Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNIKASI SOSIAL PEMBANGUNAN

LANDASAN KONSEPTUAL KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


Dosen Pengampu: Isniyunisyafna Diah Delima, S.I.Kom.,M.Si.

DISUSUN OLEH:

Aisyah Fitri 2101030037

Caroline Dwi Zahrah 2101030017

Resi Ramadanti Aulia 2101030007

Widya Putri 2101030020

Winartania Lusiana Dewi 2101030033

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih juga Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur kami kepada-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Landasan Konseptual
Komunikasi Pembangunan” dengan baik. Makalah ini diupayakan semaksimal mungkin serta
bantuan dari berbagai pihak. Sehingga memberikan kelancaran pada setiap prosesnya. Untuk
itu kami menyampaikan rasa terima kasih.

Mohon maaf jika masih banyak kekurangan pada makalah yang kami buat ini. Namun
besar harapan kami makalah ini akan memberikan dampak positif bagi siapa saja yang
membaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Tangerang, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ide munculnya konsep atau istilah komunikasi pembangunan dalam
masyarakat ataupun dalam lingkungan studi ilmu komunikasi bukanlah suatu
kebetulan, melainkan melalui serangkaian tahap dan kajian mendalam, baik secara
teoritis, konsep ini lahir dari hasil sintesis, koreksi dan transformasi secara ilmiah dan
alamiah. Sementara secara praktis, konsep ini merupakan tuntutan dan respons dari
proses pencarian model pembangunan yang menginginkan perubahan dalam
masyarakat dan negara.
Pasca berakhirnya Perang Dunia II muncul keprihatinan yang mendalam di
kalangan ilmuan sosial, dan praktisi pembangunan terhadap kondisi negara-negara
yang menjadi korban perang. Menurut mereka, keterpurukan, keterbelakangan,
kemiskinan, dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh perang dunia, sejatinya
harus segera ditanggulangi bersama antara negara pemenang perang dan korban
perang. Pada saat itu, keterpurukan ekonomi, sosial-budaya masyarakat negara Dunia
Ketiga sangat memprihatinkan. Masyarakat dan negara berada dalam posisi yang
termarjinalkan dalam lingkungan pergaulan dunia. Para ahli yang notabene dari
negara maju melihat hal ini, dan kemudian mereka memprakarsai sebuah model
pembangunan untuk mengatasi kondisi tersebut. Pemikiran ini pertama kali
diperkenalkan pada penghujung tahun 1960-an. Untuk menuju kearah perbaikan,
diperlukan upaya dan strategis yang dapat menyelesaikan persoalan tersebut.
Sehingga dengan alasan tersebut untuk pertama kalinya konsep atau istilah
komunikasi pembangunan mulai diperkenalkan oleh para jurnalis. Tujuannya, yaitu
mendukung dan mendorong proses penyusuna kebijakan dan percepatan
pembangunan melalui pola peliputan dan pemberitaan yang memadai. Semenjak saat
itulah konsep maupun istilah ini populer di negara Dunia Ketiga.
Semula studi komunikasi belum dianggap sebagai saalah satu variable bebas
dalam pembangunan, dan belum memberikan kontribusi pada usaha pemenuhan
kebutuhan dan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, baik studi
komunikasi maupun studi pembangunan, secara teoritis bergerak sendiri-sendiri, tidak
saling beradaptasi, menopang, dan melengkapi. Namun, semenjak capaian prestasi
pembangunan belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan bagi
semua pihak, maka bidang komunikasi pun mulai dilirik. Dengan potensi seperti itu,
mau tidak mau keadaan ini harus bisa dijelaskan dan diatasi dengan pendekatan
praktis yang menyeluruh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jurnalisme Pembangunan?
2. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Penunjang Pembangunan?
3. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Pembangunan (Development
Communication)?
4. Apa istilah lain yang Relavan?
5. Apa yang dimaksud dengan Teori Evolusi?
6. Apa yang dimaksud dengan Teori Fungsionalisme?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada para
pembaca tentang landasan konseptual komunikasi pembangunan. Dengan begitu
makalah ini di buat untuk mengetahui pokok permasalahan yang sudah di jabarkan
pada rumusan diatas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menyoal Eksistensi Komunikasi Pembangunan


Eksistensi komunikasi pembangunan sebagai sebuah studi komprehensif
dalam mempercepat dan menuntaskan permasalahan pembangunan, studi
komunikasi pembangunan menjadi kajian populer di negara Dunia Ketiga. Pada
dimensi teoritis, studi ini dikembangkan melalui kajian dan analisis mendalam
yang diarahkan pada upaya pencarian konsep atau model pembangunan yang
relavan dengan kebutuhan masyarakat. Tahap ini, selanjutnya akan menuntun
jalan bagi munculnya kesadaran baru dengan konsep-konsep yang bersifat
korektif. Pada dimensi praktis, penelusuran diarahkan pada pencarian strategi,
Teknik dan metode yang efektif yang berhubungan dengan aspek-aspek
operasionalisasi studi ini bagi masyarakat dan negara. Pada tahap ini, kajian dan
analisis difokuskan pada penggunaan studi komunikasi pembangunan dalam
menyelesaikan permasalahan mendasar masyarakat dan negara.
Secara konseptual, komunikasi pembangunan bersumber dari teori komunikasi
dan teori pembangunan yang saling menopang. Teori komunikasi digunakan
untuk menjembatani arus informasi (ide, gagasan) baru, dari pemerintah kepada
masyarakat atau sebaliknya. Dengan kata lain, melalui proses komunikasi pesan-
pesan pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan
perubahan. Sementara teori pembangunan digunakan sebagai karakteristik bentuk
perubahan yang diinginkan secara terarah, dan progresif, dari satu kondisi yang
lain, atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Dengan demikian,
pada tataran ini konsep komunikasi pembangunan merupakan usaha pemilihan
strategi, dan model komunikasi yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam
rangka pembangunan. Tujuannya berusaha menyampaikan, mengkaji, dan
menjelaskan tentang suatu isu, ide atau gagasan aktual yang berkaitan dengan
perubahan, menuju pembangunan masyarakat. Dalam ilmu komunikasi, konsep
ini dianggap sebagai spesialisasi penerapan teoritis dan praktis. Semangat ini
kemudian memberi inspirasi baru dalam penggalian aspirasi, kraktivitas,
kepentingan, dan kebutuhan individu, kelompok, serta masyarakat. Hal ini akan
membuka jalan bagi munculnya ide, gagasan, dan inovasi dari tingkat akar rumput
(grassroots). Pada saat ini komunikasi pembangunan dipandang sebagai
instrumen kunci dalam menggambarkan, mendorong, mengarahkan,
mempercepat, dan mengendalikan setiap perubahan dalam pembangunan.
Berdasarkan filsafahnya, studi komunikasi pembangunan diilhami oleh usaha
pembebasan dan pencerahan pembangunan dalam rangka meningkatkan harkat,
martabat dan menanamkan jiwa kemandirian masyarakat. Sehingga apapun
bentuk dan jenisnya, aktivitas pembangunan senantiasa mengarah pada
pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Dalam berbagai literatur dijelaskan
bahwa filsafah merupakan landasan pemikiran atau pandangan hidup yang ada
dan berlaku yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang
harus dilakukan. Disini, filsafah dipandang sebagai sumber kebijakan moral
tentang segala sesuatu, sebagai panduan bertindak, yang sudah tentu akan selalu
berpijak pada perjalanan dan pertumbuhan peradaban masyarakat dan negara itu
sendiri. Tak terkecuali komunikasi pembangunan, sebagai kegiatan khusus,
sejatinya mengandung unsur mendidik (to educate), membujuk (to persuade) dan
memberi keterampilan (skill) kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan
tetap memperhitungkan nilai, norma, keyakinan, dan aspek sosial-budaya yang
berlaku.
Secara empiris, penerapan studi komunikasi pembangunan akan diarahkan
pada hal-hal yang berkenaan dengan hakikat, tujuan dan manfaat ilmu tersebut
bagi masyarakat. Sebagai disiplin ilmu, menyitir pendapat Richard L. Laningan
(dalam Effendy, 2003) dalam karyanya Communication Models in Philosophy,
Review and Commentary, komunikasi pembangunan diarahkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan seputa r metafisika, epistemology, dan aksiologi. Terkait
pula menelaah pemahaman (verstehen) penerapan studi ini secara fundamental,
metodologis, sistematis, analisis, dan kritsis. Dengan kata lain, suatu ilmu dapat
digunakan dan bermanfaat bagi umat manusia. Demikian pula halnya dengan
komunikasi pembangunan.
Untuk melengkapi pembahasan kita, ada baiknya kita juga membahas sejarah
perkembangan munculnya komunikasi pembangunan, baik sebagai konsep, istilah,
maupun praktik. Secara filosofis, konsep atau istilah tersebut diantaranya:
jurnalisme pembangunan (journalism of development), komunikasi penunjang
pembangunan (development support of communication), dan komunikasi
pembangunan (development communication).
B. Perkembangan Konsep Dan Istilah
1. Jurnalisme Pembangunan (Journalism of Development)
Berawal dari pemikiran bagaimana menemukan rumusan atau model
komunikasi yang cepat, murah, dan massal bagi tujuan pembangunan, konsep
jurnalisme pembangunan (JP) mulai diperkenalkan. Lahirnya konsep atau
istilah ini banyak didorong para praktisi yang berlatar belakang wartawan,
dengan memanfaatkan potensi media komunikasi dalam kegiatan
pembangunan. Adapun niat yang mendorong para pelopornya. Ketika itu
adalah keinginan untuk melaksanakan kebijakan pemberitaan yang
mendukung peliputan pembangunan (development reporting).
Menurut Laent 1977 (dalam UNDP, 2001), para pelopor jurnalisme
pembangunan di Asia berkeyakinan bahwa untuk masuk ke jantung
permasalahan pembangunan, para jurnalis harus memahami ekonomi. Dari
sinilah kemudian lahir istilah jurnalisme pembangunan, dari institute pers yang
diprakarsai Juan Mercado, salah seorang direktur Philipine Press Institute.
Tepatnya Ketika Press Foundation of Asia menyelenggarakan Kursus Latihan
Penulis Ekonomi se-Asia yang pertama di Manila pada tahun 1968, yang
mencerminkan penekanan ganda dari jurnalisme pembangunan, yaitu:
a.) Pembangunan ekonomi di Asia, dan
b.) Teknik penulisan yang jelas.

Penekanan dalam berita pembangunan buikan pada kejadian di saat


tertentu, melainkan pada apa yang berlangsung pada periode tertentu tersebut
tersampaikan, diterima dan direspons khalayak sehingga menghasilkan proses
perubahan sosial dan ekonomi yang bersifat berkesinambungan dan jangka
panjang. Dengan karakteristik ini, berita pembangunan berbeda dengan spot
news. Dalam jurnalisme pembangunan, meliputi berita harus bersifat kritis dan
analitis, yang mengkaji, mengevaluasi, dan memberikan sesuatu dengan
memperhatikan hal-hal, sebagai berikut: pertama, memperhatikan relevansi
suatu proyek pembangunan dengan kebutuhan nasional dan terutama
kebutuhan lokal. Kedua, memperhatikan perbedaan antara rencana program
dan implementasinya. Ketiga, memperhatikan perbedaan antara dampak yang
dirasakan masyarakat. Jurnalisme pembangunan juga harus memperhatikan
kesenjangan perencanaan program dengan implementasi, dan melihat
perbedaan dampak terhadap masyarakat, seperti yang diklaim pemerintah
dengan diklaim masyarakat.

2. Komunikasi Penunjang Pembangunan


Komunikasi Penunjang Pembangunan (KPP) lahir dari birokrasi PBB
melalui proyek UNDP. KPP dirancang oleh Erskine Childers untuk
menunjang berbagai proyek pembangunan melalui program UNDP. Dengan
demikian, KPP bertitik tolak pada proyek-proyek pembangunan. Berdasarkan
asal usul istilah, menurut Gercelea (1982) komunikasi penunjang
pembangunan (development support communication) disebut juga komunikasi
penyuluhan atau komunikasi pertanian, yaitu komunikasi yang ditujukan
untuk menunjang pembangunan nasional dan lokal, khususnya di negara-
negara berkembang dalam (UNDP, 2001). Secara umum, komunikasi
penunjang pembangunan adalah suatu penggunaan yang berencana sumber-
sumber (resources) informasi dan komunikasi (tenaga, biaya, fasilitas,
peralatan, dan media) oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan.

3. Komunikasi Pembangunan (Development Communication)


Sejak pertama kali memasuki negara Dunia Ketiga, konsep atau istilah
komunikasi pembangunan (development communication) merupakan
komponen penting dalam proses (program) pembangunan. Konsep ini pertama
kali diperkenalkan oleh Lerner melalui studinya yang berjudul The Passing of
Traditional Society (tahun 1958) dengan label communication and
development. Kemudian pandangan ini diperkuat kembali oleh Lucian Pye dan
Wilbur Schramm. Mereka mengartikan komunikasi pembangunan, “It
referred to technology-based communication network which regardless of
message and content, tended to create, by reason of its inherent
characteristics, a climate suited for developmen” (Lerner, 1958). Konsep
komunikasi pembangunan tersebut memiliki ideologi sebagai berikut:
a.) Esensi pembangunan adalah pemaksimalan penyediaan barang dan
jasa bagi masyarakat.
b.) Dunia maju dan dunia berkembang dibedakan oleh barang dan jasa.
c.) Cara cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran
dilakukan melalui penggunaan teknologi yang berbasis
komunikasi, terutama radio. Radio dan TV mampu menciptakan
citra baru, mobilitas psikis, dan empati.

Inti ideologi komunikasi pembangunan adalah menciptakan iklim


kondusif bagi pertumbuhan produk dan jasa sebagai penggerak utama
perekonomian. Namun dalam perkembangannya, setelah satu dekade ternyata
konsep pembangunan itu tidak sesuai dengan harapan bangsa-bangsa di negara
Dunia Ketiga sebab jarak sosial dan ekonomi antara yang kaya dan yang
miskin semakin jauh. Tekanan sosial, kekacauan di kehidupan sipil, dan
ketidakstabilan politik menjadi endemic. Kemudian muncul kritik terhadap
ideologi Lerner tersebut dari tokoh-tokoh pemikir Amerika Latin, seperti
Beltran, Diaz Bordenare, dan Reyes Matla. Mereka mengkritik bahwa
kemajuan teknologi komunikasi pun menimbulkan masalah di negara Dunia
Ketiga. Pada satu sisi mereka menerapkan model modernisasi untuk
memenuhi kebutuhan dasar, namun pada sisi lain mereka tidak mempunyai
alternatif untuk masuk jaringan teknologi komunikasi modern yang
menghasilkan jenis pembangunan seperti yang mereka cari.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, sebelum konsep komunikasi


pembangunan, telah dikenal luas konsep komunikasi penunjang pembangunan
sebagai cikal bakalnya. Sejalan dengan konsep komunikasi penunjang
pembangunan yang menitikberatkan pada program-program pembangunan
UNDP PBB, Tehranian (dalam Nasition, 2002) telah mengidentifikasi tiga
konteks historis yang perlu dipahami dalam melihat posisi komunikasi dalam
pembangunan. Ketiga konteks historis itu adalah:

a.) Permasalahan Timur-Barat;


b.) Permasalahan Utara-Selatan; dan,
c.) Permasalahan Pusat-Pinggiran.

Di sini Tehranian melihat permasalahan komunikasi pembangunan


dalam lingkup yang lebih luas, melibatkan ideologi-ideologi dan teori-teori
liberal dan Marxis, gap kemiskinan, dan culture yang ada dan muncul pada
negara-negara di dunia. Menurutnya, peran komunikasi dalam teori
pembangunan dapat ditelusuri pada tiga aliran pemikiran (school of thought)
yang berkembang saat itu, yakni:

A. Aliran pemikiran ekonoin klasik dan neonklasik yang


menganggap komunikasi sebagai suatu prasarana
(Infrastucture) dalam proses pembangunan.
B. Aliran pemikiran nonekonon yang memandang komunikasi
sebagai suatu bagian penting dan integral dalam proses
perubahan sosial dan modernisasi. Peranan komunikasi dalam
aliran ini sebagai suatu bagian penting atau integral dari
pembangunan dengan posisi teoritis yang berbeda.
C. Aliran pemikiran ini didominasi oleh para peneliti terutama
psikolog sosial, yang memfokuskan penelitiannya pada sistem-
sistem mikro dan efek media.

4. Istilah Lain yang Releven

Selain beberapa konsep dan istilah yang telah dijelaskan sebelumnya,


terminology lain yang berkembang dab berkaitan dengan istilah komunikasi
pembangunan, antara laiN: penyuluhan pembangunann pengembangan
masyarakat, prndidikan luar sekolah, rekayasa sosial, social engineering
(memperbaiki keadaan sosial), dan lain-lain (lihat juga rakhmat,1999). Namun,
yang akan dijelaskan berikut ini, hanya penyuluhan pembangunan dan
mengembangan masyarakat.

a. Penyuluhan Pembangunan
Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor,
dalam arti kata mampu memberi penerangan, dari keadaan yang gelap
menjadi terang. Mengenai rumusan baku, penyuluhan dapat dilihat dari
penjelasan Claart et al (dalam Samsuddin, 1994). Penyuluhan merupakan
jenis khusus Pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang
berorientasi pada tindakan, mengajarkan, mendemostrasikna, dan memotivasi
sesuatu. Demikian juga samsuddin (1994) yang menyebut penyuluhan sebagai
usaha Pendidikan nonformal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-
ide baru. Jadi, penyuluhan yang di maksudkan di sini adalah fungsi
pemerintahan dengan yang dimaksudkan di sini adalah fungsi pemerintahan
dengan memperluas (extending) pelayanan kepada petani sekaligus
melaksanakan aturan dan kebijakan yang berlaku. Atau dengan kata lain,
fungsi penyuluhan dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara
praktik yang biasa dijalankan oleh petani dengan pengetahuan umum dan
tekhnologi umum dan teknologi yang berkembang secara dua arah (teo way
traffic) anatara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, melalui
penyuluhan pertanian mengajak, dan membimbing, dan memotivasi para
petani melaksanakan cara-cara baru (suatu inovasi) lebih mudah.

b. Pengembangan Masyarakat
Dalam berbagai literatur, istilah community development atau pengembangan
masyarakat sering dikaitkan dengan usaha memperbaiki kualitas hidup
masyarakat melalui pengembangan dan pendayagunaan sumber-sumber yang
ada pada mereka dengan menekankan pada prinsip partisipasi sosial.
Perdebatan panjang seputar definsi pengembangan masyarakat akhirnya
mendorong twelvestrees (1991) merupakan konsepnya “is the process of
assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking
collective action “. Maksudnya, pengembangan masyarakat berkenaan dengan
pemenuhan kebutuhan orang yang tidak berentung atau tertindas, baik yang
disebabkan oleh kemiskinan maupun diskriminasi berdasarkan kelas sosial
suku, gender, jenis kelamin, manusia, maupun kecacatan. Dengan demikian,
konsep pengembangan masyarakat memiliki fokus pada upaya menolong
anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama
mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan
bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka.

C. Aspek Teoritis Yang Berpengaruh


1. Teori Evolusi
Teori evolusi lahir awal abad ke 19 sesudah revolusi industri dan revolusi
prancis, dua revolusi yang tidak sekedar menghancurkan tatanan lama, tetapi
juga membentuk acuan dasar baru dalam pembangunan. Srcara garis besarnya,
menurut A. Comte (1964), teori evolusi menggambarkan perkembangan
masyarakat sebagai berikut:
“Teori Revolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakam
Gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat
primitif menuju masyarakat maju. Teori evolusi membaurkan anatara
pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial.
Perubahan menuju bentuk modern merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari” (dalam suarsono danso, 2000:10)
Penjelasan teoritis tersebut menunjukan sebuah masyarakat modern
merupakan bentuk masyarakat yang di cita-cita kan, mengandung semua unsur
yang disebut dengan baik dan sempurna. Didalamnya terdapat apa yang oleh
teori evolusi juga beranggapan bahwa perubahan sosial berjalan secara
perlahan dan bertahap. Perubahan ini dari masyarakat sederhana (prinitif) ke
masyarakat modern memerlukan waktu yang panjang, bahkan berabad-abad.
Pembentukan masyarakat dilihat sebagai bentuk penyusunan materi atau
organisme yang terstruktur dan fungsional. Masyarakat diasumsikan
berkembang melalui tahapan atau proses-proses dialektika, kompromisis dan
selektif, bahkan lamban dan panjang dalam melihat perubahan. Peran negara
dalam hal ini belum tampak atau kurang. Bahwa masyarakat akan berkembang
secara alamiah akibatnya yang terjadi masyarakat tumbuh menjadi
subkelompok dalam suku masyarakat dan ras secara kolektif. Semtara negara
sendiri tampil sebagai kekuatan politis yang terpisah dari rakyatnya.
Kekuatannya pemgaruh teori ini pada akhirnya menjadi diogmatis bagi teori-
teori selanjutnya. Pewarisan pemikiran teori evolusi pada teori modernisasi
telah terbukti mampu membantu menjelaskan proses masa peralihan dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern di negara-negara eropa barat.
Selain itu juga mampu menjelaskan arah yang perlu ditempu di negara dunia
ke-3 dalam proses modernisasinya.
Berbeda dengan pandangan penganut dari evolusi, tradisi pemikiran
teori fungsionalime banyak dipengaruhi pemikiran kalcot parsosns. Menurut
asumsi teori ini, masyarakat manusia tak ubahnya seperti sistem fungsi pada
organ tubuh manusia. Karena itu memahami manusia dapat dipelajari seperti
mempelajari fungsi-fungsi tubuh manusia yang teratur. Bahwa fungsi yang
satu memengaruhi fungsi yang lainnya, sebaliknya disfungsi pada suatu sistem
mengakibatkan disfungsi pada sistem yang lainnya. Analogi dengan tubuh
manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis-
statis. Jika satu bagian tubuh manusia berubah, bagian lainnya akan
mengikutinya. Perubahan yang terjadi pada suatu Lembaga akan berakibat
pada perubahan di Lembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru.

Anda mungkin juga menyukai