Dosen Pengampu:
Utami Nurhafasari Putri, S.Psi, M.Psi., Psikolog
Teori Atribusi
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana individu mengetahui akan
sikapnya dengan mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya tentang situasi.
Pada teori ini implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang
menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.
Sebagai contoh memasak setiap kesempatan baru sadar kalau dirinya suka
menyukai/ hobi memasak.
Teori Konsistensi Kognitif – Afektif
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana
seseorang berusaha membuat kognisi mereka
konsisten dengan afeksinya dan penilaian
seseorang terhadap suatu kejadian akan
mempengaruhi keyakinannya. Sebagai contoh:
tidak jadi makan direstoran X karena temannya
bilang bahwa restoran tersebut tidak halal
padahal dia belum pernah kesana.
Teori Ketidaksesuaian
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana
individu menyelaraskan elemen-elemen kognisi,
pemikiran atau struktur (konsonansi selaras) dan
disonasi atau kesetimbangan yaitu pikiran yang amat
menekan dan memotivasi seseorang untuk
memperbaikinya. Dimana terdapat 2 elemen kognitif
dimana disonasi terjadi jika kedua elemen tidak cocok
sehingga menganggu logika dan penghargaan. Sebagai
contoh, misalnya: ”Merokok membahayakan
kesehatan” konsonansi dengan ”saya tidak merokok”:
tetapi disonansi dengan ”perokok”.
Perubahan Dan Pengubahan Sikap Melalui Komunikasi Persuasif
Perubahan Sikap
Perubahan sikap harus didahului oleh suatu stimulus dan
stimulus (langkah awal) akan lebih berarti apabila
diberikan penguatan. Melalui stimulus yang diperkuat
akan akan menumbuhkan adanya perhatian. Untuk
membangkitkan perhatian itu ada beberapa usaha
diantaranya:
• Cara argumentasi harus jelas
• Sumber jelas dan relevan
• Cara komunikasi yang menarik dan akrab
Pengubahan Sikap
Komunikasi merupakan media utama dalam
mengubah sikap di samping persuasi, edukasi,
dan teladan. Sebagai pembicara tidak mungkin
hanya memakai suara dan bahasa saja,
termasuk menggunakan seluruh tubuh
termasuk otot, emosi, fikiran dan
kepribadiannya. Albert Meharabien dalam
Ibrahim Elfiky, menemukan sebuah konsep
blirian dalam komunikasi 3V
(Verbal,Vokal,Visual), yaitu...
• Verbal, aspek aspek lisan hanya mencakup 7%
kata-kata tidak mempunyai makna kecuali makna
yang kita berikan kepadanya.
• Vocal, vocal bernilai lebih 38%.
Ucapan yang sama bisa bermakna berbeda ketika
seseorang mengujarkan atau mengucapkannya
dengan berbagai warna suara.
• Visual, aspek visual memiliki 55%.
Aspek verbal dan vocal jika keduanya di
gabungkan tidak akan mampu menandingi hebatnya
pengaruh ekspresi wajah dalam proses komunikasi.
Ketika Sikap Gagal Diubah :
Resistensi Terhadp Persuasi
Reaktansi: Melindungi Kebebasan Pribadi Kita
Apakah anda pernah mengalami peristiwa seperti ini? seseorang
memberikan tekanan kepada anda agar anda mengubah sikap. Saat
mereka melakukan hal tersebut, anda mungkin merasa terganggu
dan tidak senang. Tingkah laku ini merupakan sebuah contoh apa
yang disebut oleh psiokolgi sosial sebagai reaktansi sebuah reaksi
negatif terhadap usaha orang lain untuk mengurangi kebebasan anda
dengan membuat kita melakukan apa yang mereka inginkan.
Adanya reaktansi merupakan satu alasan mengapa usaha menjual
dengan paksaan dalam persuasi sering kali gagal. Ketika individu
menangkap persuasi sebagai ancaman langsung terhadap kebebasan
pribadinya (gambaran mereka sebagai orang yang mandiri), mereka
termotifasi kuat untuk menolak. Resistansi tersebut, pada gilirannya,
merupakan petunjuk visual bahwa persuader akan gagal.
Peringatan: Pengetahuan Awal Akan Intensi Persuasi
Jika kita tahu maksud terselubung dibalik pesan persuasi maka
pengetahuan tersebut akan membantu kita untuk menolak pesan.
Penelitian terhadap efek dari pengetahuan yang ada dari sebelumnya
dikenal sebagai peringatan (forewarning). Mengapa hal ini terjadi? karna
kecurigaan mempengaruhi beberapa proses kognitif yang berperan dalam
persuasi.
Penghindaran Selektif
Cara lain untuk menolak persuasi adalah melalui penghindaran
selektif (selective avoidance), yaitu sebuah kecenderungan untuk
mengalihkan perhatian kita dari informasi yang kita hadapi saat itu.
Contoh:Orang tidak hanya duduk didepan televisi secara pasif
menerima apa saja yang disampaikan oleh media, sebaliknya mereka
mengganti saluran, mematikan suara pada saat iklan atau sekedar
mengalihkan perhatian ketika dihadapkan pada tayangan informasi
yang berbeda dari yang di inginkan.
Pertahanan Aktif terhadap Sikap Kita yang Sudah Ada:
Menyanggah Pandangan yang Berlawanan
Mengabaikan atau menyaring informasi yang tidak sesuai
dengan pandangan kita saat ini adalah salah satu cara untuk
menolak persuasi. Pandangan yang berbeda lebih tertanam
dalam ingatan tetapi dampaknya lebih kecil pada sikap kita.
Kekebalan menghadapi “ide-ide buruk” ketika orang
lain menyanggah pandangan kita.
McGuire (1961) menyatakan bahwa individu dapat
“dikebalkan” untuk melawan persuasi dengan
menghadirkan perlawanan dengan pandangan yang mereka
miliki, bersamaan degan argumen yang menolak posisi
countterattitudinal tersebut.
Bias Asimilasi dan Polarisasi Sikap: “Jka Sikap
Berlawanan dengan Apa yang Saya Yakini Maka
Sikap Itu Pasti Tidak Benar atau Sangat Buruk!”
• Bias Asimilasi: sebuah kecendrungan untuk
mengevaluasi informasi yang berbeda dengan
pandangan kita sebagai informasi yang kurang
meyakinkan dan kurang dapat dipercaya dari pada
informasi yang konsisten dengan pandangan yang kita
miliki
• Polarisasi Sikap: sebuah kecendrungan untuk
mengevaluasi berbagai bukti atau informasi dengan
cara memperkuat pandangan awal kita dan membuat
pandangan tersebut menjadi lebih ekstrem.
Daftar Pustaka
• Suryanto, dkk. 2012. Pengantar Psikologi Sosial.
Pusat Penerbitan
dan Percetakan Unair. Surabaya.
• Arifin Syamsul Bambang. 2002. Psikologi Sosial. CV
Pustaka Setia.
Bandung.
• Baron, R.A dan Byrne, D. Psikologi Sosial. Jilid 1.
Edisi 10. Alih Bahasa:
Ratna Juwita, dkk. Erlangga: Jakarta; 2004.