Anda di halaman 1dari 6

1.

PENYAKIT BUDAYA, SEPERTI: PRASANGKA, STEREOTIPE,


ETNOSENTRISME DAN DISKRIMINATIF MENJADI SALAH SATU BENTUK
ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA. BAGAIMANA MENURUT ANDA, UPAYA
ANTISIPASI UNTUK MENCEGAH TUMBUHKEMBANGNYA PENYAKIT
BUDAYA TERSEBUT, PADA MASYARAKAT MEJEMUK DI INDONESIA
2. JAWAB :
1. PRASANGKA

Definisi klasik prasangka pertama kali dikemukakan oleh psikolog dari Universitas
Harvard, Gordon Allport yang menulis konsep itu dalam bukunya, The Nature of Predujice
pada tahun 1954. Istilah berasal dari praejudicium, yakni pernyataan atau kesimpulan tentang
sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal terhada orang atau kelompok
tertentu.
Menurut Allport, “prasangka adalah antipati berdasarkan generalisasi yang salah atau
tidak luwes. Antipati itu dirasakan atau dinyatakan. Allpot memang sangat menekankan
antipati bukan sekedar pribadi tetapi antipati kelompok.
Johnson (1986) mengatakan prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan
keyakinan stereotipe kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka meliputi
keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan
peringkat nilai yang kita berikan.
Menurut johnson (1981) prasangka adalah sikap intipati berlandaskan pada cara
menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Prasangka merupakan sikap negatif yang
diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompoknya sendiri.
Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi kegiatan komunikasi
karena orang yan berprasangka sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
melancarkan komunikasi.
Sekarang pengertian prasangka lebih diarahkan pada pandangan emosional dan negatif
terhadap sesorang atau sekolompok orang dibandingkan dengan kelompok sendiri.
Definisi Allport disanggah oleh psikolog Theodore Adorno. Adorno yang menciptakan
teori pribadi otoriter mengemukakan melalui riset atas pola rasisme yang dilakukan di
wilayah selata AS. Ia menemukan bahwa pola-pola rasisme muncul dari kepribadian otoriter.
Jadi pada dasarnya prasangka merupakan salah satu tipe kepribadian. Dengan demikian kita
tidak perlu mempermasalahkan tindakan rasisme karena tindakan itu muncul dari pribadi
berprasangka yang diwarisi dari proses sosialisasi.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
prasang merupak sikap, pengertian, keyakinan dan bukan tindakan. Jadi prasangka tetap ada
dipikiran, sedangka diskriminasi mengarah ke tindakan sistematis. Kalau prasangka berubah
menjadi tindankan nyata maka pasangka berubah menjadi diskriminasi yaitu tindakan
menyingkirkan status dan peranan seseorang dari hubungan, pergaulan, dan komunikasi antar
manusia. Secara umum kita dapat melihat prasangka mengandung tipe afektif (berkaitan
dengan perasaan negatif), koognitif (selalu berpkir sesuatu stereotipe), dan konasi
(kecenderungan berperilaku diskriminatif).
Prasangka didasarkan atas sebab-sebab seperti :
- Generalisasi yang keliru pada perasaan
- Stereotipe antaretnik
- Kesadaran “in group” dan “out group” yaitu kesadaran akan ras “mereka” sebagai
kelompok lain yang berbeda latar belakang kebudayaan dengan “ kami”.
2. STAREOTIPE

Stereotipe merupakan salah satu bentuk utama prasangka yang menunjukan perbedaan
“kami” yang selalu dikaitkan dengan superioritas kelompok “kami” dan cenderung
mengevaluasi orang lain yng dipandang inferior “mereka”.
Stereotipe adalah pemberian sifat tertentu terhadap sesorang berdasarkan kategori yang
bersifat subjektif hanya karena dia berasal dari kelompok lain. Pemberian sifat tersebut bisa
positif maupun negatif.
Vedeber (1986) menyatakan bahwa stereotipe adalah sikap juga karakter yang dimiliki
sesorang dalam menilai karakteristik, sifat negatif, maupun positif orang lain, hanya
berdasarkan keanggotaan orang itu pada kelompok tertentu.
Allan G. Johson (1986) stereotipe adalah keyakinan sesorang dalam menggeneralisasikan
sifat-sifat tertentuyang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini menimbukan penilaian yang cenderung
negatif bahkan merendahkan orang lain. Ada kecenderungan memberikan “label” atau cap
tertetu pada kelompok tertentu dan yang termasuk problem yang perlu diatasi adalah
stereotipe yang negatif atau merendahkan kelompok lain.
Di dalam menghadapi fenomena budaya yang ada di tanah air ini, kita perlu memberi
informasi yang benar tentang berbagi hal yang berkaitan dengan ras, suku, agama, dan antar
agama. Seringkali, keberadaan individu dalam suatu kelompok telah dikategorisasi. Miles
Hewstone dan Rupert Brown (1986) mengemukakan tiga aspek esensial dari stereotipe yaitu :
1. Karakter atau sifat tertentu yang berkaitan dengan perilaku, kebiasaan berperilaku, gender
dan etnis. Misalnya, wanita periang itu suka bersolek.
2. Bentuk atau sifat perilaku turun menurun sehingga seolah-olah melekat pada semua
anggota kelompok. Misalnya, oran ambon itu keras.
3. Penggeneralisasian karakteristik, ciri khas, kebiasaan, perilaku kelompik kepada individu
yang menjadi anggota kelompok tersebut.
Tajfel (1981) membedakan bentuk atau jenis stereotipe yaitu :
1. Stereotipe individu adalah generalisasi yang dilakukan oleh individu dengan
menggeneralisasi karakteristik orang lain dengan ukurang luas dan jarak tertentu melalui
proses kategori yang bersifat kognitif (berdasarkan penglaman individu).
2. Stereotipe sosial terjadi jika stereotipe itu menjadi evaluasi kelompok tertentu, telah
menyebar dan meluas pada kelompok sosial lain.
Stereotipe itu bersifat unik dan berdasarkan pengalaman individu, namun kadang
merupakan hasil pengalam dan pergaulan dengan orang lain maupun dengan anggota
kelompok itu sendiri. Adakah hubungan antara stereotipe dengan komunikasi, Hewstone dan
Giles (1986) mengajukan empat kesimpulan tentang proses stereotipe :
1. Proses stereotipe merupakan hasil dari kecenderungan mengantisipasi atau mengharapkan
kualitas derajat hubungan tertentu antara anggota kelompok tentu berdasarkan sifat psikologis
yang dimliki.
2. Sumber dan sasaran informasi mempengaruhi proses informasi yang diterima atau yang
hendak dikirimkan. Stereotipe berpengaruh terhadap porses informasi individu.
3. Stereotipe menciptakan harapan pada anggota kelompok tertentu (in group) dan kelompok
lain (out group).
4. Stereotipe menghambat pola perilaku komunikasi kita dengan orang lain.
3. ETNOSENTRISME

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya
orang lain dengan standar budayanya sendiri. Etnosentrisme merupakan paham-paham yang
pertama kali diperkenalkan oleh William Graham Sumner (1906), seorang antropolog yang
beraliran interaksionisme. Berpandangna bahwa manusia pada dasarnya individualistis yag
cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena harus berhubungan dengan manusia
lain, maka terbentuklah sifat antagonistik. Supaya pertentangan itu dapat dicegah maka perlu
ada folkways (adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola tertentu. Mereka yang
memiliki folkways yang sama cenderung berkelompok dalam satu kelompok yang disebut
etnis.

5. DISKRIMINASI

Jika prasangka mencakup sikap dan keyakinan, maka diskriminasi mengarah pada
tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki prasangka
kuat akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat, kebiasaan atau hukum.
Antara prasangka dan diskriminasi ada hubungan yang saling menguatkan, selama ada
prasangka, disana ada diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai keyakinan atau
ideologi, maka diskriminasi adalah terapan keyakinan atau ideologi. Jadi diskriminasi
merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan
terhadap kelompok subordinasi.

UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENGHADAPI BERBAGAI


PENYAKIT BUDAYA
1. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
2. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan,
kedaulatan negara, dan mempererat persatuan bangsa.
3. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama, dan warna kulit. Perbedaan yang ada
akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan
karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
4. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, dan Sang Saka Merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam
bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
5. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah
maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Wawasan
nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas,
kerjasama, dan kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
Memiliki wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati, dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat. Ketentuan-
ketentuan itu, antara lain Pancasila sebagai landasan dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional. Ketentuan lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di
daerah yang mengatur kehidupan bermasyarakat.
6. Mentaati peraturan, agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan tertib
dan aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat
menimbulkan perpecahan.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan
oleh pengaruh negatif dari keragaman adalah sebagai berikut :
1. Semangat religius;
2. Semangat nasionalisme;
3. Semangat pluralisme;
4. Dialog antar umat beragama;
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia

2. PANCA GATRA YANG MELIPUTI ASPEK IPOLEKSOSBUDHANKAM,


DIEVALUASI MASIH BANYAK KELEMAHAN DALAM IMPLEMENTASINYA
UNTUK MENJAGA KEUTUHAN NKRI. BERIKAN ANALISIS SECARA
KOMPREHENSIF TERHADAP KONDISI TERSEBUT.
JAWAB :
Berikut adalah kelemahan yang teradapat dalam implementasi dari Panca Gatra
yang dimana berguna untuk menjaga NKRI

1. Berdasarkan aspek Ideologi


Dalam sebuah aspek idelogi, Pancasila dalam hal ini kemudian akan sedikit
demi sedikit untuk mulai terkikis dari sebuah kehidupan untuk berbangsan dan juga
bernegara. Kemudian, pada saat ini pula ilai Pancasila yang dimana terkandung
dalam Pancasila sendiri yang dimana terdiri atas beberapa macam sila tersebut
tidak termaknai dengan baik yang dimana dilakukan dalam pelaksanaan dari
kehidupan yang dimana berbangsa dan juga bernegara.
Hal ini dikarenakan Pancasila untuk masyarakat Indonesia sendiri tidak dapat
termaknai dengan baik hingga pada keseharianya tersebut dan juga pada pola
tindakan yang dimana akan memperlihatkan rendahnya terhadap berbagaimacam
pengaruh yang dimana berasal dari luar yang dimana mengedepakan sebuah
kebutuhan metaril.

2. Aspek Politik
Dalam hal ini Panca Gatr kemudian memiliki sebuah kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadpa sumber daya ada untuk tidak menimulkan seuah perpecahan
yang dimana kemudian dapat digunakan untuk melakukan sebuah pembangunan.
Yang dimana apabila sebuah kondisi politik pada sebuah negara stabil maka rasa
aman akan hadir untuk mempertahankan persatuan terhadap bangsa dan juga
kesatuan dari nasional. Tetapi fakta yang ada adalah sikap politik yang dimana
terdapat pada pejabat negara tidaklah sesuai dengan yang diharapkan, sikap politik
tersebut kemudian memperlihatkan berbagaimacam provokasi terhadap
berbagaimacam isu yang dimana memecah persatuan dan kesatuan bangsa seperti
ras, suku, agama dan juga golongan.

3. Aspek Ekonomi
Gatra seharusnya meningkatkan ekonomi, tetapi saat ini banyak praktik korupsi dan
juga markup yang merugikan negara
4. Aspek Budaya
Gatra sosial sejatinya mengajarkan nilai dan juga kebudayaan Indonesia, tetapi kini
sudah banyak perilaku dari masyarakat yang dimana semakin menjauh dengan nilai
sosial.

5. Aspek Pertahanan dan Keamanan


Ancaman berdatangan dari dalam dan luar negeri. Seperti terjadinya aksi terorisme
yang dimana datang dari dalam negeri dan ancaman dalam konflik internasional
terkait dengan perbatasan dengan negara Malaysia dan China.

3. DALAM UPAYA MEWUJUDKAN INTEGRASI NASIONAL INDONESIA,


SALAH SATU TANTANGAN YANG DIHADAPI BERAKAR PADA PERBEDAAN
SUKU, AGAMA, RAS, DAN GEOGRAFI. SEIRING DENGAN KEMAJUAN
TEKNOLOGI INFORMASI TERUTAMA MENJAMURNYA SOCIAL MEDIA DAN
KEBEBASAN BERPENDAPAT SAAT INI, POTENSI KONFLIK DAN
PERPECAHAN YANG BERAWAL DARI HAL-HAL SEPELE SEPERTI MEMBUAT
PERNYATAAN ATAU MEMBERI KOMENTAR DI SEBUAH AKUN SOCIAL
MEDIA BISA SAJA TERJADI. MENURUT ANDA, BAGAIMANA MENYIKAPI
HAL INI? DAN BAGAIMANA PERAN SEORANG PENDIDIK DALAM
MEWUJUDKAN GENERASI MILENIAL YANG BERINTEGRITAS NASIONAL?
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya persatuan dan kesatuan secara nasional. Integrasi
bangsa diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan identitas bersama, menguatkan
identitas nasional, dan membangun persatuan bangsa. Apabila Masyarakat sadar bahwa
mereka harus bersatu dengan menghilangkan rasa kesukuan mereka dan juga bertoleransi
dengan sesama suku lainnya maka semakin mudah integrasi nasional. Apabila integrasi
nasional sudah dilaksanakan maka segala perpecahan ataupun konflik menjadi berkurang atau
tidak ada sama sekali yang akan membuat negara semakin mudah dalam mengendalikan
negara dan lebih focus kepada pengembangan negara menjadi negara maju.
BAGAIMANA PERAN SEORANG PENDIDIK DALAM MEWUJUDKAN
GENERASI MILENIAL YANG BERINTEGRITAS NASIONAL
1. Setiap masuk kelas selain memberikan motifasi saya juga memberikan cerita inspirasi dari
berbagai sumber dan tokoh ternama. Selain meningkatkan percaya diri dan motifasi
belajarnya, tujuan saya adalah membangkitkan kreativitas dan imajinasi mereka. Karena
kebetulan mapel yang saya ajar adalah mapel produktif Multimedia.
2. Di sela-sela pelajaran saya ajak mereka berdiskusi tentang topik teraktual agar mereka
selalu sigap menanggapi sesuai porsi dan juga bisa bijak memilah mana berita asli dan hoax.
3. Ketua kelompok selalu saya buat bergiliran agar semua murid merasakan di posisi ketua
sehingga dapat belajar untuk bertanggungjawab.
4. Materi pelajaran saya selipkan unsur nilai moral. Contohnya saya beri tugas untuk
membuat komik/cergam berisi ironi kemudian ada pesan moralnya. Ataupun poster
nonkomersial bertema pendidikan ataupun lingkungan.
5. Selalu ada part untuk meresensi buku. Hal ini bertujuan agar mereka gemar membaca dan
menulis.
Menjadi guru di era milenial tidaklah semudah mengajarkan dan memberi contoh, tetapi
tekad yang benar-benar kuat untuk merubah atau membentuk karakter yg baik. Mulai dari hal
terkecil, mulai dari diri sendiri dan mulai sekarang.
4. TULISKAN PENGALAMAN HIDUP ANDA TERKAIT DENGAN PERISTIWA,
KEJADIAN ATAU SIKAP-SIKAP POSITIF YANG MUNCUL DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI DI MASYARAKAT YANG MENCERMINKAN TOLERANSI
TERHADAP KEBERAGAMAN!
PERILAKU TOLERAN DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA:
- Dapat menghormati agama yang dimana diyakini oleh orang lain, apapun agama yang
dianut oleh orang tersebut.
- Tidak melakukan sebuah sikap pemaksaan dalam keyakinana beragama yang kita anut
kepada orang yang dimana memiliki agama yang berbeda dengan kita.
- Memiliki sikap toleransi dalam berbadah pada setiap keyakinan yang ada dan juga ibadan
yang dimana dilaksanakan oleh orang-orang yang dimana memiliki sikap untuk keyakinan
dan juga pengambilan agama yang dimana berbeda dengan lainnya.
- Menjalankan dan melaksanakan semua ajaran dari agama dengan baik
- Tidak melakukan sikap yang dimana memandang rendah sebuah agama lainnya dan
kemudian tidak melakukan sikap dimana menyalahkan sebuah agama yang dimana memiliki
sikap yang berbeda dan juga sebagaimana dianut oleh oorang lain.
PERILAKU TOLERAN TERHADAP KEBERAGAMAN SUKU DAN RAS DI
INDONESIA
- Menghormati setiap suku yang ada dan juga harkat dan martabat dari manusia lainnya.
- Memberikan sikap untuk semangat akan persaudaraan yang terjalin kepada sesama umat
manusia yang dimana memberikan sikap nilai kemanusiaan.
- Tidak membeda-bedakan orang lain
- Berperilaku kepada setiap orang dengan baik.
TOLERAN TERHADAP KEBERAGAMAN SOSIAL BUDAYA
- Paham dan juga mengetahui akan adanya keanekaragaman yang dimana dimiliki oleh
bangsa Indonesia
- Mempelajari sebuah bidang seni dan menguasai yang dimana sesuai dengan minat bakat
dari orang tersebut.
- Memiliki sikap bangga terhadap kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa sendiri.
- Melakukan penyaringan terhadap budaya asing yang dimana sedang masuk ke Indonesia.
toleran terhadap perbedaan jenis kelamin
- Meyakini bahwa laki-laki dan perempuan pada dasarnya itu sama dan tidak memiliki
perbedaan
- Memberikan rasa untuk saling menghargai pada setiap perbedaan yang ada diantara kedua
jenis kelamin.
- Kedua jenis kelamin memiliki hak yang dimana sama untuk menjalani hidupnya
- Kedua jenis kelamin memiliki kewajiban yang dimana sama dalam menjalahi hidupnya

Anda mungkin juga menyukai