Disusun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih juga Maha Penyayang, kami panjatkan
puji dan syukur kami kepada-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Model-Model Komunikasi Antar Budaya”
dengan baik. Makalah ini diupayakan semaksimal mungkin serta bantuan dari berbagai pihak.
Sehingga memberikan kelancaran pada setiap prosesnya. Untuk itu kami menyampaikan rasa
terima kasih.
Mohon maaf jika masih banyak kekurangan pada makalah yang kami buat ini. Namun besar
harapan kami makalah ini akan memberikan dampak positif bagi siapa saja yang membaca
dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Tangerang, 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
BAB IV PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penelitian Kim mengenai adaptasi lintas budaya dimulai pada tahun 1970-an melalui
survei terhadap para imigran Korea di wilayah Chicago. Kemudian, diperluas untuk
mempelajari kelompok-kelompok imigran dan pengungsi lainnya di Amerika serikat seperti
orang-orang India-Amerika, Jepang, dan Meksiko-Amerika, dan para pengungsi Asia
Tenggara. Selain mempelajari kelompok-kelompok imigran, Yong Yun Kim meneliti
kelompok-kelompok siswa yang belajar di luar negeri di AS, serta siswa internasional di
Jepang, ekspatriat Korea di AS dan ekspatriat Amerika di Korea Selatan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Teori Komunikasi Integratif?
2. Apa yang dimaksud Investasi Teoritis?
3. Bagaimana Proses Adaptasi Lintas Budaya?
4. Bagaimana Transisi Memasuki Budaya Baru?
5. Apa yang dimaksud Dinamika Pertumbuhan Adaptasi?
6. Bagaimana Struktur Adaptasi Lintas Budaya?
7. Apa yang dimaksud Model Collen Ward, ddk.
3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada para
pembaca tentang Model Young Yun Kim dan Model Collen Ward, dkk. Dengan begitu
makalah ini di buat untuk mengetahui pokok permasalahan yang sudah di jabarkan
pada rumusan diatas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Investasi Teoritis
Penelitian Kim mengenai adaptasi lintas budaya dimulai pada tahun 1970-an melalui
survei terhadap para imigran Korea di wilayah Chicago. Kemudian, diperluas untuk
mempelajari kelompok-kelompok imigran dan pengungsi lainnya di Amerika Serikat
seperti orang-orang India-Amerika, Jepang, dan Meksiko-Amerika, dan para pengungsi
Asia Tenggara. Selain mempelajari kelompok-kelompok imigran, Yong Yun Kim
meneliti kelompok-kelompok siswa yang belajar di luar negeri di AS, serta siswa
internasional di Jepang, ekspatriat Korea di AS dan ekspatriat Amerika di Korea Selatan.
Garis besar pertama teori ditemukan dalam sebuah artikel berjudul "Toward an
interactive theory of communication-acculturation", yang kemudian disajikan lengkap
dalam teori communication and cross cultural adaptation: An integratif theory (Kim,
1998), yang disempurnakan lagi dalam becoming intercultural: An integratif teori of
communication and cross cultural adaptation (Kim, 2001) Kim menyatakan bahwa ada
2
lima mata rantai utama yang hilang dalam literatur adaptasi lintas budaya, yang dia bahas
kembali dalam cakupan teorinya, yaitu:
a. Kurangnya Perhatian pada faktor-faktor tingkat makro, seperti pola budaya dan
kelembagaaan dari lingkungan tuan rumah.
b. Perlu mengintegrasikan area penyelidikan tradisional secara terpisah untuk
mengetahui adaptasi jangka dan jangka pendek.
c. Adaptasi lintas budaya harus dilihat dalam konteks pembelajaran baru dan
pertumbuhan psikologis untuk memberikan interpretasi yabg lebih seimbang dan
lengkap dari pengalaman individu dalam lingkungan yang tidak dia kenal.
d. Harus ada upaya untuk memilah dan mengonsolidasikan factor-faktor yang
membentuk atau menjelaskan proses adaptasi lintas budaya individu.
e. Dasar ideologis yang berbeda dari asimilasionalisme dan pluralisme perlu diakui
dan dimasukkan ke dalam konsepsi pragmatis adaptasi lintas budaya. Soal ini
harus dipandang sebagai kondisi lingkungan tuan rumah serta individu yang
beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
b. Adaptasi sebagai fenomena yang mencakup semua. Kim menjelaskan bahwa adaptasi
lintas budaya sebagai proses multi-stage. Inilah yang membuat Teori ini berfokus
pada sifat kesatuan proses psikologis dan sosial, dan saling ketergantungan timbal
balik antara lingkungan fungsional pribadi (Kim, 2005). Pandangan ini
memperhitungkan faktor-faktor mikropsikologis dan makro sosial ke dalam
perpaduan teoretis yang disebut "integral vertikal". Pikiran ini sejalan dengan
pragmatisme filosofis, termasuk aliran lain, seperti "kontekstualisme", "psikologi-
3
ekologi", dan "psikologi evolusioner" yang tercermin dalam karya-karya bateson,
Ruesch, dan Bateson; Watzlawick Beavin dan kacson; serta Buss dan Kendrick (Kim,
2005)
d. Teori ini sebagai sistem deskripsi dan eksplanasi. Teori Kim ini dirancang untuk
mengidentifikasi pola-pola budaya yang umumnya hadir dalam serangkaian kasus
individual yang terdefinisi dengan jelas dan menerjemahkan pola-pola tersebut ke
dalam serangkaian pernyataan yang digeneralisasikan dan saling terkait. Fakta bahwa
manusia akan beradaptasi dalam lingkungan baru itu tidak perlu dipertanyakan lagi
melainkan bagaimana dan mengapa individu beradaptasi.
e. Teori ini menghadapkan penalaran deduktif dan induktif. Dalam ranah konseptual,
pengembangan logis gagasan Kim dimulai dari serangkaian asumsi dasar tentang
adaptasi manusia dan pembuktian empiris dari semua gagasan tersebut berdasarkan
bukti literatur yang tersedia dalam ilmu sosial (Kim, 2005). Dalam penelitiannya, Kim
memperkenalkan cerita-cerita anekdot dan testimoni para imigran dan pendatang yang
diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan, biografi, surat, buku harian, dialog
komantar, dan bahan-bahan lain dari majalah, koran, buku fiksi dan non fiksi,
program radio, dan program televisi. Semua akun individu ini bukan data ilmiah,
namun saat berfungsi sebagai sumber penting yang menceritakan wawasan pendatang
baru ke dalam "pengalaman hidup" adaptasi lintas budaya (Kim, 2005).
f. Konsep-konsep utama dan kondisi yang membatasi. Kim menggunakan dua istilah
sentral dalam teori ICT (Integrative communication theory), yaitu: (1) adaptasi; dan
(2) orang asing (stranger) untuk membantu mendefinisikan teori (Kim, 2005). Hal
yang dimaksudkan dengan "orang asing" adalah gabungan semua individu pendatang
4
yang sudah masuk, atau yang sudah masuk kemudian keluar lagi lalu kembali
bermukim dalam lingkungan budaya atau sub budaya baru (Kim, 2005)
Semua manusia dilahirkan dalam lingkungan yang tidak dikenal dan dibesarkan
untuk menjadikan bagian dari suatu budaya. Proses ini dikenal sebagai enkulturasi
dan mengacu pada organisasi, integrasi, dan pemeliharaan lingkungan budaya sendiri.
Selama bertahun-tahun telah terjadi pembentukan budaya bersama, telah terjadi
perubahan internal dengan meningkatnya interaksi individu dalam lingkungan
budayanya.
Transisi budaya individu dari budaya asal kebudayaan baru bisa mengejutkan dan
konflik internal sering muncul. Individu harus belajar beradaptasi dan tumbuh dalam
lingkungan baru karena mereka sering berhadapan dengan situasi baru, situasi yang
menantang norma budaya dan pandangan dunia dari budaya asal mereka. Ini adalah
proses yang dikenal sebagai akulturasi (shibutani dan Kwan, 1965). Menurut Kim,
ketika terjadi pembelajaran baru atau dekulturasi, pasti ada penghapusan beberapa
elemen budaya asal Komnas tidaknya dalam artian bahwa respons terhadap budaya
baru diadopsi dalam situasi budaya asal sebelumnya, ini kan sama dengan respon
setelah membangkitkan budaya lama. Individu dipaksa untuk mengembangkan
kebiasaan baru, yang mungkin bertentangan dengan kebiasaan yang lama. Kim
menyatakan bahwa arah teoretis utama dari perubahan adaptif adalah menuju
asimilasi, suatu keadaan konvergensi maksimum yang mungkin berasal dari kondisi
internal dan eksternal orang asing yang harus berhadapan dengan kondisi penduduk
asli.
5
budaya di Amerika adalah sejauh mana mereka telah membenamkan diri ke dalam
budaya AS. Dia menyatakan bahwa anggota kelompok yang beragam secara budaya
dapat ditempatkan ke dalam beberapa kategori. Individu-individu di cultural mampu
berfungsi secara kompeten dalam budaya dominan sembari tetap berpegang pada
manifestasi budaya mereka sendiri. Individu tradisional berpegang pada sebagian
besar ciri budaya asal dan menolak banyak sifat budaya dominan. Tipe individu lain
adalah mereka yang akan mengakulturasi dan melepaskan bagian besar ciri-ciri
budaya dari budaya asal dan ciri-ciri budaya dominan. akhirnya, individu marginal
merasa tidak cocok dengan budaya asal atau budaya dominan (Locke, 1998)
Dari sinilah setiap orang akan menangani perubahan ini dengan berbagai cara,
termasuk penghindaran, penolakan, dan penarikan diri, serta mundur ke kebiasaan
yang sudah ada sebelumnya untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan dalam
lingkungan baru. Sementara itu, yang lain mengembangkan kebiasaan baru dan
6
memulai adaptasi, memungkinkan mereka menjadi lebih cocok dengan lingkungan
mereka sebelumnya. Ini semua terjadi dalam periode pertumbuhan. Dinamika
pertumbuhan ini sama dnegan dinamika adaptasi stres yang tidak linear, tetapi bolak-
balik sehingga ada fase regresi demi perkembangan selanjutnya. Disini, asimilasi
dapat di definisikan sebagi proses dimana seseorang mengambil materi dari
lingkungan lalu dimasukkan kedalam pikiran mereka, artinya seseorang mulai
mengubah bukti yang ditangkap indra mereka untuk membuatnya menjadi cocok,
sedangkan akomodasi adalah perbedaan konsep yang dibuat oleh pikiran seseorang,
inilah ynag disebut proses asimilasi (artherton, 1969).
(d) Environment.
(e) Predisposition.
1) Kognitif
kemampuan internal seseorang, seperti pengetahuan tentang budaya dan bahasa
tuan rumah, sejarah, institusi, pandangan dunia, kepercayaan, norma, dan aturan
perilaku antarpersonal.
7
2) Afektif
kompetensi afektif memfasilitasi adaptasi lintas budaya dengan menyediakan
kapasitas motivasi untuk menghadapi berbagai tantangan hidup dalam lingkungan
tuan rumah, keterbukaan terhadap pembelajaran baru, dan kesediaan untuk
berpartisipasi dalam aspek emosi dan fisik lingkungan tuan rumah (Kim, 2005).
3) Operasional
Kompetisi operasional berkaitan dengan aspek-aspek lain dari kompetisi
komunikasi tuan rumah yang dapat memfasilitasi orang asing yang secara lahiriah
mengekpresikan pengalaman kognitif dan efektif mereka (Kim, 2005)
Collen Ward dan Antony Kennedy (1999) mengemukakan bahwa dalam upaya
membawa konsep integrasi ke area penelitian yang difraksinasi, model adaptasi lintas
budaya ini diperkenalkan. Model ini mengandung dua domain adaptasi budaya, yaitu:
8
2. Domain Sosiokultural (perilaku)
Teknik pengukuran SCAS ini pertama kali digunakan oleh Searle dan Ward (1990)
dalam studi mereka tentang transisi lintas budaya dan adaptasi siswa Malaysia dan
Singapura di Selandia Baru. Riset tersebut, pada akhirnya dapat menjelaskan
pengembangan skala dan mendokumentasikan kegunaan dan fleksibilitas pengukuran
SCAS. Sifat-sifat psikometrik dari SCAS dilaporkan bersama dengan analisis data
dari 16 sampel cross-sectional, 4 sampel longitudinal, dan perbandingan antara satu
pasang pendatang dengan mereka yang menetap.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi teori yang diperkenalkan oleh Young Yun Kim ini menjelaskan proses
transformasi budaya yang dialami semua orang pada saat mereka pindah ke lingkungan baru
yang budayanya tidak dikenal. Sedangkan Collen Ward dan Antony Kennedy (1999)
mengemukakan bahwa dalam upaya membawa konsep integrasi ke area penelitian yang
difraksinasi, model adaptasi lintas budaya ini diperkenalkan. Dan model ini mengandung dua
domain yaitu domain psikologis dan domain sosiokultural.
10
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. Komunikasi Antar Budaya Definisi dan Model. Depok, Rajawali
Pers Divisi Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada.
11