Anda di halaman 1dari 16

MODUL 4

ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN


IPS SD
Mata Kuliah: Pembelajaran IPS di SD

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Eza Gusrianti 856242189


2. Fifi Putri 856242204
3. Uswatun Hasanah 856242164

UPJJ POKJAR PESISIR SELATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

1443 H/2021 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Laporan ini berisi tentang “Isu dan Masalah Sosial Budaya dalam Pembelajaran IPS
SD” kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca dari kesempurnaan makalah ini.

Kambang, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya............................................................3
2.2 Masalah-masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan..................................5
2.3 Masalah-masalah Hukum, Ketertiban dan Kesadaran Hukum...............................6
2.4 Masalah-masalah Kesadaran, Hukum dan Pendidikan Kesadaran Hukum
Warga Negara.........................................................................................................6
2.5 Pluralisme Budaya dan Keanekaragaman Etnis.....................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan, perkembangan


dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan permasalahannya. Dengan demikian,
pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi
tersebut bukan hanya apa yang terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa
lampau dan lebih jauh pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya,
meliputi apa yang terjadi setempat secara local, nasional, regional sampai ke tingkat global.
Hal tersebut jadi perhatian dan lahan Garapan pengajaran IPS.

Oleh karena itu, kita selaku Mahasiswa harus memperhitungkan dan mengantisipasinya.
Janganlah anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana jeans”
yang semula merupakan pakaian pengembala sapi (cowboy), para mekanik bengkel, dewasa
ini telah menjadi mode dimana-mana ternasuk di Indonesia, kenyataan yang demikian itu
merupakan hal yang harus diperhatikan pada pembelajaran IPS yaitu globalisasi, selain itu
pula kita sebagai generasi penerus harus bisa mempertahankan serta menjaga kelestarian
aneka ragam jenis kebudayaan yang telah ada di Indonesia dengan cara mencintai produk
dalam negeri dan tidak mudah terpengaruhi oleh pengaruh luar, serta mengenalkan dan
mengajarkan kepada anak-anak bahwa pentingnya menjaga kebudayaan Indonesia.

Dengan demikian kita akan membahas mengenai isu-isu dan masalah sosial budaya
dalam pembelajaran IPS khususnya tentang Trend Globalisasi, masalah-masalah sosial yang
timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas hal-hal yang
berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum keterkaitan, kesadaran hukum dan
Pendidikan kesadaran hukum warga negara.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD?
1.2.2 Apa sajakah masalah-masalah lingkungan dan Pendidikan lingkungan dalam
pembelajaran IPS SD?
1.2.3 Apa sajakah masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam
pembelajaran IPS SD?

1
1.2.4 Bagaimanakah pluralism budaya dan keanekaragaman etnis dalam Pendidikan IPS
SD?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS
SD.
1.3.2 Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan dan Pendidikan lingkungan dalam
pembelajaran IPS SD.
1.3.3 Untuk mengetahui masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam
pembelajaran IPS SD.
1.3.4 Untuk megetahui pluralism budaya dan keanekaragaman etnis dalam Pendidikan IPS
SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tren Globalisasi dan Keragaman Budaya


2.1.1 Globalisasi
Globalisasi ini katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia.
Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah
yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia.
Pengertian lain berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan.
Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka
adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus
mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya,
sebagai warga negara yang baik seharusnya bias menjadi warga dunia yang baik.
Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai berikut:
1. Krisis energi, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah
harga maupun penelitian tentang sumber-sumber energi pengganti.
2. Jurang antara negara kaya dan miskin.
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-
penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan,
pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang
semakin menipis.
5. Perang nuklir.
6. Perdagangan internasional
7. Komunikasi
8. Perdagangan obat terlarang
Pendidikan harus dikaitkan dengan penelitian tentang sebab-sebab, akibat-
akibat dan kemungkinan penyelesaian tentang isu-isu global saat ini. Para siswa
harus mengetahui bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-
masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak mengetahui bagaimana mereka
dapat memberikan kontribusi dalam proses penyelesaiannya itu.
Ciri isu-isu dan masalah global:

3
1. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya
melintasi lebih dari satu negara.
2. Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan
multilateral: penyelesaian dan perbaikan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan
satu negara.
3. Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah dalam
membedakan nilai dan tujuan tentang hasil dan cara, dan dalam kesulitan
menemukan tindakan yang tepat yang diperlukan untuk menjamin hasil yang
diharapkan.
4. Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus-menerus (persistence). Masalah dan
isu telah berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.
5. Isu dan masalah terkait dengan hal lain.
2.1.2 Keragaman Budaya
Keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu
masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan dan hasil karya.
Keanekaragaman budaya diantaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik
yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.
Keanekaragaman budaya bias diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di
Indonesia sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan
yang ada pada siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang
pekerjaan orang tua. Pelajaran IPS akan menarik jika para siswa didorong mengenali
berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan
kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Dalam masyarakat yang memiliki
keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu-isu diantaranya adalah
pembauran, prasangka dan ethnocentrism (melahirkan superioritas dan inferioritas).
2.1.3 Pembelajaran IPS dalam Era Gobalisasi dan Keragaman Budaya
Fungsi pembelajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini
dalam mengambil keputusan untuk masa datang dan berpartisipasi dalam aktivitas di
masyarakat.
Pengajaran keanekaragaman dalam IPS harus mengandung tujuan, yaitu:
4
1. Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan pengalaman
dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri
sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sisal, ras dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik dan kelompok agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan cara
memberikan ketrampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
sikap-sikap sosial.
4. Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari
pandangan yang berbeda-beda.
Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan sebagai
berikut:
1. Mampu menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda tetapi sebagai
manusia memiliki kesamaan-kesamaan.
2. Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa
bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih
banyak memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya.
3. Membantu para siswa memahami kenyataa bahwa ada masalah-masalah yang
dihadapi bersama.
4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhdap masalah-
masalah dunia dan ketrampilan menganalisis informasi yang diterimanya.
2.2 Masalah-masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan
Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak
bisa dilepaskan dari lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan
wahana bagi manusia untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan, seperti kenyamanan, kesejahteraan dan ketenangan
dalam kehidupannya. Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan
sekitar, maka corak hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya
masing-masing. Corak hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya
mengalami perubahan. Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban
manusia, maka ada usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah, mengolah dan
menaklukkan alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu pada gilirannya
5
membawa dampak yang ditumbuhkan oleh lingkungan alam itu sedemikian rupa
sehingga tidak menguntungkan juga bagi kehidupan manusia. Bencana alam, seperti
banjir, bahaya kekeringan, kelaparan, tanah yang tandus, polusi udara, tanah dan air, baik
secara langsung maupun tidak langsung bersumber dari ulah manusia juga.
2.3 Masalah-masalah Hukum, Ketertiban dan Kesadaran Hukum
Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu sama lain. Di
dalam interaksi tersebut aka nada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila
dibiarkan akan menimbulkan suasana yang tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu
adanya aturan-aturan, baik tertulis maupun tidak yang bersifat mengikat dan memaksa
agar individua atau anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-aturan tersebut
kemudian dikenal dengan istilah hukum.
Apabila di antara individu tersebut tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum
yang berlaku maka akan muncul masalah hukum. Masalah-masalah hukum adalah suatu
keadaan yang memperlihatkan ketidakselarasan antara kepentingan suatu
individu/kelompok lain, yang ditandai adanya pelanggaran terhadap tatanan hukum yang
berlaku. Di sinilah pentingnya kesadaran hukum dimiliki oleh setiap individu atau
anggota masyarakat sehingga suasana tertib, aman dan damai dapat terwujud.
Di dalam menanamkan dan mendistribusikan nila-nilai yang dikandung dalam
aspek-aspek hukum diperlukan suatu sarana atau cara yang efektif. Salah satunya ialah
melalui pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan bidang IPS. Penggabungan kedua
aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan warga negara
yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang
baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam
berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan
lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban dan kesadaran hukum penting
dimiliki oleh siswa sebagai anggota masyarakat.
2.4 Masalah-masalah Kesadaran, Hukum dan Pendidikan Kesadaran Hukum
Warga Negara
2.4.1 Masalah-masalah Kesadaran Hukum
Manusia sejak lahirnya memerlukan proses interaksi dengan manusia lain.
Dalam melakukan interaksinya, manusia selalu menghadapi dua lingkungan, yaitu
lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Contoh
lingkungan fisik, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan pendayagunaan laut,

6
hutan, sungai dan lain-lain, sedangkan contoh lingkungan sosial, yaitu bagaimana
manusia berinteraksi dengan sesame manusia dalam suatu masyarakat.
Ketika manusia melakukan interaksi dengan kedua lingkungan tersebut maka
dihadapkan pada aturan-aturan atas hukum-hukum yang tertulis maupun tidak
tertulis. Interaksi dalam suatu kelompok masyarakat, baik interaksi di antara sesama
anggota kelompok masyarakat tersebut dengan alam sekitarnya yang diikat oleh
hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut suatu masyarakat hukum.
Dengan adanya hukum yang mengikat, bagi setiap anggota masyarakat harus
memiliki kesadaran hukum. Kesadaran hukum ini yang dimaksud adalah dia
mengetahui makna yang boleh dia lakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan
menurut dasar hukum yang telah digariskan. Selain itu, kesadaran dapat pula
menimbulkan pemahaman individu antara hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
individu tersebut.
Hukum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
2. Penyelesaian pertikaian.
3. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan
kekerasan.
4. Pengubahan tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada
kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.
5. Pengaturan tentang perubahan hukum harus mewujudkan fungsi-fungsi tersebut
di atas agar dapat memenuhi tuntutan keadilan, hasil guna dan kepastian hukum.
Setiap hukum senantiasa ada sanksi. Biasanya bentuk hukum seperti ini adalah
hukum tertulis atau hukum positif. Contohnya, peraturan lalu lintas, peraturan di
sekolah, peraturan ketatanegaran. Hukum tersebut sudah memiliki kebakuan yang
sangat mutlak.
Selain itu, terdapat pula dalam kehidupan bermasyarakat hukum yang tidak
tertulis dan tidak ada sanksinya apabila ada yang melanggar. Walaupun demikian,
hukum wajib ditaati oleh masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat. Hukum
dinamakan juga norma.
2.4.2 Keterkaitan Pendidikan IPS dengan Masalah-masalah Kesadaran
Hukum dan Pendidikan Hukum Negara
Menurut E. Wesley, IPS bukan ilmu sosial, tetapi bidang perhatiannya sama, yaitu
hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada pengajaran
7
program sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu sosial diperlukan untuk menggambarkan
human knowledge melalui penelitian, penemuan, eksperimen dan sebagainya,
dengan materi dan permasalahan yang kompleks, IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan
instruksional dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti dan
mudah dipelajari.
Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah
sewajarnya apabila guru pengajar ilmu sosial mengetahui benar-benar akan tujuan
pengajaran, di samping pengorganisasian bahan pelajaran dan metode yang dipakai
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.5 Pluralisme Budaya dan Keanekaragaman Etnis
Keragaman budaya menurut Koenjaraningrat (1980) mengandung du aarti kata
yaitu keragaman yang artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya yang berarti dalam
rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengna belajar. Dengan
demikian keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu
masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan tindakan dan hasil karya.
Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar di
Indonesia sejak kelas tiga dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang
ada pada kelasnya, misalnya perbedaan jenis kelamin, latar belakang orang tua,
kemampuan belajar dan sebagainya. Pelajaran IPS akan sangat menarik jika para siswa
didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan
kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut.
Dalam masyarakat memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah
dan isu diantaranya adalah pembaharuan, prasangka dan ethnocentrime yang dapat
melahirkan superioritas dan enpioritas dua hal yang yang terakhir sebenarnya lebih
bersifat bagian yang tak terpisahkan dari proses pembaharuan (asimilasi).
1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan yang dihadapi.
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah
terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
Sebagai akibat dari perkembangannya hambatan-hambatan tersebut dalam proses
pemahaman maka sering timbul kecurigaan dan ketidakpercayaan diantara individu-
individu pendukung kebudayaan tersebut. Akibat lainnya adalah sulit menanamkan sikap
toleransi yang didasari simpati. Sehingga di beberapa lingkungan masyarakat, hubungan
sosial kurang begitu harmonis, hal ini menunjukkan adanya sikap seteriotipe-seteriotipe
8
kuat dikalangan masyarakat. Seteriotipe adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu
berupa ciri khas perilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial
(kesamaan kedaerahan misalnya sama-sama orang jawa). Stereotype terbentuk
berdasarkan suatu pendapat yang sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan
pribadi secara sepintas dan biasanya berkonotasi negatif. Contohnya: orang gemuk malas
dan kurang memiliki disiplin pribadi semua ibu tiri kejam, orang Jepang dan Amerika
cerdas-cerdas dan sebagainya.
Stereotipe bisa menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya akan
menutup diri masing-masing kelompok dan memperkuat stereotif itu sendiri.
Ketertutupan itu tentu saja penghambat pembaruan dalam bernegara. Komunikasi
merupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial yang harmonis. Pertukaran
pengetahuan dan pengertian dibalik stereotipe diharapkan dapat menumbuhkan rasa
saling menghormati dan menghargai antara dua belah pihak.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia merasakan gelombang
globaliasi yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat,
baik dari dalam bidang ekonomi, teknologi, politik sosial dan tentu saja budaya.
Berkembangnya karakter global dan teknologi, masalah lingkungan, keuangan,
telekomunikasi dan menia menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru yakni
kebijakan suatu pemerintah, termasuj pemerintah Indonesia, menjadi perhatian bagi
Negara lain. Implikasinya adalah tidak ada Negara menutupi fakta dari Negara lain.
Indonesia tampaknya tidak hanya strategi dari segi geografis dan ekonomi tetapi juga
sumber daya manusia dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya
telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang
demikian mampu dieratkan dan jaraknya di perpendek dengan teknologi komunikasi
satelit. Bahkan dalam decade 70-an Indonesia adalah satu-satunya Negara di asia
tenggara yang mempercayakan sistem komunikasinya dengan menggunakan satelit
Phalapa, bahkan berlangsung hingga decade tahun 80-an dan Indonesia tidak
menggunakan jasa satelit Negara lain tetapi miliki sendiri.
Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah penggunaan
jaringan internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai
akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas Negara, budaya, bahkan tidak
mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa mengetahui apapun tentang Negara
dan bangsa lain, sebaiknya bangsa lain pun bisa memperoleh informasi yang berkaitan
dengan Indonesia.
9
Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya
globalisasi, rasanya kita sepakat bahwaharus mewaspadai perkembangan lebih lanjut
demi kelangsungan generasi muda kita di masa mendatang. Kita tidak akan menolak arus
globalisasi. Dengan lebih memahaminya agar dapat diperkenalkan kepada siswa kita,
berbagai kemungkinan yang akan ditemukan dalam fungsinya kelak sebagai warga
Negara yang baik sekaligus menjadi warga dunia yang efektif.
Pembentukan sebagai warga negara yang baik bisa dilakukan melalui antara
lain: Pendidikan formal, Pendidikan yang bagaimana mampu menghasilkan siswa
menghormati dan menghargai keragaman budaya. Bahkan perbedaan budaya harus di
anggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu sendiri.
Fungsi pelajaran IPS menurut Skell (1995) antara lain membantu para siswa
untuk mengembangkan kemauan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global keanekaragaman
budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian tentang
pentingnya mempertimbangkan masa lampau atau masa kini dalam mengambil
keputusan untuk masa datang, mengembangkan keterampilan menganalisis dan
memecahkan masalah dalam membimbing pertumbuhan dan mengembangkan partisipasi
dalam aktifitas di masyarakat. (dalam Jschak, 1997:4.11)
Pengajaran keanekaragaman budaya dalam IPS haruslah mengandung tujuan,
antara lain sebagai berikut:
1. Mampu mentransformasikan bahwa sekolah akan memberikan pengalaman dan
kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun
mereka memiliki perbedaan budaya, sosial, ras dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati
masalah perbedaan budaya, ras, etnik dan kelompok agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak menjadi kelompok yang dirugikan dengan cara
memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-
sikap sosial.
4. Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan
yang berbeda-beda.
Pendidkan keanekaragaman budaya merupakan sebuah pendekatan dalam
proses belajar dan pengajaran yang didasarkan pada nilai-nilai yang demokratis demi
terpeliharanya pluralism budaya yang dimiliki oleh masyarakat-masyarakat dan menjaga
10
kelangsungan adanya saling ketergantungan yang ada di dunia ini, meningkatkan
perkembangan intelektual, sosial dan kepribadian para murid sehingga mereka mampu
mencapai potensinya yang terbaik. Dalam hal ini guru memegang peranan penting,
karena guru dapat membuat suatu perubahan dalam kehidupan para muridnya dan
perubahan ini bisa positif maupun negative. (Umi Oktyari Retnaningsih: 1998:231).
Sementara John U.Michealis (1980) menjabarkan tujuan Pendidikan
keanekaragaman budaya dan etnis adalah sebagai berikut:
1. Murid mempunyai kesadaran diri sebagai penghuni planet bumi, warga Negara dari
masyarakat yang beraneka ragam budaya. Hidup dalam dunia yang makin kompleks
interaksinya, mampu belajar berpikir, peduli, memilih dan bertindak sehingga bisa
menikmati kehidupan di dunia ini sekaligus mampu menghadapi tantangan-tantangan
yang datang padanya.
2. Murid mampu menghargai hasil karya orang lain dan menerima pendapat atau
keyakinan orang yang berbeda dengan dirinya. Bila orang mempunyai sifat yang
demikian maka sifat-sifat etnosentrisme akan makin menghilang.
3. Murid mampu memahami kebutuhan, perasaan dan kepentingan orang lain.
4. Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kelompok
etnis yang berbeda, untuk berkomunikasi dengan kelompok minoritas dan mayoritas,
untuk memecahkan masalah komplik dan mengambil tindakan untuk meningkatkan
kondisi yang baru.
5. Mengembangkan sikap, nilai, tingkah laku yang sportif terhadap berbagai
kebudayaan atau perbedaan etnis, keinginan untuk memerani rasialisme dan
prasangka, setiap siswa dapat menghormati perbedaan antar individu, sadar terhadap
keberhasilan politik atau menghargai berbagai faktor dalam meningkatkan
kebudayaan.
Dari tujuan-tujuan yang terumuskan diatas, jelas bahwa melalui pengajaran
IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya
dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan
tingkat Pendidikan dan kematangan siswa.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS meliputi (1) masalah tren
gobalisasi dan keragaman budaya, (2) masalah-masalah lingkungan Pendidikan lingkungan,
(3) masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran hukum, (4) masalah-masalah hukum
dan Pendidikan kesadaran hukum warga negara.
Pembelajaran IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu ang mengkaji tentang
manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di luar dirinya. Pemahaman dan
penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi dan mewarisi khasanah peninggalan
peradaban manusia dan yang lebih penting dalam hubungannya dengan masalah ekologi
melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam secara rasional dan wajar, merupakan
pilar-pilar dari tujuan pembelajaran Pendidikan IPS.
Hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, m melalui
pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif
dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek
tentang hukum, ketertiban dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai anggota
masyarakat.
3.2 Saran
Dalam isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS, guru harus dapat
memahami arti globalisasi secara baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa agar mereka
dapat menjadi warga negara yang efektif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan Pendidikan
formal.

Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan dalam pembahasan makalah tersebut, melalui


pengajaran IPS diharapkan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman
budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai
dengan tingkat Pendidikan dan kematangan.

Dalam memecahkan masalah mengenai lingkungan, seharusnya Pendidikan IPS


diberikan di tingkat sekolah dengan materi yang tak terpisahkan dengan masalah-masalah
ekologi, Pendidikan ekologi memiliki tujuan tidak hanya pada tataran konseptualisasi, yaitu
untuk pengembangan disiplin ilmu itu sendiri, tetapi juga memiliki fungsi aktualisasi, yaitu
pengalaman ilmu itu dalam konteks praktiks sehingga dapat bermanfaat secara langsung

12
untuk kepentingan keselamatan, kesejahteraan dan keharmonisan manusia di satu sisi dalam
hubungannya dengan lingkungan alam sekitar di sisi lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud. 2008. Revitalisasi Pendidikan IPS. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Press.
Barnard, C. I. 1993. The Functions of Executive. Cambridge, Mass: Harvard University.
Darmiyati Zuhdi. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta, PT Bumi Aksara.
Ida Bagus Mantra. 2006. Demografi Indonesia. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan.
Nursid Sumaatmadja. 2008. Konsep Dasar IPS . Jakarta, Universitas Terbuka.
Kuswaya Wihardit. 1999. Perspektif Global. Jakarta Universitas Terbuka.
Munandjito. 2002. Manusia dan Lingkungan. Indonesian Heritage. Grolier International, Inc.
Saidihardjo. 2004. Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial, Yogyakarta,
Pascasarjana UNY.

13

Anda mungkin juga menyukai