Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era sekarang ini, pembangunan disegala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan


mulai dari perkotaan hingga ketingkat pedesaan. Puluhan juta bahkan ratusan juta dana
dikucurkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau ke kelompok-kelompok
masyarakat didaerah untuk menunjang keberhasilan pembangunan di daerah tersebut.

Demi keberhasilan pembangunan tersebut maka peran serta masyarakat dalam


menentukan arah pemabangunan sangatlah penting agar tujuan dari pembangunan tersebut bisa
mencapai sasaran, yaitu bidang-bidang pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
menjadi kebutuhan masyarakat setempat.

Untuk itu diperlukan suatu komunikasi antara pemerintah sebagai pihak yang hendak
membangun dengan masyarakat sebagai sasaran dari pembangunan tersebut, sehingga
pembangunan yang dijalankan bisa betul-betul sesuai dengan apa yang diharapkan.

Keberhasilan pembangunan tidak lepas dari adanya komunikasi pembanguan.


Komunikasi memiliki peran yang sangat penting, sebagai contoh, suatu kelompok tani perlu
mengkomunikasikan tentang kebutuhan pupuk anggotanya kepada pemerintah sehingga
pemerintah bisa memberikan pupuk sesuai dengan kebutuhan kelompok tani tersebut.

Luasnya wilayah Republik Indonesia dengan jenis geografi yang berbeda disetiap
wilayahnya, serta budaya yang beragam menjadi satu masalah tersendiri dalam pembangunan
dewasa ini, sebab kadangkala suatu program yang direncanakan tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat.

Hal tersebut telah coba diselesaikan dengan dihadirkannya sistem otonomi daerah.
Dimana pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola dananya sendiri sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya.

Namun dengan hadirnya sistem otonomi ini tidak semerta-merta menghilangkan segala
persoalan yang ada. Ketidak mengertian pemerintah daerah tentang pentingnya komunikasi
pembangunan ditambah dengan partsipasi masyrakat dalam pembangunan yang sangat minim
membuat suatu program terkadang tidak diterima oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah.

Siapa, apa, dan bagaimana komunikasi pembangunan itu kaitannya dengan kesuksesan
pembangunan serta apa dampak yang ditimbulkan dengan adanya komunikasi pembangunan?

C. Tujuan dan Manfaat

Mengetahui lebih jauh tentang Komunikasi pembangunan, siapa, apa, dan bagaimana
dampak yang ditimbulkan komunikasi pembangunan

II PENDAHULUAN
LANDASAN KONSEPTUAL KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Ide munculnya konsep atau istilah komunikasi pembangunan dalam masyarakat atupun dalam
lingkungan studi ilmu kommunikasi bukanlah suatu kebetulan, melalui serangkaian tahap dan kajian
mendalam baik secara teoritis, konsep ini lahir dari hasil sinteis, koreksi dan transformasi secara ilmiah
dan alamiah. Sementara secara praktis konsep ini merupakan tuntutan dan respon dari proses
pencarian model pembangunan yang menginginkan perubahan dalam masyarakat dan Negara.
Pasca berakhirnya perang dunia ke 2 muncul keprihatinan yang mendalam di kalangan ilmu
soisal, dan praktisi pembangunan terhadap kondisi Negara-negara yang menjadi korban perang.
Menurut mereka keterpurukan keterbelakangan, kemiskinan, dan ketidak berdayaan yang di akibatkan
oleh perang dunia, sejatinya harus ditanggulangi bersama antara Negara pemenang perang dan koban
perang. Pada saat itu, keterpurukan ekonomi, social budaya masyarakat Negara dunia ke 3 sangat
memprihatinkan. Masyarakat dan Negara berada dalam posisi yang termarjinalkan dalam lingkungan
pergaulan dunia. Para ahli yang notabene dari Negara maju melihat hal ini, dan kemudian mereka
memprekarsai sebuah mode pembangunan untuk mengatasi kondisi tersebut. Pemikiran ini pertama
kali diperkenalkan pada penghujung tahun 1960 an. Untuk menuju kea ah perbaikan, diperlukan upaya
dan strategi yang dapat menyelesaikan persoalan tersebut, sehingga dengan alasan tersebut untuk
pertamakalinya konsep atau istilah komunikasi pembangunan mulai diperkenalkan oleh para jurnalis
tujuannya, yaitu mendukung dan mendorong prosoes penyusunan kebijakan dan percepatan
pembangunan melalui pola peliputan dan pemberitaan yang memadai. Semenjak saat itulah konsep
atupun istilah ini popular di Negara dunia ke 3.
Meskipun studi komunikasi dan studi pembangunan memiliki objek formal dan ciri yang berbeda
secara spesifik, secara umum substansi kajian kedua studi ini tidak jauh berbeda. Jika objek formal
komunikasi adalah pernyataan antara manusia yang mengarah pada perubahan pikiran, sikap dan
perilaku, objek formal studi pembanguna adalah aspek-aspek perubahan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan peningkatan melalui indicator fisik dan ekonomi.
Semula ilmu komunikasi belum dianggap sebagai saah satu variable bebas dalam pembangunan,
dan belum memberikan kontribusi pada usaha pemenuhan kebutuhan dan perbaikan kesejateraan
masyarakat pada kenyataannya, baik studi komunikasi baik pembangunan, secara teoritis bergerak
sendiri-sendiri tidak saling beradaptasi, menopangm dan melengkapi. Namun, semenjak capaian
prestasi pembangunan belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan bagi semua pihak,
mau tidak mau keadaan ini harus bisa di jelaskan dan diatasi dengan pendekatan praktis yang
menyeluruh

A. Menyoal Eksistensi Komunikasi Pembangunan

Berangkat dari pandangan bahwa ekistensi komuniasi pembangunan sebagai studi


komperhensip dalam mempercepat dan menuntaskan permasalahan pembangaunan, studi komunkasi
pembangunan menjadi kajian popular di Negara dunia ketiga. Pada dimensi teoritis, studi ini di
kembangkan melalui kajian dan analiaisis mendalam yang di arahkan pada upaya pencarian konsep atau
model pemnbangunan yang relevan dengan kebutuhan masyaratakat. Tahap ini, selanjutnya akan
menuntun jalan bagi munculnya kesadaran baru dengan konsep konsep yang bersfat korektif. Pada
dimensi praktis, penelusuran di arahkan pada pencarian strategi, teknik, dan metode yang efektif
berhubungan aspek-aspek operasionalisasi. Studi ini bagi masyarakat dan Negara.
Dari sinilah kemudian para ilmuan dan kritikus social terilhami untuk mrenmpatkan komunikasi
sebagai entitas penting bagi proses pembangunan. Selanjutnya peran dan fungsi yang di miliki
komunikasi di perankan sebagi bentuk pendekatan antar disiplin untuk menjawab tantangan dan
tuntutan, sekaligus memberikan pengaruh yang menentukan bagi proses dan tujuan pembangunan.
Munculnya konsep ini di sambut posisitif oleh sebagian besar ilmuan komunikasi, temasuk ilmuan social
lain nya. Alhasil banyak pihak menganggap konsep ini merupakan bentuk respon terhadap kondisi
pembangunan masyakat. Dan negara berkembang sebagai solusi alternative, maksudnya, kompleksitas
permasalahan pembangunan (seperti: social kominikasi politik ekonomi dan budaya), telah menyeret
kegiatan pembangunan menjadi fenomena social yang membutuhkan penanganan dan perlakuan yang
komprehensif dan efektif.
Secara konseptual komunikasi pembangunan bersumber dari teori kominikasi dan teori
pembangunan yang saling menopang. Teori komunikasi di pergunakan untuk arus informasi (ide,
gagasan) baru, dari pemerintah kepada masyarakat atau sebaliknya dengan kata lain, melalui proses
komunikasi pesan-pesan pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan
perubahan. Semntara teori pembanguanan digunakan sebagai karakteristik untuk perubahan yang
diinginkan secara terarah, dan progresif dari satu kondisi satu ke kondisi yang lain atau dari satu
keadaan menuju ke keadaan yang lebih baik. Dengan demkian, pada tataran ini konsep komunikasi
pembangunan merupakan usaha pemilihan strategi, dan model komunikasi yang memungkinkan
terjadinya perubahan dalam rangka pembangunan. Tujuan berusaha menyampaikan, mengkaji, dan
menjelaskan tenang suatu isu, ide atau gagasan actual yang berkaitan dengan perubahan, menuju
pembanguna massyarakat. Dalam ilmu komunikasi, konsep ini dianggap sebagai spesialisasi penerapan
teoritis dan praktis. Semangat inu kemudia memberi inspirasi baru dalam penggalian aspirasi, kreatifitas,
kepentingan, dan kebutuhan individu, kelompok, serta masyarakat. Hal ini akan membuka jalan bagi
munculnya ide, gagasan, dan inivasi dari tingkat akar, rumput (grassroots) pada batas ini, komunikasi
pembanguanan dipandangsebagai instrument kunci dalam menggambarkan, mendorong, mengarahkan,
memercepat, dan mengendalikan setiap perubahan dalam pembangunan.
Berdasarkan falsafah nya studi komunikasi pembangunan di ilhami oleh usaha kebebasan dan
pencerahan pembangunan dalam rangka meningkatkan harkat, martabat dan menamkan jiwa
kemandirian masyarakat. Sehingga apapun bentuk dan jenisnya, aktifitas pembanguna senantiasa
mengafah pada pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Dalam berbagai literature dijelaskan
bahwa falsafah adalah landasan pemikiran atau pandangan hdup yang ada dan berlau yang bersumber
pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang harus dilakukan. Disini, falsafah dipandang sebagai
sumber kebijakan moral tentang segala sesuatu, sebagai panduan bertindak, yang sudah tentu akan
berpijak pada perjalanan dan pertumbuhan peradaban mayarakat dan negar itu sendiri. Tak terkecuali
komunikasi pembanguna, sebagai kegiatan khusus, sejatinya menandung unsur mendidik(to educate)
membujuk (to persuade) dan memberi ketrampilan (skill) kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan
dengan tetap memperhitungkan nilai norma, keyakinan dan aspek social budaya yang berlaku.
Secara empiris penerapan studi komunikasi pembangunan akan diarahkan pada hal hal yang
berkenaan dengan hakikiat, tujuan dan manfaat ilmu tersebut bagi masyarakat. Sebagai disiplin ilmu,
meyitir pendapat Richard L. Laningan (dalam effendi 2003 ) dalam karyanya communication models in
filososi review and commentary, komunikasi pembangunan diarahakan untuk menjawaab seputar
metafisika, epistimologi, dan aksiologi. Terkait pula menelaaah pemahan (verstheen) penerapan studi ini
secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis dan kritis. Dengan kata lain suatu ilmu dapat
digunakan dan bermanfaat bagi umat manusia. Untuk melengkapi pembahasan kita, ada baiknya kita
juga membahas sejarah perkembangan munculnya komunikasi pembangunan baik sebagai konsep,
istilah, maupun peraktik.

Perkembangan konsep dan istilah


1. Jurnalisme pembangunan (jurnalisme of development)
Pembangunan berawal dari pemikiran bagai mana menemukan rumusan dan model komunikasi yang
cepat, murah, dan masalah bagi tuajuan pembanguanan , konsep jurnalisme pembangunan (JP) mulai
diperkenalkan. Lahirnya konsep atau istilah ini banyak didorong istilah praktis yang berlatar belakang
wartawan, dengan memanfaatkan potensi media komunikasi dalam kegiatan pembanguan. Adapun niat
yang mendorong para pelopornya ketika itu adalah keinginan untuk melaksanakan kebijakan
pemberitaan yang mendukung peliputan pembangunan (development reporting).
Menurut Laent 1977 (dalam UNDP, 2001), Para pelopor jusrnalisme pembangunan di Asia berkeyakinan
bahwa untuk masuk ke jantung permasalahan pembangunan, para jurnalisme pembangunan, dari insitut
pers yang diprakarsai Juan Mercado, salah seorang direktur Phillipine press institute. Tepatnya ketika
Press Foundation of Asia menyelenggarakan Kursus Laihan Penulis Ekonomi se-Asia yang pertama di
Manila pada tahun 1968, yang mencerminkan penekanan ganda dari jurnalisme pembangunan, Yaitu :
Pembangunan ekonomi di Asia, dan
Teknik penulisan yang jelas.
Ketika itu, para peserta kursus tersebut sepakat untuk menyebut komunikasi pembangunan
sebagai suatu lapangan studi. Di Filipina, tepatnya di Los Banos, disiplin ini bermula dari komunikasi
pertanian yang berkaitan erat dengan penyuluhan pertanian. Di Indonesia pada pemerintahan orde
baru, departemen penerangan tampil sebagai juru bicara pemerintahan. Melalui penerangan tampil
sebagai juru bicara pemerintah. Melalui departemen penerangan kemudian kita mengenal istilah Koran
masuk desa, radio republic Indonesia dengan siaran pedesaan, dan televisi republic Indonesia dari desa
ke desa. Pada masa itu istilah itu sangat popular hingga ke plosok desa, dan merupakan program
pembangunan yang dilakukan pemerintah secara sepihak, serentak dan seragam. Bagi pemerintah,
program-program tersebut bertujuan mempromosikan, menyebarkan, membujuk, mendukung dan
meyakinkan masyarakat terhadap berbagai rencana program, implementasi, ataupun dampak (manfaat)
pembangunan baik yang telah, sedang, maupun akan dilaksanakan bagi masyarakat luas, khususnya di
desa. Namun ternyata seluruh program tersebut tidak membuahkan hasil. Masyarakat desa justru hidup
jauh dari harapan, semakin termarjinalkan dari kehidupan sewajarnya.
Alhasil, jurnalisme pembangunan sendiri merupakan peliputan pembangunan sebagai proses
daripada sebagai peristiwa pembangunan yang dimaksud. Penekanan dalam berita pembangunan bukan
pada kejadian di saat tertentu, melainkan pada apa yang berlangusung pada periode tertentu tersebut
tersampaikan, diterima dan direspons khalayak sehingga menghasilkan proses perubahan social dan
ekonomi yang bersifat berkesinambungan dan jangka panjang. Dengan karakteristik ini, berita berbeda
dengan spot news. Dalam jurnalisme pembangunan, meliput berita harus bersifat kristis dan analitis,
yang mengkaji, mengevaluasi, dan memberikan sesuatu dengan memperhatikan hal-hal, sebagai berikut
: pertama, memperhatikan relevansi sesuatu proyek pembangunan dengan kebutuhan nasional dan
terutama kebutuhan local. Kedua, meperhatikan perbedaan antara rencana program dan
implementasinya. Ketiga, memperhatikan perbedaan antara dampak yang dirasakan masyarakat.
Jurnaliseme pembagunan juga harus memperhatikan kesenjangan perencanaan program dengan
implementasi dan melihat perbedaan dampak terhadap masyarakat, seperti yang diklaim pemerintah
dengan yang diklaim masyarakat.
Komunikasi Penunjang Pembangunan

Komunikasi penunjang pembangunan (KPP) lahir dari birokrasi PBB melalui proyek UNDP. KPP
dirancang oleh Erskine Childers untuk menunjang berbagai proyek pembangunan melalui program
UNDP. Dengan demikian, KPP bertitik tolak pada proyek-proyek pembangunan. Berdasarkan asal usul
istilah, menurut Gercelea (1982) komunikasi penunjang pembangunan (development support
communication) disebut juga komunikasi penyuluhan atau komunikasi pertanian, yaitu komunikasi yang
ditujukan untuk menunjang pembangunan nasional dan local, khususnya di Negara-negara berkembang
dalam (UNDP, 2001). Secara umum, komunikasi menunjang pembangunan adalah suatu pengunaan
yang berencana sumber-sumber (resources) informasi dan komunkasi (tenaga, biaya, fasilitas, perelatan,
dan media) oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan.

Komunikasi Pembangunan (Development Communication)


Sejak pertama kali memasuki Negara dunia ketiga, konsep atau istilah komunikasi pembangunan
(development communication) merupakan komponen penting dalam proses (program) pembangunan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Lerner melalui studinya yang berjudul The Passing of
Traditional Society (tahun 1958) dengan label communication and development. Kemudian pandangan
ini diperkuat kembali oleh Lucian Pye dan Wilbur Schramm. Mereka mengartikan komunikasi
pembangunan “it referred to technology-based communication network which regardless of message
and contet, tanded to create, by reason of its inherent characteristics, a climate suited for development”
(Lerner, 1958). Konsep komunikasi pembangunan tersebut memiliki ideologi sebagai berikut :
Esensi pembangunan adalah pemaksimalan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat.
Dunia maju dan dunia berkembang dibedakan oleh barang dan jasa.
Cara cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran dilakukan melalui pembangunan teknologi
yang berbasis komunikasi, terutama radio. Radio dan TV mampu menciptakan citra baru, mobilitas psikis
dan empati.
Inti ideology komunikasi adalah pembangunan adalah menciptakan iklim kondusif bagi
pertumbuhan produk dan jasa sebagai penggerak utama perekonomian. Namun dalam perkembangan
nya, setelah satu decade ternyata konsep pembangunan itu tidak sesuai dengan harapan bangsa-
bangsa di Negara dunia ketiga sebab jarak sosial ekonomi anatara si kaya dan si miskin semakin jauh
,Tekanan sosial,kekacauan dikehidupan sipil,dan ketidakstabilan politik menjadi endemi. Kemudia
muncul kritik terhadap ideology lerner tersebut dari tokoh-tokoh pemikir Amerika latin,B beltran,Diaz
Bordenare, dan reyes maltra. Mereka mengkritik bahwa kemajuan teknologi komunikasi pun
menimbulkan masalah dinegara dunia ketiga. Pada satu sisi mereka menerapkan model modrnisasi
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar, namun pada sisi lain mereka tidak mempunyai
alternative untuk masuk untuk jaringan teknologi komunikasi modern yang menghasilkan jenis
pembangunan seperti yang mereka cari .
Selang beberapa tahun kemudian, berkembang spesialisasi komunikasi mengenai penerapan
teori dan konsep komunikasi yang khusus untuk kepentingan pelaksanaan pembangunan yg
dikemukakan oleh Quebral(1978). Menurut Quebral , pembangunan bukan sekedar proses kuantitatif
dan linear dengan maksimalisasi barang dan jasa seperti analisis linear,melainkan membutuhkan juga
distribusi produk ekonomi secara adil dan merata. Hal ini harus diikuti dengan terbukanya akses
masyarakat pada partisipasi politik,pendidikan,kebebasan berpendapat,dan kehidupan yang sejahtera.
Penggerak utama pembangunan tidak hanya terletak pada media massa,tetapi juga terletak pada
liberalisasi masyarkat dari struktur ketidakseimbangan ekonomi,sosial,dan politik secara nasional dan
internasional. Visi lerner dan kawan-kawan tentang komunikasi massa di Negara dunia ketiga bersifat
individual dan kapasitas,bukan moral dan ideologi. Menurut Quebral (dalam Nasution,2014), ketiga
konsep tersebut sebelumnya (jurnalisme pembangunan komunikasi,penunjang pembangunan,dan
komunikasi pembangunan) saling bertautan satu sama lain karna memang merupakan hasil dari suatu
pencarian bersama akan isi dan metode komunikasi yang lebih sesuai dengan keadaan masyarakat
miskin yang berjuang menuju suatu kehidupan yang lebih baik. Ketiganya di maksudkan untuk
memerangi masalah ekonomi dan sosial dengan informasi yang umumnya berasal dari ilmu
pengetahuan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum konsep kominikasi pembangunan, telah dikenal luas
konsep komunikasi penunjang pembangunan sebagai cikal bakalnya sejalan dengan konsep komunikasi
penunjang pembangunan UNDP PBB,Tehranian (dalam Nasution,2002) telah mengidentifikasi tiga
konteks historis yang perlu dipahami dalam melihat posisi komunikasi dalam pembngunan. Ketiga
kontkes histori itu adalah
a.Permasalahan Timur-Barat
b.Permasalahan Utara-Selatan dan,
c.Permasalahan Pusat-pinggiran
Disini Tehranian melihat permasalahan komunikasi pembangunan dalam lingkup yang lebih luas,
melibatkan ideology-ideologi dan teori-teori liberal dan marxis,dan gap kemiskinan, dan culture yang
ada dan muncul pada Negara-negara didunia. Menurutnya, peran komunikasi dan teori pembngunan
dapat ditelusuri pada tiga aliran pemikiran (school of toght) yang berkembang saat itu, yakni=

2. TEORI FUNGSIONALISME
Berbeda dengan pandangan penganut teori evolusi,tradisi pemikiran teori fungsionalime banyak
dipengaruhi pemikiran Talcott Parsons. Menurut asumsi teori ini, masyrakat manusia tak ubah nya sperti
sistem fungsi pada organ tubuh manusia. Karena itu, memahami masyrakat manusia dapat dipelari
seperti mempelajari fungsi-fungsi tubuh manusia yang teratur bahwa fungsi yang satu mempengaruhi
fungsi lainnya,sebaliknya disfungsi pada satu sistem mengakibatkan dsifungsi pada sistem yang lain.
Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis-
statis. Jika satu bagian tubuh manusia berubah,bagian lain akan mengikutinya. Perubahan yang terjadi
pada satu lembaga akan berakibat pada perubahan dilembaga lain. Untuk mencapai keseimbangan
baru.
Demikian pula halnya masyarakat memiliki fungsi sosisal yang secara teratur mengalami
perubahan. Dengan demikian,masyarakat bukan sesuatu yg statis,melainkan dinamis sekalipun
perubahan itu amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru. Pada sisi lain, teori
fungsionalisme parsons sering disebut sebagain konservatif karna menganggap bahwa masyarakat akan
selalu berada pada situasi harmonis,stabil,seimbang dan mapan. sealnjutnya,untuk kepentingan
pembngunan masyrakat,perumusan acuann-acuan pokok dalam teori fungsionalisme meminjam asumsi
dasar teori modernisasi. Hal ini dapat dilihat dari kajian Daniel lerner, marion levy,Neil smelser dan
Gabriel Almond (dalam budiman 2000) yang akhirnya banyak mengilhami praktik pembangunan di
berabagai Negara.
Perkembangan teori-teori pembngunan ini kemudian dapat dikelompokan menjadi tiga bagian
yang saling menujang pada masanya. Teori-teori tersebut, yaitu: teori modernisasi, teori ketergantungan
(dependence theory), dan teori sistem dunia (the word system theori),yang akan dijelaskan pada bab
berikutnya
a. Aliran pemikiran ekonom klasik dan neoklasik yang menganggap komunikasi sebagai suatu
prasarana (infrastructure) dalam proses pembangunan. Komunikasi dipanang sebagai suatu
prakondisiuntuk pertumbuhan ekonomi. Model-model pertumbuhan ekonomi klasik dan
neoklasik menganggap arus informasi yang bebas dan komunikasidi antara penjual dan
pembeli sebagai suatu syarat mutlak bagi persaingan yang sempurna. Model ini
menganggap penting mekanisme harga sebagai bagian keunggulan (part excellence) dalam
suatu system informasi. Demikian pula sarana transportasi dan komunikasi kemudian
dianggap sebagai prasarana mobilitas factor-faktor produksi, sekaligus dengan alokasi
transaksi dalam system harga antara permintaan dan penawaran (spply and demand)
b. Aliran pemikiran nonekonom yang memandang komunikasi sebagai suatu factor penting
dan integral dalam proses perubahan social dan modernisasi. Peranan komunikasi dalam
aliran ini sebagai suatu bagian penting atau integral dari pembangunan dengan posisi
teoretis yang berbeda. Pemikiran aliran ini menganut model pembangunan yang bersifat
marxis, sebagai antithesis terhadap model-model pembangunan klasik dan neoklasik. Kaum
marxis pada umumnya merasa yakin bahwa peran komunikasi tidak menentukan dalam
pembangunan meskipun sebagai bagian yang integral. Hal ini membua jalan bagi peran
komunikasi, terutama bagi pembentukkan ideologi yang mengikuti pola-pola produksi
materi dalam masyarakat. Menurut mereka, ideologi berfungsi sebagai pemberi legitimasi
kepentingan kelas-kelas social yang berkonflik mengikuti proses evolusi historis.
c. Aliran pemikiran ini didominasi oleh para peneliti teritama psikolog social, yang
memfokuskan penelitiannya pada sistem-sistem mikro dan efek media. Mereka
berkesimpulan bahwa komunikasi sebagai factor yang tidak begitu penting (residual) dalam
proses perubahan social untuk diikuti secara tersendiri, dan tanpa praasumsi dalam proses
pembangunan. Paradigma teorotis yang dikembangkan dalam aliran ini menempatkan
peran komunikasi sebagai proses yang integral dalam proses perubahan social, melalui
teori-teori mobilisasi, difusi Mc Luhanis, dan sistem informasi.

4. Istilah lain yang relavan

Selain beberapa konsep dan istilah yang telah dijelaskan sebelumnya, termminologi lain yang
berkembang dan berkaitan dengan istilah komunikasi pembangunan dapat disebutkan sebagai kegiatan
komunikasi pembangunan, antara lain : penyuluhan pembangunan, pengembangan masyarakat,
Pendidikan luar sekolah, rekayasa social, social engineering (memperbaiki keadaan social), dan lain-lain.
Namun, yang akan dijelaskan berikut ini, hanya penyuluhan pembangunan dan pengembangan
masyarakat.

a. Penyuluhan pembangunan
Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor, dalam arti kata mampu
memberi penerangan, dari keadaan yang gelap menjadi terang. Mengenai rumusan baku,
penyuluhan dapat dilihat dari penjelasan Claart et al. Penyuluhan merupakan jenis khusus
Pendidikan pemecahan masalah(problem solving) yang berorientasi pada tindakan,
mengajarakan, mendemonstrasikan, dan memotivasi sesuatu. Demikian juga samsudin (1994)
yang menyebut penyuluhan sebagai usaha Pendidikan nonformal untuk mengajak orang mau
melaksanakan ide-ide baru. Jadi, penyuluhan yang dimaksudkandi sini adalah fungsi
pemerintahan dengan memperluas (extending) palayanan kepada petani sekaligus
melaksanakan atutran dan kebijakan yang berlaku. Atau den
gan kata lain, fungsi penyuluhan dimaksudkan untuk menjebatani kesenjangan antara praktik
yang biasa dijalnkan oleh petani dengan pengetahuan umum dan teknologi yuang bermbang
secara 2 arah antara pemerintah dan masyarakat. Dengn demikian, melalui penyuluhan
pertanian, mengajak, dan membimbing, memotivasi para petani untuk melaksanakan cara-cara
baru (suatu inovasi) lebih mudah.
b. Pengembangan Masyarakat
Dalam berbagai literatur, istilah community developmentatau pengembangan masyarakat
sering dikaitkan dengan usaha memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pengembangan
dan pendayaguanaan sumber-sumber yang ada pada mereka dengan menekankan pada prinsip
partisipasi social. Perdebatan panjang seputar definisi pengembangan masyarakat akhirnya
mendorong twelvestrees (1991) merumuskan konsepnya “… is the process of assisting ordinary
people to improve their own communities by undertaking collective action”. Maksudnya,
pengembangan masyarakat berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan orang yang tidak
beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun diskriminasi
berdasarkan kelas social, suku, gender, jenis kelamin, usia, maupun kecacatan. Dengan
demikian, konsep pengembangan masyarakat memiliki focus pada upaya menolong anggota
masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama mengidentifikasi kebutuhan
Bersama dan kemudian melakukan kegiatan Bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Meskipun kegiatan-kegiatan tersebut memunyai bentuk dan jenis yang berbeda pada tingkat
prastisnya, jika dilihat lebih jauh, kegiatan-kegiatan tersebut memunyai tujuan yang sama, yakni:
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota masyarakat. Apalagi metode dan tekhnik yang
digunakannya pun sama, yaitu komunikasi. Masing-masing terminology digunakan secara bergantia
untuk menyebut kegiatan komunikasi pembangunan. Disetiap negara istilah tersebut ada dan hidup
dalam masyarakatnya. Untuk menjelaskan mengenai hal ini, mari kita lihat komentar berikut:
“Kegiatan komunikasi pembangunan sebagai sebuah lapangan studi kata Quebral dapat saja
berbeda-beda permulaannya. Di Filipina misalnya, tepatnya di Los Banos disiplin ini bermula dari
komunikasi pertanian yang berkaitan dengan penyuluhan pertanian”
C. ASPEK TEORETIS YANG BERPENGARUH
Untuk memenuhi kebutuhan ilmiah pada pembahasan kali ini, kita akan membahas beberapa aspek
teoretis yang dominan dan membumi sebagai landasan konseotual komunikasi pembangunan yang
mewarnai praktik komunikasi pembangunan diberbagai negara. Beberapa teori besar tersebut,
diantaranya : teori evolusi, dan teori fungsionalisme. Berdasarkan penjelasan dibagian awal, secara
ilmiah aspek teoretis komunikasi pembangunan dapat ditelusuri malalui sumbangan pemikiran dari
teori-teori besar sebagai cikal bakal lahirnya embrio komunikasi pembangunan dan teori-teori
perubahan social dalam masyarakat.

1. Teori Evolusi

Teori evolusi lahir awal abad ke-19 sesudah revolusi industry dan revolusi prancis, dua revolusi yang
tidak sekadar menghancurkan tatanan lama, tetapi juga membentuk acuan dasar baru dalam
pembangunan. Secara garis besarnya menurut A. Comte 1964, Teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai berikut :
“Teori evolusi menganggap bahwa perubahan social merupakan gerakan searah seperti garis
lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menuju masyarakat maju. Teori evolusi
membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubvahan social.
Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.”

Penjelasan teoretis tersebut menunjukkan bahwa sebuah masyarakat modern merupakan


bentuk masyarakat yang di cita-citakan, yang mengandung semua unsur yang disebut dengan baik dan
sempurna. Didalamnya terdapat apa yang oleh teori evolusi disebut sebagai kemajuan, kemanusiaan,
dan civilization. Teori evolusi juga beranggapan bahwa perubahan social berjalan secara perlahan dan
bertahap. Perubahan ini dari masyarakat sederhana (primitive) pemasyarakat modern memerlukan
waktu yang panjang, bahkan berabad-abad. Pembentukan masyarakat dilihat sebagai bentuk
penyusunan materi atau organisme yang terstruktur dan fungsional. Masyarakat diasumsikan
berkembang melalui tahapan atau proses-proses dialektika, kompromistis, dan selektif, bahkan lamban
dan panjang dalam melihat perubahahan. Peran negara dalam hal ini belum tampak atau boleh dibilang
kurang. Bahwa suatu masyarakat akan berkembang secara alamiah akibanta yang terjadi masyarakat
tumbuh menjadi subkelompok dalam suku masyarakat dan ras secara kolektif. Sementara negara sendiri
tampil sebagai kekuatan politis yang terpisah dari rakyatnya kekuatan pengaruh teori ini pada akhirnya
menjadi dogmatis agi teori-teori selanjutnya. Pewarisan pemikiran teori evolusi pada teori modernisasi
telah terbukti mampu

2. TEORI FUNGSIONALISME

Berbeda dengan pandangan penganut teori evolusi,tradisi pemikiran teori fungsionalime banyak
dipengaruhi pemikiran Talcott Parsons. Menurut asumsi teori ini, masyrakat manusia tak ubah nya sperti
sistem fungsi pada organ tubuh manusia. Karena itu, memahami masyrakat manusia dapat dipelari seperti
mempelajari fungsi-fungsi tubuh manusia yang teratur bahwa fungsi yang satu mempengaruhi fungsi
lainnya,sebaliknya disfungsi pada satu sistem mengakibatkan dsifungsi pada sistem yang lain. Analogi
dengan tubuh manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis-statis. Jika
satu bagian tubuh manusia berubah,bagian lain akan mengikutinya. Perubahan yang terjadi pada satu
lembaga akan berakibat pada perubahan dilembaga lain. Untuk mencapai keseimbangan baru. Demikian
pula halnya masyarakat memiliki fungsi sosisal yang secara teratur mengalami perubahan. Dengan
demikian,masyarakat bukan sesuatu yg statis,melainkan dinamis sekalipun perubahan itu amat teratur dan
selalu menuju pada keseimbangan baru. Pada sisi lain, teori fungsionalisme parsons sering disebut
sebagain konservatif karna menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi
harmonis,stabil,seimbang dan mapan. sealnjutnya,untuk kepentingan pembngunan masyrakat,perumusan
acuann-acuan pokok dalam teori fungsionalisme meminjam asumsi dasar teori modernisasi. Hal ini dapat
dilihat dari kajian Daniel lerner, marion levy,Neil smelser dan Gabriel Almond (dalam budiman 2000)
yang akhirnya banyak mengilhami praktik pembangunan di berabagai Negara. Perkembangan teori-teori
pembngunan ini kemudian dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yang saling menujang pada masanya.
Teori-teori tersebut, yaitu: teori modernisasi, teori ketergantungan (dependence theory), dan teori sistem
dunia (the word sistem theori),yang akan dijelaskan pada bab berikutnya

Tujuan Komunikasi Pembangunan

Tujuan komunikasi pembangunan ialah untuk memajukan pembangunan. Pembangunan


diperlukan agar rakyat yang mempunyai kadar huruf serta pendapatan dan sosial-ekonomi yang
rendah lebih dapat terangkat taraf hidupnya. Untuk itu mereka harus diberitahu mengenai ide dan
kemahiran yang belum mereka kenal dalam jangka waktu yang singkat. Seperti halnya yang
dinyatakan oleh Nora C. Quebral (Harun dan Ardianto, 2011:162):

Tujuan komunikasi pembangunan adalah mencapai pembangunan yang berkelanjutan.


Pembangunan menginginkan bahwa sekelompok massa orang- orang dengan tingkat literasi
(melek huruf) dan penghasilan rendah, dan atribut-atribut sosio-ekonomi bahwa mereka harus
berubah, pertama-tama semua menjadi terbuka tentang informasi dan dimotivasi untuk menerima
dan menggunakan secara besar-besaran ide-ide dan keterampilan- keterampilan yang tidak
familiar dalam waktu yang singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan normal.

Rogers dan Andhikarya menyarankan perlunya dirumuskan suatu pendekatan baru dalam
proses komunikasi antarmanusia yaitu suatu pendekatan konvergensi yang didasarkan pada
model komunikasi yang sirkuler, menggantikan model linear yang umumnya dianut selama ini.
Selain itu, diketengahkan pula perlunya ditingkatkan partisipasi semua pihak yang ikut serta
dalam proses komunikasi, demi tercapainya suatu fokus bersama dalam memandang
permasalahan yang dihadapi. Dengan kata lain, pendekatan ini bertolak dari dialog antarsemua
pihak, dan bukan seperti selama ini hanya atau lebih banyak ditentukan oleh salah satu pihak
saja.

II.1.3. Prinsip – Prinsip Komunikasi Pembangunan

Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta dapat


menghindarkan kemungkinan – kemungkinan efek yang tidak diinginkan, tentunya harus
mempertimbangkan hal – hal yang disorot tadi. Kesenjangan efek yang ditimbulkan oleh
kekeliruan cara – cara komunikasi selama ini, menurut Rogers dan Adhikarya dapat diperkecil
bila strategi komunikasi pembangunan dirumuskan sedemikian rupa mencakup prinsip – prinsip
sebagai berikut (Harun dan Ardianto,2011:163):

1.Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak yang spesifik.
Misalnya bila hendak menjangkau khalayak miskin, pada perumusan pesan, tingkat bahasa, gaya
penyajian dan sebagainya disusun sedemikian rupa agar dapat dimengerti dan serasi dengan
kondisi mereka.
2.Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan – pesan yang bagi golongan
yang tidak setuju, katakanlah golongan atas, merupakan redundansi (tidak lagi begitu berguna
karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan
khalayak yang hendak dijangkau. Dengan cara ini, dimaksudkan agar golongan khalayak yang
benar – benar berkepentingan tersebut mempunyai kesempatan untuk mengejar
ketertinggalannya, dan dengan demikian diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi.

3.Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi pesan bagi kepentingan khalayak.
Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang dimaksud dengan situasi
kesempatan di mana khalayak yang berada.

4.Pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukan rakyat yang sejak lama
memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.

5.Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan


(disadvantage), dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan –
pesan pembangunan.

6.Mengaktifkan keikutsertaan agen – agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat
sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat
mereka sendiri.

7.Diciptakan dan dibina cara – cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak sebagai pelaku
– pelaku pembangunan itu sendiri, dalam proses pembangunan yaitu sejak tahap perencanaan
sampai evaluasinya.

II.1.4. Strategi Komunikasi Pembangunan

Pemilihan strategi komunikasi merupakan hal yang utama dan penting dalam
perencanaan pembangunan. Setiap strategi yang berbeda memerlukan penekanan yang berbeda
pada proses utamanya, dan pendekatannya pun bisa berbeda bergantung pada situasi dan kondisi.
Menurut Rogers (1976) fungsi komunikasi pada konteks ini dianggap sebagai mekanisme untuk
mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rencana pembangunan.
Karena itu pemerintah senantiasa perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan sehingga efeknya sesuai dengan harapan (Dilla, 2007:131).

Menurut AED ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama
ini yaitu (Harun dan Ardianto, 2011:164-166):

1. Strategi berdasarkan media

Para komunikator yang menggunakan strategi ini biasanya mengelompokkan kegiatan


mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini memang merupakan teknik
yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling kurang efektif. Strategi media di
sini secara tipikal memulai rencananya dengan mempertanyakan “apa yang dapat saya lakukan
dengan menggunakan radio?” atau “bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi
untuk menyampaikan pesan saya?”

2. Strategi desain instruksional

Menggunakan strategi ini pada umumnya adalah para pendidik. Mereka memfokuskan
strateginya pada pembelajaran individu – individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang
fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori – teori belajar formal dan
berfokus pada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan – bahan belajar. Berkat
keikutsertaan kalangan pendidik tersebut di lapangan kegiatan ini, banyak pemahaman yang
diperoleh mengenai evaluasi formatif, uji coba, desain program berjenjang dan sebaginya.

3. Strategi partisipatori

Dalam strategi partisipasi ini, prinsip – prinsip penting dalam mengorganisasi kegiatan
adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini
bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi
pembangunan, tetapi lebih kepada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat
dalam proses berbagai pengetahuan atau keterampilan.

4. Strategi pemasaran
Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan
terasa biasa. Contohnya seperti, “kalau anda dapat menjual pasta gigi, mengapa tidak dapat
menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana ? ”. Itulah prinsip social marketing yang
menjadi pegangan strategi ini.
BAB III

PENUTUP

Komunikasi pembangunan dewasa ini adalah merupakan hal terpenting dalam


pembangunan dan tidak bisa disepelekan. Komunikasi pembangunan tidak sepenuhnya menjadi
komsumsi pemerintah, tepati dalam lembaga atau organisasi pun dibutuhkan. Bahkan dalam
keluarga sekalipun.

Dalam pembangunan ini, ada banyak peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam
pembangunan, diantaranya :

1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan nilai-nilai, sikap
mental, dan bentuk prilaku yang menunjang modernisasi.

2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca-tulis ke


pertanian, hingga kekeberhasilan pembangunan hingga reparasi mobil. (schram, 1967)

3. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri,


sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang mobile.

4. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.

5. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.

6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan


dari masatransisi (Rao, 1966)

7. Komunikasidapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam pembuatan


keputusan di tengah kehidupan masyarakat.

8. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional,
dengan membawa pengetahuan kepada massa. Mereka yang memberi informasi akan menjadi
orang berarti, dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang
lain yang yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.

9. komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari pentingnya arti keberadaan


mereka sebagai warga Negara, sehingga apat membantu meningkatkan aktivitas politik
(Rao.1966)

10. Komunikasi memudahkan perencanaan dan inflementasi program-program pembangunan


yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.

11. Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, social, dan politik menjadi suatu proses
yang berlangsung sendiri.
Pembangunan harus didukung oleh partisipasi masyarakat, dimana tingkat keterlibatan
masyarakatdalam paket program pembangunan sangat dibutuhkan, untuk itu dibutuhkan upaya-
upaya agar masyarakat bisa turut serta dalam pembangunan. Untuk itu pada setiap tahapan-
tahapan pembanguan keterlibatan masyarakat adalah mutlak.
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai