(Interpersonal Skill)
Disusun Oleh:
energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu
pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,
kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui
media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini
sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti “pergaulan”, “persatuan”,
“peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah “communis”
Komunikasi interpersonal, secara ringkas yaitu berkomunikasi di antara dua orang atau
lebih yang saling timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang
dimaksud dengan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dalam proses
komunikasi, dapat terjadi komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah adalah suatu proses
informasi. Komunikan itu sendiri adalah pihak penerima pesan dalam komunikasi.
Sedangkan komunikator adalah orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan
pada komunikasi.
dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang
hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam
upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis
komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui
secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia
2003).
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi.
Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak
sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai
diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita
dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan,
tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi
yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah
informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara
hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi
orang lain.
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain
tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film,
menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu
benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi
interpersonal.
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal
yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di
lingkungan kita.
6. Untuk Membantu
semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-
hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan
mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
Ada lima aspek yang merupakan cirri-ciri dari komunikasi interpersonal (Sunarto,
1. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan terlebih
terencana.
tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan harus berani membuka
psikologis daripada unsure sosiologisnya. Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau
keakraban yang terbatas pada dua atau dengan paling banyak tiga individu saja yang
D. Karakteristik–karakteristik Efektivitas
a. Keterbukaan
1) Bahwa kita harus terbuka pada orang–orang yang berinteraksi. Hal ini tidak
namun yang paling penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah–
masalah umum. Di sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan
terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang
secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang dikatakan. Di sini
keterbukaan diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan
tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini
b. Empati
atau posisi orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun
intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan
empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan
c. Perilaku Suportif
Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku
dan kepastian.
1) Deskriptif
dengan evaluatif. Artinya, orang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta
informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya
2) Spontanitas
Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan terus terang
tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan ditanggapi
3) Provisionalisme
Seseorang yang memiliki sifat ini adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada
d. Perilaku Positif
Komunikasi interpersonal akan efektif bila memiliki perilaku positif. Sikap positif
dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua aspek, yaitu:
komunikasi.
e. Kesamaan
mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak
diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi
orang lain. dalam berbagai situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat
semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non
verbal.
b. Kebersamaan
lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila
c. Manajemen Interaksi
menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak, sehingga tidak
seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi,
berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesan–
d. Perilaku Ekspresif
sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir sama
pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan memberikan umpan balik yang
dalam hal ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang
lain. selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus mampu merasakan situasi dan
interaksi dari sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain
1. Persepsi Interpersonal
a. Konsep Diri
Menurut Brooks (Rakhmat, 2001) konsep diri adalah suatu pandangan dan
perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain,
bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, bila orang lain selalu
mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka
individu berkomunikasinya. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya
c. Hubungan Interpersonal
(psikolog).
penolongnya.
menekankan pada analisa hubungan di antara pihak yang berkomunikasi. Tidak semua
hubungan dalam komunikasi interpersonal harus diarahkan agar menjadi akrab dan
keputusan rasional dapat dibuat. Perspektif hasil penelitian Delia (1980) sebagaimana
hubungan tetapi lebih disebabkan oleh sesuatu yang tumbuh dalam pekerjaan atau
tertarik dengan sebuah sepatu untuk kemudian Anda memiliki harapan untuk
3. Banyak hubungan yang berlangsung lama dibatasi oleh suatu konteks khusus atau
rentang konteks dan tidak mengakibatkan peningkatan keakraban, misalnya dua orang
mitra kerja berhubungan baik namun tidak pernah berkomunikasi secara interpersonal
4. Meskipun derajat kepuasan yang diperoleh (Anda) dari hubungan dan cara hubungan
itu berkembang akan didasarkan atas penilaian implisit tentang orang (lain) itu,
penilaian berubah mengikuti konteks dan sifat hubungan itu. Artinya, beberapa
kualitas dan penilaian adalah penting dalam suatu hubungan, tetapi beberapa sifat dan
penialaian lainnya yang amat berbeda adalah penting pula untuk jenis hubungan yang
lain.
verbal dan non-verbal serta kombinasi dari keduanya. Biasanya pula perilaku keduanya
itu saling memperkuat atau saling mendukung, meskipun tidak jarang terjadi adanya suatu
pesan yang kontradiktif. Untuk itu Devito (1992: 19-27) mengemukakan beberapa
yang menuntut penyesuaian. Hal demikian terlihat jelas manakala orang-orang yang
penggunaan isyarat atau simbol yang sama (yang dapat dimengerti) akan menguat.
komunikasi interpersonal bercermin pada perilaku lainnya. Pola ini akan lebih jelas
terlihat dalam suatu bentuk persaingan atau perebutan pengaruh. Pola hubungan
terdapat segmentasi interaksi atau jeda-jeda komunikasi sebagai sebab atau stimulus
dan lainnya sebagai efek atau tanggapan. Jeda atau potongan komunikasi ini amat
saling tergantung dan setiap pihak yang berkomunikasi bertindak sebagai satu
dorongan yang benar-benar disadari. Seringkali komunikasi itu terjadi dalam kondisi
yang tidak terhindarkan, tanpa kesengajaan, tanpa tujuan, dan kurang disadari. Kita
7. Sekali terjadi peristiwa komunikasi interpersonal, maka terjadilah dan tidak bisa
dari pesan yang telah terlanjur disampaikan, pesan itu sendiri tidak bisa dikembalikan:
nasi telah menjadi bubur. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa kita penting untuk
Devito, Joseph A. (1996). Human Communication. Alih bahasa oleh Maulana, Agus. (1997).
Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.
Effendi Uchjana, Onong. , 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya
Bhakti, Bandung
Mulyana, Dedy. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya
Rakhmat, J. (2001). Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sunarto. 2003. Manajemen, Komunikasi Antar Pribadi dan Gairah Kerja Karyawan. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Kehakiman dan HAM.
Tubbs, Stewart L.; Moss, Sylvia; Editor Mulyana, Deddy. (1996). Human Communication:
Konteks-Konteks Komunikasi. Buku Kedua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.