Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dwi Kartika Sari

Nim : 180202002

Mk : Ilmu Lingkungan (Video Rocky Gerung “Etika Lingkungan”)

Di awal kuliah tersebut Rocky Gerung mengatakan bahwa “Etika artinya keharusan,
normativitas yang basisnya adalah argumen. Sesuatu disebut mempunyai masalah etis bila ia
menuntut justifikasi rasional terhadap suatu problem”. Sebuah persoalan dikatakan sebagai
persoalan etis bukan karena dia berkait dengan keyakinan atau kebiasaan, tetapi karena
adanya susunan pikiran untuk mengatifkan argumentasi. Etika selalu berupa konfrontasi
argumen.

Menurutnya etika lingkungan dianggap sebagai a new kind of ethic. Yang awalnya
berfokus hanya pada persoalan kemanusiaan, seiring perkembangan etika, terjadi pergeseran
perspektif. Cara pandang antroposentrisme bergerak menjadi biosentrisme dan kemudian
menjadi ekosentrisme. Dulu subjek etika terbatas pada manusia, tapi sekarang kita mengenali
hak hewan, hak tumbuhan, hak sungai, hak gunung dan sebagainya. Dasar etika lingkungan
adalah memberikan dasar argumen mengapa hal-hal ini memiliki hak. Etika lingkungan
menyediakan fondasi rasional tentang status moral suatu hal.

Rocky menyatakan bahwa ekofeminisme menuntut keterlibatan yang berasal dari


pengalaman atau situated knowledge. Artinya, seorang ekofeminis haruslah membangun
argumen berdasarkan pengalaman yang down to earth. Beliau mengingatkan bahwa kita
harus selalu awas untuk memeriksa nilai yang terselubung di balik sebuah tindakan yang
mengatasnamakan perjuangan lingkungan. Penting untuk memeriksa, apa landasan
perjuangannya.

Etika tidaklah beku, ia berevolusi. Menurut Rocky salah satu penyebab eksploitasi
terhadap alam adalah aspek teologis yang menyerukan pesan tentang penguasaan atas alam
demi kemakmuran manusia. Artinya secara hierarki posisi manusia berada di atas alam, bagi
Rocky gagasan semacam itu saat ini tidak relevan tidak beradab. Perubahan paradigma dari
yang antroposentris ke ekologisentris memiliki dampak radikal. Ia berdampak pada subjek
hukum. Terdampak dari paradigma antroposentris, subjek hukum selama ini eksklusif pada
manusia, namun seiring dengan perubahan paradigma dari yang antroposentris ke ekosentris,
subjek hukum pun mengalami perluasan. Dulu subjek hukum terbatas pada manusia, saat ini
hukum berupaya mengakomodasi yang bukan manusia. Beliau memberikan sebuah ilustrasi
bahwa pohon memiliki hak untuk membela diri, untuk mempertahankan eksistensinya
melalui pengampunya Hal ini senada dengan kesejarahan perempuan dalam hukum. Dulu
perempuan bukan subjek hukum karena ia tak memiliki hak bicara, namun feminisme
mengubah status tersebut. Perempuan yang semula unspeakable menjadi unstoppable.

Menurut Rocky tentu perubahan tersebut menghasilkan sejumlah konsekuensi dan


kontroversi, namun yang perlu digaris bawahi adalah bahwa telah hadir new kind of ethic.
Feminisme adalah penyokong bagi seluruh perjuangan kelompok marginal. Feminisme
mengambil sebuah inisiatif untuk menghasilkan sebuah egalitarianisme model baru. Di dalam
etika feminis yang disebut ethic of care lahir konsep baru mengenai keadilan. Dulu keadilan
hanya berfokus pada ethic of rights, saat ini feminisme memperluas gagasan tersebut.
Keadilan berfokus pada ethic of care, karena kita mengalami persoalan disparitas, hierarki
dsb. Gagasan feminisme juga berdampak pada perubahan paradigma lingkungan.
Ekofeminisme yang disponsori oleh feminisme menghasilkan gagasan mengenai hak-hak
alam.

Ekofeminisme menurut Rocky harus berdiri pada standpoint. Menjadi seorang


ekofeminis artinya mengambil risiko untuk bertentangan dengan politik makro, untuk itu
dibutuhkan konsistensi dalam perjuangan ekofeminisme. Standpoint ekofeminisme adalah
situated knowledge. Bagi ekofeminisme, argumen memperjuangkan lingkungan adalah
karena pengalaman penderitaan yang dihasilkan oleh ketiadaan perlindungan terhadap
lingkungan. Ini artinya pengalaman hidup menghasilkan sebuah pengetahuan baru. Ada
autentisitas di dalamnya. Namun demikian, ekofeminisme standpoint memiliki kelemahan
secara akademis yakni ia mudah jatuh ke dalam esensialisme yang meyakini bahwa yang
cocok dengan alam hanyalah perempuan, anggapan bahwa biologi perempuan memang
secara kodrati telah tune in dengan alam, konsekuensinya adalah ethic of care eksklusif milik
perempuan dan laki-laki tidak menjadi bagian di dalamnya. Menurut beliau , bisa jadi
kerangka pikir demikian jatuh pada kerangka patriarki. Sebuah anggapan bahwa hanya
perempuan yang mampu membaca alam, hanya perempuan yang mampu memproduksi ethic
of care. Jebakan ini harus dihindari agar kita tidak menjadi seorang ekofeminis yang
menikmati arogansi patriarki. Menjadi ekofeminis artinya memiliki sikap etis yang basisnya
adalah new kind of justice.

Anda mungkin juga menyukai