Anda di halaman 1dari 7

Pengantar PR

Konsep Hubungan dan Posisi Public


Relations
Fakultas : FBIS
Program studi : Ilmu Komunikasi

Tatap Maya

04

Kode Matakuliah : 31121T6EA


Disusun oleh : Anna Nurjanah, S.I.Kom.,
M.A.
A. Tujuan Pembelajaran
Pada pertemuan ini materi yang akan dibahas adalah seputar konsep
hubungan dan posisi public relations (PR).

B. Uraian Materi
Fungsi PR yang dapat diterapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan
adalah membantu organisasi atau perusahaan tersebut untuk menjalin komunikasi
yang efektif dengan publiknya. Rex F. Harlow seperti yang dikutip oleh Cutlip,
Center, dan Broom (2006) menyatakan bahwa Public Relations merupakan fungsi
manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi,
pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi atau
perusahaan dengan publiknya.

Publik di sini dapat diartikan sebagai kelompok atau orang-orang yang


berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal, maupun eksternal.
Public Relations sendiri bertujuan untuk adalah mengembangkan goodwill dan
memperoleh opini publik yang favorable atau menciptakan kerja sama
berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan PR harus
dikerahkan ke dalam publik internal dan eksternal.

1. Komunikasi Antar Pribadi


Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kegiatan berkomunkasi
terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun
kontak sosial dengan orang sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain
untuk merasa, berpikir, atau berprilaku seperti yang kita inginkan. (Mulyana,
2012:4). Komunikasi yang dilakukan dengan baik memiliki efek yang baik bagi
diri sendiri khususnya untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Tujuan komunikasi di sini ialah untuk menemukan mulai dari penemuan diri
(personal discovery), untuk berhubungan dengan orang lain (membina dan
memelihara hubungan dengan orang lain, untuk meyakinkan media massa
agar mengubah perilaku dan sikap dan untuk bermain atau menghibur orang
lain), menceritakan lelucon, mengutarakan sesuatu yang baru dengan
mnganngkat cerita-cerita menarik. (DeVito, 2011:30)

Menurut Joseph A. DeVito, komunikasi antarpribadi adalah penyampaian


pesan oleh satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik. Komunikasi antarpribadi akan efektif apabila
memiliki kualitas komponen komunikasi antarpribadi terpenuhi. Kualitas umum
dari komponen komunikasi antarpribadi ialah keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan
kesetaraan (equality) (DeVito, 2011:259).

Public Relations sebagai fungsi manajemen untuk menilai sikap publik,


menyatakan kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau organisasi atas
dasar kepentingan publik, dan melaksanakan program kerja untuk memperoleh
pengertian dan pengakuan dari publiknya. Menurut Secord & Backman
mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Richard L Weaver tidak memberikan definisi komunikasi antarpribadi


(komunikasi interpersonal) melainkan menyebutkan karakteristik
karakteristiknya. Menurutnya ada delapan karakteristik dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu:

a. Melibatkan paling sedikit dua orang. Menurut Weaver, komunikasi


interpersonal melibatkan dua orang. Jumlah tiga atau the triad dapat
dianggap sebagai kelompok yang terkecil. Apabila mendefinisikan
komunikasi antarpribadi dalam arti jumlah orang yang terlibat, maka
komunikasi antarpribadi sebetulnya terjadi antara dua orang yang
merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar.

b. Adanya umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan pesan yang


dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara. Dalam komunikasi
antarpribadi hampir selalu melibatkan umpan balik langsung. Hubungan
yang langsung antara sumber dan penerima merupakan bentuk yang
unik bagi komunikasi antar pribadi. Ini yang dinamakan simultaneous
messages.

c. Tidak harus tatap muka. Bagi komunikasi antarpribadi yang sudah


terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu, kehadiran fisik
dalam berkomunikasi tidaklah terlalu penting. Misalnya, interaksi dua
orang sahabat melalui telepon. Namun menurut Weaver, bahwa
komunikasi tanpa tatap muka tidaklah ideal. Bentuk idealnya memang
adanya kehadiran fisik dalam berinteraksi secara antarpribadi, walaupun
tanpda kehadiran fisik masih dimungkinkan.

d. Tidak harus bertujuan. Komunikasi antarpribadi tidak harus disengaja


atau dengan kesadaran. Misalnya, seseorang bisa merasakan temanya
gelisah yang terlihat dari kakinya yang bergerak dan bergeser. Orang itu
mungkin mengkomunikasikan segala sesuatu itu tanpa sengaja atau
sadar, tetapi apa yang dilakukannya itu menyampaikan pesan.

e. Menghasilkan beberapa pengaruh (effect). Komunikasi antarpribadi


dapat dianggap benar jika pesan yang disampaikan mengandung efek.
Efek itu tidak harus segera dan nyata tapi harus terjadi. Contoh
komunikasi antarpribadi yang tidak menghasilkan efek adalah jika
seseorang berbicara dengan temannya yang memakai headset atau
earphone.

f. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata. Komunikasi


antarpribadi juga bisa dilakukan tanpa menggunakan percakapan
(verbal). Pesan- pesan non verbal seperti menatap, mengedipkan mata,
menyentuh atau membelai kepada teman, anak atau pasangan memiliki
makna yang jauh lebih besar daripada kata-kata.

g. Dipengaruhi oleh konteks. Konteks memengaruhi harapan-harapan para


partisipan, makna yang diperoleh para partisipan dan perilaku mereka
selanjutnya. Konteks meliputi jasmaniah (lokasi, kondisi lingkungan
seperti suhu udara, pencahayaan, jarak komunikator dan komunikan),
sosial (hubungan yang ada antara partisipasn), historis (latar belakang
yang diperoleh melalui peristiwa komunikasi sebelumnya), psikologis
(suasana hati dan perasaan) dan keadaan kultural yang mengelilingi
komunikasi.

h. Dipengaruhi oleh kegaduhan (noise) Kegaduhan atau noise ialah setiap


rangsangan atau stimulus yang mengganggu dalam proses pembuatan
pesan. Kegaduhan dapat bersifat eksternal (disebabkan oleh
kegaduhan yang nampak oleh indera), internal (berupa pikiran-pikiran)
dan semantik (lambang-lambang tertentu yang menjauhkan dari pesan
utama). Pada intinya, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
dilakukan oleh dua orang atau beberapa orang untuk menyampaikan
pesan, baik secara verbal ataupun non verbal, dan juga baik secara
langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media). Dalam
setiap proses komunikasi pasti ditemukan hambatan (noise), begitu juga
dengan proses penyampaian pesan komunikasi interpersonal.
Hambatan sederhana dari komunikasi interpersonal ialah perbedaan
makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan.
2. Komunikasi Internal

Komunikasi internal adalah komunikasi antara manajer dengan


komunikan yang berada di dalam organisasi, yakni para pegawai secara timbal
balik. Definisi ini diberikan Onong, yang juga menyatakan bahwa komunikasi
internal terbagi menjadi (Effendy, 1993: 17): Komunikasi vertikal terdiri dari
downward (komunikasi ke bawah yaitu antara pimpinan dan bawahan), dan
upward (komunikasi ke atas yaitu antara bawahan ke atasan) secara timbal
balik. Komunikasi jenis ini biasanya dilakukan dengan resmi, sopan, dan
formal.

a. Komunikasi Horizontal

Adalah komunikasi yang sifatnya mendatar misalnya antara pegawai


dengan pegawai yang memiliki rentang jabatan yang sama. Berbeda
dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi
horizontal lebih sering terlihat dalam hubungan kurang formal dan/atau
tidak formal. Fungsi kehumasan dalam menjaga kelancaran komunikasi
internal dan disebut juga berfungsi ganda seperti yang diungkapkan
oleh Dja’far Assegaf (1982:13) yakni: “Humas mempunyai fungsi ganda,
yakni tidak saja ditujukan kepada masyarakat umum di luar akan tetapi
juga masyarakat / public di dalam perusahaan atau organisasi itu
sendiri. Ia dapat dikatakan berfungsi balik ke luar dan ke dalam. Usaha
PR ke dalam sering pula disebut employee relations atau internal
communications. Media internal dibuat dan diterbitkan sebagai salah
satu alat internal communications, maka para karyawan bisa
menyalurkan perasaannya dan dapat pula mengetahui segala sesuatu
mengenai perusahaan. Dengan demikian hubungan antara karyawan
dengan pimpinan dan antara sesama karyawan dapat menjadi baik dan
harmonis. Ini akan membawa dampak positif antara lain terciptanya
rasa memiliki, tanggung jawab, sehingga dapat menumbuhkan
partisipasi, dan lain sebagainya. Akibatnya karyawan menjadi betah dan
akan lebih produktif (Limanoula: 1990: 16).

3. Upaya PR Dalam Membangun Hubungan Baik dengan Stakeholder


Internal Atau Eksternal

Publik internal humas adalah salah satu bentuk dari PR yang menitik
beratkan ke dalam perusahaan itu. Istilah ke “dalam” maksudnya, publik
tersebut berlaku kepada hubungan publik yang ada di dalam instansi atau
perusahaan. Publik internal mempunyai tugas menjalin hubungan baik dan
harmonis antara manajemen perusahaan dengan karyawannya. Menurut
Griswold, “mencapai karyawan yang mempunyai kegairahan kerja adalah
tujuan internal publik” (Abdulrachman, 1993;34). Seperti:

1. Hubungan dengan karyawan (Employe Relations).

2. Hubungan manusiawi (Human Relations).

3. Hubungan dengan buruh (Labour Relations).

4. Hubungan dengan pemegang saham (Stockholder).

Eksternal Public Relations bertugas untuk membina hubungan dengan


orang – orang di luar perusahaan dan juga harus dapat menciptakan citra
positif perusahaan. Publik eksternal terbagi kepada beberapa bentuk, yaitu:

1. Hubungan dengan pers (Press Relations).

2. Hubungan dengan media (Media Relations).

3. Hubungan dengan pelanggan (Customer Relations).

4. Hubungan dengan masyarakat (Community Relations).

Bagi suatu perusahaan, hubungan dengan publik eksternal merupakan


suatu keharusan dalam usahanya untuk:

1. Memperluas langganan.

2. Memperkenalkan produk.

3. Mencari modal dan hubungan baik.

4. Memperbaiki hubungan dengan serikat-serikat buruh, mencegah


pemogokan dan mempertahankan karyawan yang cakap, efektif, dan
produktif dalam kerjanya.

5. Mencegah persoalan-persoalan yang sedang dihadapi. Berdasarkan


hal – hal yang telah disebutkan di atas, tugas penting humas eksternal
adalah mengadakan komunikasi yang efektif, yang bersifat informatif
dan persuasif yang ditujukan kepada publik di luar preusahaan atau
publik eksternal (Abdurachman, 1995; 38).

Perhatian yang besar terhadap kepentingan publik dan bertindak sesuai


dengan kepentingan mereka akan membangkitkan simpati dan salah satu
tugas PR adalah memikirkan serta memperhatikan kepentingan publiknya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam eksternal relations adalah untuk memperoleh
dukungan, kepentingan kepercayaan, serta menciptakan kesediaan kerja
sama dari pihk luar. Terciptanya opini public yang favorable terhadap suatu
organisasi merupakan suatu awal dari kerja Public Relations, dan semua
angggota organisasi harus dapat menjaga serta meningkatkan citra positif
perusahaan maupun opini publik mengenai perusahaa yang sudah terbetuk
dengan baik sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Dengan sudah
terbentuknya opini publik yang baik dan publik luar yang menaruh simpati
pada suatu organisasi maupun perusahaan, kerjasama pun akan berjalan
karena kerjasama itu sudah didasari oleh kepercayaan dan saling mendukung
satu sama lainnya.

C. Referensi
Abdurrahman. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja.
Aisah, A. S., & Fahmi, M. H. (2018). Hubungan antara Komunikasi Antarpribadi
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dengan Sikap Wartawan
terhadap Perusahaan. Prosiding Hubungan Masyarakat, 88-95.
Devito, Joseph. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Tangerang. Selatan: Karisma
Publishing Group.
Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu Komunikasi: Teori dan praktek. Bandung:
Remaja.
Mulyana, Deddy. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya. 

Anda mungkin juga menyukai