BY
RIAN HIDAYAT
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Sebelum mengenal berbagai macam definisi komunikasi interpersonal,
alangkah baiknya jika kita mengetahui peran penting komunikasi interpersonal
dalam akativitas sehari-hari. Diantaranya sebagai jembatan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, afeksi dan control. Kebutuhan inklusi
merupakan kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok, bergabung atau
bersosialisasi dengan orang lain, memiliki temen atau sahabat atau bahkan kita
mengajak orang lain bergabung dengan kelompok tertentu dll. Kebutuhan afeksi
merupakan kebutuhan untuk mencintai atau dicintai orang lain. Kebutuhan control
berkaitan dengan kebutuhan untuk menjalankan kekuasaan pada orang lain atau
memberikan kekuasaan pada orang lain.
Selain itu, menurut Devito (2013:3) komunikasi interpersonal menjadi bagian
penting dalam menentukan kesuksesan pribadi (Personal Success), sosial (social) dan
professional.
1. Personal and Social Success
Kesuksesan dan kebahagiaan pribadi, sebagian besar bergantung pada ke-
efektipan cara berkomunikasi interpersonal sebagai seorang
komunikator. Terjaga atau hancurnya sebuah hubungan persahabatan
atau hubungan personal seseorang ditentukan oleh keterampilan dalam
melakukan komunikasi interpersonal.
Begitupun dalam kesuksesan sosial, sukses dan tidak nya berinteraksi
dengan tetangga, kerabat, kenalan sebagian besar bertumpu pada
kemampuan dalam berkomunikasi interpersonal yang melibatakan
satisfying conversation, yaitu menjadikan lawan bicara nyaman dan
senang.
2. Professional Success
Keterampilan dalam wawancara atau interview saat proses melamar kerja
atau penerimaan kampus, memimpin rapat atau sejenisinya sebagian
besar akan menentukan kesuksesan.
Satu pelajaran contohnya diantara 23 item perangkingan dalam
keputusan perekrutan yang ditemukan, diantaranya bahwa keterampilan
dalam berkomunikasi interpersonal (communication and interpersonal
skills) menjadi top of the list, artinya 89 % menjadi penentu perekrutan.
1
B. MEMAHAMI KOSEP KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat
dominan dalam aktivitas sehari-hari, namun tidaklah mudah untuk memberikan
definisi yang dapat diterima semua pihak. Banyak definisi tentang komunikasi
interpersonal sesuai dengan presepsi para ahli komunikasi. Trenholm dan Jensen
(1995:26) mendefinisikan komuniksi interpersonal sebagai komunikasi antara dua
orang yang berlasung secara secra tatap muka (komunikasi diadik), sifatnya adalah :
(a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c)
partisipan berperan fleksibel. Devito (2013:5) komunikasi interpersonal
(Interpersonal communication) is the verbal and nonverbal interaction between two
(or sometimes more than two) interdependent people. (interaksi verbal dan non
verbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling bergantung
satu sama lainnya.
Littlejohn (1999) mendefinisikan komunikasi interpersonal (Interpersonal
communication) adalah komunikasi antara individu-individu. Deddy Mulayana
(2008:81) bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung baik secara verbal atau non verbal. Menurut Weaver dikutip
Malcolm R. Parks (2008:3) mendefinisikan interpersonal communication as a dyadic
or small group phenomenon which naturally entails communication about the self.
Komunikasi Interpersonal sebagai phenomena interaksi diadik dua orang atau dalam
kelompok kecil yang menunjukkan komunikasi secara alami dan bersahaja tentang
diri. Stewart (1977) dikutip Malcolm R. Parks (2008:3) mendefinisikan interpersonal
communication in terms of a willingness to share unique aspect of the self
(komunikasi interpersonal menunjukan adanya kesediaan untuk berbagi aspek-aspek
unik dari diri individu).
2
pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam tipe komunikasi interpersonal ini arah distribusi
pesan relative tetap. Pewawancara bertindak sebagai perancang, pencipta berbagai
pertanyaan, sedangkan terwawancara bertindak sebagai penerima pertanyaan, dan
selanjutnya menyampaikan jawaban atau umpan balik. Keefektifan wawancara
ditentukan oleh sejauh mana informasi yang ingin dikumpulkan telah tercapai.
Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal,
dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi,
musyawarah, dan sebagainya. Istilah “kelompok kecil” memiliki tiga makna: (1)
jumlah anggota kelompok itu memang hanya sedikit orang; (2) diantara para
anggota kelompok itu saling mengenal dengan baik; dan (3) pesan yang
dikomunikasikan bersifat unik, khusus, dan terbatas bagi anggota sehingga tidak
sembarang orang dapat bergabung dalam kelompok itu.
3
3. Exists on a Continuum
Komunikasi Interpersonal berada pada satu continuum/rangkaian mulai dari
yang bersifat impersonal atau umum sampai sangat personal atau pribadi. Pada
level impersonal, dua orang yang belum terlalu mengenal satu sama lain hanya
membahas hal-hal sederhana. Pada level yang sangat personal, komunikasi
terjadi antara dua orang yang memiliki hubungan erat seperti antara orangtua
dengan anak, antara sahabat dan sepasang kekasih yang sudah lama bersama-
sama.
Impersonal Communication Interpersonal Communication
Social role: Seseorang berinteraksi Personal information: seseorang
berdasarkan peran sosial yang berinteraksi berdasarkan peran and
dimilikinya, bukan sebagai individu informasi yang personal, spt teman,
yang khusus. kekasih, orangtua dengan anak,
sepupu dll.
Social rules: seseorang berinteraksi Personal rules: interaksi dilakukan atas
berdasarkan aturan sosial umum. dasar aturan yang dikembangkan dan
disepakati bersama
Social messages: Perbincangan hanya Personal message: percakapan yang
pada topik terbatas, dengan sedikit dilakukan bisa membahas berbagai
emosi dan pengungkapan diri. topik dengan mendalam, dengan
melibatkan emosi yang lebih dalam
dan pengungkapan diri.
4
5. Takes Place in Varied Forms
Komunikasi Interpersonal terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda,, bisa tatap
muka langsung, bisa juga melalui jaringan computer, sms, email, Facebook,
telepon dan twitter. Beberapa di antara bentuk komunikasi di atas terjadi secara
sinkron, seperti tatap muka dan telepon. Beberapa lainnya terjadi tidak sinkron,
seperti email, tweet atau blog yang dibalas atau dikomentari pada saat yang
berbeda, bahkan bisa lama setelahnya.
6. Involves Choices
Pesan interpersonal yang kita komunikasikan adalah hasil dari pikiran. Kita sering
tidak berpikir bahwa apa yang kita katakan, atau yang tidak katakan itu karena
pilihan, bukan sesuatu yang terjadi otomatis. Sepanjang kehidupan antarpribadi
kita, atau dalam tiap interaksi interpersonal kita, kita dihadapkan dengan choice
point, waktu di mana kita harus membuat pilihan dengan siapa kita
berkomunikasi, apa yang kita katakan, apa yang tidak kita katakan, kalimat apa
yang akan dikatakan.
Sementara itu Judi C. Pearson (S.Djuarsa Sanjadja, 2002:2.1) menyebutkan enam
karateristik komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Dimulai Dari Diri Pribadi (Self)
Bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang
lain, berangkat dari diri sendiri.
2. Bersifat Transaksional
Komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara
timbal baik dan berkelanjutan.
3. Aspek Isi Pesan dan Hubungan Antarpribadi
Maksudnya bahwa efektivitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan
oleh kualitas pesan melainkan juga ditentukan oleh kadar hubungan antar
individu.
4. Adanya Kedekatan Fisik Antara Pihak-Pihak yang Berkomunikasi
Dengan kata lain komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakala antara
pihak-pihak yang berkomunikasi saling bertatap muka.
5. Kedua Belah Pihak Yang Berkomunikasi Saling Tergantung (Interdependensi)
6. Tidak Dapat Diubah Maupun Diulang
Artinya ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang
lain, maka ucapan itu tidak bisa diubah atau diucap ulang karena sudah terlanjur
di terima oleh komunikan.
5
E. ELEMEN-ELEMEN ATAU KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Gambar 1.2
1. Source-Receiver
Komunikasi Interpersonal melibatkan sedikitnya dua orang. Tiap individu
berperan sebagai source (sumber) yang membuat dan mengirimkan pesan dan
pada saat yang sama berfungsi sebagai receiver (penerima) yang menerima dan
memaknai pesan. Dalam Komunikasi Interpersonal, tiap individu bertindak
sebagai source (sumber yang memformulasi dan mengirim) dan juga sebagai
receiver (penerima dan pengolah pesan).
2. Encoding-decoding
Encoding adalah tindakan memproduksi pesan, sebagai contoh berbicara atau
menulis. Dengan mengirimkan ide melalui gelombang suara ketika bicara, atau
gelombang cahaya ketika menulis, kita mengubah ide menjadi kode, karenanya
disebut encoding. Decoding adalah tindakan untuk memahami pesan, seperti
mendengarkan dan membaca. Dengan menerjemahkan apa yang dikirimkan
melalui gelombang cahaya menjadi ide dari kode, kita menyebutnya decoding.
Komunikasi interpersonal hanya bisa terjadi kalau pesan di encode dan di
decode. Contohnya bila orang tua bicara pada anak yang matanya tertutup dan
telinganya juga tertutup headphones, komunikasi interpersonal tidak terjadi
karena pesannya tidak di decode.
6
3. Messages
Pesan adalah sinyal yang berperan sebagai stimuli atau rangsangan bagi receiver
dan diterima oleh salah satu atau lebih dari indera kita, yakni indera
pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan pengecap atau kombinasi
tersebut. Kita berkomunikasi dengan kata-kata dan kalimat dan juga dengan
sentuhan dan gerak-gerik. Bagaimana kita berjalan, bagaimana kita berpakaian,
menyisir rambut, duduk, tersenyum mengkomunikasikan diri kita pada orang lain
dan pada diri kita sendiri. Foto dan background yang kita pilih untuk Twitter,
mengungkapkan siapa diri kita lebih dari tweet-tweet yang kita tulis. Pesan bisa
disampaikan secara intentional (disengaja) atau unintentional (tidak disengaja).
4. Feedback
Adalah pesan yang dikirimkan kembali ke speaker dalam bentuk reaksi terhadap
apa yang disampaikan. Feedback membuat speaker tahu efek yang telah
ditimbulkannya pada pendengar. Dari hasil feedback, speaker kemudian
menyesuaikan, mengganti, menguatkan, menekankan atau mengubah bentuk
pesan. Feedback bisa berbentuk kata-kata, bisa juga senyuman, pukulan,
tepukan di punggung. Pesan Feedforward Feedforward adalah informasi yang
diberikan sebelum menyampaikan pesan utamanya, yang mengungkapkan pesan
apa yang akan disampaikan. Misalnya kata pengantar sebuah buku, paragraph
pembuka bab, halaman depan majalah, subyek di email dll.
5. Channel
Channel komunikasi adalah medium yang melaluinya pesan disampaikan, seperti
menghubungkan source dan receiver. Biasanya beberapa channel sekaligus
digunakan dalam komunikasi. Sebagai contohnya, dalam interaksi tatap muka
kita bicara sekaligus mendengar (channel vocal dan pendengaran). Channel juga
bisa dilihat sebagai cara komunikasinya, misalkan tatap muka, telepon, email,
Twitter dll. Tiap channel memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, bila
bentuknya email, maka kelebihannya adalah kita bisa merencanakan komunikasi
dengan lebih baik: berapa panjang pesannya, mengedit pesan tsb, dan memiliki
waktu lebih untuk mempertimbangkan isinya. Sementara, tatap muka waktu
lebih terbatas untuk memikirkan apa yang kita katakan dan pesan yang sudah
tersampaikan tidak bisa lagi di edit.
Sebagai tambahan khusus pada channel non verbal adalah sebagai berikut;
7
Gambar1.3
Gambar 1.4
6. Noise
Noise adalah semua hal yang mengganggu komunikasi, yang mencegah receiver
menerima pesan dengan baik. Ada empat jenis noise:
a. Physical noise
Gangguan yang berada di luar pembicara dan pendengar, misalnya suara
mobil yang keras, kacamata hitam, tulisan tak jelas, tata bahasa yang buruk.
b. Physiological noise
Hambatan yang berada pada source atau receiver, seperti gangguan
penglihatan dan gangguan pendengaran.
8
c. Psychological noise
Hambatan mental yang mengganggu proses KAP seperti prasangka,
ketertutupan pikiran, emosi yang berlebihan.
d. Semantic noise
Hambatan yang tercipta karena perbedaan system pemaknaan antara
pembicara dan pendengar, misalkan perbedaan bahasa, istilah yang terlalu
rumit. Konsep yang berguna untuk melihat peran noise dalam komunikasi
adalah signal to noise ratio. Signal adalah segala informasi yang berguna,
sementara noise adalah informasi yang tidak berguna bagi pelaku
komunikasnya. Semua komunikasi memiliki noise, noise tidak bisa benar-
benar dihilangkan.
7. Context
Komunikasi terjadi dalam suatu konteks, atau lingkungan yang mempengaruhi
bentuk dan isi dari pesan. Ada empat dimensi dari konteks
a. Physical dimension
Dimensi fisik adalah lingkungan nyata di mana komunikasi terjadi, seperti
ruangan, ukuran dan temperature dalam ruangan, jumlah orang di dalam
ruangan. Pada media, misalnya penempatan berita pada satu halaman, atau
pada sosial media misalnya pembatasan 140 karakter pada Twitter.
b. Temporal dimension
Dimensi waktu bukan sekedar merujuk pada jam atau menit dalam satu hari,
tapi juga keadaan ketika suatu pesan disampaikan. Bercanda mengenai nilai
ujian mungkin tidak tepat dilakukan dengan seseorang yang baru gagal ujian.
c. Social-psychological dimension
Dimensi sosial psikologis termasuk di dalamnya status hubungan, peran
seseorang, norma masyarakat atau kelompok dan tingkat keseriusan
komunikasi. Sebagai contoh, Facebook dan Path lebih informal dibandingkan
LinkedIn.
d. Cultural dimension
Termasuk dalam konteks budaya adalah kepercayaan dan kebiasaan dalam
satu budaya. Ketika kita berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya,
aturan komunikasinya berbeda. Bila tidak dipahami perbedaan budaya ini,
komunikasi bisa berakhir dengan kebingungan, celaan, dan bentuk
miskomunikasi lainnya.
8. Ethics
Meski etik tidak ada dalam diagram elemen komunikasi, tapi ini menjadi salah
satu elemen yang dipertimbangkan. Karena komunikasi memiliki konsekuensi,
Komunikasi Interpersonal mengandung etika, setiap tindakan komunikasi
memiliki dimensi moral, benar atau salah. Ada prinsip-prinsip etika yang
9
universal seperti berkata yang sebenarnya dan menghargai orang lain dalam
komunikasi.
9. Feedforward
Feedforward adalah informasi yang diberikan sebelum menyampaikan pesan
utamanya, yang mengungkapkan pesan apa yang akan disampaikan. Misalnya
kata pengantar sebuah buku, paragraph pembuka bab, halaman depan majalah,
subyek di email dll.
10
kondisinya. Namun demikian, secara umum, lebih konkrit pesannya lebih baik. Ini
sama seperti ketika menggunakan search engine, semakin konkrit pesannya
semakin besar kemungkinan menemukan apa yang kita cari.
5. Messages Vary In Politeness
Kesopanan dalam komunikasi interpersonal adalah termasuk menjaga “positive
face” dan “negative face”. Positive face adalah harapan kita untuk dilihat dengan
positif oleh orang lain, sementara negative face adalah keinginan kita untuk tetap
otonom atau bebas untuk melakukan apa yang kita ingin lakukan.
6. Message Meanings Can Deceive
Pesan bisa benar, bisa juga bohong. Bohong adalah tindakan mengirim pesan
dengan tujuan untuk memberikan informasi yang salah, baik verbal maupun
nonverbal.
Jenis-jenis kebohongan:
a. Pro social deception: to achieve some good. Ini adalah jenis kebohongan yang
bertujuan untuk kebaikan orang yang dibohongi. Misalnya: cerita tentang
Sinterklas, peri gigi. Pada waktu-waktu tertentu, bila kita tidak melakukan pro
social deception malah dianggap tidak sopan: misalnya mengatakan terus
terang bahwa anak orang lain jelek.
b. Self-enhancement deception: to make yourself look good. Kebohongan ini
dilakukan dengan mengatakan sesuatu yang salah tentang diri sendiri dengan
tujuan untuk terlihat baik atau lebih baik. Contoh: berbohong bahwa kita
adalah juara olimpiade nasional nasional waktu SMA.
c. Selfish Deception: to protect yourself. Kebohongan dilakukan untuk
melindungi diri, seringkali juga dilakukan dengan menyakiti orang lain.
Contoh: mengatakan bahwa kita yang mengerjakan suatu pekerjaan sehingga
kita tidak dipecat, padahal yang mengerjakan adalah orang lain. Contoh
lainnya, seseorang berbohong untuk menutupi latar belakang keluarga yang
broken home untuk menghindari celaan.
d. Anti-social deception: to harm someone. Berbohong dilakukan dengan
sengaja untuk menyakiti orang lain, misalnya dengan menyebarkan gosip
tentang orang tertentu.
7. Messages Can Criticize And Praise
Pesan yang disampaikan bisa mengandung pujian dan kritik. Ketika memuji
perhatikan hal-hal berikut:
a. Use I-message. Alih-alih mengatakan “Kerjaanmu bagus” bilang “Saya suka
cara kerjamu.”
b. Make sure your affect (facial expression of feeling) is positive. Ketika memuji,
pastikan juga bahwa ekspresi kita sesuai. Contoh: beri pujian dengan
senyuman, jangan memuji sambil cemberut.
c. Name the behavior you’re praising. Alih-alih mengatakan “That’s good”,
bilang “Saya senang dengan keterbukaanmu.”
11
d. Take culture into consideration. Perhatikan budaya ketika memuji, ada
beberapa budaya di mana pujian biasanya dianggap sebagai kritik yang
ditutup-tutupi.
Gunakan kritik untuk membantu orang lain. Fokuslah pada kesalahan dan bukan
pada orangnya. Katakan “Tulisanmu ada empat kesalahan eja” alih-alih
mengatakan “Kamu ceroboh”.
Nyatakan kritik dengan cara yang membangun. Alih-alih mengatakan “Kami
terlihat buruk menggunakan baju berwarna gelap” katakan “Kamu sepertinya
lebih keren menggunakan baju berwarna cerah.”
8. Messages Vary In Assertiveness
Asertif adalah kemampuan mengungkapkan diri, pandangan atau apa yang
diinginkan pada orang lain secara terbuka, namun tidak dengan cara agresif.
Orang yang asertif bersikap lebih positif dan lebih berpengharapan dibandingkan
orang yang tidak asertif. Derajat asertif ini dipengaruhi oleh budaya. Orang
dengan sikap asertif lebih banyak ditemukan di budaya yang individualis.
9. Messages Can Confirm And Disconfirm
Disconfirmation adalah pola komunikasi dimana kita mengabaikan keberadaan
seseorang dan juga komunikasi yang dilakukan orang itu. Kita menganggap orang
itu tidak penting. Ini berbeda dengan rejection yang berarti kita tidak setuju
dengan pesan yang disampaikan. Contoh: A janjian dengan B. A datang
terlambat. B marah. Disconfirmation terjadi ketika A bicara “Kamu cerewet. Saya
tidak mau dengar lagi. Oke saya terlambat, terus kenapa? Sekarang biarkan saya
nonton dengan tenang.” Sebaliknya Confirmation terjadi ketika kita mengakui
keberadaan dan pentingnya orang lain dalam komunikasi. Dalam contoh di atas,
bila yang terjadi konfirmasi A akan mengatakan “Maaf, saya terlambat. Pasti
kamu lelah menunggu saya. Tapi jalan tadi sangat macet, saya tidak bisa berbuat
apa-apa.”
10. Messages Vary In Cultural Sensitivity
Menyadari bahwa pesan berbeda-beda dalam sensitivitas budaya adalah langkah
baik untuk mengembangkan confirming messages dan menghindari
disconfirming messages.
Cara terbaik untuk mengembangkan bahasa yang tidak rasis, tidak heterosexist,
tidak ageist dan nonsexist adalah mempelajari cultural identifiers yang digunakan
untuk membicarakan tentang anggota dari kelompok lain.
Dalam race dan nationality, misalnya, perhatikan penyebutan kelompok etnis.
Contoh white merujuk pada mereka yang berasal dari budaya Eropa, tidak
termasuk kaum Hispanics.
Hispanics biasanya diidentikan pada mereka yang berbicara bahasa Spanyol. Kata
Indian secara teknis merujuk pada seseorang yang berasal dari India, bukan pada
etnis asli di Amerika Utara yang disebut American Indian atau Natives American.
Gunakan kata Muslim, atau Kristen, hindari kata Non Muslim atau Non Kristen
karena memberi kesan bahwa Non Muslim atau Non Kristen adalah kelompok
yang menyimpang.
Pada affectional orientation, gay merujuk pada laki-laki yang memiliki orientasi
kasih sayang terhadap laki-laki dan lesbian merujuk pada perempuan yang
memiliki orientasi terhadap perempuan lainnya. Homoseksual merujuk pada baik
12
gay maupun lesbian. Penggunaan kata gay, meskipun sering digunakan, namun
kerap ofensif dalam konteks tertentu, karenanya jangan digunakan bila tidak
perlu. Misalkan “ada dua gay di kelompok mata kuliah komunikasi
interpersonal.”
Dalam hal kelompok usia, kata-kata yang kerap digunakan adalah warga negara
senior, senior,elder. Hindari menggunakan referensi usia bila tidak diperlukan.
Misalkan ketika kita membantu orang menyeberang jalan, bantu saja tanpa
mengomentari usianya. Alih-alih mengatakan seperti : “Mari saya bantu
menyeberang, Bapak kan sudah tua” katakan saja “Mari Pak, saya temani
menyeberang jalan.”
b. Feedforward.
Pada tahap kedua biasanya kita mengatakan feedforward, yang memberikan
seseorang gambaran tentang arah dari pembicaraan. Contoh feedforward
“Kamu tahu tidak apa yang terjadi di kelas kalkulus minggu lalu? atau “Kita
mesti membicarakan rencana liburan kita.”
Ada empat fungsi feedforward:
- To open the channels of communication. Phatic communication adalah
informasi yang
- membuat kita sadar bahwa akan ada interaksi normal yang terjadi, yang
membuat kita tahu bahwa seseorang ingin berkomunikasi dengan kita.
Contohnya “Cuacanya cerah ya hari ini” atau “Apa kabar”, salam yang
biasanya digunakan untuk menunjukkan keinginan berteman.
- To preview the messages. Pesan feedforward digunakan untuk preview
isi pesan sesungguhnya. Contoh “Saya harus menyampaikan kabar buruk
nih buat kamu” atau “Dengerin dulu ya sebelum mengambil tindakan”
- To disclaim. Disclaimer adalah pernyataan yang bertujuan untuk
memastikan bahwa pesan akan dipahami sebagaimana yang kita inginkan
dan tidak akan jadi bumerang. Ini biasanya dilakukan kalau kita tahu
orang yang kita ajak bicara mungkin tidak akan suka dengan pendapat
kita. Contoh: “Saya bukannya tidak suka orang etnis itu, tapi biasanya
mereka Cuma berkumpul dengan teman seetnisnya.”
- To altercast. Feedforward digunakan untuk menempatkan si pendengar
pada peran khusus dan mengharapkan respon yang sesuai dengan peran
tersebut. Contoh “Sebagai calon ahli komputer, apa pendapat kamu
tentang sistem jaringan terbaru?”
c. Business.
Tahap yang ketiga adalah “business” atau substansi dari pembicaraan. Istilah
bisnis digunakan karena hampir semua pembicaraan memiliki tujuan.
Perhatikan bahwa ada topiktopik pembicaraan yang dihindari di budaya-
budaya tertentu.
d. Feedback.
Tahap yang ke empat adalah feedback, kebalikan dari tahap kedua, kita
merefleksikan kembali pembicaraan untuk mengindikasikan inti pesannya
sudah tersampaikan. Contoh: “Jadi kamu ingin kembali sekolah di Belanda
ya?” atau “Itu terdengar seperti acara paling berantakan yang pernah kamu
ikuti ya?”
14
e. Closing.
Pesan penutup, seperti “Good bye”. Pesan penutup bisa juga berisi janji
untuk ketemu lagi seperti : “Besok ketemu jam 12 ya.”
2. Principles of cooperation
Dalam percakapan, Kamu dan lawan bicara sama-sama mengerti bahwa harus
kerja sama untuk bisa memahami satu sama lain.
Ada empat prinsip/maxim dalam bekerja sama dalam percakapan yang berlaku di
US, dan umumnya diterima di banyak tempat:
a. The maxim of quantity.
Pesan yang disampaikan informatif agar lawan bicara menangkap makna
dengan jelas. Jangan sampaikan pesan-pesan yang kabur yang
membingungkan lawan bicara. Kalau pesan terlalu banyak, itu mendorong
lawan bicara untuk memotong atau berpikir “Jadi poinnya apa?” . Contoh
penyalahgunaan maxim quantity: email berantai yang tidak selalu diinginkan
orang lain. Email berantai yang dikirimkan pada banyak orang jadi membuka
semua alamat email orang lain, padahal tak semua orang ingin emailnya
diketahui orang banyak. Attachment yang terlalu berat membuat orang susah
untuk mendownloadnya.
b. The maxim of quality. Katakan apa yang benar, atau yang kita percayai
benar. Jangan mengatakan sesuatu yang salah seperti bohong. Ketika dalam
percakapan kita juga berasumsi orang lain mengatakan sesuatu yang benar.
c. The maxim of relation.
Katakan sesuatu yang relevan bagi lawan bicara.
d. The maxim of manner.
Percakapan harus jelas, hindari ambiguitas, singkat, dan terstruktur. Gunakan
juga istilah yang hanya dimengerti pendengar, dan bila ada istilah yang susah,
kita klarifikasi lagi apakah lawan bicara sudah mengerti.
15
- The maxim of approbation.
Memuji orang dengan cara tertentu seperti dengan mengatakan “Saya
sangat terkesan dengan pidato sambutan kamu untuk mahasiswa baru”
dan hindari kritik seperti “Untuk orang yang baru pertama kali pidato, ya
wajar lah kalau bicaranya masih amburadul.”
- The maxim of modesty.
Hindari menerima pujian yang berlebihan, misalnya dengan mengatakan
“terima kasih, saya tidak mungkin mengerjakan ini tanpa bantuan kamu”
dan tidak mengatakan “Saya harus akui kalau saya memang hebat.”
- The maxim of agreement.
Menyatakan hal-hal yang disetujui bersama, dan menghindari
menyatakan hal-hal yang tidak disepakati. Misalnya dengan mengatakan
“Pilihan warna cat kamar kos kamu bagus, membuat ruangan terlihat
menarik” dan tidak mengatakan “Gimana kamu bisa tahan sih tinggal di
kamar yang warna catnya terlalu terang?”
- The maxim of sympathy. Menyatakan kesepahaman, empati, simpati dan
dukungan bagi orang lain. Contohnya kalau partner marah kita
mengatakan “Saya paham perasaan kamu. Maaf ya membuatmu marah.”
dan bukan mengatakan “Kamu tuh, marah-marah untuk halhal tidak
penting. Apa lagi sih sekarang masalahnya?”
4. The principle of dialogue
Monolog adalah komunikasi di mana seseorang bicara dan yang lain
mendengarkan, tidak ada interaksi yang nyata antara partisipannya. Komunikator
di sini hanya tertarik untuk mencapai tujuannya sendiri, dan hanya tertarik pada
lawan bicara bila mereka bisa digunakan untuk mencapai tujuannya. Komunikasi
yang efektif terjadi dalam dialog, bukan monolog, di mana ada interaksi dua
arah. Pembicara dan pendengar saling bergantian berbicara. Dalam dialog, ada
kepedulian terhadap lawan bicara. Tujuannya adalah untuk mencapai
pemahaman bersama dan empati.
5. The principle of turn taking
Dalam percakapan, pembicara dan pendengar saling bergantian peran.
Bagaimana giliran berbicara ini diatur, bisa menggunakan verbal dan nonverbal.
Caranya:
a. Speaker cues.
Sebagai pembicara, kita mengatur percakapan dengan dua cara, yaitu:
turnmaintaining dan turn-yielding. Turn-maintaining adalah tanda yang
digunakan bahwa kita masih ingin terus berbicara, seperti menarik nafas
dalam untuk menunjukkan bahwa masih ada yang ingin kita sampaikan,
mengangkat tangan untuk mencegah orang berbicara dan menunjukkan
bahwa kita belum selesai, intonasi yang menunjukan bahwa kita belum
selesai, atau bisa juga dengan paralanguage seperti er, atau umm ketika
istirahat sejenak untuk menunjukan kita masih ingin bicara. Turn-yielding
adalah tanda-tanda yang digunakan untuk menunjukan kita sudah selesai
bicara, misalnya mengangguk pada seseorang untuk menunjukkan bahwa
sekarang giliran bicaranya, intonasi yang menurun, diam, eye contact dengan
orang untuk meminta orang tersebut bicara.
16
b. Listener cues.
Sebagai pendengar, kita juga bisa mengatur percakapan dengan
menggunakan berbagai turn-requesting cues untuk membuat pembicara
tahu bahwa kita ingin gantian bicara, seperti misalnya “Saya ingin sampaikan
sesuatu”, atau dengan paralanguage seperti “er, uhm”, atau dengan gesture
seperti mengangkat tangan. Kita juga bisa menunjukkan turn-denying cues
un. tuk menyatakan kita tidak ingin bicara seperti dengan mengatakan “Saya
tidak tahu” atau angkat bahu untuk mengatakan bahwa tidak ada apapun
yang ingin kita katakan.
c. Back-Channeling cues.
Ini digunakan untuk mengkomunikasikan informasi kembali ke pembicara
tanpa bergantian menjadi pembicara. Ini disebut juga “acknowledgment
tokens” seperti “mm-hm” “uh-huh” dan “yeah” untuk menunjukkan pada
pembicara bahwa kita mendengarkan.
d. Interruption.
Kebalikan dari back-chanelling cues, interupsi digunakan untuk mengambil
alih giliran bicara. Seringkali ini membuat situasi jadi tidak enak.
17
diri pada sesama orang Amerika dibandingkan dengan budaya lain. Di Jepang,
membuka diri pada rekan kerja bukan sesuatu yang wajar.
c. Your gender. Riset menunjukan bahwa perempuan lebih banyak membuka diri
dibandingkan laki-laki, kecuali pada tahap awal hubungan.
d. Your listener. Kita membuka diri pada orang yang kita sukai, percaya dan kasihi,
dancenderung pada teman sebaya.
e. Your topic. Kita memilih topik self-disclosure. Misalnya, ada yang senang
membuka diri tentang pekerjaan dan hobi, tapi tidak tentang keadaan keuangan.
Namun demikian, ada juga risiko dari self disclosure. Ini bahayanya:
a. Personal risk. Ketika misalnya kita membuka diri tentang hal yang dinilai jelek
oleh orang lain, orang tersebut bisa jadi menjauh. Contoh: A bercerita pada B
kalau dia menyukai sesama jenis. B datang dari keluarga religious yang menilai
homoseksualitas salah. Ketika A membuka diri tentang hal tersebut, B tidak mau
lagi dekat-dekat dengan A.
b. Relational risk. Self-disclosure tak hanya bisa memperdekat hubungan, tapi juga
ada risiko membuat hubungan jadi rusak atau jauh. Misalkan, bercerita pada
pacar tentang latar belakang keluarga broken home, bisa membuat pacar
berpikir ulang untuk meneruskan hubungan
c. Professional risk. Membuka diri tentang pandangan politik, pandangan terhadap
agama tertentu, atau suku tertentu bisa saja mengganggu karir. Pada zaman orde
lama, orang yang tidak memilih partai penguasa berisiko tidak naik-naik jabatan.
I. EVERYDAY CONVERSATION
Ada berbagai bentuk percakapan sehari-hari, seperti basa-basi, meminta maaf,
memuji, memberikan nasihat, dll.
1. Small Talk. Small talk, atau dalam Bahasa Indonesia basa-basi dilakukan dalam
percakapan sehari-hari. Kadang-kadang digunakan juga dalam pertemuan formal
untuk membuka topik yang lebih serius. Misalnya: sebelum mulai rapat bilang
“Gimana tadi jalan ke sini? Macet ya, habis hujan berjam-jam. Saya juga terjebak
di kemacetan.” Seringkali ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang tak
terlalu dekat, pembicaraannya hanya basa-basi saja.
The topics and contexts of small talk. Karakteristik penting dari topik basa-basi
adalah topik tersebut tidak boleh kontroversial sehingga kita dan lawan bicara
bisa jadi berdebat karenanya. Kalau topiknya sangat dalam, dan memancing
perdebatan, maka tidak bisa dibilang basa-basi. Contoh topik basa-basi: cuaca,
berita olahraga, film, berita tertentu. Basa-basi biasanya dilakukan dalam waktu
yang pendek, misalkan ketika lagi ketemu secara tidak sengaja dengan mantan
teman sekolah di lift suatu mall. Basa-basi ini meski tidak penting, tapi diperlukan
sehingga suasana tidak jadi aneh kalau misalnya dua orang yang saling kenal
mendiamkan satu sama lain ketika tidak sengaja ketemu di restoran.
- Guidelines for effective small talks
Meski cuma basa-basi, ini memerlukan keterampilan komunikasi
interpersonal yang sama dengan percakapan serius. Selain bahwa
topiknya mesti ringan dan durasi waktunya pendek, inilah panduan efektif
untuk basa-basi: Bicara hal-hal yang positif, Sensitif bila orang ingin
mengakhir pembicaraan. Meski basa-basi, ada pihak yang mungkin ingin
bicara lebih dalam, sementara yang lainnya ingin mengakhiri dengan
19
segera, Tekankan pada persamaan dan jawab pertanyaan dengan
penjelasan yang cukup untuk memberikan bahan bagi orang lain
2. Excuses and Apologies. Seseorang pasti pernah melakukan kesalahan, dan
memberikan alasan dan meminta maaf maaf diperlukan. Excuses/alasan adalah
penjelasan yang dimaksudkan untuk mengurangi efek negatif dari tindakan.
Apologies atau permintaan maaf adalah ekspresi penyesalan untuk apa yang
telah kita lakukan. Keduanya sering dikatakan bersamaan. “Saya tidak menyadari
saya mengemudi terlalu cepat (excuse). Maafya (apology).” Excuse biasanya
disampaikan untuk menjaga agar citra tetap positif, menjaga self esteem,
mengurangi reaksi negatif akibat kesalahan dan stress karena melakukan
kesalahan. Excuse memungkinkan kita untuk memelihara hubungan
interpersonal yang efektif setelah tindakan yang negatif. Contohnya setelah
mengkritik tindakan seorang teman dan melihat reaksi negatif terhadap kritik
kita, kita mengatakan “Maaf ya, saya lelah dan tidak bisa berpikirjernih.”
3. Complimenting
Complimenting adalah pesan yang berisi pujian, sanjungan atau memberikan
selamat.
4. Advice Giving
Advice adalah proses memberikan saran untuk berpikir atau bertindak tertentu.
Orang senang memberikan nasihat, ini membuat kita merasa diri penting (karena
bisa memberikan nasihat) dan pintar. Kadang-kadang advise giving ini jadi bagian
dari pekerjaan (misalkan pemimpin agama, pengacara, konsultan). Bila nasihat
yang diberikan berguna, itu membangun reputasi orang yang memberikan
nasihat.
20
SMS, facebook, e-mail dan sebagainya. Baik langsung atau tidak langsung, norma
etika perlu diperhatikan.
1. Etika Komunikasi Interpersonal Tatap Muka
Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan adalah
cara yang efektif untuk menyelesaikan tugas dan kerjaan. Dalam melakukan
pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika sehingga pembicaraan berlangsung
nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Diantara etika komunikasi
secara tatap muka adalah:
a. Melihat raut wajah lawan bicara, kita bisa memahami dan mengetahui
suasana hati seseorang dari expresi wajahnya. Wajah diibaratkan cermin dari
pikiran dan perasaan seseorang.
b. Senyum, senyum merupakan salah satu expresi perasaan.
c. Bersikap tenang, sekali-kali saja menegaskan pembicaraan dengan gerak
tangan secara halus dan sopan.
d. Jangan membicarakan kejelekan orang lain.
e. Jangan mendominasi pembicaraan
f. Mengatur jarak dengan lawan bicara kita. Jarak dengan orang yang baru kita
kenal, jarak dengan akrab kita dan sejenisnya.
g. Volume suara disesuaikan, jangan terlalu keras atau pelan.
2. Etika komunikasi dengan media Telepon
Menelepon pada hakikatnya sama dengan bertamu kerumah orang lain, dan
menerima telepon sama dengan menerima tamu. Beberapa prinsip dibawah
yang harus diperhatikan,
a. Mempertimbangkan masalah waktub telepon. Jangan menelepon terlalu
larut malam atau waktu istirahat, terkecuali darurat.
b. Berbicara dengan tenang,sopan, jelas, dan langsung kesasaran
c. Saat menerima atau nelepon jangan berbicara dengan orang didekat kita
d. Tutuplah pembicaraan dengan sopan
e. Segera mengangkat telepon saat ada yang manggil
3. Etika Short Message service (SMS)
a. Hendaknya membaca ulang isi pesan yang hendak dikirim
b. Menghindari kata-kata yang berdampak negative (kotor, ujar kebencian dsb.)
c. Tidak menunda-nunda membalas SMS yang perlu dibalas.
d. Jangan menggunakan istilah atau singkatan yang kurang popular.
e. Hindari menulis SMS dengan huruf capital
4. Etika Menggunakan E-mail dan Facebook
a. Pilahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
b. Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi
c. Gunakan teknologi untu efesiensi waktu
d. Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain
21
SKILL KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. Kosenpe Listening
Dalam bahasa inggris ada istilah hear dan listen. Hear hanya sebatas mendengar
gelombang suara, sedangkan listen yaitu mendengar dengan menyimak. Salah satu skill
terpenting dalam komunikasi interpersonal adalah Listening (Devito, 2013:83).
Manfaatnya listening dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
1. Manfaat profesional
Listening dinilai sebagai keahlian yang penting dalam dunia kerja, di segala level
mulai terendah sampai tertinggi. Ini diperlukan untuk berkomunikasi dengan efektif
di tempat kerja. Pendengar yang efektif biasanya dipilih sebagai ketua grup dan
manager yang efektif.
2. Manfaat pribadi
Keahlian mendengar penting ketika memulai, mengembangkan dan memelihara
hubungan interpersonal. Sebagian besar orang mengatakan bahwa mereka ingin
punya pasangan yang mendengarkan atau menyimak mereka. Anak perlu belajar
mendengarkan orang tua dan orang tua juga harus mendengarkan anak-anak.
B. Proses Listening
Devito menyampaikan bahwa proses listening diantaranya, 1) receiving 2)
understanding 3) remembering 4) evaluating dan 5) responding. Proses-proses ini saling
tumpang tindih, ketika kita mendengar, kelima proses terjadi pada saat yang
bersamaan,
Gambar 2.1
22
Keterangan:
1. Stage One: Receiving
Receiving, atau sama juga dengan hearing, adalah proses fisiologis yang terjadi
ketika kita menangkap gelombang suara di gendang telinga kita. Hearing atau
receiving ini dilakukan tanpa perlu upaya, sementara orang harus benar-benar
mindful dalam listening.
Untuk meningkatkan kemampuan mendengar:
a. Focus your attention. Fokuskan perhatian pada pesan-pesan verbal dan non
verbal pembicara. Hindari memusatkan perhatian pada apa yang kita akan
katakan sebagai respon, karena kita mungkin jadi tak menangkap apa yang
disampaikan
b. Avoid distractions. Hindari hal-hal yang mungkin mengganggu, misalnya
matikan atau menjauh dari musik yang terlalu keras, matikan atau silent
handphone.
c. Maintain your role as listener. Sebisa mungkin jangan menginterupsi karena
kita bisa kehilangan informasi yang akan disampaikan pembicara.
2. Stage Two: Understanding
Understanding, atau memahami, adalah tahapan dimana kita mempelajari
maksud dari si pembicara, dengan melihat pada ide pikiran dan emosi. Bila kita
cuma memahami salah satu saja, ide saja atau emosi saja, maka kita bisa
mendapatkan gambaran yang tidak seimbang.
Bagaimana meningkatkan pemahaman:
a. Avoid assuming you understand. Hindari berasumsi kita tahu apa yang
pembicara akan katakan segera. Misal: Saya tahu kamu akan lalu bicara
mengenai ini, jadi menurut saya Cara seperti ini hanya membuat kita
kehilangan pesan berikutnya yang mungkin tidak sesuai dengan yang kita
pikirkan.
b. See the speaker’s message from the speaker’s view. Jangan cepat-cepat
mengambil kesimpulan sebelum benar-benar mengerti apa yang dikatakan
pembicara.
c. Ask questions for clarification. Tanyakan lebih mendetail tentang maksud
pembicara. Ini bukan hanya menunjukkan bahwa kita mendengarkan, tapi
menunjukkan bahwa kita tertarik untuk tahu lebih banyak. Misalnya: Haji
Lulung mungkin terkenal dan sempat jadi trending topic, tapi ketika kamu
bilang dia baik, itu maksudnya benar-benar baik atau sindiran saja?
d. Rephrase. Bahasakan ulang pokok pikiran pembicara dengan kata-kata kita
sendiri, bisa dilakukan dalam hati atau diucapkan untuk mendapatkan
konfirmasi bahwa kita benar-benar paham.
26
D. GAYA MENDENGAR YANG EFEKTIF
Gaya mendengarkan tergantung dari situasi, seperti tujuan, siapa partner bicara dan
jenis pesannya. Seni mendengarkan adalah memilih gaya yang tepat dengan melihat
pada lima dimensi mendengarkan ini:
1. Emphatic and Objective Listening
Bila kita ingin memahami seseorang dan memahami perasaannya, maka
dengarkan dengan empati. Empati berarti merasakan apa yang orang lain
rasakan dari kacamata mereka. Meski emphatic listening lebih banyak digunakan,
kadang kala kita juga perlu menggunakan objective listening, dengan memahami
pesan dan perasaan berdasarkan realitas obyektif. Contoh: A curhat tentang
teman-teman kampus yang memojokkan dia. B mendengarkan dengan penuh
empati, merasakan bahwa kita tahu rasanya tidak disukai orang. Lalu A minta
saran. Maka B kemudian menggunakan objective listening, memahami bahwa si
A punya self-pity yang terlalu besar dan memiliki banyak sifat negatif lainnya. B
lalu memberikan saran bahwa A perlu menghilangkan sifat-sifat negatif.
2. Nonjudgmental and critical listening
Mendengarkan dengan efektif dengan melakukan kedua ini sekaligus:
nonjudgmental dan critical. Kita perlu mendengarkan tanpa menghakimi atau
menilai, dengan pemikiran terbuka untuk memahami. Tapi kita juga perlu
mendengarkan dengan kritis untuk mengevaluasi apa yang kita dengarkan.
Namun caranya seperti ini: pertama dengarkan dulu tanpa menilai atau
menghakimi, setelah selesai dan kita paham maksudnya baru kita bisa menilai
atau mengevaluasi.
28
KOMUNIKASI EFEKTIF
(KOMUNIKASI BUDAYA DAN INTERPERSONAL)
A. Budaya
Menurut Devito (2013:29), (1) the relatively specialized lifestyle of a group of
people (2) that is passed on from one generation to the next through
communication, not through genes. (Budaya didefinisikan sebagai (1) gaya hidup
khusus sekelompok orang (2) yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya
melalui komunikasi, bukan melalui gen)
Relevansi budaya dalam Komunikasi Efektif
Karena (1) perubahan demografi (2) meningkatnya sensitivitas terhadap perbedaan
budaya (3) ketergantungan ekonomi (4) kemajuan dalam teknologi komunikasi dan
(5) fakta bahwa kompetensi komunikasi bergantung pada budaya, maka tidak
mungkin berkomunikasi dengan efektif tanpa menjadi sadar bagaimana budaya
mempengaruhi komunikasi manusia.
o Demographic changes,
Perubahan demografis suatu negara karena banyaknya warga imigran,
menghasilkan pada perbedaan cara berkomunikasi antarpribadi dan perlunya
memahami dan beradaptasi pada cara baru berkomunikasi.
o Economic and political interdependence,
Negara-negara saat ini saling bergantung satu sama lain dalam hal ekonomi.
Bagaimana kehidupan ekonomi kita bergantung pada kemampuan untuk
berkomunikasi lintas budaya. Sama dengan itu, keadaan politik kita juga
bergantung pada budaya lain.
o Spread of technology,
Perkembangan teknologi yang cepat membuat komunikasi antar budaya mudah
dilakukan, dan juga tidak terhindarkan. Orang bisa berkomunikasi dengan
mudah melalui email atau media sosial dengan orang di benua lainnya.
o Culture-specific nature of interpersonal communication,
Alasan lain mengapa udaya penting adalah karena kompetensi interpersonal
bersifat culture specific. Cara berkomunikasi tertentu bisa efektif dalam satu
budaya, tapi bisa jadi tidak efektif di budaya lain. Contohnya: memberikan
hadiah ulang tahun pada teman dekat biasanya membuat orang senang, tapi ini
tidak berlaku bagi Saksi Yehovah.
B. Perbedaan Budaya
Budaya mempegaruhi apa yang kita katakan pada diri sendiri, bagaimana
berbicara dengan teman, kekasih, keluarga dalam percakapan sehari-hari,
bagaimana berinteraksi dalam kelompok dan topik yang kita bicarakan. Kita perlu
memahami budaya untuk berkomunikasi dengan efektif dalam berbagai situasi
antara budaya. Kesuksesan dalam komunikasi interpersonal pada pekerjaan,
kehidupan pribadi dan sosial -banyak bergantung pada pemahaman dan
kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berbeda
budaya dengan kita.
29
Ada tujuh perbedaan besar antara budaya yang berpengaruh pada bentuk
komunikasi dalam budaya tersebut:
1. Individual and Collective Orientation
Budaya individualis menekankan pada nilai-nilai individual seperti kekuasaan,
pencapaian, hedonisme dan stimulasi. Contohnya Amerika, Australia, Inggris,
Belanda. Sebaliknya, budaya kolektivis menekankan pada kepentingan kelompok,
seperti perbuatan baik bagi orang lain, tradisi dan konformitas, contohnya
Indonesia, Cina.
Perbedaan besar antara dua orientasi ini adalah sejauh mana tujuan individu atau
tujuan kelompok dinilai lebih penting. Dalam budaya individualis, anggota-
anggotanya bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri dan keluarga inti
mereka, sementara dalam budaya kolektivis, anggotanya bertanggungjawab
terhadap keseluruhan kelompok.
Sukses dalam budaya individualis diukur dari sejauh mana seseorang bisa melebihi
anggota lainnya, bangga karena bisa berbeda dari anggota dalam kelompok
tersebut. Di kelompok ini, orang yang dihargai adalah orang yang bisa tampil
beda. Kesuksesan dalam budaya kolektivis dilihat dari kotribusi terhadap
pencapaian kelompok secara keseluruhan, bangga karena sama dengan anggota
lainnya.
2. High and low context culture
Budaya juga dibedakan dari sejauh mana informasi diberikans ecara eksplisit.
Dalam high context culture, informasi dalam komunikasi berada pada konteks
atau pada orang, sebagai contoh informasi yang diberikan pada komunikasi
sebelumnya, melalui asumsi tentang satu sama lain, dan melalui pengalaman.
Informasi diketahui oleh semua orang yang berpartisipasi, tapi tidak dinyatakan
secara eksplisit.
sama dengan budaya kolektivis yang menekankan pada hubungan antara pribadi
dalam kelompok dan kesepakatan bersama. Orang-orang dalam budaya high-
context cenderung menghargai orang lain dan menghindari mempermalukan
orang lain, mereka cenderung menghindari perdebatan, kritik biasanya
disampaikan secara pribadi
Dalam low context culture, informasi dinyatakan secara eksplisit dalam pesan
verbal, atau pada komunikasi formal dalam bentuk tertulis. nama dengan budaya
individualis yang kurang menekankan pada hubungan personal dan lebih
menekankan pada penjelasan verbal dan eksplisit. Sementara orang-orang dari
budaya low context, tidak mengacuhkan konteks ketika menyampaikan kritik dan
tidak menghindari perdebatan. Orang-orang dari budaya high-context ragu untuk
berkata tidak, karena takut membuat orang tersinggung dan malu.
3. Power distance
Power distance merujuk pada bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam
masyarakat.
Pada high power distance, kekuasaan ada pada sedikit orang dan ada perbedaan
yang besar antara yang berkuasa dengan orang biasa, contohnya Malaysia,
Filipina dan Meksiko. Pada high power distance, murid diharapkan untuk bersikap
sopan dan menghargai guru,
30
Pada low power distance, kekuasaan dibagikan lebih merata pada banyak
anggota budaya, contohnya Denmark, Austria, Finlandia. Pada low power
distance, murid diharapkan untuk menunjukan pengetahuan mereka,
berpartisipasi dalam diskusi dengan guru dan bahkan menantang guru. Pada
budaya low power distance juga , kesetaraan adalah penting dan ini konsisten
dengan sikap asertif, sementara pada high power distance, konfrontasi dan sikap
asertif dinilai negatif, apalagi terhadap atasan.
4. Masculine and feminine culture
Budaya yang maskulin menghargai sikap agresif, kesuksesan material dan
kekuatan. cenderung mengkonfrontasi konflik secara langsung dan menyikapi
perbedaan dengan kompetitif, ingin menang sendiri Contoh negara maskulin
adalah Jepang, Austria, dan Jerman.
Budaya Feminim menghargai kesederhanaan, kepedulian terhadap hubungan dan
kualitas hidup dan kelembutan. lebih memilih negosiasi dalam konflik dan
berusaha mencapai win-win strategy. Contoh negara feminine adalah Denmark,
Finlandia dan Thailand.
5. High-ambiguity-tolerant and low-ambiguity-tolerant
Tingkat toleransi terhadap ambiguitas berbeda-beda tergantung budaya. Ada
budaya dimana orang-orangnya tidak banyak usaha untuk menghindari
ketidakpastian dan cenderung tidak kuatir meski tidak mengetahui apa yang akan
terjadi. Di budaya lainnya, ketidakpastian dihindari dan orang cenderung cemas
dalam ketidakpastian. Orang di budaya dengan toleransi tinggi terhadap
ambiguitas, tidak merasa kuatir dalam situasi yang tidak jelas. Ketidakpastian
dinilai sebagai bagian biasa dalam hidup. Contohnya Malasia, India, Hong Kong
dan Filipina. Mereka tidak terlalu mementingkan aturan dalam komunikasi dan
hubungan. Orang yang menganut budaya seperti ini lebihtoleran terhadap
individu yang memiliki aturan berbeda terhadap mayoritas budaya.
Orang dari budaya dengan tingkat toleransi yang rendah terhadap ambiguitas
akan berbuat banyak untuk menghindari ketidakpastian dan sangat cemas bila
tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Mereka melihat ketidakpastian
sebagai ancaman dan sesuatu yang harus dilawan. Contohnya Jepang, Polandia
dan Rusia. Budaya dengan toleransi terhadap ambiguitas yang rendah membuat
aturan yang jelas dalam berkomunikasi dan tidak boleh dilanggar.
6. Long and Short Term Orientation
Beberapa budaya menekankan pada long term orientation, orientasi yang
menekankan pada pentingnya masa depan. Contohnya adalah Korea Selatan,
Taiwan, Cina, Jerman.
Orang-orang dengan budaya ini menabung untuk masa depan dan untuk
pendidikan.
Dalam budaya ini, pernikahan dilihat sebagai pengaturan praktis; tinggal bersama
keluarga besar bagi pasangan yang sudah menikah dianggap normal; ibu
seharusnya ada di rumah bersama anak-anak; sikap rendah hati adalah sesuatu
yang baik bagiperempuan dan laki-laki, dan usia tua dianggap sebagai bagian
membahagiakan dari hidup.
Sebaliknya, budaya yang menekankan pada short-term orientation, lebih
menekankan pada masa lalu dan masa kini. Daripada menabung untuk masa
31
depan, anggota budaya ini menghabiskan sumber daya mereka di masa kini dan
ingin mendapatkan hasil yang cepat dari usaha mereka. Anggota budaya ini
percaya bahwa pernikahan lebih terkait dengan moralitas, tinggal bersama
dengan mertua dipercaya menyebabkan masalah, anak-anak tidak harus diasuh
oleh ibu mereka, sikap rendah hati hanya bagi wanita dan bukan pria, dan usia tua
adalah masa hidup yang tidak menyenangkan. Contoh: Nigeria, Iran, Zimbabwe,
Amerika
Dalam kerja, perusahaan yang berorientasi pada budaya jangka panjang bertujuan
pada keuntungan masa depan. Manager, pemilik dan pekerja memiliki nilai yang
sama dan bekerja bersama-sama untuk mencapai kebaikan. Sebaliknya, pada
organisasi yang berorientasi budaya jangka pendek, lebih menekankan pada
keuntungan dalam waktu singkat.
Di dunia pendidikan, murid dari budaya berorientasi jangka panjang, menilai
kesuksesan atau kegagalan disebabkan karena usaha mereka, sementara dari
budaya berorientasi jangka pendek melihat kegagalan atau kesuksesan
disebabkan karena faktor keberuntungan atau kesempatan.
7. Indulgence and Restraint
Budaya dengan tingkat indulgence yang tinggi, menitikberatkan pada pemenuhan
kesenangan, berfokus pada bersenang-senang dan menikmati hidup. Contoh:
Venezuela, Mexico.
Anggota budaya ini lebih banyak yang bahagia, karena dua faktor utama ini:
Life control Perasaan bahwa kita bisa berbuat apapun yang kita suka, dan
memiliki kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang kita
inginkan
Leisure Perasaan memiliki waktu uang untuk melakukan hal-hal yang
menyenangkan diri.
Restraint, orang-orangnya menahan diri terhadap kesenangan seperti di atas dan
diatur oleh norma sosial. Dalam budaya ini, banyak orang tidak bahagia, orang
merasa tidak memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri dan memiliki waktu
terbatas untuk bersenang-senang. Orang-orang pada budaya ini cenderung sinis
dan pesimis. Orang-orang dengan budaya indulgence tidak terlalu gemar
menabung, sebaliknya pada budaya restraint mereka banyak menabung. Orang-
orang dari indulgence culture memiliki lebih banyak teman dibandingkan dari
restraint culture.
C. Culture Shock
Reaksi psikologis yang kita alami ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki
budaya yang sangat jauh berbeda. Culture shock adalah sesuatu yang normal, orang
mengalami ketika memasuki budaya yang baru dan berbeda. Culture shock itu
proses adaptasi dengan budaya yang baru, hail terjadi dalam empat tahapan ini
33
Yang pertama, kecenderungan mengkategorikan seseorang dalam satu kelompok
sosial tertentu dan bersikap terhadap orang tersebut sebagai bagian dari
kelompok. Ini kemudian berakhir dengan anggapan bahwa orang tersebut
memiliki karakter (biasanya negatif) yang sama dengan yang kita anggap karakter
dari kelompok di mana individu tersebut berasal.
Yang kedua, stereotype bisa membuat kita mengabaikan karakteristik unik
individu.
4. Reduce Ethnocentrism
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat orang lain dan tindakan
mereka dari perspektif budaya kita sendiri. Ini adalah kecenderungan bagi
seseorang untuk berpandangan bahwa nilai, kepercayaan dan tindakan dari
budaya kita lebih unggul, lebih positif, lebih logis, lebih alamiah dibandingkan
budaya lain. Orang yang etnosentris berpikiran bahwa budaya lain seharusnya
seperti budaya mereka, bahwa orang dari budaya lain tidak tahu apa yang baik
untuk mereka, gaya hidup orang lain tidak sebaik gaya hidup mereka dan orang
dari budaya lain tidak secerdas atau bisa dipercaya seperti orang dari budaya
mereka sendiri.
Agar bisa melakukan KAP/KIP dengan efektif, kita harus mengerti bahwa orang
lain berbeda, tapi tidak dari sudut pandang superior-inferior. Etnosentrisme
terletak dalam satu kontinuum, dari rendah sampai tinggi. Pada tahap terendah,
istilah yang digunakan adalah equality, di mana kita memperlakukan orang lain
dengan setara. Kedua adalah sensitivity, di mana kita ingin mengurangi jarak
antara diri kita dan orang lain. Ketiga adalah indifference, kurang peduli terhadap
(perbedaan) orang lain, tapi tidak bertindak kasar. Keempat adalah
avoidance, menghindari dan membatasi komunikasi intersonal dengan orang dari
budaya lain, cenderung untuk berada di tengah-tengah orang dari budaya yang
sama. Yang kelima engage in hostile behavior, cenderung kasar pada budaya
yang berbeda, menganggap rendah orang dari budaya yang berbeda. Level
etnosentrisme kita kerap dipengaruhi oleh dengan siapa kita berinteraksi.
5. Adjust your communication
Komunikasi antarbudaya terjadi sebatas sejauh mana seseorang arti dari kata
dan bahasa non verbal orang lain, sejauh kedua orang tersebut menggunakan
sistem simbol yang sama. Karena tidak ada orang yang memiliki sistem simbol
yang benar-benar sama, maka tiap orang harus menyesuaikan cara berinteraksi
interpersonal, khususnya dalam interaksi antarbudaya. Orang-orang yang
memiliki hubungan dekat, misal sahabat, kekasih, paham bahwa perlu waktu
yang cukup lama untuk memahami partnernya.
Bagian dari seni komunikasi antarpribadi adalah mempelajari signal dari orang
lain, bagaimana mereka menggunakannya dan apa artinya. Lebih jauh lagi, kita
juga harus menginformasikan sistem penandaan (signal system) kita agar orang
lain bisa mengerti kia lebih baik. Beberapa orang mungkin mengerti alasan
kenapa kita diam dan menghindari kontak mata, yang lain mungkin tidak
mengerti. Ada teori komunikasi yang terkait dengan ini yang disebut
communication accomodation theory, yang menyebutkan bahwa speaker akan
menyesuaikan atau mengakomodir gaya berbicara pendengarnya, untuk
mendapatkan persetujuan dan keefektifankomunikasi. Riset menunjukkan
34
misalnya orang yang memiliki kecepatan bicara yang sama lebih mudah tertarik
satu sama lain, dibandingkan orang yang memiliki kecepatan yang berbeda.
Ketika kita menyesuaikan gaya komunikasi, sadari bahwa tiap budaya memiliki
aturan dan kebiasaan sendiri dalam berkomunikasi. Aturan ini menunjukkan apa
yang wajar dan tidak wajar. Sebagai contoh, di Amerika adalah biasa untuk
menelpon tiga empat hari sebelum mengajak seseorang kencan. Di beberapa
negara di Asia, yang ditelepon adalah orangtuanya, dan dilakukan seminggu atau
bahkan sebulan sebelumnya. Ketika akan mengajak orang kencan.
35
INTERPERSONAL POWER AND INFLUENCE
37
Legitimate power
Bila kita dinilai memiliki legitimate power, misalnya mereka percaya kita punya
hak atau posisi untuk memepngaruhi apa yang mereka pikirkan dan lakukan,
maka orang lain biasanya siap untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Legitimate power biasanya berasal dari apa yang kita yakini bahwa orang-orang
tertentu memiliki power terhadap kita, dan secara logis mereka siap untuk
mematuhi kita. Contohnya: guru
Expert power
Kita memiliki expert power terhadap orang lain, bila kita dinilai memiliki keahlian
atau pengetahuan. Expert power bertambah ketika kita terlihat tidak memihak
dan tidak memiliki kepentingan pribadi dalam upaya meyakinkan orang lain.
Information or persuasion power
Bila kita memiliki informasi atau power persuasi terhadap orang lain, maka yan
glain menilai kita memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan logis dan
persuasif. Bila orang lain menilai kita memiliki kemampuan persuasif, maka kita
memiliki power of persuasion.
Reward and coercive power
Kita memiliki reward power bila kita memiliki kemampuan untuk memberikan
reward terhadap orang lain. Reward bisa berbentuk uang, perhiasan, atau dalam
bentuk sosial seperti cinta, pertemanan dan penghargaan
Coercive power
Seberapa besar hukuman yang bisa diterapkan
Opposite sides of a coin
Dua sisi sebuah koin
Reward power makes you seem attractive
Bila kita memiliki reward power, orang akan melihat kita lebih
menarik. Sebaliknya, coercive power akan membuat kita terlihat
kurang menarik
Rewards cost less than punishments
Ketika kita menggunakan reward untuk menjalankan power, kita tidak
mengeluarkan “cost” yang sama dengan ketika kita menggunakan
punishment. Ketika kita menggunakan reward, orang akan senang,
sementara ketika menggunakan coerive power, kita harus siap
menghadapi kemarahan.
Rewards show that you use power effectively
Ketika kita memberikan reward, itu menunjukan bahwa kita
menjalankan power dengan efektif dan kita mendapatkan kepatuhan
dari orang lain. Sebaliknya, ketika kita menjalankan punishment, itu
menunjukkan bahwa kita tidak efektif dalam menggunakan coercive
power dan tidak ada kepatuhan sebelumnya.
Coercive power erodes other bases of power
Ketika kita menggunakan coercive power, basis power yang lain
menghilang, karena ini menjadi efek bumerang ketika diterapkan.
Orang yang menjalankan coercive power dilihat sebagai tidak cukup
ahli (expert), legitimate dan tidak memiliki referen power.
38
2. Power in the person
Sebagian besar dari personal power kita -power yang terdapat dalam diri kita
sebagai individu tergantung pada kredibilitas yang kita miliki — tingkatan sejauh
mana orang lain mempercayai kita dan mengikuti kita. Bila orang lain melihat kita
kompeten dan berpengetahuan, memiliki karakter baik, karismatik dan dinamis,
mereka akan melihat kita kredibel. Sebagai hasilnya, kita akan lebih efektif
mempengaruh sikap, nilai, keyakinan dan tindakan mereka.
Competence. Kompetensi kita adalah pengetahuan dan keahlian yang orang lain
pikir kita miliki, ini sama seperti expert dan information power. Semakin banyak
pengetahuan dan keahlian yang orang lain pikir dimiliki oleh kita, semakin besar
kemungkinan mereka percaya pada kita.
Character. Orang akan melihat kita kredibel bila mereka menilai kita memiliki
karakter moral yang tinggi, seseorang yang jujur dan bisa dipercaya. Orang
merasa kita memiliki tujuan yang baik bagi mereka
Charisma. Karisma adalah kombinasi kepribadian dan kedinamisan yang dilihat
oleh orang lain. Bila kita dinilai ramah dan menyenangkan, serta dinamis, kita
akan dilihat lebih kredibel.
e. Scarcity
Menerangkan bahwa produk yang kita jual itu benar-benar langka
f. Liking
Berusaha untuk disukai oleh orang
41
Is it real, does it have sexual meaning?
Is it job related?
Did you reject the behavior?
Is there a pattern?
Bila jawaban semuanya iya, maka mungkin tindakan itu adalah pelecehan
seksual.
2. Power plays
Adalah pola tindakan yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang untuk
memanfaatkan orang lain.
a. Identifying power plays
“Nobody upstairs”
Artinya orang tersebut menolak mendengarkan permintaan kita, lepas
dari berapa kali kita memintanya. Salah satu bentuk yag paling jamak
adalah menolak untuk dijawab “tidak”.
“You owe me”
Di sini, orang lain melakukan sesuatu untuk kita lalu meminta kit
membalasnya. Mereka mengingatkan kita apa yang pernah lakukan
“Yougottobekidding”
terkesan tidak serius tapi ini menunjukkan bahwa dia berupaya
menjatuhkan ide atau opini kita.
b. Responding to power plays
Express your feelings
Menyatakan perasaan kita, bahwa kita marah, terganggu oleh tindakan
oarng itu
42
Describe the behavior you object to
Jelaskan dengan bahasa yang deskriptif dan bukan evaluatif, tindakan
yang membuat kita tak nyaman, misalnya membaca email pribadi kita.
State a cooperative response you can both live with
Menyatakan respon kooperatif yang membuat kedua pihak bisa
melanjutkan hubungan dengan nyaman, katakan pada orang tersebut
dengan nada yang kooperatif, misalnya: “Saya ingin kamu berhenti
mencela ide saya.”
43