Kata Pengantar
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam
pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling
banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai
tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi
dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu
kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang
terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi
seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai
bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-tujuan
tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika
pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan
gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika
penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam
memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti,
penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-
benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan
oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika
seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja.
Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang
lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi( communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communication
skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari.
Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau
dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana memupuk keahlian komunikasi iterpersonal?
4. Bagaimana pentingnya keahlaian komunikasi interpersonal dalam komunikasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi antara dua orang atau
lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yanh vital dalam organisasi karena komunikasi
diperlukan bagi evektifitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan ,
manajemen konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi ulama dalam
berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain dan
memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau individu
berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita memahami
bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda
untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial . Sementara komunikasi interpersonal
dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti
kelompok dan organisasi.
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti
mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah
konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada
individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana
mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif. Deddy
Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal.” (Mulyana, 2005:73).
Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda tergantung pada siapa
mereka terlibat dalam komunikasi dengan. Sebagai contoh, jika seseorang berkomunikasi
dengan anggota keluarga, bahwa komunikasi akan lebih dari mungkin berbeda dari jenis
komunikasi yang digunakan ketika terlibat dalam tindakan komunikatif dengan teman atau
penting lainnya.
Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan baik dan tidak
langsung media komunikasi langsung seperti tatap muka interaksi, serta komputer-mediated-
komunikasi. Sukses mengasumsikan bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan
menafsirkan dan memahami pesan-pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan
implikasi.
Tujuan komunikasi boleh jadi memberikan keterangan tentang sesuatu kepada
penerima, mempengaruhi sikap penerima, memberikan dukungan psikologis kepada
penerima, atau mempengaruhi penerima.
B. Persepsi Interpersonal dan Konsep Diri dalam Keahlian Komunikasi Interpersonal
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam
kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang tersebut
mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan
saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu
kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas
komunikasi interpersonal kita. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi
nterpersonal diantaranya adalah pengalaman, motivasi, kepribadian, stereotyping,atribusi.
Perilaku kita dalam berkomunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi
interpersonal. Jadi persepsi interpersonal membawa pengaruh yang besar bagi komunikasi
interpersonal. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki apabila orang tersebut menyadari
bahwa persepsinya salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita
mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru.
Konsep diri diperlukan agar kita bisa mengamati diri dan sampailah pada gambaran
dan penilaian diri kita. William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan
perassan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan
fisis. Konsep diri bisa juga dijadikan alat pengukur kepercayaan diri kita.
Faktor-faktor yang mempengruhi konsep diri diantaranya adalah orang lain dan
kelompok. Ada kelomok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini,
orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal diantaranya adalah sebagai berikut:
• Nubuat yang dipenuhi sendiri
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
interpersonal karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri deisebut sebagai
nubuat yang dipenuhi sendiri. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada
kualitas konsep diri yang positif atau negatif. Sebagai peminat komunikasi, sebaiknya kita
mampu mengidentifikasi tanda-tanda konsep diri yang positif atau negatif.
• Membuka diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan
membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai
dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman
dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat
memandang diri kita dan orang lain.
• Percaya diri
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari
kurangnya kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri. Orang yang tidak menyenangi
dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang
percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut kalau
orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya.
• Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri
mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi
pesan itu, dan apa yang kita ingat. (Anita Taylor 1977: 112). Dengan singkat, konsep diri
menyebabkan terpaan selektif, persepsi selektif, dan ingatan selektif.
C. Hubungan Keahlian komunikasi Interpersonal dalam Komunikasi
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang tersebut akan
berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi interpersonal melalui
konsep diri. Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas sangat penting dilakukan agar kita
ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal
yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi
hubungan dengan komunikan menjadi rusak. DeVito (1992) memandang komunikasi
interpersonal yang efektif berdasarkan humanistic model dan pragmatic model. Humanistic
model (soft approach) menunjukkan bahwa kualitas komunikasi interpersonal yang efektif
ditentukan oleh 5 faktor, sebagai berikut: Openness (keterbukaan), Empathy, Supportiveness
(mendukung), Positiveness (sikap positif), Equality (kesetaraan). Pragmatic model
(behavioural) atau disebut juga sebagai pendekatan keras (hard approach) atau (competence
model) fokus pada perilaku tertentu yang harus digunakan oleh pelaku komunikasi
interpersonal baik sebagai pembicara maupun sebagai pendengar apabila ingin efektif.
Pendekatan ini pun menyatakan ada 5 skemampuan yang harus dimiliki, yaitu sebagai
berikut:
• Confidence (percaya diri) maksudnya adalah para pelaku komunikasi interpersonal harus
memilki rasa percaya diri secara sosial (social confidence).
• Immediacy merujuk pada situasi adanya perasaan kebersamaan antara
pembicara dan pendengar (oneness). Immediacy ditunjukan dengan sikap memperhatikan,
menyenangi, dan tertarik pada lawan bicara
• Interaction management maksudnya adalah kemampuan untuk mengontrol interaksi demi
memuaskan kedua belah pihak pelaku komunikasi.
• Expressiveness maksudnya adalah kemampuan untuk secara sungguhsungguh terlibat dalam
proses komunikasi.
• Other orientation maksudnya adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain
selama proses komunikasi interpersonal berlangsung.
Butir-butir tersebut di atas menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki agar suatu
proses komunikasi interpersonal efektif. Idealnya semua kemampuan tersebut harus dimiliki
oleh para pelaku komunikasi interpersonal. Namun DeVito (1992) memberikan peringatan
bahwa dalam menerapkan kemampuan tersebut setiap situasi komunikasi, dan aspek budaya
yang berbeda pada pelaku komunikasi. Jadi aturan-aturan komunikasi interpersonal yang
efektif tersebut harus diterapkan secara fleksibel.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan personal, tetapi dengan mengikuti ikhtisar
dari Coleman dan Hammen (1974:224-231). Model-model tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
• Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya.
• Model peranan masyarakat
Model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus
memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan
dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan
kerancunan peranan.
• Model permainan
Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari
permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia.
• Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki
sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsisitem
yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Pola-pola komunikasi interpersonal mempuanyai efek yang berlainan pada hubungan
interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi
interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah
berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Faktor-faktor
yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah percaya,
kejujuran, sikap suportif.
(3) membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain,
3. Komunikasi tergantung pada pertukaran antar partisipan atas dasar kesamaan sistem tanda dan
makna
5. Komunikasi antar pribadi dapat merangsang timbulnya saling meniru atau saling melengkapi
perilaku antara individu yang satu dengan lainnya.
(6) motivasi internal dan eksternal. Dalam konseling harus dikembangkan persepsi
yang benar dan tepat baik dalam diri konselor maupun dalam diri klien. Harus dihindari
adanya perbedaan pesepsi antara konselor dengan klien.
Fungsi menyimak dalam komunikasi dalam komunikasi antar pribadi adalah sebagai bentuk
memperoleh: rasa senang, infortmasi, dan bantuan. Sedangkan maksud menyimak adalah
untuk: (1) membuat pendengar mengecek pemahaman secara tepat,
1. Berhenti bicara
8. Menyatakan pemahaman
9. Mengajukan pernyataan
10. Bersikap secara baik seperti: bersahabat, sopan, terbuka, sensitif, dsb.
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
A. Pengertian
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang
melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti
suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan
sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri
komunikasi diadik adalah:
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat
untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima lat
indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada
komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi
antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.
Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan
sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi,
ataupun lewat teknologi tercanggihpun.
B. Faktor-faktor pengaruh
1. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi
inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan
dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang
peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan
komunikasi.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif,
ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa
stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap
orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui
oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang
rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,
mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis
yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada
saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri
sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-
pengalaman dan gagasan baru.
3. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak
semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu,
ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
4. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang
lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang
untukmengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.
Miller (1976) dalamExplorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa
”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara
komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak),
perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam hubungan tersebut.”
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam
komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a.
Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap terbuka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti
mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah
konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada
individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana
mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif.
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam
kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang tersebut
mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan
saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu
kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas
komunikasi interpersonal kita.
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang tersebut akan
berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi interpersonal melalui
konsep diri. Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas sangat penting dilakukan agar kita
ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal
yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Komunikasi Interpersonal
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi
interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua
juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita
berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa
tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
b. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk
‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah
merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan
a. keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai
b. konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan
kedekatan fisik; serta
c. sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi
dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan
terhadap situasi atau suasana interaksi.
e. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin
lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain.
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan ketidak-
sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang
pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl
rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di atas maka itulah yang menjadi
hambatan dalam proses Komunikasi Interpersonal. Dalam situasi pertentangan Komunikasi
Interpersonal tidak dapat dilaksanakan dengan baik, kalau pun dipaksakan dilaksanakan
pasti kegiatan Komunikasi Interpersonal efeknya tidak akan berhasil.
B. Kultur
Istilah kultur meruapakan penyebutan terhadap istilah budaya. Dalam khasanah ilmu
pengetahuan kata kebudayaan/budaya merupakan terjemahan dari kata culture. Kata culture
sendiri berasal dari Bahasa Latin dari kata colere yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah/pertanian.
E.B. Taylor yang dikutip Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi
menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi
keyakinan dan cara hidup suatu masyarakat yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Keyakinan adalah keseluruhan idea yang dianut meliputi religi, pemerintahan,
ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan adat istiadat. Cara hidup adalah pola-pola tindakan
yang berhubungan dengan soal kebiasaan meliputi makanan, pakaian, perumahan, cara-
cara perkawian, hiburan, estetika dan sebagainya.
Rapl Linton menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap,
pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu
masysrakat tertentu.”
Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropoogi menyatakan bahwa :
“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Dari beberapa definisi kebudayaan tersebut di atas dapat disimpulkan dan juga telah
disepakati beberapa ahli antropologi, bahwa kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu
adalah segala tindakan yang harus dilalui dan dibiasakan manusia melalui proses belajar
(learned behavior) .
Berkaitan dengan hal tersebut di atas hal tersebut sesuai dengan fungsi komunikasi
menurut Harol D. Lasswell yang ketiga yaitu; The transmission of the social heritage from
one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan
mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi
lain. Itulah fungsi komunikasi terutama Komunikasi Interpersonal.
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana kedudukan kultur atau budaya dalam
proses kegiatan Komunikasi Interpersonal. Untuk sementara ini para ahli baru meninjau
hanya mengenai hambatan budaya/kulur dalam proses Komunikasi Interpersonal terutama
kegiatan Komunikasi Interpersonal lintas budaya, yaitu diantaranya :
a. Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur akan mengundang perbedaan
persepsi terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar timbul.
b. Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur tentu saja akan banyak
perbedaan dalam bahasa sehingga dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal tersebut
selain hambatan dalam bahasa juga terdapat hambatan semantic, yaitu perbedaan
peristilahan dalam masing-masing bahasa.
c. Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur disertai penekanan pesan
dengan pesan non-verbal mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan
penyampaian pesan tidak akan tersampaikan.
d. Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur jika bertentangan dengan adat-
kebisaannya, norma-normanya maka akan terjadi penolakan Komunikasi Interpersonal.
C. Experience
Pengalaman atau experience adalah sejumlah memori yang dimiliki individu
sepenjang perjalanan hidupnya.
Pengalaman masing-masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis sama, bahkan
pasangan anak kembar pun yang dibesarkan sama-sama dalam lingungan keluarga yang
sama pengalamannya tidak akan persis sama bahkan mungkin akan berbeda.
Perbedaan pengalaman antara individu (bahkan antar anak kembar) ini bermula dari
perbedaan persepsi masing-masing tentang sesuatu hal. Perbedaan persepsi tersebut banyak
disebabkan karena perbedaan kemampuan kognitif antara individu termasuk anak kembar
tersebut, sedangkan bagi individu yang saling berbeda budaya tentu saja perbedaan persepsi
tersebut karena perbedayaan budaya. Perbedaan persepsi tersebut kemudian ditambah
dengan perbedaan kemampuan penyimpanan hal yang dipersepsi tadi dalam strorage sirkit
otak masing-masing individu tersebut menjadi long-term memory-nya. Setelah itu perbedaan
akan berlanjut dalam hal perbedaan kemampuan mereka memanggil memori mereka jika
diperlukan.
Perbedaan pengalaman tentu saja menjadi hambatan dalam Komunikasi
Interpersonal, karena seperti telah di bahas di muka bahwa terjadinya heterophilious karena
salah satunya diakibatkan perbedaan pengalaman. Sehingga jika terjadi heterophilious maka
proses Komunikasi Interpersonal tidak akan berjalan dan tujuan penyampaian pesan pun
tidak akan tercapai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti
mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah
konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada
individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana
mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif.
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam
kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang tersebut
mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan
saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu
kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas
komunikasi interpersonal kita.
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang tersebut akan
berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi interpersonal melalui
konsep diri. Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas sangat penting dilakukan agar
kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaudin.1966.Psikologi Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni.1995.Komunikasi organisasi.Jakarta:Bumi Aksara.
http://anapradhita.blogspot.com/2011/05/makalah-komunikasi-interpersonal.html
http://www.scribd.com/doc/95299120/Makalah-Komunikasi-Interpersonal
http://www.tubiyono.com/template-features/interpersonal-skill/84-hambatan-komunikasi-
interpersonal
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html
A. Latar Belakang
Diawali dengan komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran
komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia individu. Seiring dengan
proses tersebut,perkembangan intelektual dan sosial individu sangat ditentukan oleh kualitas
komunikasi dengan orang lain tersebut. Secara sadar maupun tidak sadar individu
memperhatikan dan mengingat-ingat semua tanggapan dari orang lain terhadap diri individu.
Dengan komunikasi dengan orang lain individu dapat menemukan diri yang sebenarnya.
Komunikasi antarpribadi mengembangkan individu dari dimensi kesosialan. Bersosialisasi
dengan orang lain secara tidak langsung menunjukkan kekhasan diri sendiri, sehingga lebih
mudah menemukan jatidiri. Kondisi mental yang sehat dan tidak sehat ternyata dipengaruhi
juga oleh kualitas komunikasi antarpribadi dengan orang lain. Oleh sebab itu komunikasi
antarpribadi sangat penting bagi kehidupan individu yang hidup di tengah-tengah lingkungan
sosial
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang
terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi
(dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang
samaterhadap topik pesan yang disampaikan. Sifat- sifat dari komunikasi, yaitu :
1. menulis,
2. membaca,
3. berbicara;
4. mendengar
• Menulis (writing): 9%
• Mendengarkan (listening): 45%
• Membaca (reading) : 16%
• Berbicara (speaking) : 30%
Disadari ataupun tidak, setiap hari kita melakukan, paling tidak, satu dari keempat hal
tersebut diatas dengan lingkungan kita. Seperti juga pernafasan, komunikasi sering dianggap
sebagai suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali kita tidak
memiliki kesadaran untuk melakukannya secara efektif. Aktivitas komunikasi adalah
aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara
khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun
berbicara secara efektif serta menjadi pendengar yang baik.
Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau
seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan
keterampilan komunikasi yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif
akan berperan besar dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat
melakukan komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau
informasi yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan
menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku
komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan umtuk melancarkan
komunikasi persuasif ( persuasive communication ) yakni suatu teknik komunikasi secara
psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi
komunikasi persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam
artian tokoh yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah
yang sangat banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau
idiologinya maka seluruh jajarannya akan mengikutinya.
1) Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu
sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan
belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sabri (1993)
mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan
rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya
kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan)
hidupnya.
Mar’at (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang
yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari
lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik
lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan. Mar’at
(Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses
belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis
Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga
oleh faktor fungsional dan struktural.
o faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu,
pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang
bersifat subyektif.
o Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan
keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
2) Konsep Diri
Menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang
kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu
bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada
diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat
diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya.
Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang
lain mengenai dirinya. Menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Centi (1993:9) mengemukakan konsep
diri (self-concept) adalah gagasan tentang diri sendiri, bagaimana kita melihat diri sendiri
sebagai pribadi, merasa tentang diri sendiri, dan menginginkan diri sendiri menjadi manusia
sebagaimana kita harapkan. Jadi, Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang
dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya
maupun lingkungan terdekatnya.
3) Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya
membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
o Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil
belajar.
o Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga
keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh.
o Exchange theory ,interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika orang kenal pada
seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan lebih disukai.
o Gain-loss theory , orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan dari
pada orang-orang yang merugikan kita.
Faktor-faktor situasional:
4) Hubungan Interpersonal.
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan
mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai
primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh
penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka
disebut central organizing trait.
Walaupun teori Asch ini menarik untuk melukiskan bagaiana cara orang
menyampaikan berita tentang orang lain mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu, dalam
kenyataan kita jarang melakukannya. Jarang kita melukiskan orang dengan menyebut
rangkaian kata sifat. Kita biasanya mulai pada central trait, menjelaskan sifat itu secara
terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain.
Edward T. Hall, juga menyimpulkan keakraban seorang dengan orang lain dari jarak
mereka, seperti yang kita amati. Kedua, erat kaitannya dengan yang pertama, kira menangapi
sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan kita. Ketiga, caranya orang
mengatur ruang mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu.
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang
ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat
tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik,
sehingga apabila petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk
kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang
paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya
disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap).
b. Petunjuk Wajah
Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting
dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather
(1976:21), menulis; “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi
interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa
detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah wajah
rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka,pada
gilirannya, menelaah kita”.
c. Petunjuk Paralinguistik
Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambing-lambang
verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik
mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo
bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting.
Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan
rendah diri atau … kebodohan.
Dialek digunakan menentukan persepsi juga. Bila perilaku komunikasi (cara bicara)
dapat memberikan petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan
keadaan emosional.
d. Petunjuk Artifaktual
Selain berbagai petunjuk diatas, petunjuk verbal juga mempunyai peran. Yang
dimaksud dengan petunjuk verbal disini adalah isi komunikasi persona stimuli, bukan cara.
Misalnya, orang yang menggunakan pilihan kata-kata yang tepat, mengorganisasikan pesan
secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan menimbulkan
kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar.
a) Pengalaman
b) Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak
melibatkan unsur-unsur motivasi.
c) Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego.
Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang
melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal
dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang
ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan
proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran
sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani
perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang
tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain.
Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957).
Bila petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal membantu kita melakukan persepsi
yang cermat, beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi interpersonal
menjadi lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar.
Menusia secara sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin.
Inilah yang disebut dengan Erving Goffman sebagai self-presentation (penyajian diri).
o Stereotyping
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang
sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan
pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo
effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang
positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut
Heider, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang
menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut
kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau
munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn
Byrne (1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu
menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu
memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.
Dalam komuniaksi interpersonal terdiri dari berbagai macam teori salah satunya
adalah teori fungsional. Kata fungsional disini hakekatnya ini bukanlah sebuah teori,
melainkan suatu perspektif yang dapat digunakan sebagai pijakan teori. Beberapa teori
komunikasi menggunakan perspektif fungsional, yaitu.
Pendekatan teoritik yang paling umum dari komunikasi yaitu teori sistem. Teori
sistem dan dua bidang yang berhubungan, sibernetika dan teori informasi, menyajikan
perspektif yang luas mengenai cara memandang dunia. Teori sistem berkaitan dengan saling
keterhubungan antara bagian-bagian dari suatu organisasi.
Salah sastu bagian dalam lapangan komunikasi yang dikenal sebagai relational
communication sangat dipengaruhi oleh teori sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi bahwa
fungsi komunikasi interpersonal untuk membuat, membina, dan mengubah hubungan dan
bahwa hubungan pada gilirannya akan mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal.
Poin ini berdasar pada gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan
struktur hubungan. Dlaam keluarga misalnya, anggota individu secara sendirian tidak
membentuk sebuah sistem, tetapi ketika berinteraksi antara satu dengan anggota lainnya, pola
yang dihasilkan memberi bentuk pada keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara luas
diadopsi dalam lapangan komunikasi. Proses dan bentuk merupakan dua sisi mata uang;
saling menentukan satu sama lain.
Seorang Antropolog Gregory Bateson adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya
dikenal dengan komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada pengembangan dua proposisi
mendasar pada mana kebanyakan teori relasional masih bersandar. Pertama yaitu sifat
mendua dari pesan: setiap pertukaran interpersonal membawa dua pesan, pesan “report” dan
pesan “command”. Report message mengandung substansi atau isi komunikasi, sedangkan
command message membuat pernyataan mengenai hubungan. Dua elemen ini selanjutnya
dikenal sebagai “isi pesan” dan “pesan hubungan”, atau “komunikasi” dan
“metakomunikasi”.
Pesan report menetapkan mengenai apa yang dikatakan, dan pesan command
menunjukkan hubungan diantara komunikator. Isi pesan sederhana seperti “I love you” dapat
dibawakan dalam berbagai cara, dimana masing-masing mengatakan sesuatu secara berbeda
mengenai hubungan. Frasa ini dapat dikatakan dalam cara yang bersifat dominasi,
submissive, pleading (memohon), meragukan, atau mempercayakan. Isi pesannya sama,
tetapi pesan hubungan dapat berbeda pada tiap kasus.
Teori Leon Festinger mengenai dissonansi kognitif merupakan salah satu teori yang
paling penting dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun teori ini menghasilkan
sejumlah riset dan mengisi aliran kritik, interpretasi, dan extrapolasi.
Dua premis yang menolak aturan teori dissonansi. Pertama yaitu bahwa dissonansi
menghasilkan ketegangan atau penekan an yang menekan individu agar berubah sehingga
dissonansi terkurangi. Kedua, ketika dissonansi hadir, indivi du tidak hanya berusaha
menguranginya, melainkan juga akan menghindari situasi dimana dissonansi tambahan bisa
dihasilkan.
Semakin besar dissonansi, semakin besar kebutuhan untuk menguranginya. Contoh, semakin
perokok tidak konsisten dengan pengetahuannay mengenai efek negatif merokok, semakin
besar dorongan untuk berhenti merokok. Dissonansi itu sendiri merupakan hasil dari dua
variabel lain, kepentingan elemen kognitif dan sejumlah elemen yang terlibat dalam
hubungan yang dissonan. Dengan kata lain, jika kita mempunyai beberapa hal yang tidak
konsisten dan jika itu penting untuk kita, kita akan mengalami dissonansi yang lebih besar.
Jika kesehatan tidak penting, pengetahuan bahwa merokok itu buruk bagi kesehatan
kemungkinan tidak mempengaruhi perilaku perokok secara aktual.
Sikap, Kepercayaan, dan Nilai. Salah satu teori yang paling komprehensif mengenai
sikap dan perubahannya yaitu milik Milton Rokeach. Dia mengembangkan penjelasan yang
meluas mengenai perilaku manusia berdasarkan kepercayaan, sikap dan nilai.
Rokeach percaya bahwa setiap orang mempunyai sistem yang tersusun dengan baik atas
kepercayaan, sikap dan nilai, yang menuntun perilaku. Belief adalah ratusan atau ribuan
pernyataan yang kita buat mengenai diri dan dunia. Kepercayaan dapat bersifat umum
ataupun khusus, dan itu disusun dalam sistem dalam hal sentralitas atau pentingnya terhadap
ego. Pada pusat sistem kepercayaan yang dibangun dengan baik itu, kepercayaan yang secara
relatif tidak dapat berubah yang membentuk inti sistem kepercayaan. Pada pinggiran sistem
terbentang sejumlah kepercayaan yang tidak signifikan yang dapat mudah berubah. Percaya
bahwa orang tua kita bahagia dalam perkawinan kemungkinan cukup penting, karena
dampaknya yaitu banyak hal lain yang kita anggap benar.
D. Teori self disclosure
Disclosure dan understanding merupakan tema penting dalam teori komunikasi pada
tahun ’60 dan ‘70-an. Sebagian besar sebagai konsekuensi aliran humanistik dalam psikologi,
sebuah ideologi “honest communication” muncul, dan beberapa dari pemikiran kita tentang
apa yang membuat komunikasi interpersonal itu baik dipengaruhi oleh gerakan ini. Didorong
oleh karya Carl Rogers, disebut Third Force begitu dalam psikologi menyatakan bahwa
tujuan komunikasi adalah meneliti pemahaman diri dan orang lain dan bahwa pengertian
hanya dapat terjadi dengan komunikasi yang benar.
Menurut Petronio, individu terlibat dalam hubungan secara konstan menjadi bagian
dalam proses pengaturan yang membatasi antara publik dan privat, antara perasaan dan
pikiran yang mereka mau berbagi dengan sang patner dengan perasaan dan pikiran yang tidak
mau mereka bagi. Permainan diantara kebutuhan untuk berbagi dan kebutuhan untuk
melindungi diri ini sifatnya konstan dan mendorong pasangan untuk membicarakan dan
mengkoordinasi batasan mereka.
Hambatan Komunikasi Interpesonal
BAB III
PENUTUP
1. Persepsi Interpersonal
2. Konsep Diri
3. Atraksi Interpersonal
4. Hubungan Interpersonal.
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan
mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai
primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh
penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka
disebut central organizing trait.
• Pengalaman
• Motivasi
• Kepribadian
• Proses Pembentukan Kesan
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jallaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mcleod. 2008. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta : University Press
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. jakarta : Bumi Aksara
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti
www. jurusankomunikasi.blogspot.com diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul
20.25 WIB
www. stumbleoverclovers.blogspot. com diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul
20.27 WIB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk sosial sudah tentu memiliki kebutuhan untuk saling berkomunikasi
satu sama lain. Namun dengan keterbatasan kemampuan menangkap pesan yang dismpaikan,
antara satu orang dengan yang lainnya akan berbeda. Karena itu dibutuhkan sebuah pengertian
komunikasi interpersonal. Pengertian komunikasi interpersonal adalah adanya komunikasi secara
langsung atau face-to-face communication pada waktu dan tempat yang sama (Lievrouw, 2008).
Setiap manusia butuh untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dilakukan sebagai
bagian dari kodrat manusia yang tak bisa hidup sendiri. Dasar dari komunikasi interpersonal adalah
adanya komunikasi antara dua orang atau lebih yang membicarakan topik tertentu. Memang tidak
semua orang bisa menjadi seorang komunikator yang baik dan handal. Ada teknik-teknik komunikasi
yang harus dipelajari bila ingin bisa diterima dari berbagai kalangan social.
konsep ilmu Komunikasi, keterkaitan psikologi memang tidak bisa ditinggalkan. Bahkan para
Bapak Komunikasi tiga diantaranya adalah pakar psikologi, Kurt Lewin, Paul Lazarzfeld dan Carl I
Hovland. Meskipun demikian, komunikasi bukanlah subdisiplin psikologi. Komunikasi sebagai sebuah
ilmu tersendiri memang menembus banyak disiplin ilmu. Bagaimanapun komunikasi merupakan
bagian yang essensial buat pertumbuhan kepribadian manusia seperti disebutkan oleh Ashley
Montagu. Dan komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran
manusia. Karenanya komunikasi selalu menarik minat psikolog
Dalam psikologi komunikasi mempunyai makna yang sangat luas, meliputi segala
penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem atau organisme. Kata
komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh atau secara
khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Jadi psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha
menguaraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
Peristiwa mental adalah internal mediation of stimuli sebagai akibat berlangsungnya komunikasi
(Fisher) Sementara peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah diantaranya yaitu :
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dilihat dari rumusan masalah diatas yaitu :
1. Mengetahui Pengertian Komunikasi Interpersonal.
2. Mengetahui atraksi interpersonal.
3. Mengetahui factor-faktor personal dan situasional yang memengaruhi atraksi interpersonal.
4. Mengetahui pengaruh atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal.
5. Mengetahui pengertian hubungan interpersonal.
6. Mengetahui teori-teori dan tahapan-tahapan hubungan interpersonal.
7. Mengetahui factor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal.
BAB II
PEMBAHASAN
Interpersonal Communication adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap
muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.
Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) adalah komunikasi antar dua orang, dimana
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap
muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal
balik (Effendy,1986:61). Effendy juga menambahkan komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika,dan komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam
merubah perilaku oranglain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator diterima oleh komunikan
2. Antraksi interpersonal
a. Pengertian atraksi interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa latin “attrahere (att: menuju) dan “trahere”: menarik. Jadi, atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Makin tertarik
kita dengan orang lain, maka makin besar kcenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Daya tarik seeorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seseorang,
maka kita cenderung melihat sesuatu dari diri seseorang tersebut secara positif. sebaliknya, jika kita
tidak menyukai seseorang, maka kita cenderung melihat sesuatu dari diri seseorang tersebut secara
negative.
b. faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal.
Pentingnya atraksi Interpersonal maka kita akan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
atarksi interpersonal. Terdapat dua faktor yaitu :
1. Faktor-faktor Personal
Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal adalah :
Asas kesamaan ini bukanlah satu-satunya determinan atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya
merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi di antar individu. Walaupun begitu, bagi
komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan diantara semua
peserta komunikasi.
b. Tekanan Emosional
Dalam penelitian, seseorang yang berada dalam keadaan cemas yang sangat tinggi lebih
menginginkan adanya sahabat atau orang didekatnya untuk memberikan kasih sayang.
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stress, bingung, cemas, dan lain-lain akan
menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai
orang lain semakin besar.
Orang yang rendah diri cenderung mudah menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilan
dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang.
d. Isolasi diri
Beberapa orang peneliti menyebutkan bahwa tingkat isolasi sosial yang amat besar berpengaruh
terhadap kesukaan kita pada orang lain. Menurut Aronson, orang yang kesukaannya kepada kita
bertambah akan lebih kita senangi darpada orang yang kesukaannya kepada kita tidak berubahasi
sosial yang amat besar berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain. Menurut Aronson, orang
yang kesukaannya kepada kita bertambah akan lebih kita senangi darpada orang yang kesukaannya
kepada kita tidak berubah.
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu,
namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan baha tingkat isolasi sosial
sangat besar pengruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain
2. Faktor-faktor Situasional
Adapun faktor-faktor situasional yang mempengaruhi Atraksi interpersonal yaitu :
b. Ganjaran
Kita cenderung menyenangi orang yang memberi ganjaran pada kita. Ganjaran itu berupa
bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai
orang yang menyukai kita.
c. Familiarity
Yaitu hubungan kita dengan orang-orang yang sudah kita kenal. Menurut Robert B. Zajonc,
semakin sering orang melihat seseorang maka ia akan semakin menyukainya.
d. Kedekatan (Proximity)
Orang cenderung menyenangi mereka yang berdekatan dengannya, baik rumah, tempat tidur,
tempat duduk, dan sebagainya.
e. Kemampuan
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada
kita atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Dalam penelitian Aronson, orang yang paling disenangi
adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tapi menunjukkan beberapa kelemahan
2. Efektifitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal akan efektif jika komunikator dan komunikan merasa senang
dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi didasarkan pada suka sama suka maka interaksi antara
keduanya akan berjalan lancar dan tidak akan mengalami kekeliruan atau kesalah pahaman.
3. Hubungan interpersonal
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh
kategori, yaitu:
a) informasi demografis
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
c) rencana yang akan dating
d) kepribadian
e) perilaku pada masa lalu
f) orang lain
g) hobi dan minat. Hubungan Interpersonal
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan.
Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan
komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya. Menerima, empati dan kejujuran.
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tampa menilai dan berusaha
mengendalikan. Menerima adalah sikap melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang
patut dihargai.
Empati adalah memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosinal bagi kita, sebagai
keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain siap mengalami
suatu emosional.
Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Kejujuran mengakibatkan
perilaku kita dapat diduga, ini mendorong orang-orang untuk percaya pada kita.
b. Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap depentif dalam komunikasi dalam
penelitian gaib di ungkapkan bahwa makin sering orang menggunakan perilaku depentif, makin besar
kemungkinan komunikasi depentif, komunikasi depentif berkurang dalam perilaku suportif, ketika
orang menggunakan perilaku ke sebelah kanan.
a. Evaluasi dan Deskripsi. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain, memuji atau
mengancam. Deskripsi artinya penyampaian pesan dan persepsi antara tampa menilai.
b. Control dan Orientasi Masalah. Perilaku kontrol adalah berusaha untuk mengubah orang lain,
mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya.
c. Strategi dan spontanitas. Stategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
mempengaruhi orang lain.
d. Netralitas dan Empati. Netralitas berarti sikap inpersonal memperlakukan orang lain tidak
sebagai persona, melainkan sebagi objek.
e. Superioritas dan Persamaan. Superioritas berarti sikap menunjukkan anda lebih tinggi atau
lebih baik dari pada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan atau
kecantikan.
f. Kepastian dan Provisionalisme. Orang yang memiliki kepastian berarti memiliki dogmatis,
keinginan menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat
diganggu gugat
c. Sikap terbuka.
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif
Kriteria sikap orang terbuka:
a. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajengan logika.
BAB I
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interpersonal Communication adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang
memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verba dan atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang
Factor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal yaitu factor personal dan factor situasional
serta yag memengaruhi atraksi pada nkomunikasi interpersonal yaitu Penafsiran Pesan dan Penilaian
dan efektifitas komunikasi.
B. Saran
Makalah ini disusun sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sehingga semoga dapat menjadi bahan
yang sesuai dan dapat dijadikan referensi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi, Fakultas Psikologi Unair,2010.
http://www.teguhsantoso.com/2011/10/tahap-tahap-hubungan interpersonal.html#ixzz2Bn4Hp86R
http://unisankomunikasi-3.blogspot.com/2009/10/atraksi-interpersonal.html