Sponsors Link
Komunikasi menjadi suatu hal yang vital dalam kehidupan di masyarakat. Komunikasi sebagai
proses penyebaran dan penerimaan informasi antar individu maupun kelompok. Komunikasi
interpersonal merupakan salah satu komunikasi yang efektif di masyarakat karena komunikasi ini
hanya melibatkan dua orang. Komunikasi interpersonal memiliki umpan balik secara langsung
sehingga komunikasi ini memberikan respon yang cepat. Menurut Effendi, komunikasi
interpersonal dianggap sebagai komunikasi yang efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat
atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. (Baca juga: Komunikasi
yang Efektif)
ads
Komunikasi interpersonal merupakan proses interaksi antara satu individu dengan individu lain
dengan menggunakan komunikasi verbal (lisan) dan komunikasi non verbal (simbol-simbol) agar
makna dapat dipahami dengan benar. Keberhasilan komunikasi dapat dilihat dari apakah seorang
komunikan dapat memahami informasi yang disampaikan oleh komunikator. kesalahan dalam
komunikasi sering terjadi dan menghambat kegiatan komunikasi. Adapun tujuan dalam
komunikasi interpersonal ini adalah untuk menjalin hubungan atau relasi yang baik dengan
individu lain, belajar memahami karakter seseorang, membantu seseorang dalam memecahkan
suatu masalah, dan lain sebagainya. (Baca juga: Komunikasi Interpersonal)
Komunikasi interpersonal ini memiliki tujuan untuk menjalin hubungan baik dengan individu
lainnya seperti teman, keluarga, masyarakat, kelompok, dan lainnya. Hubungan dalam komunikasi
interpersonal merupakan hubungan antara proses pengolahan pesan dan respon atau umpan balik
dari suatu individu. Menurut Ruben dan Stewart, sebuah hubungan terbentuk ketika terjadi proses
timbal balik, yaitu saat dua individu atau lebih saling memperhitungkan dan saling menyesuaikan
terhadap perilaku verbal dan non verbal. (Baca juga: Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non
Verbal)
Berikut merupakan makna komunikasi dalam hubungan interpersonal:
Mengenal Lawan Bicara
Makna komunikasi dalam hubungan interpersonal yang pertama adalah mengenal lawan bicara.
Mengenal lawan bicara terjadi pada tahap perkenalan, dimana seseorang baru beradaptasi pada
lingkungan. Komunikasi ini menjadi terbatas karena hanya sedikit berkomunikasi. (Baca juga:
Teori Komunikasi Interpersonal)
Pertukaran Informasi
Komunikasi memiliki makna sebagai pertukaran informasi. Makna komunikasi dalam hubungan
interpersonal ini membutuhkan waktu lama untuk mendapatan informasi yang maksimal apabila
orang tersebut berada dalam keadaan beradaptasi. Informasi yang maksimal akan didapat jika
kedua individu melakukan komunikasi secara intens dan efektif. (Baca juga: Elemen Komunikasi
Interpersonal)
Berbagi Pengalaman
Berbagi pengalaman biasanya dilakukan pada saat berkomunikasi dengan teman, sahabat, atau
keluarga. Seorang komunikator akan memulai cerita mengenai pengalamannya dan komunikan
akan mendengarkan sebagai pengetahuan baru atau memberikan tanggapan lainnya. (Baca juga:
Komunikasi Antar Pribadi)
Mengetahui Karakter Seseorang
Komunikasi menjadi penghubungan antar individu yang bermakna untuk mengetahui karakter
seseorang. Karakter seseorang dapat diketahui tidak hanya melalui komunikasi verbal saja tetapi
juga komunikasi non verbal menjadi pendukung lainnya. (Baca juga: Proses Komunikasi Efektif)
Dukungan Emosional
Dukungan emosional merupakan makna komunikasi selanjutnya. Makna komunikasi ini terjadi
apabila antara komunikator dan komunikan mempunyai hubungan lebih dekat atau tahap
keakraban. Dukungan emosional berpengaruh terhadap perubahan pikiran dan perilaku. Misalnya,
hubungan antara ibu dan anak dapat terjadi dukungan emosional berupa rasa cinta yang
mendalam. (Baca juga: Teknik Komunikasi Efektif)
Meningkatkan Percaya Diri
Komunikasi yang efektif akan meningkatkan percaya diri pada diri seseorang ketika berbicara
dengan lawan bicaranya. Makna komunikasi ini membuat seseorang memperoleh informasi
dengan maksimal dan cepat. (Baca juga: Tahap-tahap Komunikasi yang Efektif)
Meningkatkan Keharmonisan
Komunikasi dapat meningkatkan keharmonisan dalam masyarakat. Keberhasilan dalam
komunikasi memberikan makna yang baik dalam hubungan antar individu, sehingga terhindar dari
berbagai konflik. (Baca juga: Faktor Pembentuk Komunikasi Interpersonal)
Memupuk Rasa Kesetiakawanan
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam masyarakat. Komunikasi menghindari seseorang dari
kesalahpahaman yang berujung pada konflik. Komunikasi yang baik dalam masyarakat dapat
memupuk rasa kesetiakawanan. Selain itu, komunikasi juga meningkatkan loyalitas dalam sebuah
organisasi. (Baca juga: Dasar Komunikasi)
Sponsors Link
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
KELOMPOK 5
Disusun oleh:
1. Umaya 25010112120047
2. Haifa Nurdiennah 25010112120048
3. Wiwin Tipuk Dwi Astuti 25010112120049
4. Ria Nur Madyasari 25010112120050
5. Wiwi Wulan Ndari 25010112120051
6. Aip Saripudin 25010112120052
7. Mawaddah Muhajjar 25010112120053
8. Khaerunnisa Uljanah 25010112120054
9. Tyas Larasati 25010112120055
10. Prasti Widyorini 25010112120056
11. Ida Mahfiroh 25010112120057
12. Winda Asriyani 25010112120058
Kelas A 2012
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
A. Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata “Communicare” (bahasa latin) yang artinya memberitahukan.
Sedangkan menurut bahasa inggris disebut Communication yang artinya pertukaran informasi
konsep, ide, perasaan antara dua atau lebih.[1]
Macam-macam komunikasi
Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi menggunakan lambing, huruf, misalnya jika akan
menyampaikan pesan melalui surat biasanya menggunakan huruf-huruf atau abjad, dsb.1
Kelebihan1 komunikasi secara tertulis :
– Dapat disebarkan seluas-luasnya
Komunikasi lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi berbentuk pembicaraan langsung, seperti diskusi, ceramah,
dsb .1
Kelebihan1 komunikasi secara lisan :
Unsur-unsur komunikasi 1
Komunikator, adalah seorang yg menyampaikan pesan atau informasi
Komunikan, adalah seseorang yg menerima pesan atau informasi
Pesan, adalah berita yg mengandung arti
Media, saluran/sarang yg menunjang pesan bila komunikan jauh tempatnya/banyak jumlahnya
Efek/feedback, adalah pengaruh dari adanya pesan
Syarat-syarat berkomunikasi 1
Pesan yg disampaikan hendaknya dapat membangkitkan keinginan pribadi pihak sasaran dan
menyarankan beberapa cara untuk memperolehnya.
Pesan yg disampaikan harus di rancang terlebih dahulu dan disampaikan sedemikian rupa,
sehingga dapat menarik perhatian sasaran yg dimaksud.
Pesan yg disampaikan harus menggunakan tanda-tanda yg disesuaikan dengan pengalaman yg
sama antara yg member pesan dan orang yg menerima pesan, sehingga sama-sama mengerti.
Pesan yg disampaikan hendaknya mewujudkan dan menunujukan suatu jalan untuk memperoleh
keinginan yg layak.
Menurut Communicative Skill (Air University USA), komunikasi adalah suatu proses yg
mempunyai tiga komponen, yaitu : 1
a. Komunicator, adalah seseorang yg memindahkan arti
b. Simbol, adalah untuk memindahkan arti
c. Penerima, adalah seseorang yg menerima symbol dan menterjemahkan arti
Kurangnya pengetahuan
Berbeda latar belakang pendidikan antara komunikator dengan komunikan
Tidak/kurang mendalami teknologi komunikasi
Adanya penafsiran bahasa yg salah/berbeda
Jarak antara komunikator dengan komunikan
Melakukan komunikasi yg panjang dan bertele-tele
Pengaruh panca indra
Kurang/tidak saling mengenal tradisi masing-masing
Kemiripan (Similarity)
Dalam suatu penelitian mengenai pemilihan pasangan hidup, Buss(1985) sebagaimana dikutip
oleh Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss (2000) menemukan bukti kuat bahwa pemilihan pasangan
hidup ini didasarkan pada kemiripan.Misalnya mirip dalam hal usia,pendidikan, latar belakang
etnik, agama, ras, status sosial ekonomi, disamping kepribadian, sikap gaya busana dan
sebagainya.Dengan demikian bila kita mengetahui tentang sikap ,kepribadian ,nilai-nilai yang
dianut dan latar belakang seseorang kita akan dapat meramalkan tentang siapa akan berkawan
dengan siapa.Perawat mungkin akan lenih memilih berhubungan dekat dengan sesama petugas
kesehatan dibanding berhubungan dekat dengan petugas keamanan.Seorang pasien akan merasa
aman bila curhat dengan pasien lain yang mempunyai masalah kesehatan yang hampir sama.
Faktor kemiripan ini seolah menjadi pendukung dalam proses hubungan antar manusia. 3
Situasi
Rasa suka timbal balik yang dipersepsi
Perasaan suka atau daya tarik seseorang akan muncul kuat bula orang lain yang disukai
memberikan respon balik yang sama,Situasi ini cukup berpengaruh denga orang lain.Seorang
perawat akan merasa lebih senanng dalam memberikan perhatian dan berkomunikasi dengan klien
apabila klien tersebut merespon dan mengikuti nasehat perawat, sebaliknya bila respon klien tidak
sesuai dengan harapan perawat ,maka tidak jarang perawat akan “membiarkan atau cuek”
terhadap klien tersebut. Timbal balik rasa suka terhadap sesorang dapat dijelaskan dengan dua
alasan : 1. Orang yang menyukai Anda meningkatkan harga diri Anda. 2. Perilaku rasa sukanya
merupakan suatu pujian,dan Anda mengembalikan pujian itu dengan rasa suka juga.
(Mundakir,2006) 3
Kecemasan
Kecemasan mempengaruhi kita untuk berkomunkasi dengan orang lain.Situasi-situasi yang
menimbulkan kecemasan dapat meingkatkan kebutuhan untuk bersama-sama dengan orang lain
untuk mengubah kriteria. (Mundakir,2006)3
Isolasi
Kesendirian yang terjadi menimbulkan kesepian dan membutuhkan hubungan dengan orang
lain.Seorang pasien yang mengidap penyakit menular akan di isolasi dalam ruangan tertentu, dia
tersiksa secara fisik dan psikis ,dia butuh teman untuk ngobrol , curhat dan ketenangan dalam
menjalani hidup. (Mundakir,2006)3
Pertama , kita harus mampu untuk saling memahami. Secara rinci, kemampuan ini mencakup
beberapa sub kemampuan , yaitu sikap percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan
diri (Johnson,1981). Agar dapat saling memahami, pertama-tama kita harus saling percaya.
Sesudah saling percaya, kita kita harus saling membuka diri yakni saling mengungkapkan
tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau
yang atau perbuatan yang di lakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk dapat membuka diri
seperti itu, tentu saja sebelumnya kita harus menginsafi diri kita, yaitu menyadari perasaaan-
perasaan kita maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Membuka diri kita kepada orang lain
dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka diri kepada kita
adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara komunikasi (Johnson, 1981).4
Kedua, kita harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara cepat dan jelas.
Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap hangat dan rasa senang serta
kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa kita memahami lawan
komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran perasaan dan saling mendengarkan, kita
memulai mengembangkan, dan memelihara komunikasi dengan orang lain.4
Ketiga, kita harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling
menolong. Kita harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang bersifat
menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong. Sehingga orang tersebut
mampu menemukan pemecahan-pemecahan masalahnya.4
Keempat, kita harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain
yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara yang
konstruktif. Artinya, dengan cara-cara yang mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan
menjadikan komunikasi kita itu semakin tumbh dan berkembang. Kemampuan ini sangat penting
untuk mengembangkan dan melangsungkan komunikasi kita.4
Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga
tidak akan muncul secara tiba-tiba saat kita memerlukannya. Keterampilan tersebut harus kita
pelajari atau latih. Seperti keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan berkomunikasi ini
dapat kita pelajari mengikuti kiat-kiat sebagai berikut (Johnson, 1981) [5] :
Pertama, kita harus menyadari mengapa keterampilan berkomunikasi ini penting kita kuasai dan
apa manfaatnya bagi kita.5
Kedua, kita harus memahami arti keterampilan berkomunikasi dan bentuk-bentuk perilaku
komponennya yang perlu kita kuasai untuk mewujudkan keterampilan itu. 5
Ketiga, kita harus rajin mencari atau menemukan situasi-situasi dimana kita dapat mempraktikkan
keterampilan tersebut.5
Keempat, kita tidak boleh segan atau malu meminta bantuan orang lain untuk memantau usaha
kita serta memberikan penilaian tentang kemajuan yang sudah kita capai maupun kekurangan
yang masih kita miliki. 5
Kelima, kita tidak boleh bosan belajar atau berlatih. Keterampilan berkomunikasi tersebut harus
kita praktikkan terus-menerus. 5
Keenam, keseluruhan latiha tersebut harus kita bagi dalam satuan-satuan atau bagian-bagian
tertentu, agar setiap kali dapat kita rasakan keberhasilan usaha kita. Misalnya, berlatih
membangun sikap percaya, mengungkapkan pikiran secara jelas, mendengarkan, dan sebagainya.5
Ketujuh, akan sangat menolong bila kita dapat menemukan teman yang dapat kita ajak sebagai
lawan berlatih.5
Kedelapan, keterampilan berkomunikasi dengan seluruh komponen atau bagiannya tersebut harus
terus-menerus kita latih dan praktikkan, sampai akhirnya menjadi bagian dari diri kita.5
Seluruh langkah dalam kiat-kiat diatas dapat dilakukan dalam kerangka metode belajar yang
disebut experiential learning atau belajar melalui pengalaman (Johnson, 1981). Metode belajar
yang oleh banyak ahli dipandang paling efektif belajar dibidang afektif, termasuk mempelajari
keterampilan berkomunikasi ini, meliputi empat tahap (Johnson, 1981). 5
Tahap pertama, kita mencari kesempatan untuk mendapatkan pengalaman pribadi konkret
berkaitan dengan hal yang ingin kita pelajari. Misalnya, kita ingin belajar mengungkapkan
perasaan secara jelas dan tepat, kita ajak seorang teman untuk berkomunikasi dengan focus saling
mengungkapkan perasaan. 5
Tahap kedua, kita lakukan refleksi, observasi atau pemeriksaan atas pengalaman pribadi yang baru
kita peroleh. Apa saja yang kita alami, kita rasakan selama menjalani pengalaman konkret
tersebut. 5
Tahap ketiga, dari hasil refleksi tersebut kita dapat merumuskan prinsip-prinsip, menemukan
konsep-konsep. Misalnya, ungkapan perasaan menjadi mudah ditangkap lawan komunikasi
dengan cara menyebutkan nama perasaaan itu. Tentu saja hal itu menuntut keberanian.5
D. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang – orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik verbal maupun non verbal (Mulyana, 2004 : 73). [6]
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan – pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa
efek dan beberapa umpan balik seketika. (Muhammad, 1995 : 158). 6
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adlah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.6
Menurut Burgon & Huffner (2002), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan
kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun
dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual.6
Berdasarkan definisi mengenai komunikasi antar pribadi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain
atau beberapa orang, baik secara verbal maupun non-verbal yang ditanggapi orang lain dan
merupakan interaksi antara pribadi-pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain
dalam menyampaikan maupun menerima pesan secara nyata. 6
Maksud-maksud, gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang ada dalam diri pengirim serta
bentuk tingkah laku yang dipilihnya. Semua itu menjadi awal bagi perbuatan komunikatifnya,
yakni mengirimkan suatu pesan yang mengandung isi tertentu.
Proses kodifikasi pesan oleh pengirim. Pengirim mengubah gagasan, perasaan dan maksud-
maksudnya ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan.
Proses pengiriman pesan kepada penerima.
Adanya saluran (channel) atau media, melalui mana pesan dikirimkan.
Proses dekodifikasi pesan oleh penerima. Penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna
pesan.
Tanggapan batin oleh penerima terhadap hasil interpretasinya tentang makna pesan yang
ditangkap.
Kemungkinan adanya hambatan (noise) tertentu.
Sementara itu, Judy C. Pearson (1983) memiliki pendapat lain mengenai karakteristik komunikasi
interpersonal yaitu :
Proses psikologi merupakan salah satu proses yang tidak bisa terpisahkan dari proses komunikasi
interpersonal. Hal ini terjadi karena dalam proses komunikasi interpersonal kita mencoba
menginterprestasikan makna yang menyangkut diri kita, diri orang lain, dan hubungan yang
terjadi. Dalam komunikasi interpersonal, memahami diri pribadi merupakan suatu syarat yang
mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahamin
diri pribadi, kita akan lebih mudah memahami komunikasi yang kita lakukan. (Darsun, 2012)8
Analisis Transaksional adalah lebih dari sekedar kerangka untuk menganalisis interaksi. Analisis
transaksional merupakan sebuah teori kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapeutik.
Kekuatan dari teori ini terletak pada konse-konsep yang kuat, tetapi sederhana penerapannya yang
luas pada hubungan manusia. Konsep utama analisis transaksional adalah keadaan ego. Kapan
pun, orang memanifestasikan sebuah bagian dari kepribadian mereka dalam sebuah pola perilaku,
pikiran, dan persaan yang konsisten. (Darsun, 2012) 8
Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang
sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
H. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan
yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).[9]
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.
Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.
memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.9
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada
umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara
terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang
lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.9
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974).
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan
tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).9
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk
‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi
orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan
cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.9
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal,
kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang
itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.9
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan
evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin9
Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri.9
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi
yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang
tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana
interaksi.9
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai.
Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua
orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang
ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk
memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku
verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.9
Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi keinginan semua orang. Dengan komunikasi
efektif tersebut, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh manfaat sesuai yang
diinginkan. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi interpersonal
apabila dipandang dari sudut komunikator, komunikan, dan pesan.[10]
Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikator
Kredibilitas: ialah kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan. Pesan yang
disampaikan oleh seorang komunikator yang kredibitilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi
pengaruh terhadap penerima pesan.
Daya tarik: ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan mengudang simpati
penerima pesan komunikasi. Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-
pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Kemampuan intelektual: ialah tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator.
Kemampuan intelektual itu diperlukan seorang komunikator, terutama dalam hal menganalisis
suatu kondisi sehingga bisa mewujdukan cara komunikasi yang sesuai.
Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari. Komunikator yang
memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh
komunikan.
Kepercayaan: kalau komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan leibh mudah
menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain.
Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami situasi di lingkungan
hidupnya. Apabila situasi lingkungan sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain
yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosinya,
sehingga tetap dapat melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan di kedua
belah pihak.
Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan, artinya seorang komunikator perlu memahami
kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Diharapkan komunikator dapat memilih saat yang
paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan.
Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan
maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan umtuk melancarkan komunikasi
persuasif ( persuasive communication ) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis
manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi
persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam artian tokoh yang
mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak,
sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh
jajarannya akan mengikutinya.[11]
J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Jalaludin Rakhmat (2007) meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh: [12]
1) Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi.
Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari.
Seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi
yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.12
2) Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif,
ditandai dengan lima hal, yaitu12:
d) Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu12:
Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya, bila
seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri
kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-
sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang
sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan
membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan
baru.
Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri
mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita
mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep
diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
3) Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:12
Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan
rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga
cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika
membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.12
b) Efektivitas komunikasi.
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang
yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan
menghindari komunikasi12
4) Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain.
Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.12
1) Kecakapan Kognitif 13
Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai bagaimana cara
mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi. Menurut Hardjana (2007: 92-93),
kecakapan kognitif meliputi:13
a) Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa
meinggalkan pandangannya sendiri.
c) Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam komunikasi
interpersonal.
2) Kecakapan Behavioral.13
e) Gaya sosial (social style):kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada perilaku
yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain.
f) Kecemasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang dapat dipakai untuk
mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dst. ketika berhadapan dengan lawan bicara.
Semakin mirip latar belakang sosial budaya, komunikasi menjadi lebih efektif. Status sosial dan
budaya yang ada di masyarakat sangat mempengaruhi komunikasi yang terjadi pada masyarakat
tersebut. Contohnya adalah status sosial. Seseorang akan lebih mudah berhubungan atau menjalin
interaksi dengan orang yang status sosialnya sam karena mereka memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang sama. Begitu pula dengan budayanya. Seseorang akan merasa nyaman
melakukan interaksi dengan orang yang memiliki budaya yang sama dengannya. Seorang SKM
harus menyadari bahwa dunia ini terdiri dari berbagai sistem sosial dan budaya yang berbeda satu
sama lain. Seorang SKM harus dapat menempatkan diri dalam suatu status sosial dan budaya.
Misalnya dalam proses penyampaian informasi kepada masyarakat dengan status sosial dan
budaya A, jangan disampaikan dengan menggunakan budaya B atau dalam lingkup status sosial B.
Meskipun budaya mereka berbeda, hendaknya seorang SKM dapat menyesuaikan diri dengan
budaya setempat. Sehingga informasi kesehatan menjadi mudah disampaikan.14
Isu yang terkait dengan hubungan perawat dengan perawat yaitu perawat cenderung lebih nyaman
atau lebih senang berkomunikasi dengan sesama perawat yang bertugas di ruangan yang sama,
misalnya ruangan bedah, dibanding dengan harus berkomunikasi dengan perawat yang bertugas
diruangan lain.14
Peran staf medis sebagai komunikator terhadap pasien kanker merupakan peran yang sangat
penting. Pengaruh yang dimunculkan dari komunikasi yang tepat adalah pasien akan menyerahkan
sepenuhnya proses pengobatan penyakitnya dengan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi
kepada staf medis, khususnya dokter. Staf medis berfungsi sebagai penghubung pemenuhan
kebutuhan psikologis dan sosial dari pasien. Sedangkan keterampilan yang dapat menjadi
penghubung antara kepatuhan atau ketaatan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan dengan
kompetensi pengobatan yang dipunyai staf medis adalah komunikasi antarpribadi. Keterampilan
komunikasi antarpribadi yang baik ternyata akan meningkatkan atau setidaknya mempertahankan
kredibilitas staf medis. Pada akhirnya, hal ini berpengaruh secara eksternal terhadap motivasi
kesembuhan bagi pasien kanker. 14
Posisi keluarga dalam pendampingan pasien, merupakan hal yang sangat mutlak diperlukan saat
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Keluarga berfungsi sebagai penghubung staf medis dan
pasien apabila pasien tidak siap menerima perkembangan kondisi terakhir penyakitnya. Pada
pihak lain, keluarga pun dibutuhkan oleh pasien dalam upayanya memberikan dukungan untuk
sembuh. Keluarga juga dibutuhkan sebagai pengganti staf medis dalam mempertahankan stabilitas
pribadi pasien kanker, karena tidak mungkin staf medis berada di samping pasien setiap saat.
Peran keluarga sebagai komunikator kepada keluarganya yang sakit kanker dapat memberikan
motivasi untuk sembuh dengan menggunakan bahasa yang sama dan dipakai sehari-hari. Hal lain
yang dianggap dapat mempengaruhi motivasi kesembuhan pasien kanker dari adanya dukungan
keluarga adalah pengetahuan mereka tentang karakter pasien yang lebih mendalam dibanding staf
medis. Hal ini mendukung terlaksananya proses komunikasi yang akan lebih berhasil di dalam
membantu menyampaikan pesan atau petunjuk dari staf medis. Posisi keluarga yang juga dapat
memberikan motivasi kesembuhan bagi pasien kanker adalah berupa dukungan materi dan fisik
yang selalu mendampingi, dan berupa penyampaian pesan komunikasi yang tepat dan dibutuhkan
pasien, seperti ungkapan untuk sabar dan rasa empati yang sangat tinggi atas penderitaan
mereka.14
Satu bagian terpenting dalam komunikasi antarpribadi staf medis dan pasien kanker adalah
pesannya itu sendiri. Pesan komunikasi merupakan unsur yang sangat penting untuk
meningkatkan motivasi sembuh pasien. Bila pesan disampaikan bernada positif, jelas, menarik,
dan mudah dimengerti disertai waktu yang tepat dan penggunaan pesan nonverbal yang tepat
maka tingkat penerimaan pasien pun akan semakin tinggi. Pasien cenderung mengikuti petunjuk
yang dipahami. Sebaliknya, bila pesan yang disampaikan susah untuk dipahami maka pasien pun
berkecenderungan untuk tidak mengindahkan semua petunjuk dari staf medis. Akibatnya, proses
pengobatan yang diberikan cenderung tidak selamanya membawa keberhasilan bagi pasien. Pesan
komunikasi sendiri perlu disampaikan dengan melihat situasi penyampaian, pengetahuan dan
pengalaman pasien ditambah dengan penggunaan teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang
tepat, termasuk pengetahuan akan kondisi fisik, sosiopsikologis dan temporal yang terjadi. Akan
tetapi ternyata tapi tidak selamanya semua pesan dapat disampaikan kepada pasien karena
tergantung dengan status sosial ekonomi, status pendidikan dan jenis penyakit yang diderita.
Namun demikian pesan komunikasi yang tepat dan benar memberikan motivasi bagi pasien
kanker untuk sembuh lebih cepat.14
DAFTAR PUSTAKA
Citrobroto, Suhartin. 1989. Prinsip-prinsip dan Teknik Berkomunikasi. Jakarta: PT Citra Aditya
Bakti
DeVito, Joseph A. (1992). The Interpersonal Communication Book. 6th ed. New York: Harper
Collins
Hurlock, E.B, 1997. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan,
Jakarta, Penerbit : Erlangga.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta : Graha Ilmu
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya
Padjadjaran
Mulyana, Deddy Prof. Imu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2007