Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEMBELAJARAN IPS DI SD MODUL 4 DAN 5

ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA SERTA PENDEKATAN


DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

DOSEN PENGAMPU : Bapak Aryatmono Siswadi, S. Pd, MA

UNIVERSITAS TERBUKA

Disusun oleh :

KELOMPOK C

NO NAMA MAHASISWA NIM

1 TEGUH WIDODO 857727613


2 BELA MAULINA INSANI P 857727598
3 EKA DEVI SETIYANINGRUM 857727559
4 WIDYANTI PUJI LESTARI 857727573

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


BI
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
MODUL 4
Isu dan Masalah Sosial Budaya dalam Pembelajaran IPS di SD
Kegiatan belajar 1
Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya
A. Globalisasi
Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah yang ada
menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluru dunia (Nursid Sumaatmadja,
2008). Menurut Tye dalam Nursid Sumaatmadja (2008) menyatakan pemahaman
terhadap globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah dan isu yang melintasi
batas negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan, budaa,
ekonomi, politik, dan teknologi.
Pendidikan global adalah salah satu sarana agar peserta didik mengerti bahwa mereka
adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari
dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga
negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.
Adapun contoh masalah-masalah dan isu-isu yang sifatnya global, sebagai berikut:
1. Krisis energi
Persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, organisasi negara penghasil minyak
dunia (OPEC), masalah harga maupun penelitian tentang sumber energi pengganti.
2. Jurang antara negara kaya dan miskin
Latar belakang lahirnya beberapa organisasi kerja sama bilateral (antara 2 negara
Indonesia dan Jepang), regional (ASEAN) yang beranggotakan lebih dari satu negara
dan kerja sama internasional (biasanya melalui lembaga perserikatan bangsa-bangsa).
3. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk mendorong urbanisasi serta berjangkitnya penyakit yang
diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan (termasuk kemiskinan pengetahuan).
Sebagai contoh terjadinya bencana kelaparan diberbagai negara yang belum
berkembang.
4. Populasi
Populasi melipti seluruh ligkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat
industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.
5. Perang nuklir
Akibat yang dihadapi oleh umat manusia jika perang nuklir benar terjadi berdasarkan
pengalaman yang diakibatkan oleh jatuhnya bom atom hiroshima dan nagasaki di
jepang, kita tidak bisa membayangkan jika yang dijatuhkan tersebut adalah bom
nuklir yang memiliki kekuatan jauh lebih dahsyat.
6. Perdagangan internasional
Meningkatnya hubungan saling ketergantungan diantara bangsa-bansa mendorong
lahirnya gagasan untuk menata perdagangna nasional dengan tujuan memperkecil
risiko saling merugikan yang diakibatkan oleh ketidakjujuran dan ketidakterbukaan.
Pembentukan pasar bebas memaksa setiap negara untuk membuka dirinya terhadap
masuknya barang-barang dari luar negeri. Dengan demikian, setiap negara harus siap
dengan persaingan harga dan kualitas dari barang yang sama. Sekalipun pasar bebas
ditentukan oleh hukum pasar, dimana persaingan sangat terbuka namun dengan
diterapkannya system quota (jatah) persaingan menjadi kekurangan maknanya.
7. Komunikasi
Perkembangan media komunikasi mampu menghilangkan batas-batas negara. Media
televisi sangat besar pengaruhnya dalam era globalisasi, betapa tidak kejadian yang
sama disuatu negara bisa diterima pada saat yang sama hanya dengan hitungan detik
kitab isa mendapatkan informasi yang sama.
8. Perdagangan obat terlarang
Penggunaan obat terlarang berbahaya bagi semua kalangan terutama kalangan
generasi muda dimana penggunaan obat terlarang ini dapat mengakibatkan orang
kehilangan kesadarannya dan dapat membuat seseorang berbuat kekerasan tanpa
sadar. Diera globalisasi ini seseorang dapat dengan mudah mendapatkan obat-obatan
terlarang entah untuk kesenangan, ketagihan, atau untuk menghindari masalah yang
sedang dihadapinya.
B. Keragaman budaya
Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya
ketidaksamaan atau perbedaan, dan budaya berarti dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian,
keaneka ragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu
masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya
(Koentjaraningrat, 1980: 193)
Triadis, dikutip dari Skeel, membedakan antara objek budaya dan subjek
budaya. Objek budaya meliputi hal-hal yang dapat dilihat oleh mata seperti makanan,
pakaian, upacara (peralatannya), sementara subjek budaya meliputi gagasan, tindakan,
nilai-nilai sikap, kebiasaan, dan kepercayaan dimana semua itu hanya bisa diketahui
keberadaannya dengan menggunakan rasa dan pikiran.
Menurut Koentjaraningrat pembaruan adalah proses social yang timbul apabila
ada hal-hal berikut ini:
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda,
2. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama,
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang
khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran.
Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran antara lain sebagai berikut:
1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi,
2. Sifat takut terdapat kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas,
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah
terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
C. Globalisasi dan keragaman budaya di Indonesia
Berkembangnya karakter global dari teknologi masalah lingkungan, keuangan,
telekomunikasi, dan media menyebabkan lainnya umpan balik budaya yang baru yakni
kebijakan suatu pemerintah termasuk pemerintah Indonesia menjadi perhatian bagi
negara lain. Implikasinya adalah tidak ada negara manapun di dunia yang dengan
sendirinya bisa menyimpan atau menutupi fakta dari negara lainnya.
Derasnya arus informasi yang masuk ke Indonesaia memberikan keuntungan-
keuntungan misalnya penyerapan ilmu pengetahuan lebih cepat dilakukan. Peristiwa
diseluruh dunia dapat diketahui dengan cepat karena jarak tidak begitu berarti terutama
bagi yang menggunakan parabola entah itu berita baik ataupun berita buruk. Mode yang
sedang Trend di Paris, London atau Amerika bisa berjangkit pula di Jakarta, Bandung,
Medan, bahkan Biak Papua. Dampak negatif yang bisa dilihat antara lain meningkatnya
penggunaan obat terlarang dikalangan pemuda di kota-kota bahkan sekarang sudah
merambah ke pedesaan.
D. Pembelajaran IPS dalam era globalisasi dan keragaman budaya
Globalisasi disatu sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan
manusia dimuka bumi ini, ada kesaan kebutuhan dan keinginan sementara disisi lain
keanekaragaman budaya mengajarkan kepada kita bahwa ada perbedaan manusia sebagai
pendukung kebudayaannya. Fungsi pembelajaran IPS ini antara lain dapat membantu
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri sendiri,
menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian
tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil
keputusan untuk masa depan, mengembangkan keterampilan menganalisis dan
memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan, berpartisipasi
dalam aktivitas di masyarakat (Skeel, Wihardit, 1999: 11).
Pembelajaran keanekaragaman dalam IPS haruslah mengandung tujuan antara lain
sebagai berikut:
1. Mampu mentransformasikan bahwa sekolah akan memberikan pengalaman dan
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik,
2. Membimbing peserta didik untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama,
3. Mendorong peserta didik untuk tidak menjadi kelompok yang dirugikan dengan
cara memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
sikap-sikap sosial,
4. Membimbing peserta didik mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari
pandangan yang berbeda-beda.
Sementara pembelajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan seperti
berikut:
1. Mampu menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda tetapi sebagai
manusia memiliki kesamaan,
2. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa
bumi dihuni oleh manusia yang memiliki kesamaan budaya dari pada
perbedaannya,
3. Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir kritis terhadap
masalah-masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang
diterimanya.
Pembelajaran IPS diharapkan akan melahirkan generasi muda yang penuh
pengertian akan keragaman budaya dan ikut bertanggungjawab dan peduli terhadap
masalah dan isu global sesuai dengan tingkat Pendidikan dan kematangan jiwa.
Kegiatan belajar 2
Masalah-masalah lingkungan dan Pendidikan lingkungan
Dalam konteks ruang, manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan yang ada
disekitarnya. Bahkan manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ruang, dimana ia
hidup karena sesungguhnya eksistensi kehidupan dan peranan yang dimainkan oleh manusia
itu akan memiliki corak hubungan yang khas dengan lingkungan yang mengitarinya. Corak
hubungan tersebut lebih bersifat fungsional yaitu saling ketergantungan anatar satu dengan
yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya masing-masing.
Menurut Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.
Adapun aspek-aspek yang termasuk kedalam lingkungan hidup meliputi 5 hal antara
lain:
1. Lingkungan abiotik
Segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang bukan berupa organisme
hidup. Dalam hal ini batuan, tanah, mineral, udara, gas, air, energi, dan sebagainya
masuk kategori lingkungan antibiotik.
2. Lingkungan biotik
Segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang berupa organisme hidup.
Termasuk dalam kategori ini adalah mikro organisme, binatang, tumbuhan, manusia,
dan makhluk hidup lainnya.
3. Lingkungan alam
Kondisi alamiah baik secara abiotik maupun biotik yang belum banyak dipengaruhi
oleh tangan-tangan manusia. Dalam hal ini maka sumber-sumber alam yang belum
tergali, udara yang masih segar, tanah yang belum digarap, hutan yang masih
perawan, binatang yang masih liar, dan sebainya masuk kategori lingkungan alam itu.
4. Lingkungan social
Manusia baik secara individu maupun kelompok yang ada diluar dirinya. Dalam hal
ini keluarga, teman, tetangga, penduduk desa, dan sebagainya masuk kategori
lingkungan social itu.
5. Lingkungan budaya
Segala sesuatu baik secara materi maupun non materi yang dihasilkan masusia
melalui proses penciptaan rasa, karsa, dan karyanya. Lingkungan budaya yang berupa
materi itu dapat berupa bangunan, peralatan, senjata, pakaian dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan budaya yang berupa nonmateri itu dapat berupa tata nilai,
norma, peraturan hukum, sistem politik, kesenian, sistem ekonomi, dan sebagainya.

Menurut Nursid Sumaatmadja (1999: 46-65) setidaknya ada empat masalah yang
berkaitan dengan lingkungan hidup manusia. Keempat masalah tersebut sebagai berikut:
1. Perkembangan populasi manusia yang cepat,
2. Daya dukung lingkungan yang tidak memadai,
3. Keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemampuan manusia,
4. Ketimpangan hidup itu sendiri.
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup adalah ekologi. Menurut
Munanjito, dkk (2002) istilah ekologi sebagai disiplin ilmu mulai diperkenalkan pada tahun
1969 oleh seseorang ahli biologi Jerman yang Bernama Ernest Hackle, ekologi berasal dari
kata oikos yang dapat diartikan sebagai ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk
hidup, sedangkan pengertian ekologi yang lebih kompleks dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan
ekologi sebagai ilmu semakin berkembang pesat setelah tahun 1900.
Dalam perkembangan selanjutnyaekologi memiliki cakupan studi yang sangat luas.
Dilihat dari bidang yang dikajinya maka dikenal cabang-cabang ekologi seperti berikut ini:
1. Auteknologi
Ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini ada ekologi yang khusus mengkaji tentang aspek siklus
hidup, adaptasi terhadap lingkungan, dan lainnya seperti alang-alang (impetrates
cylindrical) dan ekologi asli (pongee pygmeaus).
2. Sinekologi
Ekologi yang mengkaji tentang kelompok organisme sebagai satu kesatuan yang
saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Dalam hal ini dikenal ada ekologi
populasi, ekologi komunitas, dan ekologi ekosistem.
3. Ekologi Habitat
Ilmu lingkungan yang mempelajari habitat atau tempat suatu jenis atau kelompok
jenis tertentu. Dalam hal ini, dikenal ada ekologi bahari atau kelautan, ekologi
terestrial atau daratan, ekologi padang rumput, dan sebagainya
4. Ekologi Taksonomi
Ilmu lingkungan yang objek kajiannya sesuai dengan sistematika makhluk hidup.
Dalam hal ini, dikenal ada ekologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi mikroba, dan
sebagainya.
Kegiatan Belajar 3
Masalah-Masalah Hukum, Ketertiban dan Kesadaran Hukum
Manusia adalah makhluk social karena didalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
hidup sendiri. Oleh karena itu, mereka akan saling berhubungan dan berinteraksi satu sama
lain sehingga akan muncul rasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan.
Didalam interaksi social tersebut tidak jarang akan terjadi perbedaan kepentingan
yang menimbulkan berbagai benturan di antara mereka. Dengan demikian, diperlukan adanya
aturan atau norma-norma yang dapat mengatur dan menyelesaikan segala bentuk
permasalahan yang muncul dalam interaksi atau pergaulan antara individu tersebut.
Kumpulan aturan-aturan (baik yang tertulis maupun tidak) tersebut akan bersifat memaksa
karena mau tidak mau ditaati oleh setiap individu (tanpa kecuali). Itulah yang kita kenal
dengan sebutan Hukum.
A. Masalah-masalah Hukum
Apa yang dimaksud masalah-masalah hukum? Masalah-masalah adalah berbagai
permasalahan yang muncul sebagai akibat dari interaksi atau pergaulan manusia sebagai
makhluk social. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang muncul akibat
terganggunya kepentingan atau hak salah satu individua tau kelompok yang memerlukan
jalan keluar yang bersifat mengingat kedua belah pihak.
B. Ketertiban
Ketertiban ialah suatu keadaan yang menunjukkan adanya patokan, aturan atau
pedoman maupun petunjuk yang berlaku dan ditaati oleh setiap individu didalam
pergaulan antara pribadi atau golongan. Contohnya seseorang berhak mendirikan usaha
jenis pabrik namun sebelum mendirikan pabrik, harus memperhatikan kepentingan pihak
lain yaitu masyarakat lingkungan tempat pabrik.
C. Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum ialah suatu sikap individu untuk menerima dengan rela dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari peristiwa hukum yang terjadi. Peristiwa
hukum disini dimaksudkan sebagai semua peristiwa yang dapat menimbulkan akibat
hukum.
D. Hubungan masalah hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum dengan Pendidikan IPS
Menghubungkan aspek masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran hukum
dengan Pendidikan IPS seperti berikut ini. Sebagai ilmu pengetahuan yang menelaah
antara hubungan manusia yang mencakup hubungan individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam maka IPS akan potensial di
dalam mengkaji permasalahan yang dapat muncul dari sebab yang ditimbulkan dalam
berbagai hubungan antarmanusia.
Demikian pentingnya integrasikan atau menghubungkan antara kajian aspek-aspek
hukum dengan Pendidikan social antara lain dapat dilihat dari tujuan atau fungsi
dihubungkannya kedua bidang tersebut, seperti diungkapkan Cerlach and Lamprecht’s:
1. Untuk menanamkan pemahaman peserta didik terhadap aspek-aspek sosial dan
system hukum yang dikandungnya,
2. Menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai, dan pemahaman mereka terhadap hukum dan
sistem yang berlaku,
3. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis peserta didik dan keterampilan dalam
memecahkan permasalahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian aspek-aspek hukum meliputi Pendidikan
IPS akan berkontribusi besar terhadap upaya penanaman pemahaman peserta didik di
dalam permasalahan hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum.
MODUL 5
Pendekatan dalam Pembelajaran IPS di sekolah dasar
Kegiatan Belajar 1
Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar tahun 2006, telah
merumuskan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berfungsi sebagai ilmu
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala
sosial serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat indonesia dan masyarakat dunia
di masa lampau dan masa kini.
Karateristik pembelajaran IPS di SD secara umum merupakan pendidikan kognitif
sebagai dasar partisipasi sosial, artinya, pusat perhatian utama pembelajaran IPS SD adalah
pengembangan diri peserta didik sebagai aktor sosial yang cerdas, tidak berarti dan memang
tidak bisa hanya dikembangkan aspek kecerdasan rasionalnya (rational intelligence), tetapi
juga kecerdasan emosionalnya (emotional intelligence). Seperti yang dijelaskan oleh
Goleman (1996) maka dua kecerdasan itu sama-sama memiliki konstribusi terhadap
keberhasilan seseorang dalam masyarakat, masing-masing diperkirakan memiliki konstribusi
20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
Dalam kegiatan belajar 1 ini akan mencob amengkaji berbagai pendekatan pembelajaran IPS
di SD, namun perlu di ulas kembali apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, Bank (1977) menyebutkan pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu : (1) pendekatan pembelajaran berorientasi atau berpusat pada
siswa ( student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran berorientasi
atau berpusat pada guru ( teacher centered approach)
Menurut Ruseffendi (1980), pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang
ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat
dari bagaimana materi tersebut disajikan
2. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah
dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu:
a. Pemilihan materi pelajaran (guru dans iswa)
b. Penyajian materi pelajaran (perorangan, atau kelompok atau belajar mandiri)
c. Cara menyajikan materi pelajaran
d. Sasarn penerima materi pelajaran.
Sementara Menurut Soedjadi (1999), strategi pembelajaran adalah suatu siasat saat
melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran
menjadi pembelajaran yang diharapkan.

3. Metode Pembelajaran
Menurut Ruseffendi (1980), metode pembelajaran adalah cara mengajar guru secara
umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Misalnya mengajar dengan
ceramah, tanya jawab, penemuan terbimbing, dan sebagainya
4. Teknik Pembelajaran
Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang
telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media
pembelajaran serta kesiapan peserta didik.
5. Model Pembelajaran
Dindang (2005) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri peserta didik.
Ismail (2003) menyetakan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu:
a. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil, dan
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai.
Selanjutnya setelah memahami perbedaan definisi pendekatan pembelajaran, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran, marilah fokus pada pendekatan pembelajaran IPS. Menurut
Banks (1977) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat mengembangkan
kecerdasan rasional adalah Social Science Inquiry atau penelitian Ilmu Sosial. Pendekatan ini
memiliki karateristik sebagai berikut :

A. Tujuan
Tujuan utama pendekatan penelitian sosial adalah membangun teori atau membangun
pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan atau teori diperlukan fakta konsep dan
generalisasi. Tujuan pendekatan penelitian sosial di SD adalah memperkenalkan dan
melatih anak cara berfikir ilmu sosial yang dapat dibangun tentu saja belum sampai pada
teori pengetahuan sosial, tetapi berupa pengetahuan sosial dengan kerangka keilmuan
sederhana.
B. Proses Penelitian
Proses dan produk ilmu pengetahuan selalu bersifat interaktif. Metode ilmiah
memungkinkan para ilmuwan merevisi dan menyempurnakan teorinya. Bagi siswa SD
proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala-gejala sosial dan
perkembangan masyarakat dengan menggunakan cara kerja ilmu sosial
C. Model – Model Penelitian Sosial

Model Banks yang telah dimodifikasi dengan menambahkan garis putus-putus untuk
langkah-langkah yang memiliki ikatan yang sangat erat, dimana model ini tampak lebih
sederhana dan cocok diterapkan dengan mudah di sekolah dasar.

Masalah Hipotesis Data Kesimpulan

1. Masalah
Masalah ada dalam pikiran berkaitan dengan gejala yang tampak atau dapat
ditangkap oleh pancaindra, misalnya, terjadi hujan lebat sehingga air sungai melimpah
keluar dari badan sungai dan masuk ke kawasan sekitar aliran sungai, dengan melihat
fenomena itu timbul pertanyaan mmengapa banjir? Apa akibatnya? Bagaimana
menangulanginya? Mulailah ada masalah di pikiran kita, pikiran mulai mencari kaitan
antarhal.
Masalah muncul dari rasa ingin tahu terhadap suatu gejala yang tertangkap
pancaindra, namun tidak semua hal yang di amati dapat dirasakan sebagai masalah,
hal tersebut tergantung pada apakah ada pertentangan antara apa yang kita amati
dengan konsep-konsep yang ada dalam pikiran. Seorang dokter lebih peka terhadap
gejala penyakit, sedangkan seorang insinyur lebih peka terkait bangunan dan mesin
mislanya.
Dalam tahap masalah model tersebut tugas guru adalah menyajikan situasi
yang mengandung masalah. Situasi bermasalah ini dihadapkan kepada siswa untuk
diamati dan selanjutnya dikaitkan dengan konsep yang ada di pikiran siswa.
2. Hipotesis
Hipotesis dapat didefiniskan sebagai suatu kesimpulan yang masih sementara atau
setengah benar dan masih memerlukan pengujian dan pembuktian. Suatu hipotesis
seyogianya dirumuskan berdasarkan asumsi, asumsi yaitu pernyataan mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dipermasalahkan yang diterima
sebagai kebenaran tanpa bukti-bukti, asumsi juga sering disebut postulat, jika
asumsinya berubah maka hipotesisya pun berubah.
Hipotesis merupakan dasar metodologis pengumpulan data, agar data yang akan
dikumpulkan benar-benar sesuai dengan arah hipotesis, perlu sekali diberi batasan
dan definisi istilah yang ada dalam rumusan hipotesis itu.
3. Pengumpulan dan Analisis Data
Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indra, apa yang
ditangkap panca indra yang apa adanya ini disebut dengan fakta. Data juga dapat
berbentuk informasi hasil pengukuran atau perhitungan. Data diperlukan untuk
menguji hipotesis , data yang dikumpulkan dari sumber pertama disebut data primer,
sedangkan jika data dikumpulkan dari sumber data pengamatan orang lain disebut
data sekunder.
Untuk mendapatkan data yang terpercaya dibutuhkan instrumen atau alat pengumpul
data yang memadai. Instrumen yang baik adalah alat yang dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, alat yang valid atau sahih.
4. Kesimpulan
Kesimpulan adaah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya. Apabila
kesimpulan-kesimpulan tersebut terus diuji dan dibangun secara kait-mengait dalam
satu bidang akan lahir dari kesimpulan tersebut suatu teori.
D. Konsep
Konsep adalah satu kata atau pernyataan abstrak yang berguna untuk
mengelompokkan benda, ide, atau peristiwa. Jenis – jenis konsep dilihat dari sifatnya,
yakni konsep teramati, konsep tersimpul, konsep relasional, konsep ideal. Konsep
teramati adalah konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindra. Konsep
tersimpul adalah konsep yang contohnya harus disimpulkan dari beberapa hasil
pengamatan atau peristiwa sebagai indikator. Konsep rasional yaitu konsep yang
melibatkan jarak dan waktu, yang terakhir konsep tersimpul, yaitu konsep tersimpul
yang lebih abstrak dan merupakan konsep yang memerlukan pengumpulan indikator
yang lebih luas .
E. Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan mengenai keterkaitan dua konsep atau lebih (Banks ,
1977). Generalisasi terdapat 3 konsep, yaitu perilaku guru, kompetensi mengajar, dan
lingkungan belajar. Secara umum generalisasi digolongkan menjadi tiga aras :
1. Generalisasi aras tinggi, berlaku bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
2. Generalisasi aras sedang, berlaku terbatas pada satu wilayah budaya atau dalam
kurun waktu tertentu
3. Generalisasi aras rendah berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih
sempit.
F. Teori/Konstruk
Teori atau konstruk merupakan bentuk pengetahuan tertinggi yang dapat digunakan
untuk menerangkan dan memperkirakan perilaku manusia (Banks, 1977). Teori
dibangun oleh generalisasi aras tinggi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Melukiskan hubungan antar konsep atau variabel yang disefinisikan secara jernih.
2. Mengandyng sistem deduksi yang secara logis ajeg atau tetap
3. Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah di uji kebenarannya.

Kegiatan Belajar 2

Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD

Menurut Goleman (1996) : Pendekatan Sosial, Personal dan perilaku pada prinsipnya
merupakan bentuk sentuhan pedagogisnya terhadap dimensi sosial dan personal atau dimensi
intelegensia emosional (emotional intelligence), dimana jika dianalisis akan memiliki aspek
sebagai berikut :

A. EMOSI
(emotion) secara harfiah : setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yg hebat atau meluap-luap. Sedangkan menurut Goleman (1996) yaitu
emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran atau keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Yang didalamnya mencakup rasa amarah,
kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu
Ketrampilan Emosional mencakup hal – hal berikut ini :
1. Mengidentifikasi dan memebri nama perasaan – perasaan
2. Mengungkapkan Perasaan
3. Menilai Intensitas Perasaan
4. Mengelola Perasaan
5. Menunda Pemuasan
6. Mengendalikan dorongan hati
7. Mengurangi Stress
8. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan

B. NIlAI DAN SIKAP

• Nilai
Menurut Dolay dan Copaldi (1965:32) kata value diterjemahkan menjadi suatu nilai
yg memiliki dua sisi yakni :
a. sebagai kata benda memiliki 2 pengertian :
• sebagai objek sesuatu yg dianggap nilai apabila memiliki kualitas kebaikan
atau harga (goodness atau worth)
• Sebagai pengamat suatu hal yg dianggap bernilai atau memiliki nilai apabila
dilihat dari pikiran sesorang yang memiliki kualitas atau harga
b. Sebagai kata kerja nilai diartikan sebagai perilaku mental untuk memberi atau
mengatakan sesuatu sebagai memiliki kalitas kebaikan
• Sikap
Menurut Alport (1935) sikap : suatu kondisi kesiapan mental dan syarat yg
terbentuk melalui pengalaman yg memancarkan arah atau pengarah yg dinamis
terhadap respons atau tanggapan individu terhadap objek atau situasi yg dihadapinya.

C. PERILAKU SOSIAL
Di SD aspek emosi, sosial dan ketrampilan sosial dikembangkan melalui berbagai
kegiatan antara lain menurut Jarolimek (1971:67)
a. Kehidupan kelas sehari – hari yg menitikberatkan pada kehidupan orang lain,
kebebasan perasaan, kemerdekaan berpikir, tanggung jawab, dan penghormatan
terhadap harga diri manusia
b. Mempelajari sejarah dan dan perkembangan kehidupan negaraterutama mengenai cita
– cita dan ideologinya yg memerlukan usaha untuk terus mewujudkannya
c. Mempelajari riwayat hidup tokoh – tokoh penting yg mencerminkan nilai – nilai
bangsa dan negaranya
d. Mempelajari hokum beserta sistem hokum dan sistem peradilannya
e. Merayaka hari – hari besar yg memperkenalkan nilai dan sikap
f. Menganalisa makna kata – kata dalm proklamasi, pembukaan UUD 1945, pasal UUD
1945 dan perundang – undangan lainnya

Dalam pembelajaran tersebut diatas dapat dibagi menjadi dalam 2 kelompok yaitu :

1. Pembelajaran formal yg menitikberatkan pada pemahaman dan analisis di dalam atau


diluar kelas
Ada 4 pendekatan
a. Transmisi nilai secara bebas
b. Penanaman nilai atau value Inculcation
c. Suri teladan atau Modeling Model
d. Klarifikasi Nilai atau Value Clarification
e. Klarifikasi nilai terintegrasi struktur
2. Pembelajaran informal yg menitikberatkan pada penghayatan, pelibatan, dan
penciptaan suasana yg mencerminkan komitmen terhadapa nilai dan sikap terutama di
luar kelas

Dalam pembelajaran IPS di SD disajikan dalam beberapa model seperti di bawah ini :

1. Pendekatan Ekspositori Berorientasi Nilai dan Sikap tujuannya menyampaikan


nilai/sikap dialogis melalui ceramah, peragaan dan tanya jawab.
2. Pendekatan Analitik tujuannya menangkap nilai/sikap melalui analisis sampai
keteladanan dalam masyarakat dalam berbagai bidang, di berbagai tempat, dan dalam
berbagai era/kurun waktu, dan memotivasi peserta didik untuk mengadaptasi
keteladanan itu.
3. Pendekatan Kajian Nilai tujuannya menangkap nilai/sikap melalui kajian nilai secara
sistematis dan mendasar
4. Pendekatan Integratif Konsep dan Nilai tujuannya menangkap nilai/sikap yg melekat
pada atau merupakan implikasi dan suatu konsep melalui kajian akademis
Keempat contoh pendekatan diatas merupakan pembelajaran yg dapat dipakai oleh
guru dalam upaya mengembangkan dimensi sosial, personal, dan perilaku dalam
pembelajaran IPS di SD

Anda mungkin juga menyukai