, tujuan strategi komunikasi tersebut sebagai berikut.

a. To secure understanding

Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi.

b. To establish acceptance

Bagaimana cara penerimaan it uterus dibina dengan baik.

c. To motive action

penggiatan untuk memotivasinya.

d. The goals which the communicator sought to achieve

bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses
komunikasi tersebut.

Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan (message) tersebut dalam
berkampanye, menurut Wilbur Schramm di dalam bukunya, The Process dan Effects of Mass
Communication, yaitu sebagai berikut.

a. pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian.

b. pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami atau dimengerti oleh
komunikan.

c. pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikannya.

d. pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan situasi dan keadaan kondisi
dari komunikan.

Pesan tersebut berupa ide, pikiran, informasi, gagasan, dan perasaan. Pikiran dan perasaan
tersebut tidak mungkin dapat diketahui oleh komunikan jika tidak menggunakan “suatu lambang yang
sama-sama dimengerti.”

Menurut pendapat William Abig, defenisi komunikasi dalam kampanye itu: “Suatu pengoperan
lambang-lambang yang bermakna antarindividu.”

H. PERSUASI DALAM KEGIATAN KOMUNIKASI

Dalam melakukan kegiatan komunikasi, seorang praktisi public relations yang bersangkutan
melakukankegiatan persuasi (bujukan) dan sering dikatakan bahwa sebetulnya kegiatan public relations
itu sama dengan kegiatan pembujuk atau persuader.
Menurut Otto Lerbinger di dalam bukunya Design for persuasive communication, ada beberapa
model untuk merekayasa persuasi, antara lain sebagai berikut.

a. stimulus respons

Model persuasi ini cara yang paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep asosiasi.

b. Kognitif

Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk meningkatkan pemahaman, mudah
dimengerti, dan logis bisa diterima.

c. Motivasi

Motivasi yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau mengubah opininya atau
agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan menawarkan sesuatu ganjaran
tertentu.

d. Sosial

Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau komunikan.

e. Personalitas

Model persuasi di sini memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respon
dari khalayak tertentu.

1. PROSES TRANSFER PADA PUBLIC RELATIONS

Menurut Scott M. Cutlip dan Allen H. Center, solusinya dimulai dari:

a. Penemuan fakta di lapangan (fact finding);

b. Perencanaan (planning) program kerja kampanye yang disususn;

c. teknik komunikasi (communication) yang dipergunakan.

d. Pengevaluasian (evaluation) semua program kerja PR campaign dari awal hingga


mengkomunikasikan pesan tersebut.

Secara ringkas jika disimpulkan mengenai proses transfer PR tersebut di atas, bagaimana caranya dari
keadaan “posisi yang negatif” atau kurang menguntungkan terhadap opini publik yang tengah dihadapi
oleh PR, melalui upaya teknik dan kiat public relations itu diharapkan posisi opini publik menjadi positif.
Proses mengubah posisi negatif menjadi posisi positif merupakan fungsi dan tugas PR,, salah satunya
melalui kampanye PR (PR campaign), yaitu melalui program kerja manajemen PR untuk
mempertahankan citra (maintenance of image).
Jika ditarik kesimpulan dari proses transfer public relations tersebut, yaitu sebagai berikut’

a. Bagaimana mereka yang tidak tahu menjadi tahu.

b. Yang sudah tahu diupayakan menjadi suka.

c. Mereka yang suka dipertahankan semakin suka dan senang untuk menerimanya

Anda mungkin juga menyukai