Anda di halaman 1dari 15

Isu dan Permasalahan Sosial Budaya dalam

Pembelajaran Ips MI
Makalah
Dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah Pendidikan IPS MI
Dosen Pengampu: ROKHMAWATI M.Pd.

Disusun oleh :
1. Muhammad Ismail (2392101024)
2. Latifatul Lailiyah (2392101005)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


STIT MIFTAHUL MIDAD LUMAJANG
2023

1
daftar isi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….……3
1.1 Latar belakang………………………………………………………………3
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………..4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….…………………..….5
2.1 Trend globalisasi dan keragaman budaya…………………………...………5
2.2 Masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran
IPS MI……………………………………………………………………….8
2.3 Masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam pembelajaran
IPS MI……………………………………………………...……………….8
2.4 Masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara dalam pembelajaran IPS MI……………………….…………….….9
2.5 Pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS MI
………………………………………………………………………….….10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….….15
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….…….15
3.2 Saran………………………………………………………………………15

2
1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan, perkembangan,
dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan permasalahannya. Dengan demikian,
pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi
tersebut bukan hanya apa yang terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa
lampau, dan lebih jauh pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya,
meliputi apa yang terjadi setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global.
Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Oleh karena itu, kita selaku Mahasiswa harus memperhitungkan dan mengatisipasinya.
Janganlah anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana jeans”
yang semula merupakan pakaian pengembala sapi(cowboy), para mekanik bengkel, dewasa
ini telah menjadi mode dimana-mana termasuk di Indonesia, kenyataan yang demikian itu
merupakan hal yang harus diperhatikan pada pembelajaran IPS yaitu Globalisasi, selain itu
pula kita sebagai Generasi penerus harus bisa mempertahankan serta menjaga kelestarian
aneka ragam jenis kebudayaan yang telah ada di Indonesia dengan cara mencintai produk
dalam negeri dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh luar, serta mengenalkan dan
mengajarkan kepada Anak-anak bahwa pentingnya menjaga kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian kita akan membahas mengenai isu-isu dan masalah sosial budaya
dalam pembelajaran IPS khususnya tentang Trend Globalisasi, masalah-masalah sosial yang
timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas hal-hal yang
berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum keterkaitan, kesadaran hukum dan
pendidikan kesadaran hukum warga negara.

3
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimanakah Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS
SD ?
1.2.2. Apa sajakah masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam
pembelajaran IPS SD?
1.2.3. Apa sajakah masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam
pembelajaran IPS SD?
1.2.4. Apa sajakah masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran hukum
warga negara dalam pembelajaran IPS SD?
1.2.5. Bagaimanakah pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS
SD ?
1.3 Tujuan
. 1.3.1. Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS
SD.
1.3.3. Untuk mengetahui lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran IPS
SD.
1.3.3. Untuk mengetahui masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam
pembelajaran IPS SD.
1.3.4. Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS
SD.
1.3.4. Untuk mengetahui pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan
IPS SD.

4
2. PEMBAHASAN
2.1 Tren Globalisasi dan Keragaman Budaya

2.1.1 Globalisasi

Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya
suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut berbagai
bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia. Pengertian lain berasal dari kata global yang
bermakna keseluruhan.

Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian
dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya sebagai
warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga negara yang baik
seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.
Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai berikut:

1. Krisis energy, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga
maupun penelitian tentang sumber sumber energy pengganti.
2. Jurang antara Negara kaya dan miskin.
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-
penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan,
pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang
semakin menipis.
5. Perang nuklir
6. Perdagangan internasional
7. Komunikasi
8. Perdaganagn obat terlarang

Pendidikan harus dikaitkan denga penelitian tentang sebab-sebab, akibat-akibat, dan


kemungkinan penyelesaia tentang isu-isu global saat ini. Para siswa harus mengetahui
bagaimana mereka memengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini.
Sehingga, mereka berhak mengetahui bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi dalam
proses penyelesaiannya itu.

Ciri isu-isu dan masalah global

5
1. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya
melintasi lebih dari satu negara.

2. Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan


multilateral: penyelesaian dan perbaikaan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan
satu negara.
3. Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah dalam
membedakan nilai dan tujuan tentang jasil dan cara , dan dalam kesulitan
menemukan tindakan yang tepat yang diperlukan untuk menjamin hasil yang
diharapkan.
4. Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus menerus (persistence). Masalah dan
isu telah berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.
5. Isu dan masalah terkait dengan hal lain.

2.1.2 Keragaman Budaya

keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat
memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya. Keanekaragaman
budaya di antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah
masyarakat.

keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat
memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya. Keanekaragaman
budaya di antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah
masyarakat.

Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di Indonesia sejak
kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa di
kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orang tua. Pelajran
IPS akan menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka,
tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Dalam
masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu0isu
diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism (melahirkan superioritas dan
inferioritas).

2.1.4 Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya

6
Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan
menghargai masyrakat global dengan keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses
sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan
masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datangdan berpartiipasi dalam aktivitas di
masyrakat.

Pengajaran keanekaragaman dalam IPS harus mengandung tujuan, yaitu:

1. Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan pengalaman dan


kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun
mereka memiliki perbedaan budaya, sosila, ras, dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa utnuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan cara
memberikan ketrampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
sikap-sikap sosial.
4. Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari
pandangan yang berbeda-beda.

Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan sebagai


berikut:

1. Mampu menanamkan pengertin bahwa sekalipun mereka berbeda tetapi sebagai


manusia memiliki kesamaan-kesamaan.
2. Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa
bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak
memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya.
3. Membantu para siswa memahami kenyataan bahwa ada masalah-masalah yang
dihadapi bersama.
4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah-
masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang diterimanya.

7
2.2 Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan Dalam Pembelajaran
IPS SD
Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak bisa dilepaskan
dari lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan wahana bagi
manusia untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan, seperti kenyamanan, kesejahteraan, dan ketenangan dalam kehidupannya.
Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar, maka corak
hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu saling ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya masing-masing. Corak hubungan antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Sesuai dengan perkembangan
zaman dan kemajuan peradaban manusia, maka ada usaha-usaha yang dilakukan manusia
untuk mengubah, mengolah, dan menaklukkan alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh
manusia itu pada gilirannya membawa dampak pada perubahan tatanan lingkungan alam
yang ada. Seringkali dampak yang ditumbuhkan oleh lingkungan alam itu sedemikian rupa
sehingga tidak menguntungkan juga bagi kehidupan manusia. Bencana alam, seperti banjir,
bahaya kekeringan, kelaparan, tanah yang tandus, polusi udara, tanah, dan air, baik secara
langsung mauoun tidak langsung bersumber dari ulah manusia juga.
2.3 Masalah-Masalah Hukum Ketertiban dan Kesadaran Hukum Dalam Pembelajaran
IPS SD
Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu samaa lain. Di dalam
interaksi tersebut akan ada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila dibiarkan
akan menimbulkan suasana yang tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu adanya aturan-
aturan, baik tertulis maupun tidak yang bersifat mengikat dan memaksa agar individu atau
anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-aturan tersebut kemudian dikenal dengan
istilah hukum.

Apabila di antara individu tersebut tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang


berlaku maka akan muncul masalah hukum. Masalah-masalah hukum adalah suatu keadaan
yang memperlihatkan ketidakselarasan antara kepentingan satu individu/kelompok dengan
individu/kelompok lain, yang ditandai adanya pelanggaran terhadap tatanan hukum yang
berlaku. Di sinilah pentingnya kesadaran hukum dimiliki oleh setiap individu atau anggota
masyarakat sehingga suasana tertib, aman dan damai dapat terwujud.

Di dalam menanamkan dan mendistribusikan nilai-nilai yang dikandung dalam aspek-


aspek hukum diperlukan suatu sarana atau cara yang efektif. Salah satunya ialah melalui

8
pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan bidang IPS. Penggabungan kedua aspek ini akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan warga negara yang baik karena
pada hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui
pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif
dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek
tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota
masyarakat.

2.4 Masalah-Masalah Kesadaran, Hukum, dan Pendidikan Kesadaran Hukum Warga


Negara Dalam Pembelajaran IPS SD
2.4.1 Masalah-Masalah Kesadaran Hukum
Manusia sejak dilahirkan memerlukan proses interaksi dengan manusia lain. Dalam
melakukan interaksinya, manusia selalu menghadapi dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik
atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Contoh lingkungan fisik, yatu bagaimana
manusia berinteraksi dengan pendayagunaan laut, hutan, sungai dan lain-lain, sedangkan
contoh lingkungan sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama manusia
dalam suatu masyarakat.
Ketika manusia melakukan interaksi dengan kedua lingkungan tersebut maka dihadapkan
pada aturan-aturan atau hukum-hukum yan tertulis maupun tidak tertulis. Interaksi dalam
suatu kelompok masyarakat, baik interaksi di antara sesama anggota kelompok masyarakat
tersebut maupun dengan alam sekitarnya yang diikat oleh hukum yang berlaku dalam
masyarakat tersebut akan terbentuk suatu masyarakat hukum.

Dengan adanya hukum yang mengikat, bagi setiap anggota masyarakat harus
memiliki kesadaran hukum. Keadaran hukum ini yang dimaksud adalah dia mengetahui mana
yang boleh dia lakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan menurut dasar hukum yang
telah digariskan. Selain itu, kesadaran dapat pula menimbulkan pemahaman individu anatara
hak dan kewajiban yang dimiliki oleh individu tersebut.

Hukum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

1. Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.


2. Penyelesaian pertikaian.

9
3. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan
kekerasan.
4. Pengubahan tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada
kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.
5. Pengaturan tentang perubahan hukum harus mewujudkan fungsi-fungsi tersebut di
atas agar ia dapat memenuhui tuntutan keadilan, hasil guna dan kepastian hukum.

Setiap hukum senantiasa ada sanksi. Biasanya bentuk hukum seperti ini adalah hukum
tertulis atau hukum positif. Contohnya, peraturan lalu lintas, peraturan di sekolah, peraturan
ketatanegaraan. Hukum tersebut sudah memiliki kebakuan yang sangat mutlak.

Selain itu, terdapat pula dalam kehidupan bermasyarakat terdapat hukum yang tidak
tertulis dan tidak ada sanksinya apabila ada yang melanggar. Walaupun demikian, hukum
wajib ditaati oleh masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat. Hukum dinamakan juga
norma.

2.4.3 Keterkaitan Pendidikan IPS dengan Masalah-Masalah Kesadaran Hukum dan


Pendidikan Kesadaran Hukum Negara

Menurut E. Wesley, IPS bukan ilmu sosial, tetapi bidang perhatiannya sama, yaitu
hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada pengajaran program
sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk menggambarkan human knowledge
melalui penelitian, penemuan, eksperimen, dan sebagainya, dengan materi dan permasalahan
yang kompleks. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan instruksioanl dengan materi sesederhana
mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.

Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya


apabila guru pengajar ilmu sosial mengetahui benar-benar akan tujuan pengajaran, di
samping pengorganisasian bahan pelajaran dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan
proes belajar mengajar.

2.5 Pluralisme Budaya dan Keanekaragaman Etnis dalam Pendidikan IPS SD


Keragaman budaya menurut Koenjaraningrat (1980) mengandung dua arti kata yaitu
keragaman yang artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya yang berarti dalam rangka
kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian

10
keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu masyarakat
memiliki lebih dari satu perangkat gagasan tindakan dan hasil karya.
Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar di Indonesia sejak
kelas tiga dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada kelasnya,
misalnya perbedaan jenis kelamin, latar belakang orang tua kemampuan belajar dan
sebagainya. Pelajaran IPS akan sangat menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai
perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai
anggota kelas tersebut.
Dalam adalah pembaharuan, prasangka dan ethnocentrisme yang dapat melahirkan
superioritas dan enpioritas dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembaharuan (asimilasi).masyarakat memiliki keanekaragaman
budaya tibul berbagai masalah dan isu diantaranya
Proses pembaharuan itu sering mengalami hambatan disebabkan oleh:
1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap
kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
Sebagai akibat dari perkembangannya hambatan-hambatan tersebut dalam proses
pembaharuan maka sering timbul kecurigaan dan ketidak percayaan diantara individu-
individu pendukung kebudayaan tersebut. Akibat lainnya adalah sulit menanamkan sikap
toleransi yang didasari simpati. Sehingga di beberapa lingkungan masyarakat, hubungan
sosial kurang begitu harmonis, hal ini menunjukan adanya sikap seteriotipe-seteriotipe kuat
dikalangan masyarakat. Seteriotipe adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu berupa
ciri khas prilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial (kesamaan
kedaerahan misalnya sama-sama orang jawa). Stereotipe terbentuk berdasarkan suatu
pendapat yang sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan pribadi secara sepintas dan
biasanya berkonotasi negatif. Contonya: orang gemuk malas dan kurang memiliki disiplin
pribadi semua ibu tiri kejam, orang jepang dan Amerika cerdas-cerdas dan sebagainya.
Steriotipe bisa menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya akan menutup
diri masing-masing kelompok dan memperkuat steoriotif itu sendiri. Ketertutupan itu tentu
saja penghambat pembaruan dalam bernegara. Komunikasi merupakan slah satu syarat
terjadinya interaksi sosial yang harmonis. Pertukaran pengetahuan dan pengertian dibaalik
steriotipe diharapkan dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai antara
dua belah pihak.
11
Indonesia sebagai bagaian dari masyarakat dunia merasakan gelombang globalisasi
yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dari
dalam bidang ekonomi, teknologi, politik sosial dan tentu saja budaya. Berkembangnya
karakter global dan teknologi, masalah lingkungan, keuangan, telekomunikasi, dan menia
menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru yakni kebijakan suatu pemerintas,
termasuk pemerintah Indonesia, menjadi perhatian bagi Negara lain. Implikasinya adalah
tidak ada Negara menutupi fakta dari Negara lain. Indonesia tampaknya tidak hanya strategi
dari segi giografis dan ekonomi tetapi juga sumber daya manusia dan telekkumunikasi.
Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan
kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang demikian mampu dieratkan dan jaraknya di perpendek
dengan teknologi komunikasi satelit. Bahkan dalam decade 70-an Indonesia adalah saatu-
satunya Negara di asia tenggara yang mempercayakan system komunikasinya dengan
menggunakan satelit Phalapa, bahkan berlangsung hingga decade tahun 80-an dan Indonesia
tidak menggunakan jasa satelit Negara lain tetapi milik sendiri.
Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah pengggunaan jaringan internet
dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam jaringan
tersebut tidak lagi mengenal batas Negara, budaya, bahkan tidak mengenal batas kepentingan.
Orang Indonesia bisa mengetahui papun tentang Negara dan bangs lain, sebaiknya bangsa
lain pun bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan Indonesia.
Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya globalisasi,
rasanya kita sepakat bahwa kita harus mewaspadai perkembangan lebih lanjut demi
kelangsungan generasi muda kita di masa mendatang. Kita tidak akan menolak arus
globalisasi. Dengan lebih memahaminya agar dapat diperkenalkan kepada siswa kita,
berbagai kemungkinan yang akan ditemukan dalam fungsinya kelak sebagai warga Negara
yang baik sekaligus menjadi warga dunia yang efektif.
Pembentukan sebagai warga ngara yang baik bisa dilakukan melalui antara lain :
pendidikan formal, pendidikan yang bagaimana mampu menghasilkan siswa menghormati
dan menghargai keragaman budaya. Bahkan perbedaan budaya harus di anggap sebagai suatu
modal untuk memperkaya budaya itu sendiri.
Fungsi pelajaran IPS menurut Skell (1995) antara lain membantu para siswa untuk
mengembangkan kemauan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk
mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global keanekaragaman budayanya,
memperkenalkan proses sosialisasi, memberika pengertian tentang pentingnya
mempertimbangkan masa lampau atau masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa
12
datang, mengembangkan keterampilann menganalisis dan memecahkan masalah dalam
membimbing pertumbuhan dan mengembangkan partisipasi dalam aktifitas di masyarakat.
(dalam Jschak, 1997: 4.11)
Pengajaran keanekaragaman budaya dalam IPS haruslah mengandung tujuan, antara lain
sebagai berikut :

1. Mampu mentransformasikan bahwa sekolah akan memberikan pengalaman dan


kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka
memiliki perbedaan budaya, sosial, ras, dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati
masalah perbedaan budaya, ras, etnik dan kelompok agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak menjadi kelompok yang dirugikan dengan cara memberikan
keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap sosial.
4. Membimbbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling keterhubungan
dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.
Pendidikan keanekaragaman budaya merupakan sebuah pendekatan dalam proses
belajar dan pengajaran yang didasarkan pada nilai-nilai yang demokratis demi terpeliharanya
pluralism budaya yang dimiliki oleh masyarakat-masyarakat dan menjaga kelangsungan
adanya saling ketergantungan yang ada di dunia ini. meningkatkan perkembangan
intelektuan, sosial dan kepribadian para murid sehingga mereka mampu mencapai potensinya
yang terbaik. Dalam hal ini guru memegang peranan penting, karena guru dapat membuat
suatu perubahan dalam kehidupan rapa muridnya, dan perubahan ini bisa positif maupun
negative. ( Umi Oktyari Retnaningsih : 1998: 231).
Sementara John U.Michealis ( 1980) menjabarkan tujuan pendidikan keanekaragaman
budaya dan etnis adalah sebagai berikut :
1. Murid mempunyai kesadaran diri sebagai penghuni pelanet bumi, warga Negara dari
masyarakat yang beraneka ragam budaya. Hidup dalam dunia yang makin kompleks
interaksinya, mampu belajar berpikir, peduli, memilih dan bertindak sehingga bisa menikmati
kehidupan di dunia ini sekaligus mampu menghadapi tantangan- tantangan yang datang
padanya.
2. Murid mampu menghargai hasil karya orang lain dan menerima pendapat atau
keyakinan orang yang berbeda dengan dirinya. Bila orang mempunyai sifat yang demikian
maka sifat-sifat etnosentrisme akan makin menghilang.
3. Murid mampu memahami kebutuhan, perasaan, dan kementingan orang lain.

13
4. Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kelompok
etnis yang berbeda, untuk berkomunikasi dengan kelompok minoritas dan mayoritas, untuk
memecahkan masaahh komplik dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kondiri yang
baru.
5. Mengembangkan sikap, nilai, tingkah laku yang sportif terhadap berbagai kebudayaan
atau berbedaan etnis, keinginan untuk memerani rasialisme, dan prasangka, setiap siswa
dapat menghormati perbedaan antar individu, sadar terhadap keberhasilan politik atau
menghargai berbagai faktor dalam meningkatkan kebudayaan.
Dari tujuan- tujuan yang terumuskan diatas, jelas bahwa melalui pengajaran IPS
diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya da ikut
bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kematangan siswa.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS meliputi (1) masalah tren
globalisasi dan keragaman budaya, (2) masalah-masalah lingkungan dan pendidikan
lingkungan, (3) masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran hukum, (4) masalah-
masalah hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.

Pembelajaran IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang manusia
dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di luar dirinya. Pemahaman dan penghargaan
terhadap manusia yang lain, mengapresiasi, dan mewarisi khasanah peninggalan peradaban
manusia, dan yang lebih penting dalam hubungannya dengan masalah ekologi melestarikan
dan memanfaatkan sumber daya alam secara rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari
tujuan pembelajaran Pendidikan IPS.

Hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui
pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif
dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek
tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota
masyarakat.

3.2 Saran
Dalam isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS, guru harus dapat memahami
arti globalisasi secara baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa agar meraka dapat menjadi
warga negara yang efektif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan formal.
Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan dalam pembahasan makalah tersebut, melalui pengajaran
IPS diharapkan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut
bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kematangan.

Dalam memecahkan masalah mengenai lingkungan, seharusnya pendidikan IPS diberikan


di tingkat sekolah dengan materi yang tak terpisahkan dengan masalah-masalah ekologi.
pendidikan Ekologi memiliki tujuan tidak hanya pada tataran konseptualisasi, yaitu untuk
pengembangan disiplin ilmu itu sendiri, tetapi juga memiliki fungsi aktualisasi, yaitu
pengalaman ilmu itu dalam konteks praktis sehingga dapat bermanfaat secara langsung untuk
kepentingan keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan manusia di satu sisi dalam
hubungannya dengan lingkungan alam sekitar di sisi lain.

15

Anda mungkin juga menyukai