Anda di halaman 1dari 43

RINGKASAN MATERI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BY
RIAN HIDAYAT
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Sebelum mengenal berbagai macam definisi komunikasi interpersonal,
alangkah baiknya jika kita mengetahui peran penting komunikasi interpersonal
dalam akativitas sehari-hari. Diantaranya sebagai jembatan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, afeksi dan control. Kebutuhan inklusi
merupakan kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok, bergabung atau
bersosialisasi dengan orang lain, memiliki temen atau sahabat atau bahkan kita
mengajak orang lain bergabung dengan kelompok tertentu dll. Kebutuhan afeksi
merupakan kebutuhan untuk mencintai atau dicintai orang lain. Kebutuhan control
berkaitan dengan kebutuhan untuk menjalankan kekuasaan pada orang lain atau
memberikan kekuasaan pada orang lain.
Selain itu, menurut Devito (2013:3) komunikasi interpersonal menjadi bagian
penting dalam menentukan kesuksesan pribadi (Personal Success), sosial (social) dan
professional.
1. Personal and Social Success
Kesuksesan dan kebahagiaan pribadi, sebagian besar bergantung pada ke-
efektipan cara berkomunikasi interpersonal sebagai seorang
komunikator. Terjaga atau hancurnya sebuah hubungan persahabatan
atau hubungan personal seseorang ditentukan oleh keterampilan dalam
melakukan komunikasi interpersonal.
Begitupun dalam kesuksesan sosial, sukses dan tidak nya berinteraksi
dengan tetangga, kerabat, kenalan sebagian besar bertumpu pada
kemampuan dalam berkomunikasi interpersonal yang melibatakan
satisfying conversation, yaitu menjadikan lawan bicara nyaman dan
senang.
2. Professional Success
Keterampilan dalam wawancara atau interview saat proses melamar kerja
atau penerimaan kampus, memimpin rapat atau sejenisinya sebagian
besar akan menentukan kesuksesan.
Satu pelajaran contohnya diantara 23 item perangkingan dalam
keputusan perekrutan yang ditemukan, diantaranya bahwa keterampilan
dalam berkomunikasi interpersonal (communication and interpersonal
skills) menjadi top of the list, artinya 89 % menjadi penentu perekrutan.

1
B. MEMAHAMI KOSEP KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat
dominan dalam aktivitas sehari-hari, namun tidaklah mudah untuk memberikan
definisi yang dapat diterima semua pihak. Banyak definisi tentang komunikasi
interpersonal sesuai dengan presepsi para ahli komunikasi. Trenholm dan Jensen
(1995:26) mendefinisikan komuniksi interpersonal sebagai komunikasi antara dua
orang yang berlasung secara secra tatap muka (komunikasi diadik), sifatnya adalah :
(a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c)
partisipan berperan fleksibel. Devito (2013:5) komunikasi interpersonal
(Interpersonal communication) is the verbal and nonverbal interaction between two
(or sometimes more than two) interdependent people. (interaksi verbal dan non
verbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling bergantung
satu sama lainnya.
Littlejohn (1999) mendefinisikan komunikasi interpersonal (Interpersonal
communication) adalah komunikasi antara individu-individu. Deddy Mulayana
(2008:81) bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung baik secara verbal atau non verbal. Menurut Weaver dikutip
Malcolm R. Parks (2008:3) mendefinisikan interpersonal communication as a dyadic
or small group phenomenon which naturally entails communication about the self.
Komunikasi Interpersonal sebagai phenomena interaksi diadik dua orang atau dalam
kelompok kecil yang menunjukkan komunikasi secara alami dan bersahaja tentang
diri. Stewart (1977) dikutip Malcolm R. Parks (2008:3) mendefinisikan interpersonal
communication in terms of a willingness to share unique aspect of the self
(komunikasi interpersonal menunjukan adanya kesediaan untuk berbagi aspek-aspek
unik dari diri individu).

C. Tipe Komunikasi Interpersonal


Ada tiga tipe komunikasi interpersonal diantaranya yaitu (1) Komunikasi dua-orang,
(2) wawancara (3) komunikasi kelompok kecil.
Komuikasi dua-orang
Komunikasi dua orang mencakup segala jenis hubungan antarpribadi, baik yang
terjadi secara langsung (primer) face to face (tatap muka) atau secara tidak langsung
(skunder), mulai dari hubungan yang paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan
yang bertahan lama dan mendalam. Contoh komunikasi dua orang diantaranya
suami-istri, guru-murid, pimpinan-bawahan, dan sebagainya.
Wawancara
Wawancara adalah salah satu komunikasi interpersonal diamana dua orang terlibat
dalam percakapan yang berupa tanya jawab.misalnya seorang mewawancarai
seorang karyawan yang menjadi bawahannya untuk mencari informasi mengenai

2
pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam tipe komunikasi interpersonal ini arah distribusi
pesan relative tetap. Pewawancara bertindak sebagai perancang, pencipta berbagai
pertanyaan, sedangkan terwawancara bertindak sebagai penerima pertanyaan, dan
selanjutnya menyampaikan jawaban atau umpan balik. Keefektifan wawancara
ditentukan oleh sejauh mana informasi yang ingin dikumpulkan telah tercapai.
Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal,
dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi,
musyawarah, dan sebagainya. Istilah “kelompok kecil” memiliki tiga makna: (1)
jumlah anggota kelompok itu memang hanya sedikit orang; (2) diantara para
anggota kelompok itu saling mengenal dengan baik; dan (3) pesan yang
dikomunikasikan bersifat unik, khusus, dan terbatas bagi anggota sehingga tidak
sembarang orang dapat bergabung dalam kelompok itu.

D. KARAKTERISTIK-KARATERISTIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL


Devito (2013:5) menyebutkan ada enam karakteristik komunikasi interpersonal
diantaranya:
1. Involves Interdependent Individuals
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara orang yang
dengan cara tertentu memil-viki hubungan, seperti antara anak dengan ayah,
antara pekerja dan majikan, antara kakak adik, antara guru dengan murid,
sepasang kekasih, teman. Tidak saja para individu dalam komunikasi
interpersonal memiliki hubungan, mereka juga bergantung satu sama lain. Apa
yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi partner komunikasi
interpersonal.
2. Inherently Relational
Komunikasi Interpersonal bersifat relasional, artinya komunikasi interpersonal
terjadi dalam sebuah hubungan, Komunikasi Interpersonal mempengaruhi dan
menentukan suatu hubungan. Komunikasi ditentukan oleh bentuk hubungan
antara kita dengan partner komunikasi interpersonal kita. Kita berinteraksi
dengan cara yang berbeda terhadap orang yang berbeda, misalkan cara
komunikasi kita dengan orangtua berbeda dengan cara berkomunikasi dengan
teman, atau dengan tetangga. Cara kita berinteraksi tatap muka langsung
berbeda juga dengan cara kita berkomunikasi lewat media sosial seperti
Facebook atau Twitter. Bagaimana kita berkomunikasi, bagaimana kita
berinteraksi akan mempengaruhi hubungan yang sedang kita kembangkan. Bila
kita berkomunikasi dengan seseorang dengan cara yang ramah, kita sedang
membina pertemanan dengan orang itu. Tapi bila kita saling melontarkan kata-
kata menyakitkan dan penuh kebencian, kita sedang mengembangkan
permusuhan.

3
3. Exists on a Continuum
Komunikasi Interpersonal berada pada satu continuum/rangkaian mulai dari
yang bersifat impersonal atau umum sampai sangat personal atau pribadi. Pada
level impersonal, dua orang yang belum terlalu mengenal satu sama lain hanya
membahas hal-hal sederhana. Pada level yang sangat personal, komunikasi
terjadi antara dua orang yang memiliki hubungan erat seperti antara orangtua
dengan anak, antara sahabat dan sepasang kekasih yang sudah lama bersama-
sama.
Impersonal Communication Interpersonal Communication
Social role: Seseorang berinteraksi Personal information: seseorang
berdasarkan peran sosial yang berinteraksi berdasarkan peran and
dimilikinya, bukan sebagai individu informasi yang personal, spt teman,
yang khusus. kekasih, orangtua dengan anak,
sepupu dll.
Social rules: seseorang berinteraksi Personal rules: interaksi dilakukan atas
berdasarkan aturan sosial umum. dasar aturan yang dikembangkan dan
disepakati bersama
Social messages: Perbincangan hanya Personal message: percakapan yang
pada topik terbatas, dengan sedikit dilakukan bisa membahas berbagai
emosi dan pengungkapan diri. topik dengan mendalam, dengan
melibatkan emosi yang lebih dalam
dan pengungkapan diri.

4. Involves Verbal and Nonverbal Messages


Komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan verbal dan nonverbal.
Dalam komunikasi tatap-muka, pesan-pesan interpersonal kita sampaikan tidak
saja melalui kata-kata kita, tapi juga melalui komunikasi nonverbal seperti
pandangan mata dan ekspresi wajah. Kita juga menerima pesan-pesan
interpersonal melalui seluruh indera — pendengaran, penglihatan, penciuman
dan sentuhan. Bahkan diam juga adalah beuk pesan interpersonal.
Sebagai tambahan mengenai hal ini, kalau dikomparasi antara verbal dan non
verbal adalah sebagai berikut,
Gambar 1.1

4
5. Takes Place in Varied Forms
Komunikasi Interpersonal terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda,, bisa tatap
muka langsung, bisa juga melalui jaringan computer, sms, email, Facebook,
telepon dan twitter. Beberapa di antara bentuk komunikasi di atas terjadi secara
sinkron, seperti tatap muka dan telepon. Beberapa lainnya terjadi tidak sinkron,
seperti email, tweet atau blog yang dibalas atau dikomentari pada saat yang
berbeda, bahkan bisa lama setelahnya.
6. Involves Choices
Pesan interpersonal yang kita komunikasikan adalah hasil dari pikiran. Kita sering
tidak berpikir bahwa apa yang kita katakan, atau yang tidak katakan itu karena
pilihan, bukan sesuatu yang terjadi otomatis. Sepanjang kehidupan antarpribadi
kita, atau dalam tiap interaksi interpersonal kita, kita dihadapkan dengan choice
point, waktu di mana kita harus membuat pilihan dengan siapa kita
berkomunikasi, apa yang kita katakan, apa yang tidak kita katakan, kalimat apa
yang akan dikatakan.
Sementara itu Judi C. Pearson (S.Djuarsa Sanjadja, 2002:2.1) menyebutkan enam
karateristik komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Dimulai Dari Diri Pribadi (Self)
Bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang
lain, berangkat dari diri sendiri.
2. Bersifat Transaksional
Komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara
timbal baik dan berkelanjutan.
3. Aspek Isi Pesan dan Hubungan Antarpribadi
Maksudnya bahwa efektivitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan
oleh kualitas pesan melainkan juga ditentukan oleh kadar hubungan antar
individu.
4. Adanya Kedekatan Fisik Antara Pihak-Pihak yang Berkomunikasi
Dengan kata lain komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakala antara
pihak-pihak yang berkomunikasi saling bertatap muka.
5. Kedua Belah Pihak Yang Berkomunikasi Saling Tergantung (Interdependensi)
6. Tidak Dapat Diubah Maupun Diulang
Artinya ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang
lain, maka ucapan itu tidak bisa diubah atau diucap ulang karena sudah terlanjur
di terima oleh komunikan.

5
E. ELEMEN-ELEMEN ATAU KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Gambar 1.2

1. Source-Receiver
Komunikasi Interpersonal melibatkan sedikitnya dua orang. Tiap individu
berperan sebagai source (sumber) yang membuat dan mengirimkan pesan dan
pada saat yang sama berfungsi sebagai receiver (penerima) yang menerima dan
memaknai pesan. Dalam Komunikasi Interpersonal, tiap individu bertindak
sebagai source (sumber yang memformulasi dan mengirim) dan juga sebagai
receiver (penerima dan pengolah pesan).
2. Encoding-decoding
Encoding adalah tindakan memproduksi pesan, sebagai contoh berbicara atau
menulis. Dengan mengirimkan ide melalui gelombang suara ketika bicara, atau
gelombang cahaya ketika menulis, kita mengubah ide menjadi kode, karenanya
disebut encoding. Decoding adalah tindakan untuk memahami pesan, seperti
mendengarkan dan membaca. Dengan menerjemahkan apa yang dikirimkan
melalui gelombang cahaya menjadi ide dari kode, kita menyebutnya decoding.
Komunikasi interpersonal hanya bisa terjadi kalau pesan di encode dan di
decode. Contohnya bila orang tua bicara pada anak yang matanya tertutup dan
telinganya juga tertutup headphones, komunikasi interpersonal tidak terjadi
karena pesannya tidak di decode.

6
3. Messages
Pesan adalah sinyal yang berperan sebagai stimuli atau rangsangan bagi receiver
dan diterima oleh salah satu atau lebih dari indera kita, yakni indera
pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan pengecap atau kombinasi
tersebut. Kita berkomunikasi dengan kata-kata dan kalimat dan juga dengan
sentuhan dan gerak-gerik. Bagaimana kita berjalan, bagaimana kita berpakaian,
menyisir rambut, duduk, tersenyum mengkomunikasikan diri kita pada orang lain
dan pada diri kita sendiri. Foto dan background yang kita pilih untuk Twitter,
mengungkapkan siapa diri kita lebih dari tweet-tweet yang kita tulis. Pesan bisa
disampaikan secara intentional (disengaja) atau unintentional (tidak disengaja).
4. Feedback
Adalah pesan yang dikirimkan kembali ke speaker dalam bentuk reaksi terhadap
apa yang disampaikan. Feedback membuat speaker tahu efek yang telah
ditimbulkannya pada pendengar. Dari hasil feedback, speaker kemudian
menyesuaikan, mengganti, menguatkan, menekankan atau mengubah bentuk
pesan. Feedback bisa berbentuk kata-kata, bisa juga senyuman, pukulan,
tepukan di punggung. Pesan Feedforward Feedforward adalah informasi yang
diberikan sebelum menyampaikan pesan utamanya, yang mengungkapkan pesan
apa yang akan disampaikan. Misalnya kata pengantar sebuah buku, paragraph
pembuka bab, halaman depan majalah, subyek di email dll.
5. Channel
Channel komunikasi adalah medium yang melaluinya pesan disampaikan, seperti
menghubungkan source dan receiver. Biasanya beberapa channel sekaligus
digunakan dalam komunikasi. Sebagai contohnya, dalam interaksi tatap muka
kita bicara sekaligus mendengar (channel vocal dan pendengaran). Channel juga
bisa dilihat sebagai cara komunikasinya, misalkan tatap muka, telepon, email,
Twitter dll. Tiap channel memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, bila
bentuknya email, maka kelebihannya adalah kita bisa merencanakan komunikasi
dengan lebih baik: berapa panjang pesannya, mengedit pesan tsb, dan memiliki
waktu lebih untuk mempertimbangkan isinya. Sementara, tatap muka waktu
lebih terbatas untuk memikirkan apa yang kita katakan dan pesan yang sudah
tersampaikan tidak bisa lagi di edit.
Sebagai tambahan khusus pada channel non verbal adalah sebagai berikut;

7
Gambar1.3

Gambar 1.4

6. Noise
Noise adalah semua hal yang mengganggu komunikasi, yang mencegah receiver
menerima pesan dengan baik. Ada empat jenis noise:
a. Physical noise
Gangguan yang berada di luar pembicara dan pendengar, misalnya suara
mobil yang keras, kacamata hitam, tulisan tak jelas, tata bahasa yang buruk.
b. Physiological noise
Hambatan yang berada pada source atau receiver, seperti gangguan
penglihatan dan gangguan pendengaran.

8
c. Psychological noise
Hambatan mental yang mengganggu proses KAP seperti prasangka,
ketertutupan pikiran, emosi yang berlebihan.
d. Semantic noise
Hambatan yang tercipta karena perbedaan system pemaknaan antara
pembicara dan pendengar, misalkan perbedaan bahasa, istilah yang terlalu
rumit. Konsep yang berguna untuk melihat peran noise dalam komunikasi
adalah signal to noise ratio. Signal adalah segala informasi yang berguna,
sementara noise adalah informasi yang tidak berguna bagi pelaku
komunikasnya. Semua komunikasi memiliki noise, noise tidak bisa benar-
benar dihilangkan.
7. Context
Komunikasi terjadi dalam suatu konteks, atau lingkungan yang mempengaruhi
bentuk dan isi dari pesan. Ada empat dimensi dari konteks
a. Physical dimension
Dimensi fisik adalah lingkungan nyata di mana komunikasi terjadi, seperti
ruangan, ukuran dan temperature dalam ruangan, jumlah orang di dalam
ruangan. Pada media, misalnya penempatan berita pada satu halaman, atau
pada sosial media misalnya pembatasan 140 karakter pada Twitter.
b. Temporal dimension
Dimensi waktu bukan sekedar merujuk pada jam atau menit dalam satu hari,
tapi juga keadaan ketika suatu pesan disampaikan. Bercanda mengenai nilai
ujian mungkin tidak tepat dilakukan dengan seseorang yang baru gagal ujian.
c. Social-psychological dimension
Dimensi sosial psikologis termasuk di dalamnya status hubungan, peran
seseorang, norma masyarakat atau kelompok dan tingkat keseriusan
komunikasi. Sebagai contoh, Facebook dan Path lebih informal dibandingkan
LinkedIn.
d. Cultural dimension
Termasuk dalam konteks budaya adalah kepercayaan dan kebiasaan dalam
satu budaya. Ketika kita berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya,
aturan komunikasinya berbeda. Bila tidak dipahami perbedaan budaya ini,
komunikasi bisa berakhir dengan kebingungan, celaan, dan bentuk
miskomunikasi lainnya.

8. Ethics
Meski etik tidak ada dalam diagram elemen komunikasi, tapi ini menjadi salah
satu elemen yang dipertimbangkan. Karena komunikasi memiliki konsekuensi,
Komunikasi Interpersonal mengandung etika, setiap tindakan komunikasi
memiliki dimensi moral, benar atau salah. Ada prinsip-prinsip etika yang

9
universal seperti berkata yang sebenarnya dan menghargai orang lain dalam
komunikasi.
9. Feedforward
Feedforward adalah informasi yang diberikan sebelum menyampaikan pesan
utamanya, yang mengungkapkan pesan apa yang akan disampaikan. Misalnya
kata pengantar sebuah buku, paragraph pembuka bab, halaman depan majalah,
subyek di email dll.

F. VERBAL MESSAGE (PESAN VERBAL)


Pesan verbal adalah pesan yang menggunakan kata-kata, bisa diucapkan bisa ditulis.
Menurut devito (2013:107), terdapat sepuluh primsip pesan verbal diantaranya,
sebagai berikut:

1. Messages are Packaged


Pesan verbal dan non verbal terjadi secara bersamaan, keduanya saling
menguatkan atau mendukung satu sama lain. Contoh: seseorang mengatakan dia
takut dengan tangan gemetar.
Di situs media sosial, pesan verbal dan non verbal ini juga bisa jadi satu dengan
pesan tertulis yang dilengkapi dengan emotion, atau dengan foto. Kita seringkali
tidak terlalu memperhatikan kesatuan verbal dan nonverbal karena sepertinya
terjadi secara alamiah. Namun demikian, kita akan menaruh perhatian, ketika
misalnya verbal dan nonverbal tidak konsisten. Contoh: seseorang mengatakan
“Saya senang bertemu denganmu” tapi dengan muka yang kesal.
2. Message Meaning Are In People
Makna pesan bukan terdapat pada kata-kata atau pesan itu sendiri, namun pada
receiver yang bukan “receive meanings” tapi “create meanings.” Pesan yang bisa
diartikan secara berbeda.
Pesan seperti “Saya cinta kamu” pada seseorang mungkin hanya berarti pesan
kasual tanpa komitmen yang dianggap sebagai suatu hal yang biasa, tapi bagi
orang lain dianggap sebagai komitmen yang serius.
3. Meanings Are Denotative And Conotative
Dalam komunikasi, makna denotatif adalah makna obyektif, sementara makna
konotatif adalah makna yang subyektif. Contoh kata kematian buat seorang
dokter berarti berhenti kerja otak dan jantung. Sementara buat seseorang kata
kematian bisa berarti kehilangan orang yang dikasihi, kesedihan, penderitaan dll.
Dalam komunikasi interpersonal , yang potensial menimbulkan kesalahpahaman
adalah makna konotatif.
4. Messages Vary In Abstraction
Pesan memiliki derajat abstraksi yang berbeda-beda. Komunikasi verbal yang
efektif bisa terjadi pada level abstrak yang berbeda-beda, tergantung dari

10
kondisinya. Namun demikian, secara umum, lebih konkrit pesannya lebih baik. Ini
sama seperti ketika menggunakan search engine, semakin konkrit pesannya
semakin besar kemungkinan menemukan apa yang kita cari.
5. Messages Vary In Politeness
Kesopanan dalam komunikasi interpersonal adalah termasuk menjaga “positive
face” dan “negative face”. Positive face adalah harapan kita untuk dilihat dengan
positif oleh orang lain, sementara negative face adalah keinginan kita untuk tetap
otonom atau bebas untuk melakukan apa yang kita ingin lakukan.
6. Message Meanings Can Deceive
Pesan bisa benar, bisa juga bohong. Bohong adalah tindakan mengirim pesan
dengan tujuan untuk memberikan informasi yang salah, baik verbal maupun
nonverbal.
Jenis-jenis kebohongan:
a. Pro social deception: to achieve some good. Ini adalah jenis kebohongan yang
bertujuan untuk kebaikan orang yang dibohongi. Misalnya: cerita tentang
Sinterklas, peri gigi. Pada waktu-waktu tertentu, bila kita tidak melakukan pro
social deception malah dianggap tidak sopan: misalnya mengatakan terus
terang bahwa anak orang lain jelek.
b. Self-enhancement deception: to make yourself look good. Kebohongan ini
dilakukan dengan mengatakan sesuatu yang salah tentang diri sendiri dengan
tujuan untuk terlihat baik atau lebih baik. Contoh: berbohong bahwa kita
adalah juara olimpiade nasional nasional waktu SMA.
c. Selfish Deception: to protect yourself. Kebohongan dilakukan untuk
melindungi diri, seringkali juga dilakukan dengan menyakiti orang lain.
Contoh: mengatakan bahwa kita yang mengerjakan suatu pekerjaan sehingga
kita tidak dipecat, padahal yang mengerjakan adalah orang lain. Contoh
lainnya, seseorang berbohong untuk menutupi latar belakang keluarga yang
broken home untuk menghindari celaan.
d. Anti-social deception: to harm someone. Berbohong dilakukan dengan
sengaja untuk menyakiti orang lain, misalnya dengan menyebarkan gosip
tentang orang tertentu.
7. Messages Can Criticize And Praise
Pesan yang disampaikan bisa mengandung pujian dan kritik. Ketika memuji
perhatikan hal-hal berikut:
a. Use I-message. Alih-alih mengatakan “Kerjaanmu bagus” bilang “Saya suka
cara kerjamu.”
b. Make sure your affect (facial expression of feeling) is positive. Ketika memuji,
pastikan juga bahwa ekspresi kita sesuai. Contoh: beri pujian dengan
senyuman, jangan memuji sambil cemberut.
c. Name the behavior you’re praising. Alih-alih mengatakan “That’s good”,
bilang “Saya senang dengan keterbukaanmu.”

11
d. Take culture into consideration. Perhatikan budaya ketika memuji, ada
beberapa budaya di mana pujian biasanya dianggap sebagai kritik yang
ditutup-tutupi.
Gunakan kritik untuk membantu orang lain. Fokuslah pada kesalahan dan bukan
pada orangnya. Katakan “Tulisanmu ada empat kesalahan eja” alih-alih
mengatakan “Kamu ceroboh”.
Nyatakan kritik dengan cara yang membangun. Alih-alih mengatakan “Kami
terlihat buruk menggunakan baju berwarna gelap” katakan “Kamu sepertinya
lebih keren menggunakan baju berwarna cerah.”
8. Messages Vary In Assertiveness
Asertif adalah kemampuan mengungkapkan diri, pandangan atau apa yang
diinginkan pada orang lain secara terbuka, namun tidak dengan cara agresif.
Orang yang asertif bersikap lebih positif dan lebih berpengharapan dibandingkan
orang yang tidak asertif. Derajat asertif ini dipengaruhi oleh budaya. Orang
dengan sikap asertif lebih banyak ditemukan di budaya yang individualis.
9. Messages Can Confirm And Disconfirm
Disconfirmation adalah pola komunikasi dimana kita mengabaikan keberadaan
seseorang dan juga komunikasi yang dilakukan orang itu. Kita menganggap orang
itu tidak penting. Ini berbeda dengan rejection yang berarti kita tidak setuju
dengan pesan yang disampaikan. Contoh: A janjian dengan B. A datang
terlambat. B marah. Disconfirmation terjadi ketika A bicara “Kamu cerewet. Saya
tidak mau dengar lagi. Oke saya terlambat, terus kenapa? Sekarang biarkan saya
nonton dengan tenang.” Sebaliknya Confirmation terjadi ketika kita mengakui
keberadaan dan pentingnya orang lain dalam komunikasi. Dalam contoh di atas,
bila yang terjadi konfirmasi A akan mengatakan “Maaf, saya terlambat. Pasti
kamu lelah menunggu saya. Tapi jalan tadi sangat macet, saya tidak bisa berbuat
apa-apa.”
10. Messages Vary In Cultural Sensitivity
Menyadari bahwa pesan berbeda-beda dalam sensitivitas budaya adalah langkah
baik untuk mengembangkan confirming messages dan menghindari
disconfirming messages.
Cara terbaik untuk mengembangkan bahasa yang tidak rasis, tidak heterosexist,
tidak ageist dan nonsexist adalah mempelajari cultural identifiers yang digunakan
untuk membicarakan tentang anggota dari kelompok lain.
Dalam race dan nationality, misalnya, perhatikan penyebutan kelompok etnis.
Contoh white merujuk pada mereka yang berasal dari budaya Eropa, tidak
termasuk kaum Hispanics.
Hispanics biasanya diidentikan pada mereka yang berbicara bahasa Spanyol. Kata
Indian secara teknis merujuk pada seseorang yang berasal dari India, bukan pada
etnis asli di Amerika Utara yang disebut American Indian atau Natives American.
Gunakan kata Muslim, atau Kristen, hindari kata Non Muslim atau Non Kristen
karena memberi kesan bahwa Non Muslim atau Non Kristen adalah kelompok
yang menyimpang.
Pada affectional orientation, gay merujuk pada laki-laki yang memiliki orientasi
kasih sayang terhadap laki-laki dan lesbian merujuk pada perempuan yang
memiliki orientasi terhadap perempuan lainnya. Homoseksual merujuk pada baik
12
gay maupun lesbian. Penggunaan kata gay, meskipun sering digunakan, namun
kerap ofensif dalam konteks tertentu, karenanya jangan digunakan bila tidak
perlu. Misalkan “ada dua gay di kelompok mata kuliah komunikasi
interpersonal.”
Dalam hal kelompok usia, kata-kata yang kerap digunakan adalah warga negara
senior, senior,elder. Hindari menggunakan referensi usia bila tidak diperlukan.
Misalkan ketika kita membantu orang menyeberang jalan, bantu saja tanpa
mengomentari usianya. Alih-alih mengatakan seperti : “Mari saya bantu
menyeberang, Bapak kan sudah tua” katakan saja “Mari Pak, saya temani
menyeberang jalan.”

G. PRINSIP MEMULAI PERCAKAPAN


Prinsip-prinsip dalam percakapan menurut Devito, ada lima prinsip dalam percakapn
diantaranya:
1. The Principle of Process : Conversation is a development process
Ada lima tahap percakapan diantaranya: Opening, feedforward, business, feed
back dan closing.
a. Opening
Langkah pertama untuk membuka percakapan biasanya dimulai dengan
salam. Seperti “Hai, apa kabar?”. Salam adalah contoh dari phatic
communication. Phatic communication adalah pesan yang menghubungkan
dua orang dan membuka saluran untuk interaksi yang lebih berarti.
Contohnya, ketika kita mengirimkan pada seorang teman gambar kue lewat
Facebook, kita membuka kesempatan untuk berkomunikasi. Gambar
tersebut mengatakan : kita memikirkan orang tersebut dan ingin
berkomunikasi.
Contohnya, ketika kita mengirimkan pada seorang teman gambar kue lewat
Facebook, kita membuka kesempatan untuk berkomunikasi. Gambar
tersebut mengatakan : kita memikirkan orang tersebut dan ingin
berkomunikasi.
Pembuka ini bisa verbal dan bisa juga nonverbal seperti senyum, ciuman,
salaman tangan.
Salam dalam komunikasi adalah hal yang biasa sehingga cenderung tidak
diperhatikan, namun ketika tidak dilakukan, biasanya baru orang menyadari
ada yang salah. Misalnya, kita sudah lama tidak bertemu teman, alih-alih
mengatakan hai, apa kabar? atau Hei, lama ga ketemu?,
seseorang bisa langsung berkomentar: hei, kamu tambah gendut ya?
Opening references. Pendekatan untuk membuka percakapan bisa diambil
dari elemen komunikasi interpersonal.
- Self references artinya mengatakan sesuatu tentang diri kita, seperti “Hai,
saya John. Saya dari SMA 1 Bogor. Saya pernah ikut kelas ini dua semester
lalu
- Other references mengatakan sesuatu tentang partner bicara, atau
dengan bertanya. “Saya suka sepatu kamu. Beli di mana?” Atau
“Sepertinya kita pernah ketemu di Sumarecon Mall ya?”. Sebaiknya tidak
berkomentar terkait ras (Kakak saya juga orang Cina loh!), orientasi
13
hubungan (Adik saya juga gay) atau tentang kecacatan orang tersebut
(Pasti ga enak ya di kursi roda terus?” Apalagi kalau baru kenal.
- Relational references mengatakan sesuatu tentang kedua orang yang
terlibat dalam percakapan. “Boleh saya belikan kopi?” atau “Boleh saya
gabung duduk di sini?”
- Context references mengatakan sesuatu tentang keadaan fisik, sosial-
psikologikal, budaya atau konteks waktu. Misalnya “Apakah kamu punya
waktu untuk bicara?” atau “Restoran ini keren.”

b. Feedforward.
Pada tahap kedua biasanya kita mengatakan feedforward, yang memberikan
seseorang gambaran tentang arah dari pembicaraan. Contoh feedforward
“Kamu tahu tidak apa yang terjadi di kelas kalkulus minggu lalu? atau “Kita
mesti membicarakan rencana liburan kita.”
Ada empat fungsi feedforward:
- To open the channels of communication. Phatic communication adalah
informasi yang
- membuat kita sadar bahwa akan ada interaksi normal yang terjadi, yang
membuat kita tahu bahwa seseorang ingin berkomunikasi dengan kita.
Contohnya “Cuacanya cerah ya hari ini” atau “Apa kabar”, salam yang
biasanya digunakan untuk menunjukkan keinginan berteman.
- To preview the messages. Pesan feedforward digunakan untuk preview
isi pesan sesungguhnya. Contoh “Saya harus menyampaikan kabar buruk
nih buat kamu” atau “Dengerin dulu ya sebelum mengambil tindakan”
- To disclaim. Disclaimer adalah pernyataan yang bertujuan untuk
memastikan bahwa pesan akan dipahami sebagaimana yang kita inginkan
dan tidak akan jadi bumerang. Ini biasanya dilakukan kalau kita tahu
orang yang kita ajak bicara mungkin tidak akan suka dengan pendapat
kita. Contoh: “Saya bukannya tidak suka orang etnis itu, tapi biasanya
mereka Cuma berkumpul dengan teman seetnisnya.”
- To altercast. Feedforward digunakan untuk menempatkan si pendengar
pada peran khusus dan mengharapkan respon yang sesuai dengan peran
tersebut. Contoh “Sebagai calon ahli komputer, apa pendapat kamu
tentang sistem jaringan terbaru?”

c. Business.
Tahap yang ketiga adalah “business” atau substansi dari pembicaraan. Istilah
bisnis digunakan karena hampir semua pembicaraan memiliki tujuan.
Perhatikan bahwa ada topiktopik pembicaraan yang dihindari di budaya-
budaya tertentu.
d. Feedback.
Tahap yang ke empat adalah feedback, kebalikan dari tahap kedua, kita
merefleksikan kembali pembicaraan untuk mengindikasikan inti pesannya
sudah tersampaikan. Contoh: “Jadi kamu ingin kembali sekolah di Belanda
ya?” atau “Itu terdengar seperti acara paling berantakan yang pernah kamu
ikuti ya?”
14
e. Closing.
Pesan penutup, seperti “Good bye”. Pesan penutup bisa juga berisi janji
untuk ketemu lagi seperti : “Besok ketemu jam 12 ya.”

2. Principles of cooperation
Dalam percakapan, Kamu dan lawan bicara sama-sama mengerti bahwa harus
kerja sama untuk bisa memahami satu sama lain.
Ada empat prinsip/maxim dalam bekerja sama dalam percakapan yang berlaku di
US, dan umumnya diterima di banyak tempat:
a. The maxim of quantity.
Pesan yang disampaikan informatif agar lawan bicara menangkap makna
dengan jelas. Jangan sampaikan pesan-pesan yang kabur yang
membingungkan lawan bicara. Kalau pesan terlalu banyak, itu mendorong
lawan bicara untuk memotong atau berpikir “Jadi poinnya apa?” . Contoh
penyalahgunaan maxim quantity: email berantai yang tidak selalu diinginkan
orang lain. Email berantai yang dikirimkan pada banyak orang jadi membuka
semua alamat email orang lain, padahal tak semua orang ingin emailnya
diketahui orang banyak. Attachment yang terlalu berat membuat orang susah
untuk mendownloadnya.
b. The maxim of quality. Katakan apa yang benar, atau yang kita percayai
benar. Jangan mengatakan sesuatu yang salah seperti bohong. Ketika dalam
percakapan kita juga berasumsi orang lain mengatakan sesuatu yang benar.
c. The maxim of relation.
Katakan sesuatu yang relevan bagi lawan bicara.
d. The maxim of manner.
Percakapan harus jelas, hindari ambiguitas, singkat, dan terstruktur. Gunakan
juga istilah yang hanya dimengerti pendengar, dan bila ada istilah yang susah,
kita klarifikasi lagi apakah lawan bicara sudah mengerti.

3. The principle of politeness: Conversation is (usually) polite


Percakapan diharapkan untuk mengikuti prinsip kesopanan. Ada enam
maxim/prinsip kesopanan menurut Geoffrey Leech.
- The maxim of tact.
Tact berarti sensitif terhadap situasi orang lain. Maxim of tact ini berarti
kita menghargai kebebasan orang lain (negative face), dengan tidak
memaksakan pendapat atau keinginan kita. Misalnya dengan mengatakan
“Saya tahu kamu sibuk, tapi bisakah …” Sebaliknya jangan mengatakan
“Kamu harus ikut saya sekarang ..”
- The maxim of generosity.
Generosity artinya bermurah hati. Maxim of generosity berarti kita
menunjukkan bahwa orang lain juga memiliki kepentingan. Misalnya
dengan mengatakan “Saya saja yang mengerjakan itu, saya tahu kamu
sibuk” dan tidak mengatakan “Kamu aja deh yang ngerjain, kamu kan
pengangguran.”

15
- The maxim of approbation.
Memuji orang dengan cara tertentu seperti dengan mengatakan “Saya
sangat terkesan dengan pidato sambutan kamu untuk mahasiswa baru”
dan hindari kritik seperti “Untuk orang yang baru pertama kali pidato, ya
wajar lah kalau bicaranya masih amburadul.”
- The maxim of modesty.
Hindari menerima pujian yang berlebihan, misalnya dengan mengatakan
“terima kasih, saya tidak mungkin mengerjakan ini tanpa bantuan kamu”
dan tidak mengatakan “Saya harus akui kalau saya memang hebat.”
- The maxim of agreement.
Menyatakan hal-hal yang disetujui bersama, dan menghindari
menyatakan hal-hal yang tidak disepakati. Misalnya dengan mengatakan
“Pilihan warna cat kamar kos kamu bagus, membuat ruangan terlihat
menarik” dan tidak mengatakan “Gimana kamu bisa tahan sih tinggal di
kamar yang warna catnya terlalu terang?”
- The maxim of sympathy. Menyatakan kesepahaman, empati, simpati dan
dukungan bagi orang lain. Contohnya kalau partner marah kita
mengatakan “Saya paham perasaan kamu. Maaf ya membuatmu marah.”
dan bukan mengatakan “Kamu tuh, marah-marah untuk halhal tidak
penting. Apa lagi sih sekarang masalahnya?”
4. The principle of dialogue
Monolog adalah komunikasi di mana seseorang bicara dan yang lain
mendengarkan, tidak ada interaksi yang nyata antara partisipannya. Komunikator
di sini hanya tertarik untuk mencapai tujuannya sendiri, dan hanya tertarik pada
lawan bicara bila mereka bisa digunakan untuk mencapai tujuannya. Komunikasi
yang efektif terjadi dalam dialog, bukan monolog, di mana ada interaksi dua
arah. Pembicara dan pendengar saling bergantian berbicara. Dalam dialog, ada
kepedulian terhadap lawan bicara. Tujuannya adalah untuk mencapai
pemahaman bersama dan empati.
5. The principle of turn taking
Dalam percakapan, pembicara dan pendengar saling bergantian peran.
Bagaimana giliran berbicara ini diatur, bisa menggunakan verbal dan nonverbal.
Caranya:
a. Speaker cues.
Sebagai pembicara, kita mengatur percakapan dengan dua cara, yaitu:
turnmaintaining dan turn-yielding. Turn-maintaining adalah tanda yang
digunakan bahwa kita masih ingin terus berbicara, seperti menarik nafas
dalam untuk menunjukkan bahwa masih ada yang ingin kita sampaikan,
mengangkat tangan untuk mencegah orang berbicara dan menunjukkan
bahwa kita belum selesai, intonasi yang menunjukan bahwa kita belum
selesai, atau bisa juga dengan paralanguage seperti er, atau umm ketika
istirahat sejenak untuk menunjukan kita masih ingin bicara. Turn-yielding
adalah tanda-tanda yang digunakan untuk menunjukan kita sudah selesai
bicara, misalnya mengangguk pada seseorang untuk menunjukkan bahwa
sekarang giliran bicaranya, intonasi yang menurun, diam, eye contact dengan
orang untuk meminta orang tersebut bicara.
16
b. Listener cues.
Sebagai pendengar, kita juga bisa mengatur percakapan dengan
menggunakan berbagai turn-requesting cues untuk membuat pembicara
tahu bahwa kita ingin gantian bicara, seperti misalnya “Saya ingin sampaikan
sesuatu”, atau dengan paralanguage seperti “er, uhm”, atau dengan gesture
seperti mengangkat tangan. Kita juga bisa menunjukkan turn-denying cues
un. tuk menyatakan kita tidak ingin bicara seperti dengan mengatakan “Saya
tidak tahu” atau angkat bahu untuk mengatakan bahwa tidak ada apapun
yang ingin kita katakan.
c. Back-Channeling cues.
Ini digunakan untuk mengkomunikasikan informasi kembali ke pembicara
tanpa bergantian menjadi pembicara. Ini disebut juga “acknowledgment
tokens” seperti “mm-hm” “uh-huh” dan “yeah” untuk menunjukkan pada
pembicara bahwa kita mendengarkan.
d. Interruption.
Kebalikan dari back-chanelling cues, interupsi digunakan untuk mengambil
alih giliran bicara. Seringkali ini membuat situasi jadi tidak enak.

H. CONVERSATIONAL DISCLOSURE: REVEALING YOURSELF


Bagian terpenting dalam komunikasi interpersonal adalah self disclosure,
mengkomunikasikan informasi tentang diri sendiri pada orang lain. Ini biasanya
informasi tentang 1) nilai, kepercayaan dan keinginan 2) sikap 3) kualitas atau
karakter diri. Self disclosure bisa dilakukan secara nonverbal misalkan: menggunakan
baju bermerk untuk menunjukkan seseorang dari kelas atas. Ada beberapa alasan
kenapa seseorang melakukan self-disclosure di antara lain:
1. Catharsis: untuk menyatakan perasaan, misalkan perasaan bersalah atau
mengakui sesuatu.
2. Dilakukan untuk membantu pendengar, misalkan menceritakan tentang
bagaimana kita berhenti merokok untuk membantu lawan bicara mengatasi
kecanduan rokok.
3. Untuk mendorong perkembangan hubungan, untuk memelihara atau
memperbaiki hubungan, dan kadang sebagai strategi untuk mengakhiri
hubungan.

 Influences on self disclosure


Ada banyak faktor yang mempengaruhi apakah kita ingin membuka diri atau tidak,
apa yang ingin kita buka, dan pada siapa. Ini faktor-faktor yang paling penting:
a. Who you are: orang yang extrovert dan gaul biasanya lebih banyak membuka diri
daripada mereka yang kurang gaul dan introvert. Orang yang self-esteem nya
tinggi lebih banyak membuka diri dibandingkan mereka yang self-esteem nya
rendah. Orang yang kurang senang bicara, biasanya tidak banyak membuka diri
dibandingkan orang yang senang berkomunikasi.
b. Your culture. Bagaimana seseorang melakukan self disclosure dipengaruhi
budaya mereka. Orang Amerika lebih banyak membuka diri dibandingkan orang
Inggris, Jerman, Jepang dan Puerto Rico. Orang Amerika lebih banyak membuka

17
diri pada sesama orang Amerika dibandingkan dengan budaya lain. Di Jepang,
membuka diri pada rekan kerja bukan sesuatu yang wajar.
c. Your gender. Riset menunjukan bahwa perempuan lebih banyak membuka diri
dibandingkan laki-laki, kecuali pada tahap awal hubungan.
d. Your listener. Kita membuka diri pada orang yang kita sukai, percaya dan kasihi,
dancenderung pada teman sebaya.
e. Your topic. Kita memilih topik self-disclosure. Misalnya, ada yang senang
membuka diri tentang pekerjaan dan hobi, tapi tidak tentang keadaan keuangan.

 Reward and dangers of self disclosure


Membuka diri pada orang lain bisa memberikan keuntungan, tapi bisa juga
berbahaya. Reward of self disclosure. Ada beberapa keuntungan self-disclosure;
a. Self disclosure bisa meningkatkan pemahaman kita tentang diri sendiri. Dengan
membuka
b. diri, kita mendapatkan respon dari orang lain terhadap diri kita. Misalnya lawan
bicara mengatakan “Lepas dari tampilan fisikmu yang perkasa, kamu ternyata
sangat sensitif ya.”
c. Self disclosure bisa meningkatkan keefektifan hubungan dan komunikasi. Dengan
membuka diri, hubungan menjadi lebih dekat dan meningkatkan kepuasan
hubungan. Melalui self disclosure kita jadi tahu apa yang disukai orang lain atau
tidak disukai orang lain.
d. Orang yang membuka diri biasanya lebih sehat dibandingkan dengan orang yang
menutup diri.

Namun demikian, ada juga risiko dari self disclosure. Ini bahayanya:
a. Personal risk. Ketika misalnya kita membuka diri tentang hal yang dinilai jelek
oleh orang lain, orang tersebut bisa jadi menjauh. Contoh: A bercerita pada B
kalau dia menyukai sesama jenis. B datang dari keluarga religious yang menilai
homoseksualitas salah. Ketika A membuka diri tentang hal tersebut, B tidak mau
lagi dekat-dekat dengan A.
b. Relational risk. Self-disclosure tak hanya bisa memperdekat hubungan, tapi juga
ada risiko membuat hubungan jadi rusak atau jauh. Misalkan, bercerita pada
pacar tentang latar belakang keluarga broken home, bisa membuat pacar
berpikir ulang untuk meneruskan hubungan
c. Professional risk. Membuka diri tentang pandangan politik, pandangan terhadap
agama tertentu, atau suku tertentu bisa saja mengganggu karir. Pada zaman orde
lama, orang yang tidak memilih partai penguasa berisiko tidak naik-naik jabatan.

 Guidelines for self-disclosure


Panduan self-disclosure:
Guidelines for Making Self-Disclosure
Panduan sebelum memutuskan apakah akan melakukan self disclosure dan
bagaiman melakukannya:
a. Disclose out of appropriate motivation. Self disclosure dilakukan dengan
motivasi karena peduli pada hubungan (untuk meningkatkan kualitas
hubungan), untuk kepentingan orang lain yang terlibat dan untuk diri sendiri.
18
Jangan membuka diri hanya untuk menyakiti orang lain. Misalkan
mengatakan pada mantan pacar “Selama ini saya kan bohong, saya tidak
pernah suka sama kamu.”
b. Disclose in the appropriate context. Sebelum membuka diri, tanya diri
apakah ini waktu dan tempat yang tempat untuk membuka diri. Apakah ada
tempat atau waktu lain yang lebih baik. Apakah hubungan sudah cukup dekat
untuk membuka diri secara mendalam. Misalnya: tanya diri apakah bercerita
tentang putus cinta pada seseorang yang baru dikenal di pesawat dalam
penerbangan tengah malam tepat atau tidak?
c. Disclose gradually. Membuka diri dilakukan secara bertahap. Lihat respon
orang tersebut. Bila orang itu merasa nyaman, maka dia juga akan membuka
diri. Jangan terus bercerita tentang diri kita bila orang itu diam saja, atau
terlihat tidak senang.
d. Disclose without imposing burdens on yourself or others. Membuka diri ini
jangan kemudian malah jadi beban buat kita atau orang lain. Contoh, cerita
tentang diri kita adalah seorang kleptomania, mungkin akan membuat kita
justru dijauhi orang-orang di sekelilingkita. Bila kita cerita tentang kesulitan
keuangan pada orangtua kita yang sudah berusia lanjut, mungkin akan
membebani pikirannya dan membuatnya sakit.

I. EVERYDAY CONVERSATION
Ada berbagai bentuk percakapan sehari-hari, seperti basa-basi, meminta maaf,
memuji, memberikan nasihat, dll.
1. Small Talk. Small talk, atau dalam Bahasa Indonesia basa-basi dilakukan dalam
percakapan sehari-hari. Kadang-kadang digunakan juga dalam pertemuan formal
untuk membuka topik yang lebih serius. Misalnya: sebelum mulai rapat bilang
“Gimana tadi jalan ke sini? Macet ya, habis hujan berjam-jam. Saya juga terjebak
di kemacetan.” Seringkali ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang tak
terlalu dekat, pembicaraannya hanya basa-basi saja.
The topics and contexts of small talk. Karakteristik penting dari topik basa-basi
adalah topik tersebut tidak boleh kontroversial sehingga kita dan lawan bicara
bisa jadi berdebat karenanya. Kalau topiknya sangat dalam, dan memancing
perdebatan, maka tidak bisa dibilang basa-basi. Contoh topik basa-basi: cuaca,
berita olahraga, film, berita tertentu. Basa-basi biasanya dilakukan dalam waktu
yang pendek, misalkan ketika lagi ketemu secara tidak sengaja dengan mantan
teman sekolah di lift suatu mall. Basa-basi ini meski tidak penting, tapi diperlukan
sehingga suasana tidak jadi aneh kalau misalnya dua orang yang saling kenal
mendiamkan satu sama lain ketika tidak sengaja ketemu di restoran.
- Guidelines for effective small talks
Meski cuma basa-basi, ini memerlukan keterampilan komunikasi
interpersonal yang sama dengan percakapan serius. Selain bahwa
topiknya mesti ringan dan durasi waktunya pendek, inilah panduan efektif
untuk basa-basi: Bicara hal-hal yang positif, Sensitif bila orang ingin
mengakhir pembicaraan. Meski basa-basi, ada pihak yang mungkin ingin
bicara lebih dalam, sementara yang lainnya ingin mengakhiri dengan

19
segera, Tekankan pada persamaan dan jawab pertanyaan dengan
penjelasan yang cukup untuk memberikan bahan bagi orang lain
2. Excuses and Apologies. Seseorang pasti pernah melakukan kesalahan, dan
memberikan alasan dan meminta maaf maaf diperlukan. Excuses/alasan adalah
penjelasan yang dimaksudkan untuk mengurangi efek negatif dari tindakan.
Apologies atau permintaan maaf adalah ekspresi penyesalan untuk apa yang
telah kita lakukan. Keduanya sering dikatakan bersamaan. “Saya tidak menyadari
saya mengemudi terlalu cepat (excuse). Maafya (apology).” Excuse biasanya
disampaikan untuk menjaga agar citra tetap positif, menjaga self esteem,
mengurangi reaksi negatif akibat kesalahan dan stress karena melakukan
kesalahan. Excuse memungkinkan kita untuk memelihara hubungan
interpersonal yang efektif setelah tindakan yang negatif. Contohnya setelah
mengkritik tindakan seorang teman dan melihat reaksi negatif terhadap kritik
kita, kita mengatakan “Maaf ya, saya lelah dan tidak bisa berpikirjernih.”
3. Complimenting
Complimenting adalah pesan yang berisi pujian, sanjungan atau memberikan
selamat.
4. Advice Giving
Advice adalah proses memberikan saran untuk berpikir atau bertindak tertentu.
Orang senang memberikan nasihat, ini membuat kita merasa diri penting (karena
bisa memberikan nasihat) dan pintar. Kadang-kadang advise giving ini jadi bagian
dari pekerjaan (misalkan pemimpin agama, pengacara, konsultan). Bila nasihat
yang diberikan berguna, itu membangun reputasi orang yang memberikan
nasihat.

J. ETIKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL


Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata latin ethicus yang
berarti kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang yang tertarik untuk
mempelajari etika,sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai
suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan tingkah laku manusia,mana
yang dinilai baik dan mana yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif, maka
dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk. Dengan demikian
etika diharapkan berperan untuk membuka wawasan tentang kebaikan dan
keburukan atas tindakan seseorang. Cortland L. Bovee dan John V. Thill (Alih Bahasa
Dodi Prastuti, 2007:31) mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku yang mengatur
seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika, melakukan
apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang memiliki etika
umumnya dapat dipercaya, adil, dan tidak memihak, menghargai orang lain, dan
menunjukan kepeduliaan terhadap dampak atas tindakannya dimasyarakat.
Etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai
pengertian sendiri, yakni norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi interpersonal
dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi secara
langsung (diadik) tatap muka, maupun dengan menggunakan media seperti telepon,

20
SMS, facebook, e-mail dan sebagainya. Baik langsung atau tidak langsung, norma
etika perlu diperhatikan.
1. Etika Komunikasi Interpersonal Tatap Muka
Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan adalah
cara yang efektif untuk menyelesaikan tugas dan kerjaan. Dalam melakukan
pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika sehingga pembicaraan berlangsung
nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Diantara etika komunikasi
secara tatap muka adalah:
a. Melihat raut wajah lawan bicara, kita bisa memahami dan mengetahui
suasana hati seseorang dari expresi wajahnya. Wajah diibaratkan cermin dari
pikiran dan perasaan seseorang.
b. Senyum, senyum merupakan salah satu expresi perasaan.
c. Bersikap tenang, sekali-kali saja menegaskan pembicaraan dengan gerak
tangan secara halus dan sopan.
d. Jangan membicarakan kejelekan orang lain.
e. Jangan mendominasi pembicaraan
f. Mengatur jarak dengan lawan bicara kita. Jarak dengan orang yang baru kita
kenal, jarak dengan akrab kita dan sejenisnya.
g. Volume suara disesuaikan, jangan terlalu keras atau pelan.
2. Etika komunikasi dengan media Telepon
Menelepon pada hakikatnya sama dengan bertamu kerumah orang lain, dan
menerima telepon sama dengan menerima tamu. Beberapa prinsip dibawah
yang harus diperhatikan,
a. Mempertimbangkan masalah waktub telepon. Jangan menelepon terlalu
larut malam atau waktu istirahat, terkecuali darurat.
b. Berbicara dengan tenang,sopan, jelas, dan langsung kesasaran
c. Saat menerima atau nelepon jangan berbicara dengan orang didekat kita
d. Tutuplah pembicaraan dengan sopan
e. Segera mengangkat telepon saat ada yang manggil
3. Etika Short Message service (SMS)
a. Hendaknya membaca ulang isi pesan yang hendak dikirim
b. Menghindari kata-kata yang berdampak negative (kotor, ujar kebencian dsb.)
c. Tidak menunda-nunda membalas SMS yang perlu dibalas.
d. Jangan menggunakan istilah atau singkatan yang kurang popular.
e. Hindari menulis SMS dengan huruf capital
4. Etika Menggunakan E-mail dan Facebook
a. Pilahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
b. Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi
c. Gunakan teknologi untu efesiensi waktu
d. Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain

21
SKILL KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. Kosenpe Listening
Dalam bahasa inggris ada istilah hear dan listen. Hear hanya sebatas mendengar
gelombang suara, sedangkan listen yaitu mendengar dengan menyimak. Salah satu skill
terpenting dalam komunikasi interpersonal adalah Listening (Devito, 2013:83).
Manfaatnya listening dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
1. Manfaat profesional
Listening dinilai sebagai keahlian yang penting dalam dunia kerja, di segala level
mulai terendah sampai tertinggi. Ini diperlukan untuk berkomunikasi dengan efektif
di tempat kerja. Pendengar yang efektif biasanya dipilih sebagai ketua grup dan
manager yang efektif.
2. Manfaat pribadi
Keahlian mendengar penting ketika memulai, mengembangkan dan memelihara
hubungan interpersonal. Sebagian besar orang mengatakan bahwa mereka ingin
punya pasangan yang mendengarkan atau menyimak mereka. Anak perlu belajar
mendengarkan orang tua dan orang tua juga harus mendengarkan anak-anak.
B. Proses Listening
Devito menyampaikan bahwa proses listening diantaranya, 1) receiving 2)
understanding 3) remembering 4) evaluating dan 5) responding. Proses-proses ini saling
tumpang tindih, ketika kita mendengar, kelima proses terjadi pada saat yang
bersamaan,
Gambar 2.1

22
Keterangan:
1. Stage One: Receiving
Receiving, atau sama juga dengan hearing, adalah proses fisiologis yang terjadi
ketika kita menangkap gelombang suara di gendang telinga kita. Hearing atau
receiving ini dilakukan tanpa perlu upaya, sementara orang harus benar-benar
mindful dalam listening.
Untuk meningkatkan kemampuan mendengar:
a. Focus your attention. Fokuskan perhatian pada pesan-pesan verbal dan non
verbal pembicara. Hindari memusatkan perhatian pada apa yang kita akan
katakan sebagai respon, karena kita mungkin jadi tak menangkap apa yang
disampaikan
b. Avoid distractions. Hindari hal-hal yang mungkin mengganggu, misalnya
matikan atau menjauh dari musik yang terlalu keras, matikan atau silent
handphone.
c. Maintain your role as listener. Sebisa mungkin jangan menginterupsi karena
kita bisa kehilangan informasi yang akan disampaikan pembicara.
2. Stage Two: Understanding
Understanding, atau memahami, adalah tahapan dimana kita mempelajari
maksud dari si pembicara, dengan melihat pada ide pikiran dan emosi. Bila kita
cuma memahami salah satu saja, ide saja atau emosi saja, maka kita bisa
mendapatkan gambaran yang tidak seimbang.
Bagaimana meningkatkan pemahaman:
a. Avoid assuming you understand. Hindari berasumsi kita tahu apa yang
pembicara akan katakan segera. Misal: Saya tahu kamu akan lalu bicara
mengenai ini, jadi menurut saya Cara seperti ini hanya membuat kita
kehilangan pesan berikutnya yang mungkin tidak sesuai dengan yang kita
pikirkan.
b. See the speaker’s message from the speaker’s view. Jangan cepat-cepat
mengambil kesimpulan sebelum benar-benar mengerti apa yang dikatakan
pembicara.
c. Ask questions for clarification. Tanyakan lebih mendetail tentang maksud
pembicara. Ini bukan hanya menunjukkan bahwa kita mendengarkan, tapi
menunjukkan bahwa kita tertarik untuk tahu lebih banyak. Misalnya: Haji
Lulung mungkin terkenal dan sempat jadi trending topic, tapi ketika kamu
bilang dia baik, itu maksudnya benar-benar baik atau sindiran saja?
d. Rephrase. Bahasakan ulang pokok pikiran pembicara dengan kata-kata kita
sendiri, bisa dilakukan dalam hati atau diucapkan untuk mendapatkan
konfirmasi bahwa kita benar-benar paham.

3. Stage Three: Remembering


Mendengarkan dengan efektif bergantung pada remembering. Contohnya, ketika
teman mengatakan ibunya sakit, minggu depan ketika bertemu kembali dengan
23
dia, kita bisa mengingat kembali ibunya sakit dan menanyakan keadaannya. Kita
bisa mengingat lebih baik bila kita misalnya merekam atau membuat catatan.
Memori atau ingatan terhadap pembicaraan tidak bersifat reproduktif, artinya
kita tidak begitu saja mengingat kembali apa yang disampaikan pembicara, tapi
rekonstruktif, kita mengkonstruksikan pesan yang kita dengar yang masuk akal
bagi kita. Kapasitas short-term memory terbatas, kita hanya bisa menyimpan
sedikit hal di sini. Sementara kapasitas long-term memory tidak terbatas. Untuk
memindahkan informasi dari short-term memory ke long term memory, lakukan
ini:
a. Focus your attention on central ideas. Pusatkan perhatian pada ide-ide
pokok. Ketika kuliah, jangan hanya berfokus pada contoh-contoh yang lucu,
tapi pada konsep pentingnya.
b. Organize what you hear. Simpulkan informasi dalam bentuk yang paling
mudah diingat. Bila kita mendengar ada 15 item yang harus dibeli pada saat
belanja kantor nanti, akan lebih mudah bila dikategorikan misalnya seperti
ini: ada lima item hardware, ada lima cd program, lima aksesoris komputer
c. Unite the new with the old. Hubungan informasi yang kita terima dengan
apa yang sudahkita ketahui. Misalnya: untuk mudah mengingat bahwa kita
harus belanja buku jilid 2 C++,kita hubungkan itu dengan ingatan lama bahwa
kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama.
d. Repeat. Ulangi nama dan konsep utama, bila memungkinkan diucapkan
dengan keras. Sebagai contoh: kita bisa mengucapkan keras-keras lima tahap
mendengar.

4. Stage Four: Evaluating


Evaluasi adalah menilai informasi dengan cara tertentu. Bukan hanya
informasinya yang kita nilai, tapi kita juga menilai maksud atau tujuan seseorang
mengatakan sesuatu. Contoh: teman kita A mengatakan kalau dia sedang dekat
dengan teman kampus wanita bernama B. Maka kita mungkin bisa menilai kalau
si A mengatakan tersebut karena dia tidak ingin kita mendekati B lagi, atau
mungkin ingin mendapatkan pujian karena bisa mendekati B.
Lakukan ini dalam proses evaluasi ketika mendengar:
a. Resist evaluation. Sampai kita benar-benar paham maksud pembicara,
jangan cepat-cepat menilai atau mengambil kesimpulan.
b. Distinguish facts from opinion. Bedakan fakta dengan opini atau pendapat
pribadi. Sebagai contoh, bedakan antara “Kata Haji Lulung Ahok besar mulut”
dengan kalimat “Ahok besar mulut.”
c. Identify any biases. Lihat apakah si pembicara memiliki bias tertentu,
memiliki kepentingan pribadi atau prasangka yang membuat ucapannya tidak
netral. Misalkan seorang pencinta batu akik mengatakan “Batu akik lebih
indah dibandingkan berlian.”
d. Recognize fallacious forms of reasoning. Sadari bila ada argumen yang salah
bila pembicara melakukan:
 name calling (pelabelan)
 testimonial (menggunakan orang terkenal untuk membuat kita
menerima pernyataannya, misal “Bila Marshanda saja bisa melepas
24
dengan emosional berekspresi di video youtube, kita harus
melakukannya), dan
 bandwagon (menyatakan bahwa kita harus melakukan sesuatu karena
semua orang melakukannya. Contoh: mayoritas penduduk dunia percaya
bahwa warga Filipina Mary Jane yang akan dihukum mati tidak bersalah).

5. Stage Five: Responding


Responding terjadi dalam dua fase, yang pertama adalah immediate feedback
atau respon yang kita buat sementara pembicara masih berbicara (misal interaksi
langsung) dan delayed feedback, respon yang kita berikan setelah pembicara
selesai berbicara (komentar di Path). Feedback ini mengirimkan informasi ke
pembicara mengenai apa yang kita pikirkan atau rasakan terhadap pesan-
pesannya. Pada immediate feedback, seperti misalnya “I see” atau “Oh ya?”
membuat pembicara tahu kita sedang mendengarkan dan mengerti, sementara
delayed feedback memungkinkan kita untukmenarik benang merah, atau garis
besar apa yang dibicarakan.
Lakukan ini dalam merespon pembicara:
a. Support the speaker. Dukung pembicara dengan menggunakan berbagai cara
misalnya mengangguk tanda paham pada interaksi langsung, klik like di FB
atau komentar di FB/Path atau blog.
b. Own your responses. Bertanggung jawab terhadap respon yang kita katakan.
Alih-alih mengatakan “Ga ada orang yang berpikir negatif seperti kamu” kita
bisa mengatakan “Saya pikir kamu agak negatif ketika bereaksi terhadap
kritik.” Di media sosial, gunakan akun pribadi sungguhan, bukan akun
anonim.
c. Resist responding to another’s feeling with solving the person’s problem.
Bila seseorang bercerita untuk tujuan curhat, jangan cepat-cepat menggurui
atau memberi nasihat untuk menyelesaikan masalah, kecuali kalau diminta.
d. Focus on the other person. Jangan sibuk melakukan hal lain ketika
mendengarkan. Misalnya ketika orang cerita, jangan sibuk sms-an atau
chatting di WA.
e. Avoid being a thought-competing listener. Jangan cepat-cepat memotong
pembicara ketika dia baru sedikit berbicara dan kita kemudian melanjutkan
pembicaraannya seakanakan kita tahu apa yang akan dia katakan. Misal, A
sedang berbicara bahwa dia melihat gaun yang biru hitam itu berwarna emas
putih. Sebelum A selesai cerita, B langsung memotong “Saya sudah lihat itu
perdebatannya. Tahu ga sih, orang yang melihat emas putih itu sakit mata.”

C. LISTENING BARRIERS (HAMBATAN PENDENGARAN)


Ini adalah empat jenis rintangan bagi seseorang untuk mendengarkan dengan
efektif:
1. Distractions: Physical and Mental
Gangguan fisik seperti masalah pendengaran, lingkungan yang berisik, musik
yang keras. Sebagai pembicara dan pendengar, hindari atau hilangkan gangguan
fisik ini. Gangguan mental misalnya, memikirkan tentang hal lain ketika
mendengarkan, misalnya memikirkan tentang kencan di akhir pekan ketika
25
sedang mendengarkan teman curhat, atau dalam keadaan emosional sehingga
tidak bisa mendengarkan dengan baik.
2. Biases and Prejudice
Rintangan yang kedua adalah bias dan prasangka terhadap kelompok tertentu.
Misalnya, ada anggapan bahwa hanya laki-laki yang bisa tahu banyak soal
komputer, maka ketika perempuan berbicara mengenai komputer tidak terlalu
didengarkan. Ketika kita sedang menjadi pendengar, hilangkan bias-bias
semacam ini. Ketika sedang jadi pembicara, sadari bahwa pendengar kita bisa
bias, dan katakan hal seperti: “Saya tahu banyak orang berpikir perempuan tidak
mengerti komputer, tapi tahu ga sih, saya baca majalan PC Plus tiap bulan.”
Bentuk bias lain adalah closed-mindedness, pikiran yang tertutup, contohnya
homofobia. Bila kita pendengar, sadari bahwa apapun yang akan kita dengar
berguna untuk menambah pengetahuan lepas dari apakah kita menyetuji atau
tidak. Bila sedang berperan sebagai pembicara, sadari bahwa ada orang-orang
yang tertutup pikirannya. Kita bisa mengatakan “Saya tahu banyak orang tidak
setuju dengan orientasi seksual yang menyimpang, tapi melempari mereka
dengan batu sampai mati seperti yang dilakukan ISIS adalah kesalahan.”
3. Lack of appropriate focus
Fokus yang berkurang bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, pembahasan
membuat kita teringat akan hal lain di masa lalu. (Misalnya A sedang
membicarakan tugas kelompok di rumah B, lalu B malah mengingat bahwa
makanan di rumah A enak dan A memiliki adik perempuan yang cantik). Sebagai
pendengar, usahakan kita fokus pada pokok pembicaraan. Bila kita sebagai
pembicara, hindari mengatakan hal-hal yang membuat orang teralih fokus.
Masalah mendengar lainnya adalah kita hanya mendengar informasi yang
menarik perhatian kita. Sebagai pendengar, pemikiran seperti ini hanya akan
membuat kita kehilangan informasi yang belum kita ketahui. Sebagai pembicara,
bicarakan topik yang relevan sehingga orang tidak kehilangan minat. Kesalahan
fokus yang ketiga adalah bila pendengar berfokus pada respon yang mau
disampaikan alih-alih mendengarkan pembicaraan. Misalnya, A bilang lagu ini
bagus, enak didengar. Sebelum A selesai mengatakan kenapa menurut dia lagu
itu bagus, B sudah memotong dengan mengatakan “tidak ah, lagu itu monoton.”
Sebagai pendengar, bila kita fokus pada respon, kita mungkin akan kehilangan
inti pesan. Bila kita sebagai pembicara, sadari bila ada orang yang bersikap
seperti itu dengan mengatakan “Saya tahu kamu mungkin tidak setuju, tapi biarin
saya selesaikan dulu apa yang mau saya bilang, habis itu kita bahas, oke?”
4. Premature judgment
bentuk paling nyata dari penilaian yang terburu-buru adalah berasumsi kita tahu
apa yang akan dikatakan pembicara, karenanya tak perlu mendengar sampai
selesai. Bila kita sedang jadi pendengar, dengarkan dulu, nilai kemudian. Bila kita
sebagai pembicara, sadari kecenderungan ini dan katakan “Saya ingin kamu
dengarkan dulu sebelum berpikir .. “

26
D. GAYA MENDENGAR YANG EFEKTIF
Gaya mendengarkan tergantung dari situasi, seperti tujuan, siapa partner bicara dan
jenis pesannya. Seni mendengarkan adalah memilih gaya yang tepat dengan melihat
pada lima dimensi mendengarkan ini:
1. Emphatic and Objective Listening
Bila kita ingin memahami seseorang dan memahami perasaannya, maka
dengarkan dengan empati. Empati berarti merasakan apa yang orang lain
rasakan dari kacamata mereka. Meski emphatic listening lebih banyak digunakan,
kadang kala kita juga perlu menggunakan objective listening, dengan memahami
pesan dan perasaan berdasarkan realitas obyektif. Contoh: A curhat tentang
teman-teman kampus yang memojokkan dia. B mendengarkan dengan penuh
empati, merasakan bahwa kita tahu rasanya tidak disukai orang. Lalu A minta
saran. Maka B kemudian menggunakan objective listening, memahami bahwa si
A punya self-pity yang terlalu besar dan memiliki banyak sifat negatif lainnya. B
lalu memberikan saran bahwa A perlu menghilangkan sifat-sifat negatif.
2. Nonjudgmental and critical listening
Mendengarkan dengan efektif dengan melakukan kedua ini sekaligus:
nonjudgmental dan critical. Kita perlu mendengarkan tanpa menghakimi atau
menilai, dengan pemikiran terbuka untuk memahami. Tapi kita juga perlu
mendengarkan dengan kritis untuk mengevaluasi apa yang kita dengarkan.
Namun caranya seperti ini: pertama dengarkan dulu tanpa menilai atau
menghakimi, setelah selesai dan kita paham maksudnya baru kita bisa menilai
atau mengevaluasi.

3. Surface and Depth Listening


Pesan pada umumnya memiliki arti yang jelas yang bisa ditangkap melalui
surface listening — mengartikan kata-kata secara denotatif. Sementara depth
listening dilakukan dengan mendengarkan makna yang terdalam. Misalnya, bila
orang tua mengeluh tentang lelahnya bekerja, makna permukaannya adalah dia
benar-benar lelah. Sementara makan mendalamnya adalah dia ingin anak-
anaknya lebih menghargai dia. Contoh lain, bila seseorang minta pendapat
tentang baju barunya, pesan permukaannya adalah benar-benar cuma minta
pendapat, sementara pesan dalamnya adalah dia ingin dipuji.
4. Polite and impolite listening
Tunjukkan kesopanan bukan saja ketika kita sedang berbicara, tapi juga ketika
sedang mendengarkan. Tentu saja ada waktu-waktu di mana kita bersikap tidak
sopan ketika mendengar, misalnya ketika si pembicara menggunakan kata-kata
kasar atau diskriminatif. Kita mungkin mengabaikan pesan seperti itu.
5. Active and passive listening
Active listening adalah proses menyatakan kembali apa pendengar pikirkan
maksud (pikiran dan perasaan) pembicara. Ini bukan cuma sekedar mengulang
kata-kata, tapi bagaimana pemahaman kita terhadap pesan dari pembicara. A:
“Saya sudah mengerjakan tugas semalaman, tapi tiba-tiba lampu mati, dan saya
harus mengulang kembali tugas tersebut.” B: “Wah, kamu pasti kesal dan lelah.
Tidak terbayang harus mengulang tugas dari awal lagi. Fungsi dari active listening
yang pertama adalah membantu kita sebagai pendengar untuk mengecek ulang
27
sejauh mana pemahaman kita terhadap apa yang dikatakan pembicara dan
terlebih lagi maksudnya. Ini juga memberikan kesempatan bagi pembicara untuk
mengklarifikasi bila kita menangkap dengan salah. Kedua melalui active listening,
pembicara tahu bahwa kita menerima dan menghargai perasaannya. Ketiga
active listening membuat pembicara bisa lebih jauh mengeksplorasi perasaan
dan pikirannya.

E. CULTURE, GENDER AND LISTENING


Kesulitan mendengar dengan baik tak terhindarkan ketika ada perbedaan dalam
sistem komunikasi antara pembicara dan pendengar yang dipengaruhi oleh budaya
dan gender.
Culture and listening
Ada tiga faktor budaya yang mempengaruhi bagaimana seseorang mendengar:
1. Language and speech.
Pahami bahkan orang-orang yang menggunakan bahasa yang sama, arti dari kata
bisa berbeda. Ini lebih sulit lagi, ketika orang berkomunikasi bukan dengan
bahasa ibu mereka. Penerjemahan tidak akan pernah benar-benar menangkap
maksud dari suatu kata di bahasa yang berbeda. Kata rumah bisa berarti rumah
di atas lahan yang luas bagi orang-orang dari daerah pertanian dengan lahan
lebar, namun bisa berarti ruangan kecil di apartemen di tengah kota.
2. Nonverbal behavior.
Pembicara dari budaya yang berbeda memiliki bahasa non verbalyang berbeda,
terkait apa yang pantas atau tidak pantas dilakukan di tempat umum.
3. Feedback.
Anggota budaya tertentu memberikan feedback yang langsung dan jujur,
sementara dari budaya lain, mungkin feedback positif lebih penting dibandingkan
bila harus jujur mengungkapkan ketidaksetujuan.
Gender and listening
Laki-laki dan perempuan memiliki gaya mendengar yang berbeda
1. Rapport and report talk.
Laki-laki dalam komunikasi ingin dihargai, sehingga cenderung menunjukkan
pengetahuan dan keahlian, sementara perempuan, dalam komunikasi ingin
disukai sehingga cenderung menunjukkan persetujuan sehingga hubungan lebih
dekat.
2. Listening cues.
Perempuan lebih banyak menunjukkan respon, verbal dan non verbal ketika
mendengarkan dibandingkan laki-laki.
3. Amount and purposes of listening.
Laki-laki lebih sedikit mendengarkan perempuan, dibandingkan perempuan
mendengarkan laki-laki. Ini karena mendengarkan biasanya diposisikan lebih
inferior dibandingkan orang yang berbicara.

28
KOMUNIKASI EFEKTIF
(KOMUNIKASI BUDAYA DAN INTERPERSONAL)

A. Budaya
Menurut Devito (2013:29), (1) the relatively specialized lifestyle of a group of
people (2) that is passed on from one generation to the next through
communication, not through genes. (Budaya didefinisikan sebagai (1) gaya hidup
khusus sekelompok orang (2) yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya
melalui komunikasi, bukan melalui gen)
Relevansi budaya dalam Komunikasi Efektif
Karena (1) perubahan demografi (2) meningkatnya sensitivitas terhadap perbedaan
budaya (3) ketergantungan ekonomi (4) kemajuan dalam teknologi komunikasi dan
(5) fakta bahwa kompetensi komunikasi bergantung pada budaya, maka tidak
mungkin berkomunikasi dengan efektif tanpa menjadi sadar bagaimana budaya
mempengaruhi komunikasi manusia.
o Demographic changes,
Perubahan demografis suatu negara karena banyaknya warga imigran,
menghasilkan pada perbedaan cara berkomunikasi antarpribadi dan perlunya
memahami dan beradaptasi pada cara baru berkomunikasi.
o Economic and political interdependence,
Negara-negara saat ini saling bergantung satu sama lain dalam hal ekonomi.
Bagaimana kehidupan ekonomi kita bergantung pada kemampuan untuk
berkomunikasi lintas budaya. Sama dengan itu, keadaan politik kita juga
bergantung pada budaya lain.
o Spread of technology,
Perkembangan teknologi yang cepat membuat komunikasi antar budaya mudah
dilakukan, dan juga tidak terhindarkan. Orang bisa berkomunikasi dengan
mudah melalui email atau media sosial dengan orang di benua lainnya.
o Culture-specific nature of interpersonal communication,
Alasan lain mengapa udaya penting adalah karena kompetensi interpersonal
bersifat culture specific. Cara berkomunikasi tertentu bisa efektif dalam satu
budaya, tapi bisa jadi tidak efektif di budaya lain. Contohnya: memberikan
hadiah ulang tahun pada teman dekat biasanya membuat orang senang, tapi ini
tidak berlaku bagi Saksi Yehovah.

B. Perbedaan Budaya
Budaya mempegaruhi apa yang kita katakan pada diri sendiri, bagaimana
berbicara dengan teman, kekasih, keluarga dalam percakapan sehari-hari,
bagaimana berinteraksi dalam kelompok dan topik yang kita bicarakan. Kita perlu
memahami budaya untuk berkomunikasi dengan efektif dalam berbagai situasi
antara budaya. Kesuksesan dalam komunikasi interpersonal pada pekerjaan,
kehidupan pribadi dan sosial -banyak bergantung pada pemahaman dan
kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berbeda
budaya dengan kita.

29
Ada tujuh perbedaan besar antara budaya yang berpengaruh pada bentuk
komunikasi dalam budaya tersebut:
1. Individual and Collective Orientation
Budaya individualis menekankan pada nilai-nilai individual seperti kekuasaan,
pencapaian, hedonisme dan stimulasi. Contohnya Amerika, Australia, Inggris,
Belanda. Sebaliknya, budaya kolektivis menekankan pada kepentingan kelompok,
seperti perbuatan baik bagi orang lain, tradisi dan konformitas, contohnya
Indonesia, Cina.
Perbedaan besar antara dua orientasi ini adalah sejauh mana tujuan individu atau
tujuan kelompok dinilai lebih penting. Dalam budaya individualis, anggota-
anggotanya bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri dan keluarga inti
mereka, sementara dalam budaya kolektivis, anggotanya bertanggungjawab
terhadap keseluruhan kelompok.
Sukses dalam budaya individualis diukur dari sejauh mana seseorang bisa melebihi
anggota lainnya, bangga karena bisa berbeda dari anggota dalam kelompok
tersebut. Di kelompok ini, orang yang dihargai adalah orang yang bisa tampil
beda. Kesuksesan dalam budaya kolektivis dilihat dari kotribusi terhadap
pencapaian kelompok secara keseluruhan, bangga karena sama dengan anggota
lainnya.
2. High and low context culture
Budaya juga dibedakan dari sejauh mana informasi diberikans ecara eksplisit.
Dalam high context culture, informasi dalam komunikasi berada pada konteks
atau pada orang, sebagai contoh informasi yang diberikan pada komunikasi
sebelumnya, melalui asumsi tentang satu sama lain, dan melalui pengalaman.
Informasi diketahui oleh semua orang yang berpartisipasi, tapi tidak dinyatakan
secara eksplisit.
sama dengan budaya kolektivis yang menekankan pada hubungan antara pribadi
dalam kelompok dan kesepakatan bersama. Orang-orang dalam budaya high-
context cenderung menghargai orang lain dan menghindari mempermalukan
orang lain, mereka cenderung menghindari perdebatan, kritik biasanya
disampaikan secara pribadi
Dalam low context culture, informasi dinyatakan secara eksplisit dalam pesan
verbal, atau pada komunikasi formal dalam bentuk tertulis. nama dengan budaya
individualis yang kurang menekankan pada hubungan personal dan lebih
menekankan pada penjelasan verbal dan eksplisit. Sementara orang-orang dari
budaya low context, tidak mengacuhkan konteks ketika menyampaikan kritik dan
tidak menghindari perdebatan. Orang-orang dari budaya high-context ragu untuk
berkata tidak, karena takut membuat orang tersinggung dan malu.
3. Power distance
Power distance merujuk pada bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam
masyarakat.
Pada high power distance, kekuasaan ada pada sedikit orang dan ada perbedaan
yang besar antara yang berkuasa dengan orang biasa, contohnya Malaysia,
Filipina dan Meksiko. Pada high power distance, murid diharapkan untuk bersikap
sopan dan menghargai guru,

30
Pada low power distance, kekuasaan dibagikan lebih merata pada banyak
anggota budaya, contohnya Denmark, Austria, Finlandia. Pada low power
distance, murid diharapkan untuk menunjukan pengetahuan mereka,
berpartisipasi dalam diskusi dengan guru dan bahkan menantang guru. Pada
budaya low power distance juga , kesetaraan adalah penting dan ini konsisten
dengan sikap asertif, sementara pada high power distance, konfrontasi dan sikap
asertif dinilai negatif, apalagi terhadap atasan.
4. Masculine and feminine culture
Budaya yang maskulin menghargai sikap agresif, kesuksesan material dan
kekuatan. cenderung mengkonfrontasi konflik secara langsung dan menyikapi
perbedaan dengan kompetitif, ingin menang sendiri Contoh negara maskulin
adalah Jepang, Austria, dan Jerman.
Budaya Feminim menghargai kesederhanaan, kepedulian terhadap hubungan dan
kualitas hidup dan kelembutan. lebih memilih negosiasi dalam konflik dan
berusaha mencapai win-win strategy. Contoh negara feminine adalah Denmark,
Finlandia dan Thailand.
5. High-ambiguity-tolerant and low-ambiguity-tolerant
Tingkat toleransi terhadap ambiguitas berbeda-beda tergantung budaya. Ada
budaya dimana orang-orangnya tidak banyak usaha untuk menghindari
ketidakpastian dan cenderung tidak kuatir meski tidak mengetahui apa yang akan
terjadi. Di budaya lainnya, ketidakpastian dihindari dan orang cenderung cemas
dalam ketidakpastian. Orang di budaya dengan toleransi tinggi terhadap
ambiguitas, tidak merasa kuatir dalam situasi yang tidak jelas. Ketidakpastian
dinilai sebagai bagian biasa dalam hidup. Contohnya Malasia, India, Hong Kong
dan Filipina. Mereka tidak terlalu mementingkan aturan dalam komunikasi dan
hubungan. Orang yang menganut budaya seperti ini lebihtoleran terhadap
individu yang memiliki aturan berbeda terhadap mayoritas budaya.
Orang dari budaya dengan tingkat toleransi yang rendah terhadap ambiguitas
akan berbuat banyak untuk menghindari ketidakpastian dan sangat cemas bila
tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Mereka melihat ketidakpastian
sebagai ancaman dan sesuatu yang harus dilawan. Contohnya Jepang, Polandia
dan Rusia. Budaya dengan toleransi terhadap ambiguitas yang rendah membuat
aturan yang jelas dalam berkomunikasi dan tidak boleh dilanggar.
6. Long and Short Term Orientation
Beberapa budaya menekankan pada long term orientation, orientasi yang
menekankan pada pentingnya masa depan. Contohnya adalah Korea Selatan,
Taiwan, Cina, Jerman.
Orang-orang dengan budaya ini menabung untuk masa depan dan untuk
pendidikan.
Dalam budaya ini, pernikahan dilihat sebagai pengaturan praktis; tinggal bersama
keluarga besar bagi pasangan yang sudah menikah dianggap normal; ibu
seharusnya ada di rumah bersama anak-anak; sikap rendah hati adalah sesuatu
yang baik bagiperempuan dan laki-laki, dan usia tua dianggap sebagai bagian
membahagiakan dari hidup.
Sebaliknya, budaya yang menekankan pada short-term orientation, lebih
menekankan pada masa lalu dan masa kini. Daripada menabung untuk masa
31
depan, anggota budaya ini menghabiskan sumber daya mereka di masa kini dan
ingin mendapatkan hasil yang cepat dari usaha mereka. Anggota budaya ini
percaya bahwa pernikahan lebih terkait dengan moralitas, tinggal bersama
dengan mertua dipercaya menyebabkan masalah, anak-anak tidak harus diasuh
oleh ibu mereka, sikap rendah hati hanya bagi wanita dan bukan pria, dan usia tua
adalah masa hidup yang tidak menyenangkan. Contoh: Nigeria, Iran, Zimbabwe,
Amerika
Dalam kerja, perusahaan yang berorientasi pada budaya jangka panjang bertujuan
pada keuntungan masa depan. Manager, pemilik dan pekerja memiliki nilai yang
sama dan bekerja bersama-sama untuk mencapai kebaikan. Sebaliknya, pada
organisasi yang berorientasi budaya jangka pendek, lebih menekankan pada
keuntungan dalam waktu singkat.
Di dunia pendidikan, murid dari budaya berorientasi jangka panjang, menilai
kesuksesan atau kegagalan disebabkan karena usaha mereka, sementara dari
budaya berorientasi jangka pendek melihat kegagalan atau kesuksesan
disebabkan karena faktor keberuntungan atau kesempatan.
7. Indulgence and Restraint
Budaya dengan tingkat indulgence yang tinggi, menitikberatkan pada pemenuhan
kesenangan, berfokus pada bersenang-senang dan menikmati hidup. Contoh:
Venezuela, Mexico.
Anggota budaya ini lebih banyak yang bahagia, karena dua faktor utama ini:
Life control Perasaan bahwa kita bisa berbuat apapun yang kita suka, dan
memiliki kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang kita
inginkan
Leisure Perasaan memiliki waktu uang untuk melakukan hal-hal yang
menyenangkan diri.
Restraint, orang-orangnya menahan diri terhadap kesenangan seperti di atas dan
diatur oleh norma sosial. Dalam budaya ini, banyak orang tidak bahagia, orang
merasa tidak memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri dan memiliki waktu
terbatas untuk bersenang-senang. Orang-orang pada budaya ini cenderung sinis
dan pesimis. Orang-orang dengan budaya indulgence tidak terlalu gemar
menabung, sebaliknya pada budaya restraint mereka banyak menabung. Orang-
orang dari indulgence culture memiliki lebih banyak teman dibandingkan dari
restraint culture.

C. Culture Shock
Reaksi psikologis yang kita alami ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki
budaya yang sangat jauh berbeda. Culture shock adalah sesuatu yang normal, orang
mengalami ketika memasuki budaya yang baru dan berbeda. Culture shock itu
proses adaptasi dengan budaya yang baru, hail terjadi dalam empat tahapan ini

Stage 1: The Honeymoon


Pada mulanya kita merasa senang berada di tengah budaya yang baru dan
berbeda
Stage 2: The Crisis
Perbedaan budaya mulai menimbulkan masalah, seperti rasa frustasi.
32
Stage 3: The Recovery
Pada tahap ini kita memperoleh keahlian yang diperlukan, kita mempelajari
bahasa dan cara-cara dalam budaya yang baru.
Stage 4: The Adjustment
Pada tahap akhir ini, kita menyesuaikan dan mulai menikmati budaya yang
baru dan pengalaman yang baru. Kita mungkin masih mengalami kesulitan
dan tegang, tapi pengalaman tersebut dilihat sebagai sesuatu yang
menyenangkan.
Cara menghadapi culture shock:
- Biasakan diri kita dengan budaya setempat
- Berteman dengan orang-orang yang membantu kita menyesuaikan diri
- Berinteraksi dengan anggota budaya setempat
- Terbuka untuk mendapatkan bantuan profesional untuk beradaptasi dengan
budaya baru

D. PRINSIP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA YANG EFEKTIF


Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara dua orang yang memiliki
kepercayaan, nilai dan sikap budaya yang berbeda. Contohnya adalah: komunikasi
antara orang yang berbeda kewarganegaraan, komunikasi antara mereka yang
berbeda ras, berbeda etnis, berbeda agama, komunikasi antara gender yang
berbeda.
Dalam komunikasi interpersonal, dipastikan terjadi komunikasi dengan orang yang
berbeda budaya: orang yang berbicara dengan bahasa yang berbeda, makanan yang
berbeda, agama yang berbeda dan yang memiliki pendekatan terhadap agama dan
pekerjaan dengan cara yang berbeda. Karenanya cultural sensitivity dilihat sebagai
salah satu keahlian interpersonal yang diperlukan. Cultural sensitivity atau
sensitivitas budaya adalah sikap dan cara bertindak dengan pemahaman akan
perbedaan budaya. Tanpa sensitivitas budaya, tidak mungkin ada Komunikasi
Interpersonal yang efektif.
1. Educate yourself
Tidak ada persiapan yang lebih bagi untuk komunikasi antarbudaya selain
mempelajari budaya yang lain. Tonton film atau documentary yang memberikan
gambaran yang realistis tentang satu budaya. Baca informasi tentang budaya lain
dari majalah.
2. Recognize Differences
Dalam komunikasi antarbudaya kita perlu menyadari perbedaan antara diri kita
dengan orang dari budaya lain, perbedaan yang terdapat dalam satu kelompok
budaya dan perbedaan makna.
3. Confront Your Stereotypes
Stereotype, terutama ketika terjadi di bawah sadar, bisa menciptakan masalah
komunikasi yang serius. Kata stereotype berasal dari istilah percetakan, plat yang
digunakan untuk mencetak gambar yang sama berulang kali. Stereotype
sosiologis atau psikologis adalah kesan yang tetap terhadap sekelompok orang,
misal agama tertentu, bangsa tertentu atau ras tertentu.
Stereotype bisa mengakibatkan dua masalah:

33
Yang pertama, kecenderungan mengkategorikan seseorang dalam satu kelompok
sosial tertentu dan bersikap terhadap orang tersebut sebagai bagian dari
kelompok. Ini kemudian berakhir dengan anggapan bahwa orang tersebut
memiliki karakter (biasanya negatif) yang sama dengan yang kita anggap karakter
dari kelompok di mana individu tersebut berasal.
Yang kedua, stereotype bisa membuat kita mengabaikan karakteristik unik
individu.
4. Reduce Ethnocentrism
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat orang lain dan tindakan
mereka dari perspektif budaya kita sendiri. Ini adalah kecenderungan bagi
seseorang untuk berpandangan bahwa nilai, kepercayaan dan tindakan dari
budaya kita lebih unggul, lebih positif, lebih logis, lebih alamiah dibandingkan
budaya lain. Orang yang etnosentris berpikiran bahwa budaya lain seharusnya
seperti budaya mereka, bahwa orang dari budaya lain tidak tahu apa yang baik
untuk mereka, gaya hidup orang lain tidak sebaik gaya hidup mereka dan orang
dari budaya lain tidak secerdas atau bisa dipercaya seperti orang dari budaya
mereka sendiri.
Agar bisa melakukan KAP/KIP dengan efektif, kita harus mengerti bahwa orang
lain berbeda, tapi tidak dari sudut pandang superior-inferior. Etnosentrisme
terletak dalam satu kontinuum, dari rendah sampai tinggi. Pada tahap terendah,
istilah yang digunakan adalah equality, di mana kita memperlakukan orang lain
dengan setara. Kedua adalah sensitivity, di mana kita ingin mengurangi jarak
antara diri kita dan orang lain. Ketiga adalah indifference, kurang peduli terhadap
(perbedaan) orang lain, tapi tidak bertindak kasar. Keempat adalah
avoidance, menghindari dan membatasi komunikasi intersonal dengan orang dari
budaya lain, cenderung untuk berada di tengah-tengah orang dari budaya yang
sama. Yang kelima engage in hostile behavior, cenderung kasar pada budaya
yang berbeda, menganggap rendah orang dari budaya yang berbeda. Level
etnosentrisme kita kerap dipengaruhi oleh dengan siapa kita berinteraksi.
5. Adjust your communication
Komunikasi antarbudaya terjadi sebatas sejauh mana seseorang arti dari kata
dan bahasa non verbal orang lain, sejauh kedua orang tersebut menggunakan
sistem simbol yang sama. Karena tidak ada orang yang memiliki sistem simbol
yang benar-benar sama, maka tiap orang harus menyesuaikan cara berinteraksi
interpersonal, khususnya dalam interaksi antarbudaya. Orang-orang yang
memiliki hubungan dekat, misal sahabat, kekasih, paham bahwa perlu waktu
yang cukup lama untuk memahami partnernya.
Bagian dari seni komunikasi antarpribadi adalah mempelajari signal dari orang
lain, bagaimana mereka menggunakannya dan apa artinya. Lebih jauh lagi, kita
juga harus menginformasikan sistem penandaan (signal system) kita agar orang
lain bisa mengerti kia lebih baik. Beberapa orang mungkin mengerti alasan
kenapa kita diam dan menghindari kontak mata, yang lain mungkin tidak
mengerti. Ada teori komunikasi yang terkait dengan ini yang disebut
communication accomodation theory, yang menyebutkan bahwa speaker akan
menyesuaikan atau mengakomodir gaya berbicara pendengarnya, untuk
mendapatkan persetujuan dan keefektifankomunikasi. Riset menunjukkan
34
misalnya orang yang memiliki kecepatan bicara yang sama lebih mudah tertarik
satu sama lain, dibandingkan orang yang memiliki kecepatan yang berbeda.
Ketika kita menyesuaikan gaya komunikasi, sadari bahwa tiap budaya memiliki
aturan dan kebiasaan sendiri dalam berkomunikasi. Aturan ini menunjukkan apa
yang wajar dan tidak wajar. Sebagai contoh, di Amerika adalah biasa untuk
menelpon tiga empat hari sebelum mengajak seseorang kencan. Di beberapa
negara di Asia, yang ditelepon adalah orangtuanya, dan dilakukan seminggu atau
bahkan sebulan sebelumnya. Ketika akan mengajak orang kencan.

35
INTERPERSONAL POWER AND INFLUENCE

A. Prinsip Power and Influence


Power adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi apa yang orang pikirkan
atau kerjakan. Kita bisa memiliki power terhadap orang, yakni dengan mempengaruhi apa
yang orang pikirkan dan lakukan, sebaliknya orang lain juga memiliki power terhadap kita
yang mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan lakukan. Aspek penting dari power adalah
asimetrikal, yang berarti kalau kita lebih berkuasa dari orang lain, maka orang itu lebih
lemah dari kita.
1. Some People Are More Powerful Than Others
Di negara seperti Amerika Serikat, semua orang dinilai setara di hadapan hukum,
setara dalam arti akses terhadap pendidikan, perlindungan hukum dan kebebasan
berpendapat. Tapi tidak semua orang memiliki kesetaraan dalam hal-hal lain. Ada
yang lahir dengan kesejahteraan yang baik, ada yang lahir dala keluarga miskin. Ada
yang lahir dengan kondisi fisik kuat, menarik dan sehat, yang lain lahir dalam kondisi
fisik lemah, kurang menarik dan sakit-sakitan.
Ada juga yang lahir dengan power, dan yang lain tidak berkuasa. Ada yang memiliki
power dalam hal-hal tertentu, yang lainnya memiliki power dalam bidang yang lain.

2. Power Can Be Shared


Ada beberapa yang berpendapat bahwa kekuasaan harusnya dilindungi -
membagikannya dengan orang lain hanya akan melemahkan kekuasaan. karenanya,
mereka percaya, misalnya seorang peneliti yang ingin mempertahankan
kekausaannya, tidak mengungkapkan rahasia kesuksesannya pada asistennya atau
orang lain.
Ada beberapa strategi untuk memberdayakan orang lain:
 Raise the person’s self esteem. Tingkatkan harga diri orang lain. Hindari
mencari-cari kesalahan orang lain. Hindari keagresifan secara verbal dan
kekasaran. Jangan berupaya memenangkan argumen dengan taktik yang tidak
benar, yang hanya melukai orang lain.
 Be open, positive, emphatic and supportive. Perlakukan orang lain dengan
penghargaan yang sama. Dengarkan dengan aktif dan penuh perhatian, ini akan
membuat orang menyadari kalau dia penting.
 Share skills and decision making. Jangan mengontrol terus menerus, izinkan
orang lain memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan. Dukung
perkembangan dalam berbagai bentuk, akademik maupun relasional.
3. Power Can Be Increased or Decreased
Power bisa bertambah. Misalnya, dengan angkat beban, kita bisa meningkatkan
physical power, dengan belajar negosiasi, kita meningkatkan power dalam
kelompok, dengan belajar komunikasi, kita belajar persuasive power.
Tapi power juga bisa berkurang, misalnya dengan tidak berhasil mengontrol orang
lain. Contohnya, orang yang mengancam akan mmberikan sanksi, lalu kemudian
tidak bisa menjalankan ancamannya tersebut, kehilangan power. Cara lain
kehilangan power adalah dengan membiarkan orang lain memanfaatkan kita.
36
4. Power Follows the Principle of Less Interest
Dalam hubungan interpersonal, orang yang memegang power adalah yang lebih
sedikit baik minat maupun ketergantungan terhadap reward dan punishment dari
orang lain. Contohnya, bila A tidak peduli pada reward dari B, dan bisa tak serius
menghadapi punishment dari B, maka A yang memegang power dalam hubungan.
Sebaliknya, bila A memerlukan reward dari B, dan menderita bila mendapatkan
punishment dari B, maka B yang memegang power. Prinsipnya, siapapun yang lebih
memerlukan dalam satu hubungan, powernya lebih kecil dibandingkan orang
lainnya.
5. Power Generates Privilege
Semakin besar power yang dimiliki seseorang, semakin besar pula privillege atau hak
istimewa yang dimiliki orang itu. Sebagai contoh, seorang supervisor bisa masuk ke
ruang bawahannya, tapi tidak sebaliknya. orang yang memiliki power, bisa
menyentuh bawahannya, misalnya menepuk pundak bawahan, tapi tidak sebaliknya.
Orang dengan power juga memiliki hak istimewa untuk memutuskan dan melanggar
aturan.
6. Power Has a Cultural Dimension
Ingat kembali bab 2, power distance tergantung dari budaya. Di beberapa budaya,
laki-laki memiliki power yang lebih besar dibandingkan perempuan. Ini disebabkan
karena laki-laki yang mencari uang. Namun demikian, seiring dengan perkembangan
zaman, biasanya pembagian power ini lebih ke arah seimbang, karena perempuan
juga bekerja. Perbedaan power di beberapa budaya bisa mempengaruhi pendidikan.
Di beberapa daerah di Indonesia misalnya, terutama di pedesaan, laki-laki
diprioritaskan untuk sekolah dibandingkan perempuan. Di Asia, biasanya orang yang
memiliki otoritas, memiliki power yang tak terbantahkan. Contoh dosen terhadap
murid atau dokter terhadap pasien.
B. RELATIONSHIP, PERSON AND MESSAGE POWER
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mempengaruhi, bisa
mempengearuhi sikap atau tindakan seorang teman, kekasih atau anggota keluarga.
Sesering itu juga,seseorang mungkin akan berusaha untuk memepngaruhi apa yang kita
pikirkan dan lakukan.
Ada tiga strategi utama untuk menggunakan power
1. Power in the relationship
Dasar dari power dalam hubungan, menurut riset, bisa dibagi dalam enam hal:
 Referent power
Bila kita bisa memiiki power jenis ini, sehingga orang lain berharap ingin jadi
seperti kita, atau diidentikan dengan kita, maka kita dengan mudah
mendapatkan kepatuhan dari orang lain. Contohnya referent power yang dimiliki
kakak terhadap adiknya. Referent power sangat bergantung pada ketertarikan
dan prestige, sehingga kita berkembang, sebagai konsekuensinya, power kita
juga berkembang. Ketika kita disukai orang dan dihargai orang, referent power
kita biasanya kuat.

37
 Legitimate power
Bila kita dinilai memiliki legitimate power, misalnya mereka percaya kita punya
hak atau posisi untuk memepngaruhi apa yang mereka pikirkan dan lakukan,
maka orang lain biasanya siap untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Legitimate power biasanya berasal dari apa yang kita yakini bahwa orang-orang
tertentu memiliki power terhadap kita, dan secara logis mereka siap untuk
mematuhi kita. Contohnya: guru
 Expert power
Kita memiliki expert power terhadap orang lain, bila kita dinilai memiliki keahlian
atau pengetahuan. Expert power bertambah ketika kita terlihat tidak memihak
dan tidak memiliki kepentingan pribadi dalam upaya meyakinkan orang lain.
 Information or persuasion power
Bila kita memiliki informasi atau power persuasi terhadap orang lain, maka yan
glain menilai kita memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan logis dan
persuasif. Bila orang lain menilai kita memiliki kemampuan persuasif, maka kita
memiliki power of persuasion.
 Reward and coercive power
Kita memiliki reward power bila kita memiliki kemampuan untuk memberikan
reward terhadap orang lain. Reward bisa berbentuk uang, perhiasan, atau dalam
bentuk sosial seperti cinta, pertemanan dan penghargaan
 Coercive power
Seberapa besar hukuman yang bisa diterapkan
 Opposite sides of a coin
Dua sisi sebuah koin
 Reward power makes you seem attractive
Bila kita memiliki reward power, orang akan melihat kita lebih
menarik. Sebaliknya, coercive power akan membuat kita terlihat
kurang menarik
 Rewards cost less than punishments
Ketika kita menggunakan reward untuk menjalankan power, kita tidak
mengeluarkan “cost” yang sama dengan ketika kita menggunakan
punishment. Ketika kita menggunakan reward, orang akan senang,
sementara ketika menggunakan coerive power, kita harus siap
menghadapi kemarahan.
 Rewards show that you use power effectively
Ketika kita memberikan reward, itu menunjukan bahwa kita
menjalankan power dengan efektif dan kita mendapatkan kepatuhan
dari orang lain. Sebaliknya, ketika kita menjalankan punishment, itu
menunjukkan bahwa kita tidak efektif dalam menggunakan coercive
power dan tidak ada kepatuhan sebelumnya.
 Coercive power erodes other bases of power
Ketika kita menggunakan coercive power, basis power yang lain
menghilang, karena ini menjadi efek bumerang ketika diterapkan.
Orang yang menjalankan coercive power dilihat sebagai tidak cukup
ahli (expert), legitimate dan tidak memiliki referen power.

38
2. Power in the person
Sebagian besar dari personal power kita -power yang terdapat dalam diri kita
sebagai individu tergantung pada kredibilitas yang kita miliki — tingkatan sejauh
mana orang lain mempercayai kita dan mengikuti kita. Bila orang lain melihat kita
kompeten dan berpengetahuan, memiliki karakter baik, karismatik dan dinamis,
mereka akan melihat kita kredibel. Sebagai hasilnya, kita akan lebih efektif
mempengaruh sikap, nilai, keyakinan dan tindakan mereka.
 Competence. Kompetensi kita adalah pengetahuan dan keahlian yang orang lain
pikir kita miliki, ini sama seperti expert dan information power. Semakin banyak
pengetahuan dan keahlian yang orang lain pikir dimiliki oleh kita, semakin besar
kemungkinan mereka percaya pada kita.
 Character. Orang akan melihat kita kredibel bila mereka menilai kita memiliki
karakter moral yang tinggi, seseorang yang jujur dan bisa dipercaya. Orang
merasa kita memiliki tujuan yang baik bagi mereka
 Charisma. Karisma adalah kombinasi kepribadian dan kedinamisan yang dilihat
oleh orang lain. Bila kita dinilai ramah dan menyenangkan, serta dinamis, kita
akan dilihat lebih kredibel.

3. Power in the message


Kita bisa mengkomunikasikan power sebagaimana kita mengkomunikasikan pesan
biasa. Ini caranya:
a. General verbal strategies
 Direct request. contoh, bisa tolong ambilkan minum? Atau bisa tolong
pesankan taksi?
 Bargaining or promising, contohnya: saya akan mengerjakan tugas bila kamu
bersedia yang persentasi.
 Ingratiation. Kita bersikap baik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Contoh: “kamu pintar mengerjakan kalkulus deh” (pesan sesungguhnya:
tolong kerjakan tugas kalkulus saya dong)
 Manipulation. membuat orang merasa bersalah atau cemburu untuk
mendapatkan apa yang kita mau. Contoh: “A menelpon dan nanya apa saya
bisa pergi sama dia atau ga akhir pekan ini.”
 Threatening. Memperingatkan orang lain tentang hal tidak menyenangkan
yang mungkin terjadi bila kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.
Contoh: “Saya pergi kalau kamu terus merokok.
b. Specific language choices.
Menggunakan pilihan bahasa tertentu untuk menunjukan power atau powerless
seperti:
 Hesitations. Keragu-raguan membuat kita terdengar tidak siap dan tidak
yakin. Contohnya: “Saya kira, ehm, rasanya, ini jalan yang terbaik”
 Intensifiers. Terlalu banyak intensifier membuat semua terdengar sama dan
tidak menekankan pada hal tertentu. Contoh: “Bener deh, ini yang paling
baik, yang paling keren dari semua film action.”
 Disqualifiers. Disqualifier menunjukan tanda kurang kompeten dan merasa
tidak yakin. Contoh: “saya tidak membaca keseluruhan artikel, tapi saya
berpendapat …
39
 Tag questions Meminta persetujuan orang lain dan menunjukan tanda
bahwa kita sendiri tidak yakin. “Itu film yang bukan, bukan?”
 Self critical statement Self critical statement menunjukan kekurang
percayaan diri dan membuat publik jadi tahu kekurangan kita. “Saya tidak
terlalu baik melakukan ini.”
 Slang and vulgar expression contoh: “No problem!” (menunjukkan kelas
sosial yang rendah dan power yang kecil.
c. Nonverbal messages
Komunikasi nonverbal bisa menentukan bagaimana kita membujuk dan
mempengaruhi orang lain. Contoh, seseorang yang mengenakan seragam, seperti
dokter atau polisi, lebi berpengaruh terhadap orang lain dibandingkan orang yang
tidak berseragam. Komunikasi nonverbal seperti anggukan, ekspresi wajah dan
gesture membantu kita mengekspresikan kepedulian kita terhadap orang lain dan
interaksi, dan dengan demikian membuat kita berkarisma — komponen esensial dari
kredibilitas. Ini saran untuk mengkomunikasikan power dengan jalan nonverbal
dalam situasi bisnis:
 Be sure to respond in kind to another’s eyebrow flash (menaikan alis sebagai
cara untuk mengakui orang lain)
 Avoid adaptors, khususnya bila kita ingin berkomunikasi dengan percaya diri
dan kontrol
 Use consistent packaging between verbal and nonverbal
 Pilih kursi yang kita bisa duduk dengan baik, jangan kursi yang membuat kita
terbenam, atau yang membuat kita sulit berdiri
 Untuk mengkomunikasikan kepercayaan diri dengan jabatan tangan,
tabahkan kekuatan ketika berjabat tangan dan lebih lama
 Pakaian yang konservatif biasanya diasosiasikan dengan power dan status,
sementaara yang trendy menunjukkan power yang kurang
 Gunakan facial exprssion dan gesture dengan wajar, ini membantu
menunjukkan kepedulian pada orang lain
 Berjalan dengan lambat dan yakin. Berjalan terburu-buru menunjukkan tidak
memiliki power
 Jaga eye contact untuk menunjukkan keyakinan diri
 Hindari pauses seperti “ehm, er”
 Jaga jarak yang wajar antara diri kita dengan orang yang kita ajak berinteraksi.
Jarak yang
 terlalu jauh menunjukkan kita mungkin takut
d. Listening
Sebagaimana kita mengkomunikasikan power dan otoritas melalui kata-kata dan
ekspresi nonverbal, kita juga mengkomunikasikan power melalui listening. Melalui
mendengar, kita mengkomunikasikan pesan kepada orang lain.

4. Resisting power and influence


Kita bisa menolak power dan influence dengan cara-cara tertentu, diantaranya,
a. Negotiation
Dengan negosiasi, kita berusaha mengakomodasi atau berkompromi. Contoh :
saya izinkan kamu baca tulisan saya, tapi tidak meng-copynya.
40
b. Non-negotiation
kita menolak patuh tanpa upaya berkompromi, kita benar-benarm menolak.
Contoh: “Tidak, saya tidak akan meminjamkan.
c. Justification
kita menolak patuh dengan memberikan alasan kenapa kita tidak mau patuh.
Misalnya dengan menyatakan konsekuensi negatif yang bisa terjadi bila kita
memathui.
d. Identity management
Kita menolak untuk tunduk dengan memanipulasi citra orang yang memintanya
 Negative identity management
Kita mungkin bisa menunjukan bahwa permintaan orang itu tidak
beralasan atau tidak adil. Contoh: “Kamu bertindak tidak adil dengan
meminta saya melanggar etika.”
 Positive identity management
Menolak dengan membuat orang merasa baik tentang diri mereka
sendiri. “Kamu lebih paham soal ini dibandingkan saya. Jadi kamu bisa
mengerjakan sendiri.”

5. Compliance gaining strategies


Dari hasil penelitian Robert Caldini di hasilkan enam system strategi pemenuhan
kepatuhan (Kenrick, Neuberg,& Caldini, 2007), diantaranya:
a. Reciprocation
Memperlakukan orang lain sama
b. Commitment
Tahap satu commitment tahap duapun harus sama
c. Authority
Menunjukan bahwa kita sebagai orang yang memiliki kekuasaan
d. Social validation
Memperlihatkan kepada seseorang bahwa diri kita telah banyak dipercaya

e. Scarcity
Menerangkan bahwa produk yang kita jual itu benar-benar langka
f. Liking
Berusaha untuk disukai oleh orang

Misuses of Power and Influence


Penyalahgunaan kekuasaan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja,
1. Sexual harassment
Salah satu bentuk penyalahgunaan power adalah pelecehan seksual di tempat
kerja. Pelecehan seksual didefinisikan sebagai bentuk kontak seksual yang tidak
dikehendaki, permintaan untuk melakukan sesuatu yang terkait seksual, dan
tindakan fisik maupun verbal terkait seksual yang mempengaruhi kerja individu
lain atau yang membuat intimidasi dan sikap ofensif di tempat kerja. Bentuknya
bisa sesederhana bercanda tentang seks, sampai pada tindakan fisik. Untuk
mendeteksi hal tersebut perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Tanya pada diri

41
 Is it real, does it have sexual meaning?
 Is it job related?
 Did you reject the behavior?
 Is there a pattern?
Bila jawaban semuanya iya, maka mungkin tindakan itu adalah pelecehan
seksual.

Avoiding sexual harassment behaviors


a. Responding to sexual harassment
Mulai dengan asumsi bahwa rekan kerja tidak tertarik pada cerita seks
atau bercanda seks.
b. Talk to the harasser
Bicara pada si pelaku. Katakan pada orang tersebut dengan tegas bahwa
kita tidak menyukai tindakan tersebut, dan kita menilai tindakan tersebut
ofensi.
c. Collect evidence
Kumpulkan bukti. Cari tahu dari orang lain yang pernah mengalami hal
yang sama, atau buat catatan tindakan yang ofensif.
d. Begin with appropriate channels
Mulai dengan prosedur yang tepat dalam perusahaan. Beberapa organisasi
atau perusahaan memiliki saluran atau prosedur tertentu untuk mengatasi
pelecehan seksual.
e. File a complaint
Laporkan. Bisa ke perusahaan, atau lebih ekstrim mengambil tindakan
hukum
f. Don’t blame yourself
Jangan salahkan diri sendiri.

2. Power plays
Adalah pola tindakan yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang untuk
memanfaatkan orang lain.
a. Identifying power plays
 “Nobody upstairs”
Artinya orang tersebut menolak mendengarkan permintaan kita, lepas
dari berapa kali kita memintanya. Salah satu bentuk yag paling jamak
adalah menolak untuk dijawab “tidak”.
 “You owe me”
Di sini, orang lain melakukan sesuatu untuk kita lalu meminta kit
membalasnya. Mereka mengingatkan kita apa yang pernah lakukan
 “Yougottobekidding”
terkesan tidak serius tapi ini menunjukkan bahwa dia berupaya
menjatuhkan ide atau opini kita.
b. Responding to power plays
 Express your feelings
Menyatakan perasaan kita, bahwa kita marah, terganggu oleh tindakan
oarng itu
42
 Describe the behavior you object to
Jelaskan dengan bahasa yang deskriptif dan bukan evaluatif, tindakan
yang membuat kita tak nyaman, misalnya membaca email pribadi kita.
 State a cooperative response you can both live with
Menyatakan respon kooperatif yang membuat kedua pihak bisa
melanjutkan hubungan dengan nyaman, katakan pada orang tersebut
dengan nada yang kooperatif, misalnya: “Saya ingin kamu berhenti
mencela ide saya.”

43

Anda mungkin juga menyukai