Anda di halaman 1dari 15

Kecakapan Antar Personal

(Interpersonal Skill)

Disusun Oleh:

Muhamad Nurvy Hanifianto


201643500413

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2018
KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Kamus Psikologi (Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian

energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu

pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,

informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang

kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui

media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini

sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti “pergaulan”, “persatuan”,

“peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah “communis”

yang berarti “sama makna”.

Komunikasi interpersonal, secara ringkas yaitu berkomunikasi di antara dua orang atau

lebih yang saling timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang

dimaksud dengan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dalam proses

komunikasi, dapat terjadi komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah adalah suatu proses

komunikasi antara komunikan dan komunikatornya yang bergantian memberikan

informasi. Komunikan itu sendiri adalah pihak penerima pesan dalam komunikasi.

Sedangkan komunikator adalah orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan

pada komunikasi.

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang

dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat

langsung diketahui balikannya (Muhammad, 2005). Menurut De Vito (Sendjaja, 2004),

komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan

dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,

baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang

hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan

sebagainya (Mulyana, 2000)

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar

komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam

upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis

berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan

komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui

secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia

dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto,

2003).

B. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan, berikut akan

dipaparkan enam tujuan, antara lain (Muhammad, 2005) :

1. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi.

Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak

sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan

kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai
diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai

perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita

dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan,

pikiran, dan tingkah laku kita.

2. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak

tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi

yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah

informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan

dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara

hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi

interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan

orang lain.

4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain

dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara

tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film,

menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu

benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi

interpersonal.

5. Untuk Bermain Dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari

kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal

itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan

melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan

yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di

lingkungan kita.

6. Untuk Membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi

interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita

semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-

hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan

mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

C. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Ada lima aspek yang merupakan cirri-ciri dari komunikasi interpersonal (Sunarto,

2003), antara lain:

1. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan terlebih

dahulu. Maksudnya, bahwa biasanya komunikasi interpersonal terjadi secara

kebetulan tanpa rencana sehingga pembicaraan terjadi secara spontan.

2. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun tidak

terencana.

3. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satu cirri khas

komunikasi interpersonal adalah adanya timbale balik bergantian dalam saling

member maupun menerima informasi antara komunikator dan komunikan secara

bergantian sehingga tercipta suasan dialogis.


4. Komunikasi interpersonal biasanya dalam suasana kedekatan atau cenderung

menghendaki keakraban. Untuk mengarh kepada suasana kedekatan atau keakraban

tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan harus berani membuka

hati, siap menerima keterusterangan pihak lain.

5. Komunikasi interpersonal dalam pelaksanaannya lebih menonjol dalam pendekatan

psikologis daripada unsure sosiologisnya. Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau

keakraban yang terbatas pada dua atau dengan paling banyak tiga individu saja yang

terlibat. Sehingga faktor-faktor yang mempengruhi kejiwaan seseorang lebih mudah

terungkap dalam komunikasi tersebut.

D. Karakteristik–karakteristik Efektivitas

Menurut De Vito (Sendjaja, 2004) karakteristik–karakteristik efektivitas komunikasi

interpersonal terbagi dua perspektif, yaitu :

1. Perspektif humanistik, meliputi sifat–sifat yaitu:

a. Keterbukaan

Sifat keterbukaan tentang komunikasi interpersonal yaitu:

1) Bahwa kita harus terbuka pada orang–orang yang berinteraksi. Hal ini tidak

berarti bahwa serta merta menceritakan semua latar belakang kehidupan,

namun yang paling penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah–

masalah umum. Di sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan

gagasan kita, sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

2) Keterbukaan menunjukkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan

terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang

dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, orang lain memberikan tanggapan

secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang dikatakan. Di sini
keterbukaan diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan

tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini

tidak dapat dengan mudah dilakukan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman

orang lain, seperti marah atau tersinggung.

b. Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan

atau posisi orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun

intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan

empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan

dirasakan orang lain.

c. Perilaku Suportif

Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku

suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap

bertahan (defensif). Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak suportif, yakni: deskriptif, spontanitas dan provisionalisme.

Sebaliknya dalam perilaku defensif ditandai dengan sifat–sifat: evaluasi, strategi

dan kepastian.

1) Deskriptif

Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif dibandingkan

dengan evaluatif. Artinya, orang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta

informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya

orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai.

2) Spontanitas
Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan terus terang

tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan ditanggapi

dengan cara yang sama, terbuka dan terus terang.

3) Provisionalisme

Seseorang yang memiliki sifat ini adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada

kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima

pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.

d. Perilaku Positif

Komunikasi interpersonal akan efektif bila memiliki perilaku positif. Sikap positif

dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua aspek, yaitu:

1) Komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif

terhadap diri sendiri.

2) Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi

komunikasi.

e. Kesamaan

Kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup dua hal yaitu:

1) Kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Artinya,

komunikasi interpersonal umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya

mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak

berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif.

2) Kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi, memberi

pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada kesamaan dalam

hal mengirim dan menerima pesan.

2. Perspektif pragmatis, meliputi sifat–sifat yaitu:


a. Bersikap Yakin

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan

diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi

orang lain. dalam berbagai situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat

semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non

verbal.

b. Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal dengan orang

lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila

berkomunikasi dengan orang lain akan memperhatikannya dan merasakan

kepentingan orang lain.

c. Manajemen Interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan

menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak, sehingga tidak

seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi,

kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. Dan biasanya, dalam

berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesan–

pesan verbal dan non verbal secara konsisten pula.

d. Perilaku Ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh–

sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir sama

dengan keterbukaan, mengekspresikan tanggung jawab terhadap perasaan dan

pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan memberikan umpan balik yang

relevan. Orang yang berperilaku ekspresif akan menggunakan berbagai variasi


pesan baik secara verbal maupun non verbal, untuk menyampaikan keterlibatan

dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan.

e. Orientasi pada Orang Lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang

berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk

beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi interpersonal. Tentunya,

dalam hal ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang

lain. selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus mampu merasakan situasi dan

interaksi dari sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain

dalam menjelaskan suatu hal.

E. Faktor-faktor yang Menyebabkan Komunikasi Interpersonal

Menurut Rakhmat (2001) mengemukakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan

komunikasi interpersonal terdiri dari:

1. Persepsi Interpersonal

Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa manusia

bukan benda tapi sebagai objek persepsi.

a. Konsep Diri

Menurut Brooks (Rakhmat, 2001) konsep diri adalah suatu pandangan dan

perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain,

dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan

bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, bila orang lain selalu

meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan

bersikap tidak akan menyenangi dirinya.


b. Atraksi Interpersonal

Menurut Barlund (Rakhmat, 2001) Atraksi interpersonal diperoleh dengan

mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka

individu dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.

Misalnya makin tertarik individu kepada seseorang, makin besar kecenderungan

individu berkomunikasinya. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya

tarik seseorang disebut sebagai atraksi interpersonal.

c. Hubungan Interpersonal

Menurut Goldstein (Rakhmat, 2001) hubungan interpersonal ada tiga yaitu:

1) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka

individu mengungkapkan perasaannya.

2) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin cenderung

individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya

(psikolog).

3) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin cenderung

individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat

penolongnya.

F. Masalah Hubungan Interpersonal

Hasil Penelitian. Masalah kesamaan dan ketidak-samaan seringkali menjadi

sorotan dalam komunikasi interpersonal, sehingga penelitian yang dilakukan sering

menekankan pada analisa hubungan di antara pihak yang berkomunikasi. Tidak semua

hubungan dalam komunikasi interpersonal harus diarahkan agar menjadi akrab dan

keputusan rasional dapat dibuat. Perspektif hasil penelitian Delia (1980) sebagaimana

dikutip Stewart dan Sylvia (1991: 202-203) memperlihatkan bahwa:


1. Bentuk suatu hubungan seringkali tidak sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk

kebaikan hubungan itu. Hubungan muncul bukan karena keinginan terjalinnya

hubungan tetapi lebih disebabkan oleh sesuatu yang tumbuh dalam pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan bersama, misalnya Anda diminta untuk mengerjakan

sebagain dari kegiatan suatu proyek.

2. Tuntutan keadaan seringkali mengatur dugaan dan persepsi, membentuk harapan

mengenai suatu hubungan dan membentuk cara pengungkapannya, misalnya Anda

tertarik dengan sebuah sepatu untuk kemudian Anda memiliki harapan untuk

membelinya dan menjelaskan bagaimana Anda menawar harganya supaya lebih

murah dibeli Anda.

3. Banyak hubungan yang berlangsung lama dibatasi oleh suatu konteks khusus atau

rentang konteks dan tidak mengakibatkan peningkatan keakraban, misalnya dua orang

mitra kerja berhubungan baik namun tidak pernah berkomunikasi secara interpersonal

di luar jam kerja.

4. Meskipun derajat kepuasan yang diperoleh (Anda) dari hubungan dan cara hubungan

itu berkembang akan didasarkan atas penilaian implisit tentang orang (lain) itu,

penilaian berubah mengikuti konteks dan sifat hubungan itu. Artinya, beberapa

kualitas dan penilaian adalah penting dalam suatu hubungan, tetapi beberapa sifat dan

penialaian lainnya yang amat berbeda adalah penting pula untuk jenis hubungan yang

lain.

G. Beberapa Aksioma Komunikasi Interpersonal

Sebagaimana kita pahami bahwa komunikasi interpersonal melibatkan pesan

verbal dan non-verbal serta kombinasi dari keduanya. Biasanya pula perilaku keduanya

itu saling memperkuat atau saling mendukung, meskipun tidak jarang terjadi adanya suatu
pesan yang kontradiktif. Untuk itu Devito (1992: 19-27) mengemukakan beberapa

aksioma yang perlu diperhatikan dalam komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Komunikasi interpersonal melibatkan proses penyesuaian. Pihak-pihak yang terlibat

dalam komunikasi interpersonal sesungguhnya menggunakan sistem isyarat/simbol

yang menuntut penyesuaian. Hal demikian terlihat jelas manakala orang-orang yang

berkomunikasi itu menggunakan bahasa yang berbeda, maka penyesuaian atas

penggunaan isyarat atau simbol yang sama (yang dapat dimengerti) akan menguat.

Seni berkomunikasi sesungguhnya mengidentifikasi dan mengenali isyarat atau

simbol-simbol yang digunakan orang lain.

2. Komunikasi interpersonal memiliki dimensi isi dan hubungan. Setiap komunikasi

interpersonal selalu merujuk pada apa yang dikomunikasikan dan bagaimana

hubungan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

3. Komunikasi interpersonal mendorong terjadinya kesamaan (simetri) atau perbedaan

(komplementer) pola-pola perilaku dan hubungan di antara pihak-pihak yang

berkomunikasi menjadi dasart untuk menggambarkan kesamaan atau perbedaan itu.

Pola hubungan simentris menunjukkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam

komunikasi interpersonal bercermin pada perilaku lainnya. Pola ini akan lebih jelas

terlihat dalam suatu bentuk persaingan atau perebutan pengaruh. Pola hubungan

komplementer memperlihatkan bahwa di antara pihak yang berkomunikasi terjadi

perbedaan. Perbedaan ini hendaknya dipandang sebagai kondisi yang mendorong

produktivitas untuk saling melengkapi atau menguatkan perilaku yang lainnya.

4. Komunikasi interpersonal merupakan serangkaian peristiwa yang kontinyu tetapi juga

terdapat segmentasi interaksi atau jeda-jeda komunikasi sebagai sebab atau stimulus

dan lainnya sebagai efek atau tanggapan. Jeda atau potongan komunikasi ini amat

tergantung pada perspektif yang dimiliki pihak-pihak yang berkomunikasi.


5. Komunikasi interpersonal merupakan proses transaksional. Komunikasi interpersonal

merupakan suatu proses yang dinamis, melibatkan komponen-komponennya yang

saling tergantung dan setiap pihak yang berkomunikasi bertindak sebagai satu

kesatuan yang utuh (melibatkan seluruh aspek kepribadiannya).

6. Komunikasi interpersonal seringkali terjadi secara tidak terhindarkan. Komunikasi

interpersonal tidak hanya berlangsung dalam kesengajaan, bertujuan dan dengan

dorongan yang benar-benar disadari. Seringkali komunikasi itu terjadi dalam kondisi

yang tidak terhindarkan, tanpa kesengajaan, tanpa tujuan, dan kurang disadari. Kita

tidak bisa tidak, (harus) bereaksi.

7. Sekali terjadi peristiwa komunikasi interpersonal, maka terjadilah dan tidak bisa

diulangi (irreversible). Sekali Anda mengkomunikasikan sesuatu, maka Anda tidak

bisa mengkomunikasikannya kembali. Sekalipun Anda dapat mengusahakan dampak

dari pesan yang telah terlanjur disampaikan, pesan itu sendiri tidak bisa dikembalikan:

nasi telah menjadi bubur. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa kita penting untuk

berhati-hati dalam berkomunikasi atau dalam mengucapkan sesuatu sebab bisa

terjerembab ke dalam suatu konflik.


DAFTAR PUSTAKA

Devito, Joseph A. (1996). Human Communication. Alih bahasa oleh Maulana, Agus. (1997).
Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.

Effendi Uchjana, Onong. , 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya
Bhakti, Bandung

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyana, Dedy. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

Nasional, D. P. (1994). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sendjaja, D. S. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunarto. 2003. Manajemen, Komunikasi Antar Pribadi dan Gairah Kerja Karyawan. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Kehakiman dan HAM.

Tubbs, Stewart L.; Moss, Sylvia; Editor Mulyana, Deddy. (1996). Human Communication:
Konteks-Konteks Komunikasi. Buku Kedua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai