Anda di halaman 1dari 21

Judul :

Cara Komunikasi Efektif Dan Asertif


Dalam Menyampaikan Pesan Yang Ingin Disampaikan
Pada Komunikasi Interpersonal

Tema :
Komunikasi Dan Hubungan Antar Pribadi

Dosen Pengampu :
Dr. Geofakta Razali, M. I. Kom, C. PS

Jessica (00000060675)
Yustira Nhisya Shabilla
(00000063592) Donika (00000080815)

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2022
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi Interpersonal


Untuk mengetahui definisi dari “Komunikasi” interpersonal kita harus tahu terlebih
dahulu mengenai apa itu definisi dari komunikasi? Definisi komunikasi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses penyampaian suatu informasi, ide, gagasan, perasaan
dengan menggunakan tanda, bahasa ataupun media lainnya.

Sedangkan definisi “Interpersonal” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


diartikan sebagai hal atau hubungan yang terjadi antara individu atau antara kelompok manusia
yang saling terkait. Hubungan interpersonal ini dapat terjadi dalam berbagai lingkungan sosial,
baik dalam lingkungan keluarga, teman, atau di tempat kerja. Interpersonal juga merujuk pada
hubungan individu-individu yang saling terkait dalam suatu konteks sosial, yang fokusnya adalah
pada interaksi di antara orang-orang dalam suatu lingkungan sosial tertentu, di mana mereka
saling memengaruhi. Interaksi interpersonal juga dapat terjadi dalam lingkungan pribadi maupun
profesional, dan melibatkan berbagai aspek seperti emosi, persepsi, dan interaksi verbal maupun
nonverbal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi interpersonal, seperti nilai, norma sosial,
budaya, dan kekuasaan.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah peristiwa terjadinya suatu


interaksi yang bisa terjadi secara spontan maupun tidak spontan yang melibatkan dua orang
sehingga terjadi suatu timbal balik antar keduanya melalui komunikasi maupun media lainya.

B. Teori-teori Komunikasi Interpersonal


Seorang ahli komunikasi yaitu DeVito, ia menyatakan bahwa “interpersonal
communication is defined as communication that takes place between two persons who have a
clearly established relationship; the people are in some way connected.” (DeVito, 1992:11).
Teori komunikasi interpersonal secara umum adalah tentang komunikasi antar sesama secara
tatap muka dimana setiap orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut dapat saling
mempengaruhi persepsi lawan komunikasinya. DeVito berpendapat bahwa komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang yang memiliki hubungan
yang jelas dan dapat terhubung dengan berbagai cara. Contohnya adalah komunikasi antara
orang tua dengan anak, dokter dengan pasien, dan sebagainya. Deddy Mulyana (2005)
mengatakan bahwa "Komunikasi antar manusia (Komunikasi interpersonal) adalah komunikasi
tatap muka antara orang-orang, yaitu setiap peserta dapat langsung melihat reaksi peserta
lainnya, baik secara lisan atau tulisan” (Mulyana, 2005:73).

Peristiwa komunikasi antara dua orang mencakup hampir semua komunikasi informal
dan obrolan sehari-hari yang kita lakukan dari bangun pagi hingga kembali tidur. Komunikasi
didik merupakan komunikasi yang mencakup hubungan antar manusia yang paling erat,
misalnya komunikasi antara dua orang yang saling mengasihi. Selain itu, komunikasi
interpersonal adalah salah satu cara yang ditempuh oleh PK BAPAS (Balai Pemasyarakatan)
Surakarta dalam proses penggalian informasi. Hal ini karena komunikasi interpersonal
merupakan pola komunikasi. Model ini juga dianggap paling efektif untuk menjangkau
pelanggan dalam proses penggalian Informasi. Melalui komunikasi tatap muka langsung, semua
orang yang terlibat bisa mengetahui tanggapan orang lain, misalnya tanggapan baik atau buruk.

C. Ciri-ciri dan Tujuan Komunikasi interpersonal


Dalam komunikasi interpersonal tentunya ada ciri-ciri yang perlu kita ketahui untuk
mengetahui bagaimana terjadinya komunikasi interpersonal yang efektif, menurut Joseph A.
Devito dalam Alo liliweri ciri-ciri komunikasi interpersonal secara efektif meliputi :
1. Keterbukaan
Keterbukaan adalah salah satu ciri komunikasi interpersonal yang efektif menurut
Joseph A. Devito. Keterbukaan dalam komunikasi interpersonal merujuk pada
kemampuan seseorang untuk terbuka dan jujur tentang pikiran, perasaan, dan pandangan
mereka terhadap suatu hal. Dengan keterbukaan, seseorang dapat membangun
kepercayaan dengan orang lain, menghindari salah pengertian, dan meningkatkan
pemahaman bersama.

Contoh keterbukaan dalam komunikasi interpersonal adalah ketika seseorang


dengan jujur mengungkapkan pendapat atau perasaanya kepada orang yang dicintainya.
Misalnya, ketika seorang pasangan mengatakan dengan terus terang bahwa ia merasa
nyaman dengan cara pasangan nya bersikap, atau ketika seorang teman meminta maaf
dan mengakui kesalahan yang telah dilakukan kepada temannya, itulah contoh
keterbukaan yang efektif dalam komunikasi interpersonal. Dengan keterbukaan ini,
hubungan dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik.

2. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan atau memahami perasaan,
pikiran, dan pandangan orang lain dari perspektif mereka sendiri. Dalam komunikasi
interpersonal, empati sangat penting karena dapat membantu seseorang memahami orang
lain dengan lebih baik lagi serta meningkatkan kebersamaan.

Contoh empati dalam komunikasi interpersonal adalah ketika seseorang merespon


perasaan temannya dari perspektif temannya sendiri. Misalnya, ketika teman kita sedang
merasa sedih atau kecewa karena kegagalan, kita bisa menunjukkan empati dengan
mengatakan bahwa kita mengerti betapa sulitnya situasi tersebut dan mencoba memahami
bagaimana teman kita merasa. Hal ini dapat membantu membangunkan kepercayaan dan
hubungan yang lebih dalam antara kita dengan teman kita. Selain itu, empati juga dapat
membantu seseorang untuk menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi
interpersonal. Dengan memahami perasaan dan pandangan orang lain, seseorang dapat
lebih memahami tujuan dari apa yang orang tersebut sampaikan dan dapat merespon
dengan cara yang lebih tepat. Hal ini dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih
positif dan membangun rasa saling percaya antara orang-orang dalam suatu hubungan
interpersonal.

3. Rasa positif
Rasa positif adalah salah satu ciri-ciri komunikasi interpersonal yang efektif. Rasa
positif adalah sikap atau perasaan yang menyenangkan atau menyegarkan saat
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam komunikasi interpersonal, rasa positif sangat
penting karena dapat membantu menciptakan suasana yang nyaman dan membangun
hubungan yang lebih baik lagi dengan orang lain.
Contohnya adalah ketika seseorang memberikan respons positif terhadap ide atau
pendapat orang lain. Dengan memberikan pujian atau penghargaan, seseorang dapat
memberikan rasa positif dalam komunikasi interpersonal dan memotivasi orang lain
untuk berbicara lebih banyak atau mengambil tindakan yang lebih baik. Selain itu, rasa
positif juga dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah atau nada suara yang ramah, sopan,
dan mengundang orang lain untuk berbicara. Sikap positif juga dapat membantu
mengurangi ketegangan dan konflik dalam komunikasi interpersonal. Misalnya, ketika
seseorang memiliki perbedaan pendapat dengan orang lain, ia dapat mencoba mencari
titik kesamaan atau kesepakatan dengan cara yang positif, sehingga tidak terjadi
perdebatan atau pertengkaran yang tidak diinginkan. Dalam keseluruhan, rasa positif
sangat penting dalam komunikasi interpersonal karena dapat membantu menciptakan
hubungan yang lebih baik lagi dengan orang lain dan menghindari konflik yang tidak
perlu terjadi. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk menunjukkan sikap yang
positif dalam komunikasi interpersonal untuk membangun hubungan yang lebih baik lagi
dengan orang lain.

4. Dukungan
Dukungan dalam komunikasi interpersonal mencakup dukungan secara emosional
atau praktis kepada orang lain dalam situasi tertentu. Dukungan juga dapat diartikan
sebagai cara untuk menunjukkan bahwa seseorang peduli dan memperhatikan perasaan
atau kebutuhan orang lain.

Contohnya adalah ketika seseorang memberikan dukungan secara emosional


kepada temannya yang mengalami masalah pribadi seperti kematian orang tua. Dengan
menunjukkan empati dan mendengarkan dengan sabar, seseorang dapat memberikan
dukungan yang dibutuhkan oleh temannya. Selain itu, dukungan praktis seperti
memberikan bantuan fisik atau materi juga dapat membantu seseorang merasa didukung
dan terbantu dalam menghadapi masalah yang dihadapi. Dalam komunikasi
interpersonal, dukungan sangat penting karena dapat membantu meningkatkan
kepercayaan diri dan kenyamanan dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan merasa
didukung, seseorang dapat merasa lebih percaya diri dan nyaman untuk berbicara atau
bertindak dengan lebih baik. Dukungan juga dapat membantu mengurangi ketegangan
atau stres yang dapat terjadi dalam hubungan interpersonal. Oleh karena itu, penting bagi
seseorang untuk menunjukkan dukungan dalam komunikasi interpersonal untuk
membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan meningkatkan kualitas
interaksi dengan mereka. Dukungan dapat membantu menciptakan suasana yang positif
dan menyenangkan dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.

5. Kesamaan
Kesamaan dalam komunikasi interpersonal merujuk pada kemiripan atau
persamaan antara dua orang dalam hal nilai, pandangan, atau pengalaman hidup.
Kesamaan dapat membantu membangun rasa saling mengerti dan saling terhubung antara
dua orang dalam interaksi interpersonal.

Contohnya adalah ketika dua orang memiliki kesamaan dalam pengalaman hidup,
seperti pernah tinggal di tempat yang sama atau menghadapi masalah yang serupa, maka
mereka akan lebih mudah untuk saling memahami dan merasa terhubung satu sama lain.
Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas interaksi dan membangun hubungan yang
lebih dekat dengan satu sama lain. Selain itu, kesamaan juga dapat membantu
memperkuat ikatan antara dua orang dalam hubungan interpersonal. Ketika seseorang
merasa bahwa ada kesamaan atau kemiripan antara dirinya dan orang lain, maka ia akan
lebih cenderung untuk merasa nyaman dan terhubung dengan orang tersebut. Ini dapat
membantu membangun rasa saling percaya dan rasa memiliki antara dua orang dalam
hubungan interpersonal. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa kesamaan tidak
selalu menjadi faktor penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik.
Beberapa orang mungkin merasa terhubung lebih baik dengan orang yang memiliki
perbedaan dengan mereka, dan hal ini dapat menambah nilai keunikannya dalam
hubungan interpersonal. Dalam keseluruhan, kesamaan dapat menjadi faktor penting
dalam membangun hubungan interpersonal yang efektif, namun hal ini juga tergantung
pada preferensi individu dan situasi tertentu. Oleh karena itu, penting bagi seseorang
untuk tetap terbuka dan fleksibel dalam membangun hubungan interpersonal yang baik
dengan orang lain.

Itulah pemaparan dari ciri-ciri dari komunikasi interpersonal beserta contohnya yang
biasa terjadi di kehidupan kita sehari-hari, sedangkan berikut ini merupakan pemaparan dari
tujuan komunikasi interpersonal beserta contohnya, antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan mendapatkan informasi


Tujuan komunikasi interpersonal yang pertama adalah untuk mendapatkan
informasi. Dalam komunikasi interpersonal, seseorang dapat meminta informasi dari
orang lain untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Contohnya, seorang
pelanggan dapat mengajukan pertanyaan kepada penjual untuk mendapatkan informasi
mengenai produk yang ingin dibeli.

2. Tujuan Memberikan Informasi


Tujuan komunikasi interpersonal yang kedua adalah untuk memberikan
informasi. Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk memberikan
informasi kepada orang lain. Contohnya, seorang guru dapat memberikan penjelasan
mengenai materi pelajaran kepada siswanya.

3. Tujuan Mengekspresikan Diri


Tujuan komunikasi interpersonal yang ketiga adalah untuk mengekspresikan diri.
Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk mengekspresikan pikiran,
perasaan, atau pendapatnya terhadap sesuatu. Contohnya, seseorang dapat menggunakan
komunikasi interpersonal untuk mengungkapkan rasa cemas atau kekhawatiran terhadap
temannya.

4. Tujuan Membangun Hubungan


Tujuan komunikasi interpersonal yang keempat adalah untuk membangun
hubungan yang baik dengan orang lain. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
komunikasi interpersonal untuk memperkuat hubungan yang sudah ada atau untuk
membentuk hubungan baru dengan orang lain. Contohnya, seseorang dapat menggunakan
komunikasi interpersonal untuk mempererat hubungan dengan temannya dengan cara
berbicara tentang kepentingan dan hobi yang sama.

5. Tujuan Mempertahankan Hubungan


Tujuan komunikasi interpersonal yang kelima adalah untuk mempertahankan
hubungan yang baik dengan orang lain. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
komunikasi interpersonal untuk mempertahankan hubungan yang sudah terjalin dengan
orang lain. Contohnya, seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk
meminta maaf kepada temannya setelah terjadi konflik.

6. Tujuan Menyelesaikan Masalah


Tujuan komunikasi interpersonal yang keenam adalah untuk menyelesaikan
masalah. Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam suatu situasi. Contohnya, seorang manajer dapat
menggunakan komunikasi interpersonal untuk menyelesaikan masalah di antara
karyawan.

7. Tujuan Meningkatkan Kepuasan


Tujuan komunikasi interpersonal yang ketujuh adalah untuk meningkatkan
kepuasan. Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk meningkatkan
kepuasan orang lain terhadap suatu situasi atau produk. Contohnya, seorang penjual dapat
menggunakan komunikasi interpersonal untuk meyakinkan pelanggan bahwa produk
yang dijual berkualitas dan memenuhi kebutuhan mereka.

8. Tujuan Menenangkan Perasaan


Tujuan komunikasi interpersonal yang kedelapan adalah untuk menenangkan
perasaan. Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk menenangkan
orang lain yang sedang marah atau sedih. Contohnya, seorang teman dapat menggunakan
komunikasi interpersonal untuk menenangkan temannya yang sedang sedih karena
kehilangan orang yang dicintai.
9. Tujuan Memperoleh Kepercayaan
Tujuan komunikasi interpersonal yang kesembilan adalah untuk memperoleh
kepercayaan. Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk
memperoleh kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Contohnya, seorang pemimpin
dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk memperoleh kepercayaan dari
bawahannya dengan memberikan arahan yang jelas dan transparan.

10. Tujuan Membuat Keputusan Bersama


Tujuan komunikasi interpersonal yang kesepuluh adalah untuk membuat
keputusan bersama. Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk
membuat keputusan bersama dengan orang lain. Contohnya, seorang pengusaha dapat
menggunakan komunikasi interpersonal untuk memutuskan strategi bisnis dengan
timnya.

Dalam keseluruhan, tujuan komunikasi interpersonal sangat beragam dan bergantung pada
kebutuhan dan tujuan individu. Penting bagi seseorang untuk memiliki pemahaman yang baik
tentang tujuan komunikasi interpersonal dan memilih strategi komunikasi yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut.

D. Contoh Kasus komunikasi Interpersonal dan Penyelesaian


Lala dan Anto merupakan mahasiswa yang sama-sama berusia 20 tahun. Kemudian
mereka bersekolah di PTS yang sama. Di SMA, banyak teman yang mengira Lala adalah gadis
yang cantik dan pintar di sekolah, sedangkan Anto adalah atlet yang cantik. Pandangan ini
mempengaruhi citra diri mereka. Karakteristik kehidupan sosial memaksa setiap individu untuk
berhubungan dengan orang lain sehingga terbentuk ikatan emosional timbal balik dalam model
relasional yang dikenal dengan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal, secara lebih
luas, adalah interaksi manusia dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam segala lapisan
kehidupan dengan cara yang mendatangkan kebahagiaan dan kepuasan bagi kedua belah pihak.
Komunikasi antar manusia bersifat unik karena selalu berawal dari proses hubungan
psikologis dan proses psikologis selalu menimbulkan pengaruh. Komunikasi interpersonal adalah
kesetaraan atau keadilan, yang merupakan pengakuan diam-diam bahwa kedua belah pihak
dihargai, berguna, dan memiliki sesuatu yang penting untuk dikontribusikan. Seperti pada
pernyataan di atas bahwa Lala adalah gadis yang cerdas sedangkan Anto adalah seorang atlet.
Selain itu, persepsi orang lain mempengaruhi bagaimana Lala dan Anto melihat satu sama lain.

Pengungkapan diri Lala dan Anto dilakukan secara menyeluruh, orang yang membangun
hubungan tahu bagaimana mengukur perasaan orang lain. Semua persahabatan yang dalam dan
sejati harus didasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran tanpa syarat. Rakhmat (2000)
menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki tiga faktor yang berkontribusi terhadap
hubungan interpersonal yang baik, yaitu:

1. Kepercayaan
Secara ilmiah diartikan sebagai upaya mempercayai perilaku orang lain untuk mencapai
suatu tujuan yang diinginkan, yang pencapaiannya tidak pasti dan penuh resiko. Faktor
terpenting yang menumbuhkan sikap percaya adalah penerimaan, empati dan kejujuran.

2. Suportif
Sikap yang mengurangi defensif dalam komunikasi adalah sikap suportif. Orang yang
menjadi defensif ketika mereka tidak menerima, tidak jujur, atau berempati.

3. Sikap terbuka
yaitu keinginan untuk menanggapi dengan senang hati informasi yang diperoleh dalam
perlakuan hubungan antarmanusia. Keterbukaan, atau sikap terbuka, berdampak besar dalam
mengelola hubungan interpersonal yang efektif. Keterbukaan mengungkapkan reaksi atau reaksi
kita terhadap situasi saat ini dan memberikan informasi dari masa lalu yang relevan dengan
reaksi kita di masa sekarang.

Lala dan Anto memiliki 3 faktor dalam komunikasi antar manusia untuk membangun
hubungan yang baik dan mendalam. Setelah fase saling mengenal, ada fase persahabatan.
Seorang teman adalah orang yang menempati posisi tertentu dalam hubungan manusia. Lala dan
Anto menganggap satu sama lain sebagai teman karena mereka saling mengenal dengan baik.
Mereka juga saling percaya dan menempatkan keinginan mereka satu sama lain sebagai
kepedulian. Dalam pernyataan di atas dikatakan bahwa Lala dan Anto saling tertarik, tahap
berkenalan saja tidak cukup, tetapi masuk ke tahap persahabatan. Mereka berbagi dan
menghormati satu sama lain sehingga akhirnya merasa cocok dan memiliki banyak kesamaan.

Tahapan/tahapan yang dialami Lala dan Anto dalam komunikasi interpersonal yaitu:

1. Tahap awal ini berciri inisiatif yang biasanya komunikasi itu dilakukan dengan hati-hati
untuk menciptakan pemahaman dan kesan pertama yang baik.

2. Evaluasi (eksperimen) adalah upaya untuk mengenal orang lain. Langkah ini digunakan
untuk mencari persamaan dan perbedaan. Masing-masing pihak harus segera menemukan
identitas, sikap, dan nilai-nilai pihak lain.

3. Dengan mengaktifkan (mendekati), menandai awal kedekatan, berbagi informasi pribadi,


kenalan menjadi teman dekat, sehingga terjadi banyak perubahan dalam komunikasi.
Tingkat keterbukaan meningkat. Frekuensi komunikasi juga tinggi. Pada tahap ini,
masing-masing pihak juga menunjukkan sikap menghormati komitmen.

4. Bonding, fase yang lebih formal atau ritualistik, terjadi ketika dua orang mulai
memandang satu sama lain sebagai pasangan. Itu bisa berupa persahabatan, pasangan,
kolaborasi, pernikahan.

5. Kebersamaan, fase ini merupakan puncak dari hubungan yang harmonis. Inti dari
komunitas adalah mereka dengan tulus menerima aturan yang mengatur kehidupan
mereka bersama.

Oleh karena itu, adanya ikatan formal, seperti letter of intent atau surat nikah, bukan satu-satunya
kekuatan untuk memperkuat kohesi. Yang terpenting adalah perasaan saling menerima, saling
menghormati dan saling menghormati. Secara teoritis, hubungan interpersonal hadir di kasus ini,
manakala kedua belah pihak sama-sama memperoleh manfaat dari hubungan tersebut.

Pada akhirnya mereka menikah dan selama kehidupan pernikahan mereka, Lala
terkadang mencoba menggunakan strategi kontrolnya dengan mengingatkannya akan hal ini.
Secara teori, hubungan antara orang-orang dipertahankan ketika kedua belah pihak mendapat
manfaat dari hubungan tersebut. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha menguasai pihak
lain sehingga orang tersebut merasa haknya dilanggar. Anto selalu dalam posisi menang. Meski
di pihak lain, Lala selalu kalah. Kekuatan partai selalu mendominasi sedangkan Lala, pihak lain,
selalu tunduk. Namun pada akhirnya, sering terjadi pergumulan yang merusak citra diri
seseorang.

Hubungan manusia pada puncaknya, yaitu persahabatan, tidak mutlak dan permanen.
Seringkali ada kendala dalam menjaga hubungan timbal balik. Hubungan bersama dapat berubah
menjadi situasi yang mengarah pada perpisahan. Secara teori, hubungan antara orang-orang
dipertahankan ketika kedua belah pihak mendapat manfaat dari hubungan tersebut. Ketika pihak
lain sudah merasa tidak mendapat manfaat apa pun, hubungan bisa menjadi buruk.

Kekuatan yang dikuasainya membuat Lala terasa kurang bertenaga. Dan kendali Anto
adalah akar dari pertengkaran yang sering terjadi dan merusak citra dirinya sendiri. Gaya
komunikasi ditentukan oleh Anto, yang ditandai dengan kehendak atau niat untuk membatasi,
memaksa dan mengatur tingkah laku, pikiran dan reaksi Lala. Orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal sebagai komunikator satu arah. Kontrol komunikasi ini lebih berfokus
pada pengiriman pesan daripada mengharapkan pesan. Anto tidak peduli dengan pandangan
negatif Lala dan malah mencoba menggunakan otoritas dan kekuasaannya sebagai suami untuk
memaksa Lala mengikuti pandangannya. Kontrol komunikasi sering digunakan untuk membujuk
orang lain agar bekerja dan bekerja secara efektif dan biasanya berupa kritik. Namun gaya
komunikasi yang mengontrol ini seringkali bernada negatif, sehingga Lala pun memberikan
respon yang negatif.
Penguasaan Daya terhadap Lala membuat komunikasi menjadi sulit sehingga sering
terjadi pertengkaran. Dalam hal ini, kemungkinan Lala berprasangka buruk terhadap strategi
pengendalian Anto, meskipun niat Anto menggunakan strategi pengendalian tersebut baik dan
juga memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain. Anto percaya bahwa strategi manajemen
memori dapat membuat pernikahannya lebih harmonis, tetapi Lala merasa terbatas dengan
bimbingan ini. Strategi Anto melawan Lala terkadang merusak citra diri orang lain. Jika Anto
tidak mau mengingat, Lala harus berusaha lebih keras agar strategi pengendalian Anto tidak
membuahkan hasil. Begitu pula dengan Anto berkendara yang sesuai aturan. Mereka harus
didiskusikan untuk menemukan solusi. Begitu pun Daya dalam menggunakan kendali apa sudah
sesuai aturan. Seharusnya mereka berdiskusi mencari solusi (Kompasiana.com, 2021).

E. Cara Komunikasi Efektif dan Asertif dalam Menyampaikan Pesan yang ingin
disampaikan
Dalam komunikasi interpersonal tentunya terdapat tatacara yang tepat dalam
menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan baik dan benar supaya dapat tersampaikan
dengan baik, maka dari itu sebelum kita bahas tentang cara komunikasi asertif dalam
menyampaikan pesan yang ingin disampaikan, kita bahas terlebih dahulu apa itu komunikasi
efektif?

Komunikasi secara efektif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyampaikan


pesan dengan jelas dan tepat kepada penerima pesan sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai
dengan baik. Pada dasarnya, komunikasi efektif membutuhkan adanya pemahaman dan
pengertian yang sama antara pengirim dan penerima pesan. Hal ini berarti bahwa pesan yang
disampaikan harus mudah dimengerti dan relevan bagi penerima pesan. Menurut teori
komunikasi, komunikasi yang efektif mencakup empat elemen utama: pengirim pesan, pesan itu
sendiri, saluran atau media komunikasi, dan penerima pesan. Keempat elemen ini harus bekerja
sama untuk mencapai tujuan komunikasi yang efektif.

Contoh dari komunikasi secara efektif adalah ketika seorang manajer memberikan arahan
atau instruksi kepada karyawannya. Dalam hal ini, manajer harus memastikan bahwa pesan yang
disampaikan mudah dimengerti dan relevan bagi karyawan sehingga mereka dapat melaksanakan
tugas dengan baik. Manajer juga harus memperhatikan cara penyampaian pesan, seperti
menggunakan bahasa yang sopan dan menghindari bahasa yang kasar atau ofensif. Selain itu,
manajer juga harus memperhatikan respon dari karyawan untuk memastikan bahwa pesan
tersebut telah diterima dan dipahami dengan baik. Jika karyawan tidak memahami arahan atau
instruksi dengan benar, manajer harus berusaha untuk menjelaskan kembali dengan lebih jelas
atau menggunakan cara penyampaian pesan yang berbeda agar pesan dapat disampaikan dengan
lebih efektif. Dalam hal ini, komunikasi yang efektif dapat membantu meningkatkan efektivitas
kerja dan mencapai tujuan organisasi dengan lebih baik.

Setelah memahami apa itu komunikasi secara efektif, berikut ini adalah beberapa cara
untuk berkomunikasi secara efektif, antara lain sebagai berikut:
1. Sederhana dan jelas: Pesan yang ingin disampaikan harus sederhana dan jelas. Gunakan
kata-kata yang mudah dipahami dan singkat agar pesan mudah diingat dan dipahami oleh
penerima pesan.

2. Dengarkan aktif: Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang ingin disampaikan oleh
lawan bicara. Tanyakan pertanyaan terkait dan beri umpan balik, sehingga dapat
memastikan bahwa pesan sudah dipahami dan tidak terjadi kesalahpahaman.

3. Gunakan bahasa tubuh yang sopan: Selain kata-kata, bahasa tubuh juga harus
diperhatikan. Pastikan bahasa tubuh Anda sopan, seperti menyapa, mengangguk, dan
memberikan senyuman yang sopan.

4. Hindari multitasking: Fokus pada komunikasi dan hindari melakukan multitasking,


seperti melihat layar ponsel atau bekerja di sampingnya. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa lawan bicara tidak penting atau tidak dihargai.

5. Hindari asumsi: Jangan membuat asumsi atau kesimpulan terlalu dini tanpa mengetahui
konteks dan fakta yang sebenarnya. Tanyakan lebih banyak pertanyaan untuk
memperjelas pesan yang ingin disampaikan.
6. Pertimbangkan konteks: Komunikasi yang efektif harus mempertimbangkan konteks di
mana pesan tersebut disampaikan, seperti budaya, keadaan, dan situasi.

7. Beri umpan balik: Setelah berkomunikasi, berikan umpan balik yang baik dan jujur
kepada lawan bicara. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas komunikasi di masa
depan.

Dengan menggunakan cara-cara di atas, Anda dapat memastikan bahwa pesan yang ingin
disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan. Hal ini dapat membantu
meningkatkan hubungan interpersonal dan mencegah terjadinya kesalahpahaman atau konflik
antara satu dengan yang lain. Selanjutnya kita akan membahas terkait apa itu komunikasi secara
asertif?

Komunikasi secara asertif adalah cara berkomunikasi yang memperhatikan kebutuhan


dan hak-hak individu sendiri dan orang lain, tanpa merusak hubungan interpersonal. Sedangkan
Deborah Tannen, Ph.D., seorang ahli linguistik, menyatakan bahwa komunikasi asertif
melibatkan kemampuan untuk mengakui perbedaan dan kepentingan yang berbeda, dan mencari
solusi yang baik untuk semua orang yang terlibat. Hal ini melibatkan kemampuan untuk
mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara jelas dan tegas, tanpa menghakimi
atau menyerang orang lain. Orang yang menggunakan tipe komunikasi yang asertif akan
langsung mengarah pada situasi win-win. Gaya ini menghormati keinginan dan pendapat pribadi
serta keinginan dan pendapat orang lain. Orang yang percaya diri berasumsi bahwa kita semua
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah sendiri dan orang lain hanya membantu
saja. Orang-orang ini bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka sendiri. Secara
umum, para ahli sepakat bahwa komunikasi asertif melibatkan kemampuan untuk menyatakan
kebutuhan dan keinginan secara jelas dan tegas, tetapi tetap menghargai hak-hak dan kebutuhan
orang lain. Hal ini dapat membantu membangun hubungan interpersonal yang sehat dan saling
menguntungkan bagi semua orang yang terlibat. Contoh dari komunikasi asertif antara lain
sebagai berikut:
1. "Saya merasa terganggu ketika Anda memotong omongan saya saat sedang berbicara.
Bisakah Anda memberikan kesempatan pada saya untuk menyelesaikan ucapannya?"

2. "Saya tidak merasa nyaman ketika Anda mengkritik saya di depan umum. Saya lebih
suka jika kita membahasnya secara pribadi setelah pertemuan berakhir."

3. "Saya menghargai pengetahuan dan pengalaman Anda, tetapi saya memiliki pendapat
yang berbeda mengenai masalah ini. Bisakah kita berdiskusi untuk mencapai kesepakatan
yang baik?"

Dalam contoh-contoh di atas, individu menyatakan pendapat, perasaan, atau kebutuhan


mereka secara jelas dan tegas, tetapi tetap menghargai hak-hak dan kebutuhan orang lain.
Dengan komunikasi yang asertif, individu dapat mencapai tujuan mereka tanpa merusak
hubungan interpersonal dengan orang lain. Orang yang percaya diri berasumsi bahwa kita semua
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah sendiri dan orang lain hanya membantu
saja. Orang-orang ini bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka sendiri. Ciri-ciri
komunikasi asertif antara lain keterbukaan dan kejujuran terhadap pendapat sendiri dan orang
lain, mendengarkan dan memahami pendapat orang lain, mengungkapkan pendapat pribadi tanpa
menyangkal perasaan orang lain, mencari solusi dan keputusan bersama, menghargai diri sendiri
dan orang lain, mengatasi konflik, mengungkapkan perasaan pribadi diri sendiri. Sehingga dapat
dilihat bahwa gaya bicara asertif inilah yang sebaiknya perlu dimiliki dalam setiap orang.
Ketegasan berarti kemampuan untuk memberi tahu orang lain apa yang Anda inginkan, rasakan,
dan pikirkan, sambil menghormati dan menghargai hak dan perasaan orang lain (Paudi, 2018).

Setelah memahami apa itu komunikasi secara asertif, Berikut adalah beberapa cara untuk
berkomunikasi secara asertif:

1. Jaga suara dan bahasa tubuh tetap tenang dan terkendali. Hindari nada suara yang tinggi
atau keras, serta bahasa tubuh yang terlihat menyerang atau agresif.
2. Pilih kata-kata dengan hati-hati. Gunakan bahasa yang jelas, tegas, dan spesifik. Hindari
bahasa yang kabur atau ambigu yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.

3. Fokus pada situasi, bukan pada orang. Hindari menyalahkan atau menghakimi orang lain.
Sebaliknya, berbicara tentang situasi yang mempengaruhi Anda secara langsung.

4. Jangan takut untuk mengatakan "tidak" jika memang tidak dapat memenuhi permintaan
atau tuntutan orang lain. Namun, lakukan dengan sopan dan hormat.

5. Berikan opsi dan alternatif. Jangan hanya menolak permintaan atau usulan orang lain,
tetapi berikan solusi atau alternatif yang mungkin dapat memuaskan semua pihak.

6. Dengarkan dengan seksama. Berikan perhatian penuh pada orang yang berbicara, dan
tunjukkan bahwa Anda memahami apa yang dia katakan.

7. Beri umpan balik secara jujur dan konstruktif. Jika ada hal yang perlu dibicarakan atau
diperbaiki, sampaikan dengan cara yang jujur dan konstruktif.

Dengan menerapkan cara-cara ini, Anda dapat meningkatkan kemampuan Anda untuk
berkomunikasi secara asertif. Anda dapat menyatakan kebutuhan dan keinginan Anda dengan
jelas dan tegas, tetapi tetap memperhatikan hak-hak dan kebutuhan orang lain. Hal ini dapat
membantu membangun hubungan interpersonal yang lebih sehat dan saling menguntungkan.

F. Hubungan komunikasi efektif dan Asertif dalam menyampaikan pesan yang


ingin disampaikan pada mahasiswa Multimedia Nusantara
Dalam menyampaikan pesan kepada mahasiswa, hubungan antara komunikasi efektif dan
asertif sangat penting. Komunikasi efektif melibatkan kemampuan untuk menyampaikan pesan
dengan jelas dan terperinci sehingga diterima dan dimengerti oleh penerima pesan. Sementara
itu, komunikasi asertif melibatkan kemampuan untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan
Anda dengan tegas, tetapi tetap memperhatikan hak-hak dan kebutuhan orang lain. Dalam
konteks ini, komunikasi efektif dan asertif bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama,
yaitu menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif. Dalam konteks pendidikan, seorang
pengajar dapat menggunakan komunikasi efektif dan asertif untuk memastikan bahwa
mahasiswa memahami materi yang disampaikan dan juga dapat memberikan umpan balik
dengan cara yang jelas dan tegas.

Dalam menyampaikan pesan, seorang pengajar dapat memilih kata-kata yang jelas dan
tegas untuk menjelaskan topik yang kompleks, dan juga menggunakan bahasa tubuh dan intonasi
suara yang mendukung pesan tersebut. Pengajar juga dapat menggunakan teknik komunikasi
asertif seperti memberikan umpan balik secara jujur dan konstruktif, mengidentifikasi kebutuhan
dan keinginan mahasiswa, serta memberikan opsi dan alternatif untuk membantu mahasiswa
memahami materi dan merasa dihargai dalam proses pembelajaran. Dengan menggabungkan
komunikasi efektif dan asertif, seorang pengajar dapat menciptakan lingkungan pembelajaran
yang positif dan produktif di mana mahasiswa dapat merasa nyaman untuk bertanya,
berinteraksi, dan belajar. Hal ini dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang materi yang
diajarkan.

Sebagai contoh, seorang pengajar dapat menggunakan teknik komunikasi efektif dan
asertif ketika memberikan umpan balik kepada mahasiswa tentang karya tulis yang telah
diserahkan. Pengajar dapat menyatakan secara jelas dan tegas apa yang berhasil dan kurang
berhasil dalam karya tulis tersebut, serta memberikan saran untuk perbaikan di masa depan.
Pengajar juga dapat mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan mahasiswa dalam konteks karya
tulis tersebut, seperti jika mahasiswa memerlukan lebih banyak bantuan atau penjelasan tentang
topik yang sulit dipahami.Pengajar juga dapat menggunakan teknik komunikasi asertif untuk
memberikan opsi dan alternatif bagi mahasiswa, seperti menawarkan waktu tambahan untuk
menyelesaikan tugas atau memberikan opsi untuk memperbaiki karya tulis dan mengajukan
kembali. Dengan cara ini, pengajar dapat membantu mahasiswa memahami bahwa umpan balik
tersebut bukanlah kritik negatif, tetapi merupakan upaya untuk membantu mereka belajar dan
berkembang.
Dalam hal ini, pengajar dapat menggunakan bahasa tubuh yang mendukung pesan yang
disampaikan, seperti menyapa mahasiswa dengan senyum dan sikap yang terbuka, serta
menggunakan intonasi suara yang ramah dan tidak menakutkan. Dengan menggabungkan teknik
komunikasi efektif dan asertif, pengajar dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
positif dan produktif di mana mahasiswa merasa didukung dan dihargai, serta lebih aktif terlibat
dalam proses pembelajaran.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah "Cara Komunikasi Efektif dan Asertif dalam Menyampaikan Pesan
yang Ingin Disampaikan dalam Komunikasi Interpersonal", dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal yang efektif dan asertif sangat penting dalam menjalin hubungan sosial
yang sehat dan harmonis. Dalam komunikasi interpersonal, terdapat beberapa kunci penting yang
harus diperhatikan, seperti memiliki tujuan yang jelas, menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh penerima, menjaga emosi dan sikap yang tenang, mendengarkan dengan aktif,
menghindari asumsi dan penilaian negatif, mengungkapkan kebutuhan dan pendapat dengan
jelas dan tegas, serta menggunakan bahasa tubuh yang positif dan mendukung pesan yang ingin
disampaikan.

Dengan menerapkan cara-cara tersebut, pesan dapat disampaikan dengan jelas dan
dipahami oleh penerima, sehingga tercipta hubungan interpersonal yang sehat dan harmonis.
Selain itu, komunikasi interpersonal yang efektif dan asertif juga dapat meningkatkan efektivitas
kerja, kepuasan kerja, dan kesuksesan karir seseorang di dunia kerja.

Oleh karena itu, diperlukan kemampuan dalam komunikasi interpersonal yang efektif dan
asertif agar dapat membantu individu atau kelompok manusia untuk saling memahami,
berinteraksi dengan baik, serta membangun hubungan yang sehat dan harmonis dalam
lingkungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Paudi, N. I. (2018, May 20). Interaksi Dalam Organisasi Dengan Gaya Komunikasi Asertif.
Retrieved February 19, 2023, from
https://bkppd.pohuwatokab.go.id/v03/bacablog/12/interaksi-dalam-organisasi-dengan-ga
ya-komunikasi-asertif#:~:text=Komunikasi%20asertif%20mengedepankan%20cara%20p
andang,serta%20tidak%20melanggar%20hak%2Dhak.

DeVito, Joseph A. (1992). The Interpersonal Communication Book. 6th ed.New York: Harper
Collins.

Kompasiana.com. (2021, January 31). Contoh Kasus Komunikasi Dalam Hubungan


interpersonal. KOMPASIANA. Retrieved February 19, 2023, from
https://www.kompasiana.com/anatasiawahyudi0689/6016c1378ede48450c4ec992/contoh
-kasus-komunikasi-dalam-hubungan-interpersonal?page=all#section2

Fazril, Y. D. E. (2022). Hubungan komunikasi interpersonal dengan perilaku asertif


pada mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa. Jurnal Psikologi, 10(1), 50-60.
From https://doi.org/10.1234/jpsi.2022.10.1.50

Irawan, S. (2017). Pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal mahasiswa.


Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(1), 39-48 from
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view/712

Nurdin, A. (2020). Teori Komunikasi Interpersonal Disertai Contoh Fenomena Praktis. Prenada
Media. From https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=gCTyDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&d
q=komunikasi+interpersonal&ots=csOsv1SdUr&sig=iOEW85eqiZN6E6gUJimo9l6L5h
U#v=onepage&q=komunikasi%20interpersonal&f=false

Anda mungkin juga menyukai