MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Edi Suryadi, M.Si.
Abi Sopyan Febrianto, S.E., M.M.
Disusun Oleh:
Kelompok 10
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Etika Komunikasi Interpersonal” tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai bukti
tertulis dan menjadi salah satu bahan materi pembelajaran Komunikasi
Interpersonal. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Komunikasi Interpersonal.
Makalah ini disusun berdasarkan kajian pustaka dengan mengacu pada sub
materi yang berkaitan dengan proposal dan laporan. Materi bersumber dari buku
dan media lainnya. Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Edi Suryadi, M.Si. selaku dosen pengampu I mata kuliah
Komunikasi Interpersonal,
2. Bapak Abi Sopyan Febrianto, S.E., M.M. selaku dosen pengampu II mata
kuliah Komunikasi Interpersonal,
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun bagi penulis, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Pengertian Etika...............................................................................4
2.2 Aliran Etika......................................................................................5
2.3 Etika Sosial Budaya..........................................................................6
2.4 Dilema Etika dan Hilang Etika.........................................................8
2.5 Etika Komunikasi Interpersonal.......................................................8
2.6 Komunikasi Interpersonal Lintas Budaya......................................17
2.7 Perbedaan Komunikasi Pria dan Wanita........................................18
BAB III STUDI KASUS.....................................................................................22
3.1 Implementasi Kasus.......................................................................22
3.2 Analisis Kasus................................................................................23
3.3 Solusi Kasus...................................................................................23
BAB IV PENUTUP............................................................................................25
4.1 Simpulan.........................................................................................25
4.2 Saran...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
sebagai ungkapan etis murid terhadap gurunya. Jadi murid tersebut akan
merasa yakin dengan keputusannya untuk datang, karena murid yang lain
melakukannya dengan sedemikian rupa. Dan bagi sebagian besar dari para
murid yang tidak datang, mereka akan merasa bersalah karena sikap tersebut
tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh sebagian besar orang
2. Etika Normatif
Etika normatif berusaha menelaah dan memberikan penilaian etis atas
tindakan dengan cara yang berbeda, yaitu dengan menggunakan norma yang
dibuat oleh otoritas tertentu. Dengan demikian apakah tindakan itu etis atau
tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah
ditentukan oleh sebuah institusi atau masyarakat. Apakah datang terlambat
dalam menghadairi sebuah pertemuan maupun rapat merupakan bagian dari
pelanggaran etika? Tergantung norma yang sudah diberlakukan pada
organisasi tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa etika terletak pada keseuaian
tindakan dengan norma yang diberlakukan. Khususnya bagi masyarakat Barat,
bagi mereka terlambat dalam menghadiri sebuah pertemuan maupun rapat
merupakan sebuah beban tersendiri dan kesalahan yang besar, sedangkan
dalam Indonesia sendiri hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah maupun
kesalahan dikarenakan sistem norma yang diberlakukan berbeda.
2. Aliran Teologis
Dalam bahasa Yunani pula disebutkan bahwa teleologis berasal dari kata
telos yang berarti tujuan. Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu
sendiri namun berdasrkan tujuan atas tindakan tertentu. Jika tujuannya baik
dan sesuai dengan norma yang sudah ditetapkan masyarakat, maka tindakan
itu digolongkan kepada tindakan etis.
3. Aliran Egoisme
Etika egoisme menyepakati bahwa norma moral merupakan akibat yang
diperoleh oleh pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan
baik, apabila menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi.
4. Aliran Utilitarisme
Disebutkan pula dalam Bahasa Yunani, utilitarisme berasal dari kata
utilitis yang berarti berguna. Etika ini adalah kebalikan dari paham egoisme,
yaitu orang yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi
sebagian besar orang maupun masyarakat. Dengan demikian, tindakan
tidaklah diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan secara objektif
pada masyarakat umum.
a. Isi SMS yang hendak dikirimkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai
muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si
penerima.
b. Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan
SMS.
c. Kurang pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi
menunda-nunda sampai terlupa membalasnya. Kita dapat dianggap
kurang memperhatikan dan menghargai si pengirim SMS.
d. Jangan menggunakan istilah dan singkatan yang tidak populer, karena
dapat menimbulkan salah penafsiran.
e. Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa
mengganggu orang lain.
f. Menuliskan SMS dengan huruf kapital, sering dianggap sebagai
ungkapan kemarahan.
4. Etika Menggunakan E-mail dan Facebook
Di tangan orang yang memahami norma etika, e-mail dan facebook
membawa banyak manfaat positif. Tetapi apabila tidak diawasi dengan norma
tata krama, sangat mungkin membawa dampak negatif. Adapun beberapa
contoh norma etika yang perlu diperhatikan ketika menggunakan e-mail dan
facebook yaitu sebagai berikut.
a. Pilahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi;
b. Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas
komunikasi;
c. Gunakan teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang;
d. Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain;
e. Gunakan waktu dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi secara
bijaksana;
f. Teknologi hanyalah merupakan alat bantu.
5. Etika Menyambut Tamu
Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik akan
berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan keluarga kita. Ada
pepatah yang mengatakan bahwa, “tamu adalah raja” yang mengisyaratkan
13
i. Jika di tempat umum Anda bertemu dengan orang penting tetapi tidak
terlalu kenal, maka cukup ucapkan salam tanpa harus selalu berjabat
tangan.
j. Jika naik tangga, pria berjalan dalam jarak dekat di belakang wanita. Jika
turun tangga, pria melangkah terlebih dahulu dan berada di posisi lebih
bawah dari wanita.
k. Jika naik lift, hindari gaya saling serobot. Mereka yang keluar supaya
didahulukan.
l. Kacamata gelap tidak dipakai ketika memasuki ruangan tertutup.
7. Etika Berkenalan
Terdapat beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai
norma etika, berikut ini salah satu caranya.
a. Sebut nama dengan jelas;
b. Bersikap penuh percaya diri (jangan over acting atau malu-malu);
c. Jangan abaikan personal contact, seperti:
1) Genggam tangannya secara mantap selama 3-4 detik saja;
2) Pandang mata selaraskan dengan tujuan komunikasi;
3) Tubuh sedikit ke depan;
4) Senyum simpatik
d. Orang yang lebih muda diperkenalkan pada yang lebih tua;
e. Umumnya pria diperkenalkan kepada wanita (kecuali orang penting yang
perlu dihormati atau lebih tua);
f. Memberi sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan;
g. Hindari perkenalan di tempat ramai seperti jalan raya, pasar, dan lain
sebagainya.
8. Etika dalam Percakapan
a. Topik tidak boleh menyinggung SARA, sebaiknya membicarakan
berbagai hal atau isu yang menarik kedua belah pihak, misalnya:
1) Kebudayaan;
2) Adat istiadat;
3) Hobi;
4) Olahraga;
15
5) Sejarah;
6) Hal-hal actual.
b. Cara membuat percakapan yang menarik, misalnya:
1) Memiliki keinginan untuk menyenangkan lawan bicara;
2) Memiliki rasa humor;
3) Memiliki wawasan yang luas, sehingga mampu berbicara tentang
banyak hal;
4) Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara;
5) Memberi penjelasan secara singkat dan mudah untuk dimengerti;
6) Memperhatikan/melihat lawan bicara (90% pandangan mata tertuju
pada lawan bicara);
7) Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan
lingkungan;
8) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara;
9) Menatap mata lawan bicara dengan lembut;
10) Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum;
11) Gunakan gerakan tubuh (gesture) yang sopan dan wajar;
12) Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara;
13) Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat, serta sesuai situasi dan
kondisi;
14) Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara;
15) Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi;
16) Menggunakan volume, nada, intonasi suara, serta kecepatan bicara
yang baik.
c. Yang perlu dihindari dari percakapan, terdiri dari:
1) Memotong pembicaraan orang lain;
2) Memborong semua pembicaraan;
3) Membual tentang diri sendiri;
4) Membicarakan hal-hal yang menimbulkan pertentangan;
5) Membicarakan soal penyakit dan kematian secara bertele-tele;
6) Menanyakan harga barang yang dipakai seseorang;
7) Menanyakan hal-hal yang bersifat sangat pribadi;
16
22
23
4.1 Simpulan
Etika merupakan prinsip perilaku yang berkembang dengan kebiasaan
masyarakat dalam bersikap kritis dan rasional. Aliran etika memiliki 4, yakni
deontologis, teologis, egoisme, dan utilitarisme. Dalam etika sosial budaya
dikenal dengan ketentuan baik buruknya sumber nilai dan norma sosial budaya
masyarakat, dilengkapi kualifikasi etis: pengetahuan, kesadaran, dam perilaku
etik. Maka perlu diwujudkan tanpa adanya dilema dan hilang etika (tindakan yang
tidak beretika).
Sementara, etika komunikasi interpersonal merupakan upaya menjaga agar
proses komunikasi berjalan baik dan tujuan dapat tercapai tanpa kerenggangan
hubungan antar individu. Dalam konteks komunikasi interpersonal, komunikasi
lintas budaya dipahami sebagai wujud komunikasi yang terlibat dalam proses
memposisikan individu lain sebagai entitas pribadi, bukan hanya objek. Begitupun
lintas budaya antar jenis kelamin, wanita bergaya komunikasi feminin dan pria
bergaya maskulin (genderlect theory). Keduanya memiliki perbedaan komunikasi
melalui cara pandang, mendengarkan, berbicara sehingga memungkinkan
terjadinya konflik. Maka mengatasinya perlu memahami satu sama lain.
4.2 Saran
Mengingat pentingnya memahami etika komunikasi interpersonal,
disarankan pembaca agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
dan lingkup pekerjaan nantinya. Harapannya makalah ini dapat menjadi acuan
pembelajarannya.
Dalam penyusunan makalah selanjutnya, disarankan untuk memiliki
referensi yang lebih luas lagi agar dapat mendukung teori pembahasan. Bukan
hanya pada kajian pustaka dari media buku namun dari media lainnya yang lebih
banyak mudah diakses. Hal ini bertujuan memberi pemahaman lebih rinci,
wawasan lebih luas, penulisan makalah lebih tertata rapi, peningkatan literasi
buku, dan menjadi bahan pertimbangan evaluasi dari seluruh referensi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Tannen, Deborah. (1991). You Just Don’t Understand Women and Men in
Conservation Ballantine Books.
27