BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Dalam Modul 4 ini akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan isu- isu dan
masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS di SD. Di dalamnya akan dibicarakan
secara khusus tentang Trend Globalisasi, masalah-masalah sosial yang timbul dari
keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas hal-hal yang
berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum, keterkaitan, kesadaran
hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan Anda memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan trend globalisasi beserta pengaruhnya terhadap pembelajaran IPS;
2. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya;
3. Mengidentifikasi masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan;
4. Mengidentifikasi masalah-masalah hukum dan ketertiban;
5. Mengidentifikasi masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran
hukum.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan trend globalisasi dan keragaman budaya
b. Untuk mendeskripsikan masalah-masalah lingkungan dan pendidikan
lingkungan
c. Untuk mendeskripsikan masalah-masalah hukum, ketertiban, dan kesadaran
hukum
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus
mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya,
sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.
Pendidikan global mencoba lebih banyak mengangkat persamaan dari pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha
memberikan penekanan untuk berpikir tentang kesetiaan kepada bumi tempat kita
semua hidup dan tidak hanya berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berkenaan
dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas negara.
Masalah-masalah dan isu-isu yang sifatnya global:
1. Krisis energi, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, organisasi
negara penghasil minyak dunia (OPEC), masalah harga maupun penelitian
tentang sumber energi pengganti.
2. Jurang antara negara kaya dan miskin, yang melatarbelakangi lahirnya
beberapa organisasi kerja sama bilateral (antara 2 negara Indonesia dan Jepang),
regional (ASEAN) yang beranggotakan lebih dari satu negara dan kerja sama
internasional (biasanya melalui lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa).
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta berjangkitnya penyakit-
penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan (termasuk
kemiskinan pengetahuan). Sebagai contoh, terjadinya bencana kelaparan di
berbagai negara yang belum berkembang.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan,
pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan Ozon yang
semakin menipis.
5. Perang nuklir, berkaitan dengan akibat-akibat yang akan dihadapi oleh umat
manusia jika perang tersebut benar-benar terjadi. Berdasarkan pengalaman yang
diakibatkan oleh jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, kita
tidak bisa membayangkan jika yang dijatuhkan tersebut adalah bom nuklir,
yang memiliki kekuatan jauh lebih dahsyat.
6. Perdagangan internasional, meningkatnya hubungan saling ketergantungan di
antara bangsa-bangsa mendorong lahirnya gagasan untuk menata perdagangan
internasional dengan tujuan memperkecil risiko saling merugikan yang
diakibatkan oleh ketidakjujuran dan ketidakterbukaan. Pembentukan pasar
bebas memaksa setiap negara untuk membuka dirinya terhadap masuknya
barang-barang dari luar negeri. Dengan demikian, setiap negara harus siap
dengan persaingan harga dan kualitas dari barang yang sama. Sekalipun pasar
bebas ditentukan oleh hukum pasar, di mana persaingan sangat terbuka, namun
dengan diterapkannya sistem quota (jatah) persaingan menjadi kekurangan
4
dilakukan khalayak. Namun, Anda tidak perlu terlalu percaya pada pendapat Toffler
tersebut karena masih membutuhkan waktu untuk membuktikannya, sekalipun kita
sudah melihat gejala-gejala ke arah itu. Misalnya, masalah mode pakaian yang sedang
trend. Di Paris sedang musim baju mini dan ketat maka kita akan melihat
kecenderungan yang sama di seluruh pelosok dunia, para gadis mengenakan model
yang serupa baik tatanan pakaian maupun corak warna.
Trend globalisasi akhir-akhir ini yang melanda Indonesia adalah penggunaan
jaringan Internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau
mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas negara, budaya,
bahkan tidak mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa mengetahui apa pun
tentang negara dan bangsa lain, sebaliknya bangsa lain pun bisa memperoleh
informasi yang berkaitan dengan Indonesia.
Media global telah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus
dampak negatifnya, terutama di kalangan generasi muda. Beberapa media surat kabar
mengetengahkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan
antara pola tingkah laku generasi muda, umumnya di perkotaan sebagai masyarakat
urban dengan sajian televisi baik televisi nasional maupun internasional.
Dari segala dampak negatif yang bisa dilihat, antara lain meningkatnya
penggunaan obat terlarang di kalangan pemuda di kota-kota bahkan sekarang sudah
merambah ke pedesaan. Akhir-akhir ini populer digunakan obat jenis obat terlarang
Ecstasy, sedangkan pada masa sebelumnya umum digunakan jenis narkotika.
Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya arus
globalisasi, rasanya kita sepakat bahwa kita harus mewaspadai perkembangan lebih
lanjut demi kelangsungan generasi muda kita di masa mendatang. Kita tidak akan
mampu menolak arus globalisasi Dengan cara lebih memahaminya agar dapat
diperkenalkan kepada peserta didik kita, berbagal kemungkinan yang akan ditemukan
dalam fungsinya kelak sebagai warga negara yang baik sekaligus menjadi warga
dunia yang efektif.
Pembentukan sebagai warga negara yang baik bisa dilakukan melalui, antara
lain pendidikan formal, pendidikan yang bagaimana yang mampu menghasilkan
peserta didik yang menghormati dan menghargai keragaman budaya? Bahkan
perbedaan budaya harus dianggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu
sendiri.
Salah satu masalah yang patut mendapat perhatian khusus adalah tentang
pembauran dalam masyarakat. Di Indonesia sebenarnya selain etnis Cina ada etnis
lainnya, seperti orang-orang India dan Arab. Akan tetapi, apabila kita berbicara
tentang pembauran maka perhatian kita akan tertuju pada proses pembauran orang-
8
orang Cina, Di bawah ini diuraikan sedikit sejarah pembauran orang-orang Cina di
Indonesia agar Anda mendapatkan tambahan informasi bagi yang baru tertarik pada
masalah itu dan sifatnya menyegarkan kembali bagi Anda yang sudah mengetahui
masalah tersebut.
Golongan etnis Cina, India, dan Arab dikenal dengan istilah golongan
minoritas, mengingat perimbangan jumlah mereka dengan orang pribumi. Orang Cina
bukan satu-satunya kelompok etnis minoritas di luar tanah leluhurnya, tetapi ada
kelompok lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Toffler bahwa selain orang Cina di
Asia Tenggara maka orang India dikenal di Afrika Timur, orang Syria di Afrika
Barat, orang Palestina di Timur Tengah, orang Yahudi di USA, dan orang Jepang di
Brazil.
Lebih lanjut Toffler menuliskan bahwa masing-masing kelompok yang
ditanamkan dalam suatu kebudayaan yang berbeda bukan saja membawa energi,
semangat dan keahlian komersial atau teknik, melainkan juga sikap . yang pro
pengetahuan keinginan yang besar untuk memperoleh informasi terakhir, gagasan
baru, dan keahlian. Kelompok ini telah memberikan suatu perekonomian peranakan.
Mereka bekerja keras, melakukan inovasi
(pembaruan), mendidik anak-anaknya dan bahkan kalau mereka kaya dalam
proses tersebut mereka akan merangsang dan meningkatkan refleksi perekonomian
negara di mana mereka tinggal (Toffler, 1990: dalam Nursid, 1999: 198).
Sebagaimana telah diketahui masalah integrasi bangsa dan negara, salah
satunya adalah masalah pembauran. Masalah pembauran menjadi salah satu program
pemerintah maka usaha ke arah itu patut mendapat dukungan dari kita semua.
Berabad-abad yang lalu orang Cina telah datang ke Indonesia. Kedatangan
mereka lebih teratur lagi ketika VOC (persekutuan dagang orang-orang Belanda)
dalam awal ,abad ke-18 membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengelola
peikebunan tebu di Batavia (Jakarta sekarang). Pasang surut peranan mereka di
tengah-tengah masyarakat telah banyak ditulis oleh para ahli sehingga saat ini para
ahli masih melihat proses pembauran belum berjalan dengan baik.
Kelambanan proses pembauran tersebut menurut Koentjaraningrat
dilatarbelakangi oleh belum cukupnya sikap saling bertoleransi dan bersimpati.
(Koentjaraningrat, 1980:270). Hasil penelitian dari Hariyono tentang pemahaman
menuju asimilasi kultural orang Cina, studi kasus di Yogyakarta. Dari hasil penelitian
diperoleh gambaran sebagai berikut.
Di beberapa lingkungan hubungan sosial antara masyarakat Cina dan Jawa
kurang begitu harmonis sehingga masih terbentuk stereotype-stereotyp kuat tentang
orang Cina di Indonesia. Stereotype adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu
9
berupa ciri khas perilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial
(kesamaan kedaerahan, misalnya sama-sama orang Jawa). Stereotype terbentuk
berdasarkan suatu pendapat yang sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan
pribadi secara sepintas dan biasanya berkonotasi negatif.
D. Pembelajaran IPS dalam Era Globalisasi dan Kergaman Budaya
Sepintas antara globalisasi dengan keragaman budaya tampak ada kontradiksi.
Globalisasi di satu sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan
manusia di muka bumi ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi
lainnya keanekaragaman budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada
perbedaan di antara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.
Fungsi pembelajaran IPS, antara lain membantu peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam
mengambil keputusan untuk masa datang; mengembangkan keterampilan
menganalisis dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan
pengembangan, berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (Skeel, Wihardit,
1999:11).
Dari uraian tersebut jelas bahwa pembelajaran IPS dalam proses
pembelajarannya harus mampu mengembangkan sikap hormat dan menghargai akan
tanggung jawab sebagai warga negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya
di dalamnya. Sekalipun dua masalah tersebut tidak hanya menjadi kepedulian
pelajaran IPS, namun pelajaran IPS diberi posisi yang cukup penting.
Pembelajaran keanekaragaman dalam IPS haruslah mengandung tujuan, antara
lain sebagai berikut.
1. Mampu mentransformasikan bahwa "sekolah" akan memberikan pengalaman dan
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik baik putra maupun putri
sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosial, ras, dan kelompok etnik.
2. Membimbing peserta didik untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama.
3. Mendorong peserta didik untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan, dengan cara
memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
sikap-sikap sosial.
4. Membimbing peserta didik mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan
yang berbeda-beda.
10
Dan kelimai lingkungan budaya, yaitu segala sesuatu baik secara materi .
maupun nonmateri yang dihasilkan manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa,
dan karyanya. Lingkungan budaya yang berupa materi itu dapat berupa bangunan,
peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya, sedangkan lingkungan budaya yang
berupa nonmateri itu dapat berupa tata nilai, norma, peraturan hukum, sistem
politik, kesenian, sistem ekonomi, dan sebagainya.
Lingkungan hidup manusia dalam perspektif sejarah, dari waktu ke waktu
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri
dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya. Perubahan juga dapat disebabkan oleh faktor
alam itu sendiri, seperti adanya bencana alam dan perubahan iklim yang drastis,
misalnya yang dalam derajat tertentu dapat mempengaruhi kondisi dan kualitas
lingkungan hidup. Perubahan yang tidak kalah pentingnya terhadap keadaan alam,
barangkali akibnt kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
totewiogi yang merupakan alat bantu dan perpanjangan dari otak dan tangan manusia,
tidak pelak lagi, memiliki daya intervensi yang luar biasa dalam menguasai dan
menaklukkan alam sekitar. Pada zaman prateknologi, manusia masih memandang
dirinya bagian atau bahkan tunduk pada kemauan alam maka pada zaman teknologi
dan pascateknologi ini maka manusia mulai menjaga jarak, bersikap kritis,
mengeksplorasi, mengeksploitasi, dan menguasai alam sepenuhnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu memang telah membawa
akibat-akibat ganda bagi lingkungan hidup manusia. Di satu sisi, kemajuan iptek
termasuk di dalamnya industrialisasi itu, mengantarkan manusia pada tingkat
kehidupan yang lebih mudah, sejahtera, dan menyenangkan. Adanya peningkatan
produksi yang berlipat, melimpahnya bahan-bahan konsumsi, percepatan hubungan
yang melintasi ruang, temuan- temuan inovasi lainnya merupakan bukti dari berkah
iptek itu. Namun, di sisi lain bersamaan dengan hal tersebut, manusia menyaksikan
adanya perusakan, pencemaran, dan gangguan terhadap lingkungan di sekitarnya.
Proses industrialisasi, misalnya telah mengakibatkan gangguan dan pencemaran pada
udara, tanah, air, dan lingkungan fisik manusia lainnya, yang ada gilirannya
membawa ketidaknyamanan bagi manusia itu sendiri. Begitu juga dengan proses
industrialisasi dan monetisasi menyebabkan terjadinya penebangan dan pengrusakan
hutan yang semena-mena, pengalihfungsian lahan-lahan pertanian untuk kepentingan
pendirian pabrik-pabrik, penyerapan tenaga kerja dengan biaya sangat murah,
konsumerisme, materialisme, dan hedonisme yang berlebihan. Semuanya itu, baik
secara langsung maupun tidak langsung, membawa masalah-masalah bagi lingkungan
hidup manusia.
13
sebagainya.
d. Ekologi Taksonomi, yaitu ilmu lingkungan yailg objek kajiannya sesuai dengan
sistematika makhluk hidup. Dalam hal ini, dikenal ada ekologi tumbuhan,
ekologi hewan, ekologi mikroba, dan sebagainya.
Pada tataran normatif, sesungguhnya mengkaji, mempelajari dan memanfaatkan
kekayaan alam itu bukan hanya perintah Tuhan, tetapi juga dalam konteks ideologi
negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 merupakan amanat yang secara tersurat
dinyatakan secara tegas, yakni "Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan lingkungan dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat" (Pasal 33 UUD 1945). Untuk itu, perlu
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik rasa cinta tanah air, menyayangi
binatang, memelihara tanaman dan lingkungan sekitar, dan yang lebih penting lagi,
tentu saja menghargai, menghormati, dan menjaga hubungan yang harmonis antara
sesama manusia. Keselarasan dan keserasian hubungan antara sesama manusia itu
pada gilirannya akan membawa keharmonisan pula dalam hubungannya dengan
lingkungan alam sekitar.
hukum.
2. Menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai, dan pemahaman mereka terhadap
hukum dan sistem yang berlaku.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan keterampilan
dalam memecahkan permasalahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian aspek-aspek hukum melalui
pendidikan IPS akan berkontribusi besar terhadap upaya penanaman pemahaman
peserta didik di dalam permasalahan hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum.
20
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Isu dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS SD terdiri dari sub-
sub penting yang perlu dikuasai oleh guru, antara lain;
a. Trend globalisasi beserta pengaruhnya terhadap pembelajaran
IPS;
b. Masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya;
c. Masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan;
d. Masalah-masalah hukum dan ketertiban;
e. Masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum.
Hal tersebut sangat penting dikuasai dan dipahami guru dalam menyajikan
pendidikan IPS SD karena akan mencipaatkan aktivitas belajar mengajar yang
PAKEM.
1.2 Saran
Dengan adanya ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa PGSD
sebagai calon pendidik atau guru mampu memahami isu dan masalah sosial budaya
dalam pembelajaran IPS SD agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Bank, James A. 1985. Teaching Strategies for The Social Studies. New York:
Longman.
Balen, S., Cherudin, Maman Abdurahman. 1990. Materi Pokok Pendidikan IPS I.
Buku Modul 11-8, Jakarta. Universitas Terbuka.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
21
22
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
kelompok ini dengan baik.
Tugas kelompok isu dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS SD
ini, disusun untuk memenuhi tugas matakuliah ” Pendidikan IPS di SD”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Widayati, M.H selaku tutor matakuliah Pendidikan IPS di SD
2. Para staf UT Pokjar Pendidikan Garum Blitar, dan
3. Semua teman yang memberikan bantuannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis
berharap laporan ini bermanfaat, khususnya bagi para pembacanya.
Penulis
iii
23
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PETA KONSEP ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya........................................ 2
2.2 Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan............. 10
2.3 Masalah-Masalah Hukum, Ketertiban, dan Kesadaran Hukum......... 15
iv
24
TUGAS KELOMPOK
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pendidikan IPS di SD
Yang dibina Dra. Widayati, M.H
Oleh:
PGSD-BI Kelas 1A
Indahsari Himatul Rohmah (858767286)
Rhani Raneshwari (858767279)
Rizki Wahdinia Oktaviana (858770664)
Sriani Handayani (858770539)