Disusun oleh :
1. Pypiet Noor K.
(13803241013)
2. Amelia Rahman
(13803241020)
(13803241028)
(13803241030)
5. Nita Lestari
(13803241094)
(13803244012)
(13803244014)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku
komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan cenderung memerlukan
bantuan orang lain. Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang
menunjukkan bahwa semua kegiatan manusia selalu berhubungan dengan orang lain.
Misalnya saja, kita sebagai mahasiswa perlu berinteraksi dengan dosen, dengan sesama
mahasiswa, dengan tukang fotokopi, dan lain sebagainya.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkeinginan untuk berbicara, bertukar
gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagi pengalaman, maupun bekerja sama
dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan. Berbagai keinginan tersebut hanya dapat
dipenuhi apabila manusia melakukan interaksi dengan orang lain dalam suatu sistem
sosial tertentu. Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sosial tersebut
menunjukkan bahwa manusia memiliki naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya.
Naluri tersebut merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan manusia
disamping kebutuhan akan afeksi (kasih sayang), inklusi (kepuasan), dan kontrol
(pengawasan). Upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, baik untuk melakukan
kerjasama (coorporation), maupun untuk melakukan persaingan (competition).
Aktivitas komunikasi merupakan aktivitas yang sangat dominan dalam kehidupan
manusia. Secara kodrati, manusia merasa perlu untuk berkomunikasi dengan orang lain,
yakni dimulai sejak masih bayi hingga akhir hayat. Bahkan, ada ungkapan lain yang
menyatakan bahwa tiada kehidupan tanpa komunikasi, karena makna hidup yang
sebenarnya adalah relasi dengan orang lain. Salah satu jenis komunikasi yang frekuensi
terjadinya cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi.
Banyak orang yang menganggap bahwa komunikasi interpersonal mudah dilakukan.
Meskipun demikian, adanya mis communication, yaitu terjadinya kesalahpahaman
pengertian
dalam
berkomunikasi,
dapat
menyebabkan
terjadinya
pertengkaran,
perselisihan, perkelahian, dan perdebatan dalam masyarakat. Misalnya saja, ketika Anda
menyapa seorang teman, tetapi teman anda tidak menanggapi.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu aktivitas yang dapat dipelajari. Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai konsep dasar
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat di rumuskan masalah yaitu, bagaimana konsep
dasar komunikasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Trenholm dan Jensen (1995: 26), komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi
diadik). Sifat komunikasi ini yaitu: spontan dan informal, saling menerima feedback
secara maksimal, serta partisipan yang berperan fleksibel.
Menurut
communication)
Littlejohn
adalah
(1999),
komunikasi
komunikasi
antara
antarpribadi
individu-individu.
(interpersonal
Komunikasi
interpersonal juga dapat didefinisikan sebagai interaksi tatap muka antara dua atau
beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi pesan secara langsung pula (M.
Hardjana, 2003: 85). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Deddy
Mulyana (2008: 81), yang menyatakan bahwa komunikasi interpesonal adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal maupun
nonverbal.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim
(sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak
langsung (melalui media tertentu) yang memungkinkan timbulnya umpan balik secara
langsung.
Akan
tetapi
dengan
mempertimbangkan
efektifitas
maka
atau
distorsi
terhadap
gagasan-gagasan
yang
ingin
disampaikan.
5. Komunikasi interpersonal tatap muka, memungkinkan balikan atau respon
dapat diketahui segera (instan feedback).
aturan-aturan
tata
bahasa,
serta
disesuaikan
dengan
komunikasi
secara
tatap
muka,
maka
komunikasi
7. Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai
sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral,
maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki
komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak
keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang
diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator. Pada
hakikatnya, respon merupakan informasi bagi sumber sehingga ia dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
8. Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus
didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponenkomponen maupun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja
yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan
pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9. Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada
tiga dimensi, yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada
lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti
ruangan, halaman, dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu
kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya pagi, siang, sore,
malam. Konteks nilai meliputi nilai sosial dan budaya yang memengaruhi
suasana komunikasi, seperti adat istiadat, situasi rumah, norma sosial,
norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya. Agar komunikasi
interpersonal dapat berjalan secara efektif, maka masalah konteks
komunikasi ini kiranya perlu menjadi perhatian. Artinya, pihak
komunikator
dan
komunikan
perlu
mempertimbangkan
konteks
komunikasi ini.
Komunikasi
kegiatan
ialah
komunikasi.
langkah-langkah
Secara
yang
sederhana
menggambarkan
proses
komunikasi
bersama dalam memahami pesan. Tatkala pesan dimaknai berbeda, maka akan
terjadi mis communication. Perbedaan pemaknaan bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain : latar belakang pengetahuan bahasa. Misalnya
komunikasi interpersonal antara seorang yang menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari dengan seseorang yang biasa menggunakan bahasa
Sunda. Kata gedhang dalam bahasa Jawaberarti pisang, tetapi dalam bahasa
Sunda berarti pepaya. Atos di Jawa bermakna keras, tetapi di Sunda
berarti sudah.
2. Orang hanya bisa mengerti sesuatu hal dengan menghubungkannya pada
suatu hal laim yang telah dimengerti. Artinya ketika memahami suatu
informasi, seseorang akan menghubungkannya dengan pengalaman dan
pengetahuan yang sudah dimengerti. Misalnya ketika mendengar bunyi
kentongan, asosiasi
orang
berkomunikasi
tentu
mempunyai
tujuan.
Komunikasi
meningkatkan
keefektifan
komunikasi
interpersonal,
peserta
5. Komunikasi
interpersonal
menempatkan
kedua
belah
pihak
yang
informasi
mengenai
pelaksanaan
suatu
pekerjaan.
Dalam
pesan
disampaikan
secara
tertulis.
Pada
komunikasi
tertulis,
J.
Lambaian tangan.
Mintalah maaf dan permisi: maaf nama saya Agus, sioapa nama
anda? Bolehkah aku tahu alamat kamu?
Ucapkan terimakasih
Kasus
Kasus 1:
Sepasang suami istri (pasutri) memiliki seorang anak dan seorang pembantu rumah tangga.
Pasutri tersebut memiliki kesibukan yang amat padat dikantor sampai-sampai si anak lebih
sering bersama pembantu dan lebih merasa di sayang pembantu ketimbang orang tuanya
sendiri. Sang orang tua merasa cemburu ketika melihat sang anak lebih akrab dan dekat
dengan pembantunya. Si anak hanya mau makan jika disuapi oleh pembantu, mandi, belajar,
bahkan bermain hanya ingin dilakukan bersama pembantu.
Cara penyelesaiannya adalah
Cemburu ketika melihat sesuatu yang kita miliki lebih dekat dengan orang lain adalah sesuatu
yang wajar. Lebih lagi dalam kasus tersebut sang orangtua sadar betul bahwa mereka tidak
banyak menyediakan waktu bersama anak mereka. Pergi amat pagi, pulang amat malam. Hal
yang harus dilakukan adalah mengalah. Mengalah kepada pembantu, cobalah untuk meredam
rasa cemburu dan menggantinya dengan perasaan terima kasih karena pembantu sudah
memberikan rasa sayangnya kepada si buah hati. Karena biasanya yang terjadi adalah
orangtua menyalahkan pembantu yang membuat si anak tidak dekat dengan orangtuanya.
Melihat keakraban pembantu dan anak hingga segala aktivitas hanya ingin dilakukan bersama
pembantu merupakan hal yang sungguh tidak wajar, apalagi pembantu hanyalah pembantu,
yang bekerja atau mengurus anak dengan temporal atau tidak selamanya. Sehingga kalau
suatu saat pembantu memutuskan untuk tidak bekerja lagi disitu maka si anak tidak mau
melakukan aktivitas apapun tanpa pembantu yang biasa mengurusnya, maka orangtua akan
kerepotan untuk mengurus sendiri dengan pola asuh anak tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan
sikap kompromi antara pembantu dengan sang majikan. Kedua belah pihak berkompromi
agar pembantu jangan terlalu intensif melakukan segala aktifitas dengan si anak dan
membiarkan orangtua untuk mengambil alih kegiatan bersama anak yang biasanya dilakukan
oleh pembantu. Tentu orangtua harus menyediakan waktu lebih dengan sang anak. Bisa
dengan menyediakan waktu libur dengan berjalan-jalan dengan anak atau orangtua harus
bersikap asertif dengan melakukan pengurangan jam kerja di kantor agar memiliki waktu
bersama anak.
Dengan begitu maka proses kerja sama akan terbentuk. Kualitas waktu yang dibangun
dengan keakraban dan kebersamaan antara orangtua dan anak akan menghasilkan pola
komunikasi dan kehidupan yang harmonis.
Kasus 2:
Dalam instansi perguruan tinggi seperti UNJ, disetiap semester 7-8 terdapat Matakuliah
PKL/PPL. Dalam hal ini pembagian kelompok dilakukan/dibagikan sendiri oleh mahasiswa,
dan disetiap kelompok berjumlah 2-3 orang. Dengan jumlah 2-3 orang tersebut, maka akan
terjadi adanya perbedaan pendapat mengenai tempat PKL. Contoh : si A ingin PKL di stasiun
Radio, sedangkan si B ingin PKL di Instansi pemerintahan, sedangkan si C ingin PKL di
stasiun Televisi.
Dengan adanya perbedaan pendapat tersebut, maka telah terjadi adanya suatu konflik, dimana
masing-masing orang berbeda tujuan, berbeda pendapat dalam menentukan tempat PKL.
Oleh karena itu cara penyelesaiannya kita harus melakukan kerja sama agar pendapat dan
keinginan dari masing-masing pihak dihargai dan terpenuhi, dan jalan keluar yang memenuhi
keinginan semua dicari secara bersama, dengan cara hari ini kita mndatangi stasiun televise
yang diinginkan oleh si C, sedangkan besok kita ke Instansi, dan lusa kita ke stasiun radio.
Maka dengan cara kerjasama inilah semua pihak merasa diuntungkan. Win-win solution.
Kasus 3:
Salah satu konflik terjadi berawal dari adanya arogansi seseorang, seperti ketika si A merasa
hari ini sangat melelahkan dan banyak permasalahan dalam hidupnya sehingga tingkat stres
pada si A cukup tinggi. Dan si A memiliki kawan yakni si B yang memiliki sikap yg
cendrung to the point ketika dimintai pendapat tanpa harus berbasa-basi atau bertele-tele.
Saat si A mencoba mencurahkan masalahnya yang sangat meningkatkan kadar stress pd si A
dan berharap mendapatkan solusi berupa membangkitkan motivasi atau sekedar mendapatkan
pembelaan dari keputusan yg A ambil sebagai solusi dr masalahnya. Namun karena kondisi si
A yg tidak maksimal dalam menangkap pesan dari di B sehingga muncul ketidakterimaan
dalam benak si A terhadap pesan yg diberikan si B.
Maka dalam situasi seperti ini sebagai solusi dr konflik yg akan terjadi antara dan A dan B
sebaiknya A mencoba menata kembali stabilitas emosi dan selanjutnya A mengutarakan
pemahamannya terhadap pesan si B agar si B dapat mengklarifikasi maksud pesannya.
namun perlu juga bagi si B memahami kondisi dari si A sehingga komunikasi yg
disampaikan tidak memicu konflik antar keduanya dengan cara si B menggunakan intonasi
yg tepat dan pemilihan kata yg lebih terdengar lembut, tidak menggurui atau menghakimi.
Dari penyampaian seperti ini diharapkan konflik dapat diredam dengan menjaga perasaan
satu sama lain dan lebih dari itu tujuan awal dari terciptanya komunikasi ini yakni untuk
menemukan solusi permasalahan dapat di capai.