Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Dalam Modul 4 ini akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan isu- isu dan
masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS di SD. Di dalamnya akan dibicarakan
secara khusus tentang Trend Globalisasi, masalah-masalah sosial yang timbul dari
keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas hal-hal yang
berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum, keterkaitan, kesadaran
hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan Anda memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan trend globalisasi beserta pengaruhnya terhadap pembelajaran IPS;
2. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya;
3. Mengidentifikasi masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan;
4. Mengidentifikasi masalah-masalah hukum dan ketertiban;
5. Mengidentifikasi masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran
hukum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pendahuluan, maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah
yaitu:
a. Bagaimana trend globalisasi dan keragaman budaya?
b. Apa saja masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan?
c. Apa saja masalah-masalah hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan trend globalisasi dan keragaman budaya
b. Untuk mendeskripsikan masalah-masalah lingkungan dan pendidikan
lingkungan
c. Untuk mendeskripsikan masalah-masalah hukum, ketertiban, dan kesadaran
hukum

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya


A. Globalisasi
Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumf atau dunia.
Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi di mana isu dan masalah- masalah
yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia (Nursid
Sumaatmadja, 2008). Pengertian lain bisa berasal dari kata global yang bermakna
keseluruhan.
Menurut Tye dalam Nursid Sumaatmadja (2008) menyatakan pemahaman
terhadap globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah- masalah dan isu-isu
yang melintasi batas-batas negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam
lingkungan, budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. Di samping itu, untuk dapat
memahami lebih mendalam diperlukan berbagai perspektif atau sudut pandang dan
pendekatan terhadap kenyataan bahwa sementara para individu dan kelompok-
kelompok memiliki pandangan hidup yang berbeda, tetapi mereka juga memiliki
kebutuhan- kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama (Skeel, dalam Kuswaya
Wihardit, 1999: 136).
Masalah-masalah dan isu-isu tidak selalu menjadi tanggung jawab suatu bangsa
sebagai dampak dari adanya hubungan saling ketergantungan, tetapi menjadi
tanggung jawab bersama sebagai manusia penghuni planet yang sama, yaitu Bumi.
Perubahan yang penting, antara lain menyesuaikan sistem pendidikan, dalam arti
penyesuaian seperlunya agar dapat mengantisipasi realita yang ada. Seyogianya
pendidikan nasional mampu mengantisipasi satu langkah lebih maju dibanding segi
kehidupan yang lainnya.
Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang
dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut
menurut King dan kawan-kawan harus mengandung hal-hal berikut.
1. Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang
memiliki keterkaitan.
2. Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional
maupun universal. Namun demikian, keputusan yang diambil haruslah demi
tatanan dunia yang lebih baik di masa datang.
3. Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang
berbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan yang lain.
Pendidikan global adalah salah satu sarana agar peserta didik mengerti bahwa

2
3

mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus
mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya,
sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.
Pendidikan global mencoba lebih banyak mengangkat persamaan dari pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha
memberikan penekanan untuk berpikir tentang kesetiaan kepada bumi tempat kita
semua hidup dan tidak hanya berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berkenaan
dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas negara.
Masalah-masalah dan isu-isu yang sifatnya global:
1. Krisis energi, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, organisasi
negara penghasil minyak dunia (OPEC), masalah harga maupun penelitian
tentang sumber energi pengganti.
2. Jurang antara negara kaya dan miskin, yang melatarbelakangi lahirnya
beberapa organisasi kerja sama bilateral (antara 2 negara Indonesia dan Jepang),
regional (ASEAN) yang beranggotakan lebih dari satu negara dan kerja sama
internasional (biasanya melalui lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa).
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta berjangkitnya penyakit-
penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan (termasuk
kemiskinan pengetahuan). Sebagai contoh, terjadinya bencana kelaparan di
berbagai negara yang belum berkembang.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan,
pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan Ozon yang
semakin menipis.
5. Perang nuklir, berkaitan dengan akibat-akibat yang akan dihadapi oleh umat
manusia jika perang tersebut benar-benar terjadi. Berdasarkan pengalaman yang
diakibatkan oleh jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, kita
tidak bisa membayangkan jika yang dijatuhkan tersebut adalah bom nuklir,
yang memiliki kekuatan jauh lebih dahsyat.
6. Perdagangan internasional, meningkatnya hubungan saling ketergantungan di
antara bangsa-bangsa mendorong lahirnya gagasan untuk menata perdagangan
internasional dengan tujuan memperkecil risiko saling merugikan yang
diakibatkan oleh ketidakjujuran dan ketidakterbukaan. Pembentukan pasar
bebas memaksa setiap negara untuk membuka dirinya terhadap masuknya
barang-barang dari luar negeri. Dengan demikian, setiap negara harus siap
dengan persaingan harga dan kualitas dari barang yang sama. Sekalipun pasar
bebas ditentukan oleh hukum pasar, di mana persaingan sangat terbuka, namun
dengan diterapkannya sistem quota (jatah) persaingan menjadi kekurangan
4

maknanya. Misalnya, Indonesia tidak bisa mengekspor tekstil dengan bebas ke


Amerika Serikat, sehubungan diterapkannya sistem kuota. Pasar tekstil di
Amerika dibagi-bagi kepada beberapa negara. Jadi, sekalipun kita berhasil
bersaing dari segi harga dan kualitas, tetapi tidak bisa memasukkannya secara
bebas. Pengaturan tata perdagangan internasional dirumuskan dalam organisasi
GATT (General Agreement on Tarif and Trade).
7. Komunikasi. Perkembangan media komunikasi dewasa ini, mampu
menghilangkan batas-batas negara. Media televisi sangat besar pengaruhnya
dalam era globalisasi, betapa tidak kejadian yang sama di suatu negara, bisa
diterima pada saat sama hanya dengan hitungan detik kita bisa mendapatkan
informasi yang sama. Misalnya, berita tentang peperangan, bencana alam,
olahraga, dengan cepat diketahui oleh seluruh pemirsa televisi di seluruh dunia.
Belum lagi dampak teknologi komunikasi yang lebih mutakhir, yakni penggunaan
Internet dalam komunikasi antarbangsa. Melalui jaringan intemet-jaringan
komputer yang dihubungkan ke seluruh dunia setiap orang bisa memperoleh
informasi dari yang lainnya tanpa ada batasan.
8. Perdagangan obat terlarang. Dihadapkan pada kenyataan akibat penggunaan
obat-obat terlarang, terutama di kalangan generasi muda, semua sadar betapa
bahayanya akibat yang ditimbulkan oleh penggunaan obat terlarang di kalangan
generasi muda, menunjukkan setiap dekade kecenderungan naiknya jumlah
remaja, bahkan anak-anak sekolah menengah yang menggunakan obat terlarang.
Sekalipun tidak mengetahui tujuan mereka menggunakan obat terlarang tersebut.
Fakta di Amerika Serikat karena memang negara ini yang telah memiliki data
tentang perkembangan penggunaan obat terlarang entah untuk kesenangan,
ketagihan, menghindari masalah yang sedang dihadapi atau hanya ingin tahu
bahkan alasan lainnya, namun kenyataannya penggunaan obat terlarang di
kalangan anak muda sungguh merugikan baik bagi dirinya maupun keluarganya.
Perdagangan atau lebih tepat dikatakan penyelundupan obat terlarang bukan lagi
masalah bangsa Amerika, tetapi sudah menjadi masalah dunia. Dalam mengatasi
penyelundupan tersebut perlu keija sama antamegara, bahkan dalam kasus
tertentu ditangani oleh polisi internasional (Interpol).
B. Keragaman Budaya
Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya
ketidaksamaan atau perbedaan, dan budaya berarti dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian,
keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana suatu
masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya.
5

(Koentjaraningrat, 1980: 193).


Triandis, dikutip dari Skeel, membedakan antara objek budaya dan j subjek
budaya. Objek budaya meliputi hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, seperti
makanan, pakaian, upacara (peralatannya), sementara subjek budaya, meliputi
gagasan, tindakan, nilai-nilai sikap, kebiasaan, dan kepercayaan, di mana semuanya
hanya bisa diketahui keberadaannya dengan menggunakan rasa dan pikiran.
Keanekaragaman budaya di antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan
etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.
Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di
Indonesia sejak kelas 1, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan- perbedaan
yang ada pada peserta didik di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar
belakang pekerjaan orang tua, kemampuan belajar. Pelajaran IPS akan sangat
menarik jika peserta didik didorong mengenali berbagai perbedaan di antara
mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas
tersebut. Menurut Skeel, pelajaran IPS pada dasarnya mengutamakan atau
memperbolehkan perbedaan dalam persamaan atau sebaliknya persamaan dalam
perbedaan.
Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai
masalah dan isu di antaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism
(melahirkan superioritas dan inferioritas). Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih
bersifat bagian yangfidak terpisahkan dari proses pembauran (asimilasi).
Menurut Koentjaraningrat pembauran adalah proses sosial yang timbul
apabila ada hal-hal berikut ini.
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda.
2. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang
khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur
kebudayaan campuran.
Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam proses asimilasi adalah
suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini,
golongan minoritas itulah yang mengubah sifat yang khas dari unsur- unsur
kebudayaannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan
mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian
budayanya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran, antara lain berikut iai.
1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
6

2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas.


3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang
rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
C. Globalisasi dan Keragaman Budaya di Indonesia
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia merasakan gelombang
globalisasi yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan
masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan tentu saja
budaya.
Berkembangnya karakter global dari teknologi masalah lingkungan, keuangan,
telekomunikasi, dan media menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru,
yakni kebijakan suatu pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia, menjadi perhatian
bagi negara lain. Implikasinya adalah tidak ada negara mana pun di dunia yang
dengan sendirinya bisa menyimpan atau menutupi fakta dari negara lainnya.
Indonesia tampaknya tidak hanya strategis dari segi geografis dan ekonomis,
tetapi juga dalam sumber daya manusia dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu
menyadari pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan
bangsa. Luas Indonesia yang demikian, mampu dieratkan dan jaraknya diperpendek
dengan teknologi komunikasi satelit. Dalam dekade tahun 70-an Indonesia adalah
satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mempercayakan sistem komunikasinya
dengan menggunakan satelit Palapa, bahkan berlangsung sampai dekade tahun 80-an
dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit negara lain, tetapi milik sendiri.
Langkah lain yang diambil Indonesia dalam menyikapi globalisasi adalah
diizinkannya beroperasi stasiun televisi swasta dan sampai tahun 2007 sudah lebih
dari 9 stasiun televise dan hingga saat ini tahun 2012 sudah hampir 17 stasiun televisi
swasta nasional dan daerah, hal tersebut sebagai pengakuan bahwa bangsa Indonesia
sudah waktunya menerima informasi yang lebih banyak sehingga tidak tertinggal dari
bangsa-bangsa lain, dalam hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa penting di
belahan bumi lain dalam waktu yang bersamaan.
Derasnya arus informasi yang masuk ke Indonesia memberikan keuntungan-
keuntungan, misalnya penyerapan ilmu pengetahuan lebih cepat dilakukan. Peristiwa
penting di seluruh dunia bisa diketahui dengan cepat karena jarak menjadi tidak
begitu berarti, terutama bagi yang mempergunakan parabola, apakah itu berita baik
atau buruk. Mode yang sedang Trend di Paris, London atau Amerika bisa berjangkit
pula di Jakarta. Bandung, Medan, bahkan Biak Papua.
Alvin Toffler menulis bahwa media televisi, radio, dan komputer akan
membuat dunia menjadi homogen. Media masa memiliki efek homogenisasi yang
paling kuat kalau hanya terdapat beberapa saluran dan sedikit pilihan yang dapat
7

dilakukan khalayak. Namun, Anda tidak perlu terlalu percaya pada pendapat Toffler
tersebut karena masih membutuhkan waktu untuk membuktikannya, sekalipun kita
sudah melihat gejala-gejala ke arah itu. Misalnya, masalah mode pakaian yang sedang
trend. Di Paris sedang musim baju mini dan ketat maka kita akan melihat
kecenderungan yang sama di seluruh pelosok dunia, para gadis mengenakan model
yang serupa baik tatanan pakaian maupun corak warna.
Trend globalisasi akhir-akhir ini yang melanda Indonesia adalah penggunaan
jaringan Internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau
mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas negara, budaya,
bahkan tidak mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa mengetahui apa pun
tentang negara dan bangsa lain, sebaliknya bangsa lain pun bisa memperoleh
informasi yang berkaitan dengan Indonesia.
Media global telah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus
dampak negatifnya, terutama di kalangan generasi muda. Beberapa media surat kabar
mengetengahkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan
antara pola tingkah laku generasi muda, umumnya di perkotaan sebagai masyarakat
urban dengan sajian televisi baik televisi nasional maupun internasional.
Dari segala dampak negatif yang bisa dilihat, antara lain meningkatnya
penggunaan obat terlarang di kalangan pemuda di kota-kota bahkan sekarang sudah
merambah ke pedesaan. Akhir-akhir ini populer digunakan obat jenis obat terlarang
Ecstasy, sedangkan pada masa sebelumnya umum digunakan jenis narkotika.
Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya arus
globalisasi, rasanya kita sepakat bahwa kita harus mewaspadai perkembangan lebih
lanjut demi kelangsungan generasi muda kita di masa mendatang. Kita tidak akan
mampu menolak arus globalisasi Dengan cara lebih memahaminya agar dapat
diperkenalkan kepada peserta didik kita, berbagal kemungkinan yang akan ditemukan
dalam fungsinya kelak sebagai warga negara yang baik sekaligus menjadi warga
dunia yang efektif.
Pembentukan sebagai warga negara yang baik bisa dilakukan melalui, antara
lain pendidikan formal, pendidikan yang bagaimana yang mampu menghasilkan
peserta didik yang menghormati dan menghargai keragaman budaya? Bahkan
perbedaan budaya harus dianggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu
sendiri.
Salah satu masalah yang patut mendapat perhatian khusus adalah tentang
pembauran dalam masyarakat. Di Indonesia sebenarnya selain etnis Cina ada etnis
lainnya, seperti orang-orang India dan Arab. Akan tetapi, apabila kita berbicara
tentang pembauran maka perhatian kita akan tertuju pada proses pembauran orang-
8

orang Cina, Di bawah ini diuraikan sedikit sejarah pembauran orang-orang Cina di
Indonesia agar Anda mendapatkan tambahan informasi bagi yang baru tertarik pada
masalah itu dan sifatnya menyegarkan kembali bagi Anda yang sudah mengetahui
masalah tersebut.
Golongan etnis Cina, India, dan Arab dikenal dengan istilah golongan
minoritas, mengingat perimbangan jumlah mereka dengan orang pribumi. Orang Cina
bukan satu-satunya kelompok etnis minoritas di luar tanah leluhurnya, tetapi ada
kelompok lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Toffler bahwa selain orang Cina di
Asia Tenggara maka orang India dikenal di Afrika Timur, orang Syria di Afrika
Barat, orang Palestina di Timur Tengah, orang Yahudi di USA, dan orang Jepang di
Brazil.
Lebih lanjut Toffler menuliskan bahwa masing-masing kelompok yang
ditanamkan dalam suatu kebudayaan yang berbeda bukan saja membawa energi,
semangat dan keahlian komersial atau teknik, melainkan juga sikap . yang pro
pengetahuan keinginan yang besar untuk memperoleh informasi terakhir, gagasan
baru, dan keahlian. Kelompok ini telah memberikan suatu perekonomian peranakan.
Mereka bekerja keras, melakukan inovasi
(pembaruan), mendidik anak-anaknya dan bahkan kalau mereka kaya dalam
proses tersebut mereka akan merangsang dan meningkatkan refleksi perekonomian
negara di mana mereka tinggal (Toffler, 1990: dalam Nursid, 1999: 198).
Sebagaimana telah diketahui masalah integrasi bangsa dan negara, salah
satunya adalah masalah pembauran. Masalah pembauran menjadi salah satu program
pemerintah maka usaha ke arah itu patut mendapat dukungan dari kita semua.
Berabad-abad yang lalu orang Cina telah datang ke Indonesia. Kedatangan
mereka lebih teratur lagi ketika VOC (persekutuan dagang orang-orang Belanda)
dalam awal ,abad ke-18 membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengelola
peikebunan tebu di Batavia (Jakarta sekarang). Pasang surut peranan mereka di
tengah-tengah masyarakat telah banyak ditulis oleh para ahli sehingga saat ini para
ahli masih melihat proses pembauran belum berjalan dengan baik.
Kelambanan proses pembauran tersebut menurut Koentjaraningrat
dilatarbelakangi oleh belum cukupnya sikap saling bertoleransi dan bersimpati.
(Koentjaraningrat, 1980:270). Hasil penelitian dari Hariyono tentang pemahaman
menuju asimilasi kultural orang Cina, studi kasus di Yogyakarta. Dari hasil penelitian
diperoleh gambaran sebagai berikut.
Di beberapa lingkungan hubungan sosial antara masyarakat Cina dan Jawa
kurang begitu harmonis sehingga masih terbentuk stereotype-stereotyp kuat tentang
orang Cina di Indonesia. Stereotype adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu
9

berupa ciri khas perilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial
(kesamaan kedaerahan, misalnya sama-sama orang Jawa). Stereotype terbentuk
berdasarkan suatu pendapat yang sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan
pribadi secara sepintas dan biasanya berkonotasi negatif.
D. Pembelajaran IPS dalam Era Globalisasi dan Kergaman Budaya
Sepintas antara globalisasi dengan keragaman budaya tampak ada kontradiksi.
Globalisasi di satu sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan
manusia di muka bumi ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi
lainnya keanekaragaman budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada
perbedaan di antara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.
Fungsi pembelajaran IPS, antara lain membantu peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam
mengambil keputusan untuk masa datang; mengembangkan keterampilan
menganalisis dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan
pengembangan, berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (Skeel, Wihardit,
1999:11).
Dari uraian tersebut jelas bahwa pembelajaran IPS dalam proses
pembelajarannya harus mampu mengembangkan sikap hormat dan menghargai akan
tanggung jawab sebagai warga negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya
di dalamnya. Sekalipun dua masalah tersebut tidak hanya menjadi kepedulian
pelajaran IPS, namun pelajaran IPS diberi posisi yang cukup penting.
Pembelajaran keanekaragaman dalam IPS haruslah mengandung tujuan, antara
lain sebagai berikut.
1. Mampu mentransformasikan bahwa "sekolah" akan memberikan pengalaman dan
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik baik putra maupun putri
sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosial, ras, dan kelompok etnik.
2. Membimbing peserta didik untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama.
3. Mendorong peserta didik untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan, dengan cara
memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
sikap-sikap sosial.
4. Membimbing peserta didik mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan
yang berbeda-beda.
10

Sementara pembelajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan,


seperti berikutini.
1. Mampu menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda, tetapi sebagai
manusia memiliki kesamaan-kesamaan.
2. Membantu . peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa
bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak
memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya.
3. Membantu peserta didik memahami kenyataan bahwa ada masalah- masalah yang
dihadapi bersama, yaitu masalah kelebihan penduduk bumi, pencemaran air dan
udara, kelaparan dan masalah-masalah global lainnya.
4. Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap
masalah-masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang
diterimanya.
Dengan demikian, dari pendidikan globalisasi kita bisa mengambil manfaat dan
pelajaran dalam memecahkan masalah yang sama. Kita sadar tidak hanya masalah
pembauran yang dihadapi oleh beberapa negara, masih banyak masalah dan isu yang
lebih besar, seperti urbanisasi, kepadatan penduduk, pencemaran lingkungan,
perdagangan bebas, dan lain-lain yang mana pemecahan masalah dan isu-isu tersebut
dibutuhkan suatu kerja sama dan saling pengertian antamegara-negara di seluruh
dunia termasuk Indonesia.

2.2 Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan


Manusia dalam kenyataannya hidup di dalam konteks ruang dan waktu, lol
Dalam konteks ruang, manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan yang ada di
sekitarnya. Bahkan manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ruang, di
mana ia hidup karena sesungguhnya eksistensi kehidupan dan peranan yang
dimainkan oleh manusia itu akan memiliki corak hubungan yang khas dengan
lingkungan yang mengitarinya. Corak hubungan tersebut lebih bersifat fungsional,
yaitu saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya untuk memainkan
fungsi dan perannya masing-masing. Sementara itu, manusia hidup jika dalam
konteks waktu. Dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman ia berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dirinya dan mengusahakan daya dukung dari
lingkungannya agar dapat mencukupi kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya di dunia
ini. Maka, dalam hal ini tidaklah berlebihan kalau manusia itu memang hidup dalam
konteks yang membumi dan menyejarah.
Berkaitan dengan konteks yang pertama itu, yaitu ruang di mana manusia dapat
hidup maka menjadi sangat penting bagi manusia, baik secara individu maupun
11

kelompok, untuk memperhatikan keadaan dan kondisi lingkungannya. Dengan


perkataan lain, konteks ruang yang acap kali diidentikkan secara sederhana dengan
konteks geografi dan lingkungan itu, menjadi sangat penting bagi manusia untuk
diketahui keberadaan dan fungsinya secara maksimal. Pemeliharaan dan pemanfaatan
alam lingkungan sekitar baik oleh manusia akan membawa kenyamanan dan
kesejahteraan hidup bagi dirinya. Sebaliknya pengrusakan dan penggunaan alam
lingkungan sekitar yang tidak profesional akan membawa malapetaka dan
kesengsaraan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dalam hal ini, lingkungan di mana
manusia itu dapat hidup dan dapat memainkan peranan sosialnya secara nyata, perlu
dikaji dan diperhatikan secara saksama.
Sesungguhnya secara sederhana, lingkungan hidup (environment) itu menurut
Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dapat didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dari definisi tersebut tampak
bahwa lingkungan hidup mencakup aspek yang luas, menyangkut segala sesuatu
yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Mengingat luasnya aspek-aspek yang
berkenaan dengan lingkungan itu maka menjadi sangat penting untuk dikenali dan
diketahui oleh kita sebagai manusia yang merupakan bagian tak terpisahkan
darinya.
Adapun aspek-aspek yang termasuk ke dalam konsep lingkungan hidup,
paling tidak meliputi 5 hal.
Pertama lingkungan abiotik, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk
hidup yang bukan berupa organisme hidup. Dalam hal ini, batuan, tanah, mineral,
udara dan gas, air, energi, dan sebagainya masuk kategori lingkungan abiotik itu.
Kedua lingkungan biotik, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk
hidup yang berupa organisme hidup. Termasuk dalam kategori ini adalah mikro
organisme, binatang, tumbuhan, manusia dan makhluk hidup lainnya.
Ketiga lingkungetn alam, yaitu kondisi alamiah baik secara abiotik maupun
biotik yang belum banyak dipengaruhi oleh tangan-tangan manusia. Dalam hal ini
maka sumber-sumber alam yang belum tergali, udara yang masih segar, tanah yang
belum digarap, hutan yang masih perawan, binatang yang masih liar, dan
sebagainya masuk kategori lingkungan alam itu.
Keempat lingkungan sosial, yaitu manusia baik secara individu maupun
kelompok yang adadi luar dirinya. Dalam hal ini, keluarga, teman, tetangga,
penduduk desa, dan sebagainya masuk kategori lingkungan sosial itu.
12

Dan kelimai lingkungan budaya, yaitu segala sesuatu baik secara materi .
maupun nonmateri yang dihasilkan manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa,
dan karyanya. Lingkungan budaya yang berupa materi itu dapat berupa bangunan,
peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya, sedangkan lingkungan budaya yang
berupa nonmateri itu dapat berupa tata nilai, norma, peraturan hukum, sistem
politik, kesenian, sistem ekonomi, dan sebagainya.
Lingkungan hidup manusia dalam perspektif sejarah, dari waktu ke waktu
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri
dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya. Perubahan juga dapat disebabkan oleh faktor
alam itu sendiri, seperti adanya bencana alam dan perubahan iklim yang drastis,
misalnya yang dalam derajat tertentu dapat mempengaruhi kondisi dan kualitas
lingkungan hidup. Perubahan yang tidak kalah pentingnya terhadap keadaan alam,
barangkali akibnt kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
totewiogi yang merupakan alat bantu dan perpanjangan dari otak dan tangan manusia,
tidak pelak lagi, memiliki daya intervensi yang luar biasa dalam menguasai dan
menaklukkan alam sekitar. Pada zaman prateknologi, manusia masih memandang
dirinya bagian atau bahkan tunduk pada kemauan alam maka pada zaman teknologi
dan pascateknologi ini maka manusia mulai menjaga jarak, bersikap kritis,
mengeksplorasi, mengeksploitasi, dan menguasai alam sepenuhnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu memang telah membawa
akibat-akibat ganda bagi lingkungan hidup manusia. Di satu sisi, kemajuan iptek
termasuk di dalamnya industrialisasi itu, mengantarkan manusia pada tingkat
kehidupan yang lebih mudah, sejahtera, dan menyenangkan. Adanya peningkatan
produksi yang berlipat, melimpahnya bahan-bahan konsumsi, percepatan hubungan
yang melintasi ruang, temuan- temuan inovasi lainnya merupakan bukti dari berkah
iptek itu. Namun, di sisi lain bersamaan dengan hal tersebut, manusia menyaksikan
adanya perusakan, pencemaran, dan gangguan terhadap lingkungan di sekitarnya.
Proses industrialisasi, misalnya telah mengakibatkan gangguan dan pencemaran pada
udara, tanah, air, dan lingkungan fisik manusia lainnya, yang ada gilirannya
membawa ketidaknyamanan bagi manusia itu sendiri. Begitu juga dengan proses
industrialisasi dan monetisasi menyebabkan terjadinya penebangan dan pengrusakan
hutan yang semena-mena, pengalihfungsian lahan-lahan pertanian untuk kepentingan
pendirian pabrik-pabrik, penyerapan tenaga kerja dengan biaya sangat murah,
konsumerisme, materialisme, dan hedonisme yang berlebihan. Semuanya itu, baik
secara langsung maupun tidak langsung, membawa masalah-masalah bagi lingkungan
hidup manusia.
13

Menurut Nursid Sumaatmadja (1999: 46-65), setidaknya ada empat masalah


yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia. Keempat masalah tersebut adalah
berikut ini.
1. Perkembangan populasi manusia yang cepat.
2. Daya dukung lingkungan yang tidak memadai.
3. Keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemampuan manusia.
4. Ketimpangan hidup itu sendiri.
Tentang pertumbuhan dan perkembangan populasi manusia yang cepat itu
membawa permasalahan sosial yang pada gilirannya juga berdampak pada
lingkungan hidup di sekitarnya. Jumlah penduduk yang banyak memerlukan
kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, dan perumahan yang banyak
pula, dalam hal ini maka perluasan dan bahkan pengrusakan lahan pertanian, hutan,
dan perkebunan sering tidak terhindarkan, sedangkan daya dukung lingkungan yang
terbatas, juga membawa dampak bagi kehidupan manusia. Perluasan pemukiman,
perladangan, kawasan industri, dan sebagainya yang tidak didukung oleh kemampuan
lingkungan akan menimbulkan berbagai masalah, seperti kekeringan dan kekurangan
air, tanah longsor, erosi, dan pencemaran yang tidak sehat.
Sementara itu, keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemampuan
manusia, harus diartikan sebagai kenyataan bahwa daya dukung lingkungan memang
bersifat relatif. Artinya, lingkungan hidup itu memiliki keterbatasan. Jika
pemanfaatan lingkungan melewati batas kemampuan maka akan terjadi berbagai
bentuk ketimpangan yang pada gilirannya ketimpangan- ketimpangan tersebut
menjadi masalah bagi manusia sendiri. Begitu juga dengan masalah ketimpangan
lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah tangan manusia dan intervensi iptek,
telah membawa akibat-akibat yang tidak terduga. Penggunaan bahan pestisida yang
berlebihan, pembuatan bendungan di DAS (Daerah Aliran Sungai) yang tidak
memperhatikan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan AMRIL
(Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan), serta praktik-praktik perusakan
lingkungan lainnya akan membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi
kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Mencermati apa yang menjadi permasalahan dalam lingkungan hidup itu
maka perlu diambil langkah-langkah untuk pengamanannya. Langkah- langkah
yang harus ditempuh itu dapat berupa pikiran yang konsepsional dan tindakan
praktis yang profesional sehingga kelestarian dan keselarasan lingkungan dalam
hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia dapat terjaga. Sehubungan
dengan itu, menjadi penting tentang perlunya pendidikan lingkungan hidup dalam
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, sikap, dan perilaku yang mencintai dan
14

melestarikan lingkungan hidup manusia. Pendidikan lingkungan hidup tentu saja


bukan semata-mata untuk menambah pengetahuan, mempertajam pemahaman, dan
menumbuhkan kesadaran tentang lingkungan, tetapi juga diharapkan dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu maka mempelajari
ilmu bukan semata-mata untuk ilmu itu sendiri, melainkan juga untuk diamalkan
bagi kepentingan kesejahteraan dan kelestarian hidup umat manusia. Mempelajari
ilmu termasuk lingkungan hidup, pada tataran praktis memang untuk diterapkan
dalam perilaku sehari-hari. Pada tema agama Islam, konteks seseorang mempelajari
ilmu agar amaliah, dan sebaliknya seseorang yang beramal itu harus dalam kerangka
ilmiah.
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup adalah ekologi.
Menurut Munanjito, dkk. (2002), istilah ekologi sebagai disiplin ilmu mulai
diperkenalkan pada tahun 1969 oleh seseorang ahli biologi Jerman yang bernama
Ernest Hackle, Ekologi berasal dari kata oz&os, yang artinya rumah atau tempat
tinggal, dan logos yang berarti telaah atau studi. Jadi, secara sederhana ekologi
dapat diartikan sebagai ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup,
sedangkan pengertian ekologi yang lebih kompleks dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya dan ekologi sebagai ilmu semakin berkembang pesat setelah tahun
1900. Dewasa ini bahkan muncul spesialisasi baru dalam bidang ekologi, seperti
Environmental Sciences (Ilmu-ilmu tentang Lingkungan) dan Environmental
Biology (Biologi Lingkungan).
Dalam perkembangan selanjurnya, ekologi memiliki cakupan studi yang
sangat luas. Dilihat dari bidang yang dikajinya maka dikenal cabang-cabang
ekologi, seperti berikut ini.
a. Auteknologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini ada ekologi yang khusus
mengkaji tentang aspek siklus hidup, adaptasi terhadap lingkungan, dan lain-
lain, seperti ekologi alang-alang (impetrates cylindrical) dan ekologi asli
(pongee pygmeaus).
b. Sinekologi, yaitu ekologi yang mengkaji tentang berbagai kelompok organisme
sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu.
Dalam hal ini, dikenal ada ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi
ekosistem.
c. Habitat, yaitu ilmu lingkungan yang mempelajari habitat atau tempat suatu jenis
atau kelompok jenis tertentu. Dalam hal ini, dikenal ada ekologi bahari atau
kelautan, ekologi terestrial atau daratan, ekologi padang rumput, dan
15

sebagainya.
d. Ekologi Taksonomi, yaitu ilmu lingkungan yailg objek kajiannya sesuai dengan
sistematika makhluk hidup. Dalam hal ini, dikenal ada ekologi tumbuhan,
ekologi hewan, ekologi mikroba, dan sebagainya.
Pada tataran normatif, sesungguhnya mengkaji, mempelajari dan memanfaatkan
kekayaan alam itu bukan hanya perintah Tuhan, tetapi juga dalam konteks ideologi
negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 merupakan amanat yang secara tersurat
dinyatakan secara tegas, yakni "Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan lingkungan dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat" (Pasal 33 UUD 1945). Untuk itu, perlu
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik rasa cinta tanah air, menyayangi
binatang, memelihara tanaman dan lingkungan sekitar, dan yang lebih penting lagi,
tentu saja menghargai, menghormati, dan menjaga hubungan yang harmonis antara
sesama manusia. Keselarasan dan keserasian hubungan antara sesama manusia itu
pada gilirannya akan membawa keharmonisan pula dalam hubungannya dengan
lingkungan alam sekitar.

2.3 Masalah-masalah Hukum, Ketertiban dan Kesadaran Hukum


Manusia adalah makhluk sosial karena di dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak hidup sendiri. Oleh karena itu, mereka akan saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain sehingga akan muncul rasa saling membutuhkan dan
saling ketergantungan.
Di dalam, interaksi sosial tersebut tidak jarang akan terjadi perbedaan
kepentingan yang menimbulkan berbagai benturan di antara mereka. Dengan
demikian, diperlukan adanya aturan atau norma-norma yang dapat mengatur dan
menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang muncul dalam interaksi atau
pergaulan antara individu tersebut. Kumpulan aturan-aturan (baik yang tertulis
maupun yang tidak) tersebut akan bersifat memaksa karena mau tidak mau harus
ditaati oleh setiap individu (tanpa kecuali). Itulah yang kita kenal dengan sebutan
Hukum,
Apabila setiap anggota masyarakat menaati segala bentuk aturan (hukum) yang
berlaku maka ketertiban akan tercipta. Oleh karena itu, diperlukan adanya kesadaran
hukum dari tiap-tiap individu di dalam melaksanakan pergaulan sehari-hari, di mana
pun mereka berada. Suatu hal yang penting bagi setiap anggota masyarakat agar
mengetahui dan memahami aspek-aspek yang berhubungan dengan hukum, misalnya
aspek- aspek tentang permasalahan hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum.
16

Setelah seseorang memahami aspek-aspek tersebut di atas, diharapkan dapat


menjadi seorang anggota masyarakat yang selalu taat dan patuh terhadap tatanan
masyarakat yang berbentuk kumpulan aturan (hukum) tersebut. Berikut akan
dijelaskan tentang aspek masalah-masalah hukum, ketertiban, kesadaran hukum dan
kaitan ketiga aspek tersebut dengan pendidikan IPS.
A. Masalah-Masalah Hukum
Masalah-masalah adalah berbagai permasalahan yang muncul sebagai akibat
dari interaksi atau pergaulan manusia sebagai makhluk sosial. Permasalahan
tersebut dikategorikan masalah hukum karena dari permasalahan yang muncul
akan menyebabkan terganggunya kepentingan atau hak salah satu individu/
kelompok oleh individu atau kelompok lain sehingga diperlukan jalan ke luar
(solusi) yang bersifat mengingat kedua belah pihak.
B. Ketertiban
Apa yang dimaksud ketertiban? Ketertiban ialah suatu keadaan yang
menunjukkan adanya patokan, aturan atau pedoman maupun petunjuk yang
berlaku dan ditaati oleh setiap individu di dalam pergaulan antara pribadi atau
golongan (masyarakat).
Di dalam menegakkan ketertiban setiap anggota masyarakat harus
membatasi kebebasan pribadi dengan mengindahkan kepentingan (hak dan
kewajiban) individu yang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ketertiban
merupakan hasil akumulasi dari kebebasan-kebebasan tiap individu yang selaras
dengan tujuan hukum yang menginginkan suasana aman, nyaman, tenteram,
damai, tertib, dan adil. Maka, dengan kata lain, ketertiban dimaksudkan sebagai
suasana yang bebas, tetapi terarah dan tertuju kepada kondisi yang diharapkan
masyarakat yang sekaligus menjadi tujuan hukum.
Bagaimana contoh suasana tertib yang menjadi tujuan hukum? Suasana
tertib yang dimaksud bisa dicontohkan bahwa seseorang berhak (bebas)
mendirikan usaha sejenis pabrik. Namun demikian, sebelum mendirikan pabrik,*
harus memperhatikan kepentingan pihak lain. Misalnya, apakah masyarakat
lingkungan tempat pabrik tersebut akan didirikan memberi izin? Apakah syarat-
syarat amdal (analisis dampak lingkungan) yang dipersyaratkan pemerintah akan
terpenuhi? Apabila seluruh aspek persyaratan telah dipenuhi maka ketertiban dan
kenyamanan lingkungan (fisik dan nonfisik) akan tercapai. Jika sebaliknya maka
keseimbangan akan terganggu sehingga suasana tertib tidak terwujud.
C. Kesadaran Hukum
Apa yang dimaksud dengan kesadaran hukum? Kesadaran hukum ialah suatu
sikap individu untuk menerima dengan rela dan bertanggung jawab terhadap
17

konsekuensi dari peristiwa hukum yang terjadi. Peristiwa hukum di sini


dimaksudkan sebagai semua peristiwa yang dapat menimbulkan akibat hukum.
Misalnya, kematian seseorang berakibat hukum tentang bagaimana dan kepada
siapa warisan almarhum diberikan. Akibat hukum ditimbulkan sebagai akibat dari
suatu hubungan hukum. Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban
yang telah ditentukan oleh undang-undang sehingga kalau dilanggar akan
berakibat dituntutnya si pelanggar tersebut melalui lembaga peradilan.
Bagaimana jika di dalam hubungan pergaulan antarsesama terjadi
penyimpangan? Apakah semua kekeliruan dapat dikategorikan pelanggaran/
peristiwa hukum? Untuk menjawabnya, perlu diketahui jenis dan tingkat
pelanggaran tersebut. Misalnya, si A membatalkan janji tanpa pemberitahuan
kepada sahabatnya (si B) untuk menghadiri perhelatan. Peristiwa ini tidak akan
mengakibatkan si.A diseret ke pengadilan, tetapi bukan tidak mungkin apabila si B
menjadi tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap si A, dan secara etika sikap si A
kurang terpuji (apabila pembatalan tersebut disengaja tanpa alasan dan tanpa
permintaan maaf). Apabila dalam hubungan persahabatan seseorang menganiaya
secara fisik (misalnya dipukul) sahabatnya maka si penganiaya dapat dituntut
secara hukum (di pengadilan).
D. Hubungan Masalah Hukum, Ketertiban, dan Kesadaran Hukum dengan
Pendidikan IPS
N. Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
berasal dari istilah Social Studies yang berkembang di dunia pendidikan dasar dan
lanjutan di AS setelah Perang Dunia I (1920). Bidang ini mencoba mengkaji
berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, IPS dapat
diartikan sebagai penelaahan masyarakat.
Sesuai dengan kompleksitas (kerumitan) dan kemajemukan yang dikandung
oleh berbagai permasalahan yang muncul dalam masyarakat maka IPS muncul
menjadi suatu bahan kajian yang mencoba menelaah permasalahan dengan
menggunakan berbagai segi atau berbagai sudut pandangan sehingga akan
melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Misalnya, masalah urbanisasi akan dikaji,
tidak hanya dari segi geografis (kependudukan), tetapi juga dari segi ekonomi,
sejarah, antropologi. sosiologi, hukum, politik. Melalui kajian yang interdisipliner
ini diharapkan siswa dapat melihat permasalahan secara multidimensional. Dengan
demikian, pembelajaran ini akan membentuk siswa yang memiliki visi
(berpandangan) luas, tidak picik, dan beijiwa demokratis.
Dalam pendidikan dan pengajaran IPS, masyarakat sebagai suatu sistem
dapat dijadikan sebagai suatu paket kegiatan pembelajaran. Pengajaran IPS, di
18

antaranya bertujuan untuk mengenalkan peserta didik terhadap lingkungannya,


bagaimana siswa berinteraksi dengan lingkungannya, membentuk warga negara
yang baik. Berkaitan dengan pengenalan siswa terhadap lingkungan maka kegiatan
IPS dapat dimulai dari lingkungan yang terdekat sampai yang terjauh. Misalnya,
dalam memahami interaksi sosial peserta didik dikenalnya dari interaksi di antara
keluarga, lingkungan RT/RW, Kelurahan/Desa, Kecamatan.
Setelah menyimak dan memahami tentang pengertian IPS, tujuan
pendidikan IPS dan bagaimana mengaplikasikan pendidikan IPS, akan dapat
menghubungkan aspek masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran
hukum dengan pendidikan IPS, seperti berikut ini.
Sebagai ilmu pengetahuan yang menelaah antara hubungan manusia
(Auwan relationships) yang mencakup hubungan individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam maka IPS akan
potensial di dalam mengkaji permasalahan yang dapat muncul dari sebab yang
ditimbulkan dalam berbagai hubungan antarmanusia tersebut.
Mengapa potensial? Sebab dari hubungan antarmanusia (human
relationships) tersebut akan bermunculan .peristiwa hukum dan akibat hukum,
seperti yang telah dijelaskan, pada gilirannya akan memiliki keterhubungan di
alam menanamkan nilai-nilai tentang kesadaran hukum dalam diri peserta
didik. Di samping itu, melalui pendidikan IPS kita dapat membentuk siswa
sebagai warga negara yang mendukung ketertiban sesuai kaidah-kaidah hukum
yang berlaku. Misalnya, berikut ini,
1. Upaya dalam mensosialisasikan perlunya memelihara lingkungan alam yang
sehat sehingga pendirian pabrik yang tidak memenuhi persyaratan
(menimbulkan polusi dan merusak lingkungan) akan mendapat sanksi
hukum.
2. Menanamkan kesadaran hukum dalam diri peserta didik sebagai wajib pajak
(pajak kendaraan, tanah, rumah, pendapatan, dan sebagainya).
3. Menanamkan saling pengertian antarindividu peserta didik dalam
menghormati hak dan kewajiban masing-masing, dan sebagainya.
Demikian pentingnya mengintegrasikan atau menghubungkan antara kajian
aspek-aspek hukum dengan pendidikan sosial, antara lain dapat dilihat dari tujuan
atau fungsi dihubungkannya kedua bidang tersebut, seperti diungkapkan Cerlach and
Lamprecht's.
1. Untuk menanamkan pemahaman peserta didik terhadap aspek-aspek sosial
dan sistem hukum yang dikandungnya, serta bagaimana peserta didik dapat
berpartisipasi secara aktif di dalam melaksanakan ketentuan- ketentuan
19

hukum.
2. Menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai, dan pemahaman mereka terhadap
hukum dan sistem yang berlaku.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan keterampilan
dalam memecahkan permasalahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian aspek-aspek hukum melalui
pendidikan IPS akan berkontribusi besar terhadap upaya penanaman pemahaman
peserta didik di dalam permasalahan hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum.
20

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Isu dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS SD terdiri dari sub-
sub penting yang perlu dikuasai oleh guru, antara lain;
a. Trend globalisasi beserta pengaruhnya terhadap pembelajaran
IPS;
b. Masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya;
c. Masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan;
d. Masalah-masalah hukum dan ketertiban;
e. Masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum.
Hal tersebut sangat penting dikuasai dan dipahami guru dalam menyajikan
pendidikan IPS SD karena akan mencipaatkan aktivitas belajar mengajar yang
PAKEM.

1.2 Saran
Dengan adanya ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa PGSD
sebagai calon pendidik atau guru mampu memahami isu dan masalah sosial budaya
dalam pembelajaran IPS SD agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Bank, James A. 1985. Teaching Strategies for The Social Studies. New York:
Longman.

Balen, S., Cherudin, Maman Abdurahman. 1990. Materi Pokok Pendidikan IPS I.
Buku Modul 11-8, Jakarta. Universitas Terbuka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata


Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta.

Kosasih Djahiri, E. 1995/96. Dasar-dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai


Moral, PVCT. Bandung: Laboratorium Pengajaran PMP IKIP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Rochiati, W. 2006. Pengembangan Konsep Kesejahteraan dalam Peningkatan


Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Bandung.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

21
22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
kelompok ini dengan baik.
Tugas kelompok isu dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS SD
ini, disusun untuk memenuhi tugas matakuliah ” Pendidikan IPS di SD”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Widayati, M.H selaku tutor matakuliah Pendidikan IPS di SD
2. Para staf UT Pokjar Pendidikan Garum Blitar, dan
3. Semua teman yang memberikan bantuannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis
berharap laporan ini bermanfaat, khususnya bagi para pembacanya.

Blitar, April 2019

Penulis

iii
23

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PETA KONSEP ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya........................................ 2
2.2 Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan............. 10
2.3 Masalah-Masalah Hukum, Ketertiban, dan Kesadaran Hukum......... 15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20
3.2 Saran................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

iv
24

ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

TUGAS KELOMPOK
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pendidikan IPS di SD
Yang dibina Dra. Widayati, M.H

Oleh:
PGSD-BI Kelas 1A
Indahsari Himatul Rohmah (858767286)
Rhani Raneshwari (858767279)
Rizki Wahdinia Oktaviana (858770664)
Sriani Handayani (858770539)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) MALANG
POKJAR PENDIDIKAN GARUM BLITAR
April 2019

Anda mungkin juga menyukai