URAIAN TEORITIS
lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi,
lain baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media
dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku (Effendi, 1998: 60).
Setiap orang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur
sebagai konsekuensi dari hubungan sosial dan interaksi sosial. Komunikasi dalam
pengertian secara umum dapat dibagi dua segi yaitu, secara etimologis dan
communicatio, berasal dari kata communis, yang berarti sama makna. Jadi,
orang lain.
yang dilakukan secara lisan, tatap muka atau melalui media. Dalam hal ini,
dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak dapat disimpulkan secara
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung melalui
berlangsung mulus dan lancar. Adakalanya pesan yang akan disampaikan tersebut
1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
a. Hambatan Sosiologis
komunikasi.
b. Hambatan Antropologis
c. Hambatan Psikologis
sebagainya.
2. Hambatan Semantis
komunikasi (misunderstanding).
3. Hambatan Mekanis
yang rusak pada media cetak, atau gambar kabur di layar televisi.
ramai atau kebisingan lalulintas, suara hujan atau petir, suara pesawat
studi komunikasi lainnya, yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif
Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda
(Liliweri, 2001:1).
budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam
dalam suatu situasi tempat suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus
disandi balik dalam budaya lain. Seperti diketahui bahwa budaya sangat
orang. Konsekuensinya, bila dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda
pula perbendaharaan yang dimilikinya, dan itu jelas akan menimbulkan kesulitan
tertentu.
antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan, atau komunikasi
dengan orang asing (stranger). Model komunikasi ini pada dasarnya sesuai untuk
komunikasi tatap-muka, khususnya antara dua orang. Meskipun model itu disebut
karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai budaya, sosiobudaya
Seperti model Tubbs, model Gudykunst dan Kim ini mengasumsikan dua
pesan suatu pihak sekaligus juga adalah umpan balik bagi pihak lainnya.
menunjukkan bahwa setiap kita berkomunikasi, secara serentak kita menyandi dan
menyandi-balik pesan. Dengan kata lain, komunikasi tidak statis; kita tidak
menyandi suatu pesan dan tidak melakukan apa-apa hingga kita menerima umpan
mempengaruhi. Kedua orang yang mewakili model juga berada dalam suatu kotak
alternatif yang memungkinkan kita memilih ketika kita menyandi dan menyandi-
balik pesan. Lebih khusus lagi, filter tersebut membatasi prediksi yang kita buat
Pada gilirannya, sifat prediksi yang kita buat mempengaruhi cara kita menyandi
pesan. Lebih jauh lagi, filter itu membatasi rangsangan apa yang kita perhatikan
orang lain ketika pola-pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu.
Sosiobudaya ini terdiri dari empat faktor utama: keanggotaan dalam kelompok
ordering process). Penataan pribadi ini adalah proses yang memberi stabilitas
pada proses psikologis. Faktor-faktor psikobudaya ini meliputi stereotip dan sikap
yang datang dan prediksi yang dibuat mengenai perilaku orang lain.
sama seperti kita. Hal ini akan membuat salah penafsiran pesan orang lain dan
Salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim adalah
pesan. Lokasi geografis, iklim, situasi arsitektural (lingkungan fisik), dan persepsi
dan prediksi yang dibuat mengenai perilaku orang lain. Oleh karena orang lain
mungkin mempunyai persepsi dan orientasi yang berbeda dalam situasi yang
1. Persepsi
Secara umum dipercaya bahwa orang berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil
dari cara mereka mempersepsikan dunia yang sedemikian rupa pula. Perilaku ini
dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya mereka (Porter dan Samovar,
budaya kolektivitis, diri (self) tidak bersifat unik atau otonom, melainkan lebur
dalam kelompok (keluarga, klan, kelompok kerja, suku, bangsa, dan sebagainya),
sementara diri dalam budaya individualis (Barat) bersifat otonom. Akan tetapi
kolektivitis, hanya saja seperti orientasi kegiatan, salah satu biasanya lebih
menonjol.
karenanya, membawa kita kepada persepsi yang berbeda atas dunia ekstenal.
Proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana berbicara dengan orang lain,
a. Bahasa Verbal
menyalurkan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-
orang untuk berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir.
budaya.
b. Pola Pikir
Kebanyakan orang menganggap bahwa setiap orang meiliki pola pikir yang sama.
berpikir. Kita tidak dapat mengharapkan setiap orang untuk menggunakan pola
pikir yang sama, namun memahami bahwa terdapat pola pikir dan belajar
gagasan, namun proses ini sering diganti dengan proses nonverbal, yang biasanya
dilakukan melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, dan lain-lain.
a. Perilaku Nonverbal
dengan budaya lainnya. Di Amerika Serikat, hal ini dilambangkan dengan jari
leher.
seperti juga kaum pria biasa berjabat tangan dalam pergaulan sosial, sedangkan
suatu budaya merupakan filasafatnya tentang masa lalu, masa sekarang, masa
depan, dan pentingnya atau kurang pentingnya waktu. Terdapat banyak perbedaan
mengenai konsep waktu antara budaya yang satu dengan budaya yang lain, yang
mempengaruhi komunikasi.
c. Penggunaan Ruang
disebut dengan prosemik. Prosemik tidak hanya meliputi jarak antara orang-orang
yang terlibat dalam percakapan, tetapi juga orientasi fisik mereka. Orang-orang
dari budaya yang berbeda mempunyai cara-cara yang berbeda pula dalam
menjaga jarak ketika bergaul dengan sesamanya. Bila berbicara dengan orang
1. Prasangka Sosial
golongannya. Prasangka sosial terdiri dari sikap sosial yang negatif terhadap
yang didasarkan pada suatu cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel.
Kesalahan itu mungkin saja tertangkap secara langsung dan nyata yang
a. Stereotip
Stereotip dapat diartikan sebagai suatu sikap atau karakter yang dimiliki
oleh seseorang untuk menilai orang lain semata-mata berdasarkan kelas atau
memiliki budaya Indonesia, namun tidak demikian halnya dalam kenyataan. Dari
sudut pandang kultural atau psikologis, stereotip-stereotip antar etnis masih tetap
ada di berbagai kelompok etnis, ras, dan agama di Indonesia. Sementara konsep
budaya Indonesia sendiri dipertanyakan apakah ini sudah terbentuk atau tidak.
Sebagai contoh, orang Jawa dan Sunda merasa bahwa diri mereka halus dan
sopan, dan orang batak itu kasar, tegas dan kepala batu, suaranya keras
dan berisik, mudah marah dan suka bertengkar. Yang paling menarik, orang
Jawa dan Sunda sebagai sopan dan halus, namun mereka penakut, lemah,
dan ragu-ragu dalam berbicara. Bagi orang Batak, merupakan kejujuran apa
komunikasi. Ia memakai lima dimensi proses stereotip sebagai pesan yaitu: (1)
pelabelan atau penanamaan dan generalisasi; (2) kesamaan individu dengan orang
lain; (3) arah stereotip; (4) intensitas atau derajat stereotip; dan (5) kekerasan
terhadap etnik. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pengalaman dengan intra
proses persepsi yang bersifat selektif sehingga terjadi generalisasi yang keliru
b. Jarak Sosial
Jarak sosial sebagai suatu penilaian di atas skala pada mulanya dilakukan oleh
Borgadus, dengan mengambil sample 1725 orang Amerika asli dengan latar
belakang 30 etnik. Borgadous menemukan bahwa pada setiap etnik ada perbedaan
berdasarkan usia responden yang berusia tua dan muda di dua wilayah yaitu
sosial; (3) perpaduan faktor usia dan tempat tinggal mempunyai peranan terhadap
komunikasi itu dapat disimpulkan bahwa jarak sosial tergantung pada: (1) cirri
dan sifat intraetnik dan antaretnik; (2) cara, tempat, usia; (3) perasaan jauh dekat
antara intraetnik dengan antaretnik; (4) prestise; dan (5) kesejahteraan. Liliweri
beranggapan semakin dekat jarak sosial dengan seorang komunikator dari suatu
etnik dengan seorang komunikan dari etnik lain, maka semakin efektif komunikasi
c. Sikap Diskriminasi
tindakan asimilasi terhadap kelompok lain. Ini juga berarti bahwa sikap
2001: 178).
mencegah suatu kelompok atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki
diskriminasi terjadi karena: (1) alasan historis, seperti kebanggaan atas kejayaan
suatu etnik; (2) sistem nilai yang berbeda antara etnis mayoritas dan minoritas; (3)
pola kerjasamal (4) pola pemukiman yang berbeda, seperti Timur dan Barat, urban
dengan rural; (5) faktor sosial budaya, ekonomi, agama yang memerlukan
nilai-nilai yang dipelajari oleh para anggota kelompok etnik tertentu dalam
akan berpengaruh terhadap para anggota kelompok etnik lain dan mempengaruhi
dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih
dari tiga puluh defenisi sikap (Berkowitz, 1972). Sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi
untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
Tankard W. James, 2007: 199) telah menunjukan bahwa sikap mungkin tidak
training.com).
Teori sikap dan perilaku ini awalnya diformulasikan oleh Fishbein &
membahas lebih lanjut, penelitian ini diawali dengan paparan mengenai TRA.
Action).
Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun
1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disususn menggunakan asumsi dasar bahwa
informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat
seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu
dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan
yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective
terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi
TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari
Sikap
terhadap
perilaku
Intensi untuk
Perilaku
berperilaku
Norma-
norma
subjektif
Gambar 2.2. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan) (Fishbein & Ajzen, 1980
dalam Brehm & Kassin, 1990)
reasoned action) (Ajzen & Fishbein, 1980 dalam Brehm & Kassin, 1990; Ajzen,
yang dilakukan atas kemauan sendiri), teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi; a)
bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal;
mereka.
lewat suatu proses proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Ke
dua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma
subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita perbuat. Ke tiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-
norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan
persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak
Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu
perbuatan apabila ia memendang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa