Dosen Pembimbing :
Muhamad Sobri, M.Pd
Disusun Oleh :
1. Nur Aisyah Indah Yani (2111240167)
2. Yayan Saputra (2111240185)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................3
BAB V PENUTUP............................................................................................19
A. Kesimpulan ........................................................................................19
B. Saran ...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan,
perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan
permasalahannya. Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi
untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang
terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih
jauh pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa
yang terjadi setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global.
Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Oleh karena itu, kita selaku Mahasiswa harus memperhitungkan dan
mengatisipasinya. Janganlah anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah
jenis pakaian, “celana jeans” yang semula merupakan pakaian pengembala
sapi(cowboy), para mekanik bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimana-
mana termasuk di Indonesia, kenyataan yang demikian itu merupakan hal yang
harus diperhatikan pada pembelajaran IPS yaitu Globalisasi, selain itu pula kita
sebagai Generasi penerus harus bisa mempertahankan serta menjaga kelestarian
aneka ragam jenis kebudayaan yang telah ada di Indonesia dengan cara mencintai
produk dalam negeri dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh luar, serta
mengenalkan dan mengajarkan kepada Anak-anak bahwa pentingnya menjaga
kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian kita akan membahas mengenai isu-isu dan masalah sosial
budaya dalam pembelajaran IPS khususnya tentang Trend Globalisasi, masalah-
masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS,
juga akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan,
hukum keterkaitan, kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana trend globalisasi dan keberagaman budaya dalam
pembelajaran IPS ?
2. Bagaimana masalah lingkungan pendidikan dalam pembelajaran IPS ?
3. Bagaaimana hukum dan kesadaran hukum dalam pembelajaran IPS ?
4. Bagaimana pluralisme dan keanekaragaman etnis dalam pembelajaran
IPS ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui trend globalisasi dan keberagaman budaya dalam
pembelajaran IPS.
2. Untuk mengetahui masalah lingkungan pendidikan dalam pembelajaran
IPS.
3. Untuk mengetahui hukum dan kesadaran hukum dalam pembelajaran IPS.
4. Untuk mengetahui pluralisme dan keanekaragaman etnis dalam
pembelajaran IPS.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses penyelesaiannya
itu.
4
dan isu-isu diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism
(melahirkan superioritas dan inferioritas).(Danu Rahmania : 2021)
Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyrakat global dengan
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini
dalam mengambil keputusan untuk masa datangdan berpartiipasi dalam aktivitas
di masyrakat.(Susanto,Ahmad : 2014)
Pengajaran keanekaragaman dalam IPS harus mengandung tujuan, yaitu:
1. Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan
pengalaman dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra
maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosila, ras,
dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa utnuk mengembangkan sikap-sikap positif
dalam mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok
agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan
cara memberikan ketrampilan dalam mengambil keputusan dan
mengembangkan sikap-sikap sosial.
4. Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami
saling keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu
melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.
Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan
sebagai berikut :
7
p. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alamdi sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Terutama nilai ke-17 yakni sikap peduli lingkungan ialah bentuk kesigapan
yang harus ditanamkan untuk menjawab kewajiban seluruh elemen masyarakat
atas permasalahan lingkungan. Menurut Palmer dan Neal kesadaran lingkungan
untuk pengembangan individual yang dipromosikan melalui pendidikan
lingkungan mencakup tiga dimensi, yaitu: pengetahuan konsep, keterampilan,
dan perilaku. Ketiganya mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas -
alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural,
historis, moral, estetika).
Pemanfaatan beraneka ragam situasi pembelajaran dan berbagai pendekatan
dalam pembelajaran melalui environmental education mampu memberikan
tekanan yang kuat pada kegiatankegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan
pengalaman secara langsung (first – hand experience). Kesadaran lingkungan
bagi peserta didik berguna untuk meneliti (examine) isu lingkungan yang utama
dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga peserta
didik dapat menerima kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain.
Tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, diharapkan mampu
memunculkan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan keterampilan untuk
memecahkan masalah. Fokus nilai yang terkandung dari sikap kesadaran
lingkungan ialah pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk
mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan, secara eksplisit dapat
mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana
pembangunan dan pertumbuhan berkelanjutan.
Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak
bisa dilepaskan dari lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar
memberikan wahana bagi manusia untuk mengembangkan dan
mengaktualisasikan dirinya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, seperti
kenyamanan, kesejahteraan, dan ketenangan dalam kehidupannya. Manusia
8
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar, maka corak
hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu saling ketergantungan antara
satu dengan yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya masing-masing.
Corak hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami
perubahan. Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban
manusia, maka ada usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah,
mengolah, dan menaklukkan alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu
pada gilirannya membawa dampak pada perubahan tatanan lingkungan alam yang
ada. Seringkali dampak yang ditumbuhkan oleh lingkungan alam itu sedemikian
rupa sehingga tidak menguntungkan juga bagi kehidupan manusia. (Marlamb :
2023 : 2594-2603)
Bencana alam, seperti banjir, bahaya kekeringan, kelaparan, tanah yang
tandus, polusi udara, tanah, dan air, baik secara langsung mauoun tidak langsung
bersumber dari ulah manusia juga.
9
Penggabungan kedua aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap
pembentukan warga negara yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan
untuk membentuk warga negara yang baik, melalui pemahaman terhadap
pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif dan aktif
dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek
tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa
sebagai angota masyarakat.
Manusia sejak dilahirkan memerlukan proses interaksi dengan manusia lain.
Dalam melakukan interaksinya, manusia selalu menghadapi dua lingkungan,
yaitu lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Contoh
lingkungan fisik, yatu bagaimana manusia berinteraksi dengan pendayagunaan
laut, hutan, sungai dan lain-lain, sedangkan contoh lingkungan sosial, yaitu
bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama manusia dalam suatu
masyarakat.(Octavia : 2020)
Ketika manusia melakukan interaksi dengan kedua lingkungan tersebut maka
dihadapkan pada aturan-aturan atau hukum-hukum yan tertulis maupun tidak
tertulis. Interaksi dalam suatu kelompok masyarakat, baik interaksi di antara
sesama anggota kelompok masyarakat tersebut maupun dengan alam sekitarnya
yang diikat oleh hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut akan terbentuk
suatu masyarakat hukum.
Dengan adanya hukum yang mengikat, bagi setiap anggota masyarakat harus
memiliki kesadaran hukum. Keadaran hukum ini yang dimaksud adalah dia
mengetahui mana yang boleh dia lakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan
menurut dasar hukum yang telah digariskan. Selain itu, kesadaran dapat pula
menimbulkan pemahaman individu anatara hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
individu tersebut.
Hukum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
2. Penyelesaian pertikaian.
3. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu
dengan kekerasan.
10
4. Pengubahan tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada
kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.
5. Pengaturan tentang perubahan hukum harus mewujudkan fungsi-fungsi
tersebut di atas agar ia dapat memenuhui tuntutan keadilan, hasil guna dan
kepastian hukum.
Setiap hukum senantiasa ada sanksi. Biasanya bentuk hukum seperti ini adalah
hukum tertulis atau hukum positif. Contohnya, peraturan lalu lintas, peraturan di
sekolah, peraturan ketatanegaraan. Hukum tersebut sudah memiliki kebakuan
yang sangat mutlak.
Selain itu, terdapat pula dalam kehidupan bermasyarakat terdapat hukum yang
tidak tertulis dan tidak ada sanksinya apabila ada yang melanggar. Walaupun
demikian, hukum wajib ditaati oleh masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat.
Hukum dinamakan juga norma.
Menurut E. Wesley, IPS bukan ilmu sosial, tetapi bidang perhatiannya sama,
yaitu hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada
pengajaran program sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk
menggambarkan human knowledge melalui penelitian, penemuan, eksperimen,
dan sebagainya, dengan materi dan permasalahan yang kompleks. IPS dipolakan
untuk tujuan-tujuan instruksioanl dengan materi sesederhana mungkin, menarik,
mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.
Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah
sewajarnya apabila guru pengajar ilmu sosial mengetahui benar-benar akan
tujuan pengajaran, di samping pengorganisasian bahan pelajaran dan metode
yang dipakai dalam pelaksanaan proes belajar mengajar.
11
Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar di
Indonesia sejak kelas tiga dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan
yang ada pada kelasnya, misalnya perbedaan jenis kelamin, latar belakang orang
tua kemampuan belajar dan sebagainya. Pelajaran IPS akan sangat menarik jika
para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa
melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut.
Dalam masyarakat memiliki keanekaragaman budaya tibul berbagai masalah
dan isu diantaranya adalah pembaharuan, prasangka dan ethnocentrisme yang
dapat melahirkan superioritas dan enpioritas dua hal yang terakhir sebenarnya
lebih bersifat bagian yang tak terpisahkan dari proses pembaharuan (asimilasi).
Proses pembaharuan itu sering mengalami hambatan disebabkan oleh :
1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang
rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
Sebagai akibat dari perkembangannya hambatan-hambatan tersebut dalam
proses pembaharuan maka sering timbul kecurigaan dan ketidak percayaan
diantara individu-individu pendukung kebudayaan tersebut. Akibat lainnya
adalah sulit menanamkan sikap toleransi yang didasari simpati. Sehingga di
beberapa lingkungan masyarakat, hubungan sosial kurang begitu harmonis, hal
ini menunjukan adanya sikap seteriotipe-seteriotipe kuat dikalangan masyarakat.
Seteriotipe adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu berupa ciri khas
prilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial (kesamaan
kedaerahan misalnya sama-sama orang jawa). Stereotipe terbentuk berdasarkan
suatu pendapat yang sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan pribadi
secara sepintas dan biasanya berkonotasi negatif. Contonya: orang gemuk malas
dan kurang memiliki disiplin pribadi semua ibu tiri kejam, orang jepang dan
Amerika cerdas-cerdas dan sebagainya.
Steriotipe bisa menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya akan
menutup diri masing-masing kelompok dan memperkuat steoriotif itu sendiri.
Ketertutupan itu tentu saja penghambat pembaruan dalam bernegara. Komunikasi
merupakan slah satu syarat terjadinya interaksi sosial yang harmonis. Pertukaran
12
pengetahuan dan pengertian dibaalik steriotipe diharapkan dapat menumbuhkan
rasa saling menghormati dan menghargai antara dua belah pihak.
Indonesia sebagai bagaian dari masyarakat dunia merasakan gelombang
globalisasi yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan
masyarakat, baik dari dalam bidang ekonomi, teknologi, politik sosial dan tentu
saja budaya. Berkembangnya karakter global dan teknologi, masalah lingkungan,
keuangan, telekomunikasi, dan menia menyebabkan lahirnya umpan balik
budaya yang baru yakni kebijakan suatu pemerintas, termasuk pemerintah
Indonesia, menjadi perhatian bagi Negara lain. Implikasinya adalah tidak ada
Negara menutupi fakta dari Negara lain. Indonesia tampaknya tidak hanya
strategi dari segi giografis dan ekonomi tetapi juga sumber daya manusia dan
telekkumunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya telekomunikasi
dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang demikian
mampu dieratkan dan jaraknya di perpendek dengan teknologi komunikasi satelit.
Bahkan dalam decade 70-an Indonesia adalah saatu-satunya Negara di asia
tenggara yang mempercayakan system komunikasinya dengan menggunakan
satelit Phalapa, bahkan berlangsung hingga decade tahun 80-an dan Indonesia
tidak menggunakan jasa satelit Negara lain tetapi milik sendiri.
Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah pengggunaan
jaringan internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau
mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas Negara,
budaya, bahkan tidak mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa
mengetahui papun tentang Negara dan bangs lain, sebaiknya bangsa lain pun bisa
memperoleh informasi yang berkaitan dengan Indonesia.
Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya
globalisasi, rasanya kita sepakat bahwa kita harus mewaspadai perkembangan
lebih lanjut demi kelangsungan generasi muda kita di masa mendatang. Kita tidak
akan menolak arus globalisasi. Dengan lebih memahaminya agar dapat
diperkenalkan kepada siswa kita, berbagai kemungkinan yang akan ditemukan
dalam fungsinya kelak sebagai warga Negara yang baik sekaligus menjadi warga
dunia yang efektif.
13
Pembentukan sebagai warga ngara yang baik bisa dilakukan melalui antara
lain : pendidikan formal, pendidikan yang bagaimana mampu menghasilkan
siswa menghormati dan menghargai keragaman budaya. Bahkan perbedaan
budaya harus di anggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu
sendiri.
Fungsi pelajaran IPS menurut Skell (1995) antara lain membantu para siswa
untuk mengembangkan kemauan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberika
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau atau masa kini
dalam mengambil keputusan untuk masa datang, mengembangkan keterampilann
menganalisis dan memecahkan masalah dalam membimbing pertumbuhan dan
mengembangkan partisipasi dalam aktifitas di masyarakat. (dalam Jschak, 1997:
4.11). Pengajaran keanekaragaman budaya dalam IPS haruslah mengandung
tujuan, antara lain sebagai berikut :
1. Mampu mentransformasikan bahwa sekolah akan memberikan
pengalaman dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra
maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosial, ras,
dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif
dalam mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik dan kelompok
agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak menjadi kelompok yang dirugikan dengan
cara memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan
mengembangkan sikap-sikap sosial.
4. Membimbbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami
saling keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya
dari pandangan yang berbeda-beda.
Pendidikan keanekaragaman budaya merupakan sebuah pendekatan dalam
proses belajar dan pengajaran yang didasarkan pada nilai-nilai yang demokratis
demi terpeliharanya pluralism budaya yang dimiliki oleh masyarakat-masyarakat
dan menjaga kelangsungan adanya saling ketergantungan yang ada di dunia ini.
14
meningkatkan perkembangan intelektuan, sosial dan kepribadian para murid
sehingga mereka mampu mencapai potensinya yang terbaik. Dalam hal ini guru
memegang peranan penting, karena guru dapat membuat suatu perubahan dalam
kehidupan rapa muridnya, dan perubahan ini bisa positif maupun negative. ( Umi
Oktyari Retnaningsih : 1998: 231).
Sementara John U.Michealis (1980) menjabarkan tujuan pendidikan
keanekaragaman budaya dan etnis adalah sebagai berikut :
1. Murid mempunyai kesadaran diri sebagai penghuni pelanet bumi, warga
Negara dari masyarakat yang beraneka ragam budaya. Hidup dalam dunia
yang makin kompleks interaksinya, mampu belajar berpikir, peduli,
memilih dan bertindak sehingga bisa menikmati kehidupan di dunia ini
sekaligus mampu menghadapi tantangan- tantangan yang datang padanya.
2. Murid mampu menghargai hasil karya orang lain dan menerima pendapat
atau keyakinan orang yang berbeda dengan dirinya. Bila orang
mempunyai sifat yang demikian maka sifat-sifat etnosentrisme akan makin
menghilang.
3. Murid mampu memahami kebutuhan, perasaan, dan kementingan orang
lain.
4. Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
kelompok etnis yang berbeda, untuk berkomunikasi dengan kelompok
minoritas dan mayoritas, untuk memecahkan masaahh komplik dan
mengambil tindakan untuk meningkatkan kondiri yang baru.
5. Mengembangkan sikap, nilai, tingkah laku yang sportif terhadap berbagai
kebudayaan atau berbedaan etnis, keinginan untuk memerani rasialisme,
dan prasangka, setiap siswa dapat menghormati perbedaan antar individu,
sadar terhadap keberhasilan politik atau menghargai berbagai faktor dalam
meningkatkan kebudayaan.
Dari tujuan- tujuan yang terumuskan diatas, jelas bahwa melalui pengajaran
IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman
budaya da ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global
sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan siswa.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS meliputi (1) masalah tren
globalisasi dan keragaman budaya, (2) masalah-masalah lingkungan dan
pendidikan lingkungan, (3) masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran
hukum, (4) masalah-masalah hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara.
Pembelajaran IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu yang mengkaji
tentang manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di luar dirinya.
Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi, dan
mewarisi khasanah peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting
dalam hubungannya dengan masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan
sumber daya alam secara rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari tujuan
pembelajaran Pendidikan IPS.
Hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui
pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi
secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan
lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum
penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, maupun dari segi pengetikan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun,
supaya kami tidak lagi mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut dalam makalah
kami berikutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hisyam, Muhamad, and Cahyo Pamungkas, eds. Indonesia, globalisasi, dan global
village. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016.
Imamah, Yuli Habibatul, and Nur Hidayat. "Integrasi pendidikan islam dan
pendidikan lingkungan hidup." Jurnal Mubtadiin 8.01 (2022).