Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ISU-ISU GLOBAL DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA DAN


HUBUNGAN IKN DI ERA GLOBALISASI

Dosen Pengampu:
Drs. Irwan, M.Pd.

Disusun oleh:
Indra Budiman Nst (A1A321044)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

1
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada Kita, sehingga Saya
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul "Isu-Isu Sosial Budaya
Dan Hubungan IKN di Era Globalisasi" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Ilmu
Kewarganegaraan. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Tanpa bantuan tersebut, penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan lancar
dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya
menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman dan dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Kewarganegaraan yang telah mensuport Saya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun susunan kalimatnya. Untuk itu
Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Saya dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata, Saya berharap semoga makalah tentang "Isu isu Global
Dalam Bidang Sosial Budaya dan Hubungan IKN di Era Globalisasi" ini dapat
bermanfaat dan juga dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb

Jambi, 17 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ISU ISU GLOBAL SOSIAL BUDAYA DI ERA MODERN.
2.2 PENGARUH GLOBALISASI DAN IKN
2.3 PERAN IKN DI ERA GLOBALISASI
2.4 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF GLOBALISASI
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

3
BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang

Era globalisasi telah menciptakan perubahan sosial budaya yang sangat cepat sehingga setiap
pola pikir, pola tindak dan pola perilaku masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya Barat yang masuk melalui berbagai sarana informasi, komunikasi, dan berbagai
teknologi lainnya. Arus reformasi telah mengakselerasi perubahan sosial budaya masyarakat
menjadi lebih individual, konsumeris dan serba gemerlap. Masyarakat telah mengalami
perubahan dari sifat ramah tamah, sederhana, dan tenggang rasa mengarah pada sikap dan
perilaku yang serba instan, serba cepat, dan spekulatif dalam memenuhi kebutuhan dan
melaksanakan pembangunan nasional.
Pelajaran PKn serta pendidikan moral yang disampaikan oleh guru di depan kelas,
belum mampu menjiwai setiap gerak gerik siswa dalam kehidupan di lingkungan masyarakatnya.
Hal ini tentunya, disebabkan oleh minimnya proses belajar yang diingini
siswa, pokok pokok bahasan pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang harus
dihapal,kemudian ditagih disaat ujian. Setelah ujian selesai, materi itupun dilupakan tanpa
bekas.Yang lebih serius lagi, di sekolah selama ini terkesan tidak ubahnya seperti penjara
yangterkekang, dimana peserta didik dikekang dengan aturan yang serba ketat dan materi
pelajaran yang begitu padat dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Hampir tidak ide
yangberasal dari siswa dapat berkembang dan menjadi perhatian. kenyataanya, ketika
siswaselesai ujian akhir (Ujian Nasional), mereka dengan meriahnya mencoret coretbaju,
berteriakdijalanan dan ngebut-ngebutan. Seolah-olah mereka sudah bebas dan lepas dari semua
pengekangan.Seperti inilah gambaran pendidikan Indonesia selama ini. Apabila kondisi
inidiabaikan, maka bisa jadi masyarakat akan menjadi masyarakat yang rusak, masyarakat yang
tidak memiliki nilai-nilai budaya yang harus dijunjung tinggi, masyarakat yang melupakan jati

4
dirinya sendiri. Masyarakat yang cerdas dari sisi keilmuan, namun tidak memiliki kemampuan
untuk mengerti dan memahami orang lain bahkan masyarakat yang tidak tahudari mana dan
kemana tujuan mereka. Di sini akan terlihat masyarakat pada kondisi yang sangat
memperihatinkan, karena jauh dari nilai-nilai moral dan budaya yang ada. Untuk itu,peranan
guru sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai spiritual dan moralitas sedinimungkin, tentunya
melalui pembelajaran yang memberikan ruang gerak yang lebih luaskepada siswa untuk mampu
memahami diri dan orang lain disekitarnya serta mampumemahami dan menjiwai semangat ke
PKn an yang sifatnya doktrinal secara baik dan benar Guru hendaknya mampu berperan sebagai
pembimbing untuk menuntun siswa memulai proses belajar, memimpin siswa agar hasil proses
belajar sesuai dengan tujuan pengajaran,serta sebagai fasilitator dalam mempersiapkan kondisi
yang memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Hal ini dapat dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan tehnik dan metode pembelajaran
yang sesuai dengan Standar materi PKn, serta karakteristik pembelajaran, danpemilihan strategi
yang tepat dalam menerapkan pembelajaran PKn di Kelas. Terdapat semacam sinyalemen,
bahwa harapan tumbuhnya sifat kreatif dan antisipatif serta inovatif para guru PKn dalam
praktek pembelajaran untuk pemahaman siswa dewasa ini masih belum memadai. Hal ini, jelas
terjadi diawali dari tingkat pendidikan formal yang paling rendah hingga perguruan tinggi.
Semua ini dianggap sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas proses
dan produk pembelajaran PKn. Kualitas proses pembelajaran PKn dapat dilihat dari pelaksanaan
pembelajaran yang tidak lebih dari kegiatan pembelajaran yang bersifat keseharian, dimana
materi pembelajaran tidak sampai menyentuh kesadaran siswa, melainkan hanya sekadar sebagai
syarat kelulusan ujian sekolah yang materi ajarannya harus dihafal sesuai dengan buku teks.
Produk pembelajaran ini, jelas tidak memberikan makna apa-apa dalam pembentukanmoral,
etika dan mental siswa apalagi perubahan watak siswa, sebagaimana yang diharapkandalam
tujuan pembelajaran. Tidak sedikit hambatan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa,hambatan
dalam proses merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang didalamnya terjadi
interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itudapat dikelompokkan
dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi materi, dan siswa. Hubungan timbal balik antara ketiga
elemen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana seperti: model dan metode pembelajaran
yang digunakan, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar
mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

5
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis, dengan demikian setiap kehidupan akan
senantiasa mengalami perubahan, dan pada konteks manusia, maka manusiapun juga akan
mengalami perubahan, baik ia sebagai individu maupun masyarakat. Dan dalam perubahan yang
terjadi pada masyarakat (sebagai kumpulan dari individu-individu) bisa terjadi dalam pola
perilaku individu maupun organisasi, perubahan dalam norma sosial, interaksi juga termasuk
pendidikan. Karena kehidupan itu dinamis, maka perubahan yang terjadi adalah suatu fenomena
yang lumrah atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar dan merambah kebagian belahan
dunia lain dengan cepat dan efektif karena didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih
dan modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi tanpa kita sadari juga sangat
mempengaruhi perubahan sosial yang juga akan berdampak pada pendidikan. Suatu perubahan
sosial yang terjadi sekecil apapun mungkin akan berakibat pada struktur kehidupan masyarakat
yang lainnya, misalnya pada perubahan gaya berpakaian akan menghasilkan akbibat pada
ekonomi masyarakat, karena suatu model yang tren akan senantiasa diikuti masyarakat yang
menyenangi model-model pakaian yang terbaru.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara
saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain. Dalam hal itu
merupakan bagian dari proses manusia global yang bergerak terus.Kehadiran teknologi informasi
dan teknologi komunikasi mempercepat perkembangan proses globalisasi ini. Globalisasi
menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab,
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. globalisasi
begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai
sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara keseluruan.Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu
pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan internasional, Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, bukan hanya barang dan jasa yang masuk. tetapi
juga teknologi, pendidikan, social dan budaya.Dalam era globalisasi seperti sekarang ini
kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Kebudayaan
orang-orang barat tersebut sifatnya negatif dan cenderung merusak dan telah mengadi suatu
kebiasaan yang membudaya, Tetapi tidak semua kebudayaan asing yang masuk ke indonesia

6
bersifat negatif, karena ada juga sisi positif dari masuknya budaya asing tersebut. Semua dampak
positif dan negatif tersebut akan saya uraikan dalam pembahasan. Konsep akan globalisasi
menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan
kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita
akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami kesadaran dunia dapat di
jelaskan dengan lebih baik secara social dan budaya.
Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa (elektronik, cetak)
sertamedia dunia maya (internet) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia.
Prosessaling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.
Melaluiinteraksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-
kelompokmasyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami
prosesdipengaruhi dan mempengaruhi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa
lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh
interaksidengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu,
globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna
budaya dimananilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti. Masyarakat
Indonesiamerupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman
budaya,lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat
beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan
sertamewarisi kepada generasi selanjutnya.Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan
karena memiliki keanekaragaman yangsangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri.
Seiring berkembangnya zaman,menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih
modern. Akibatnya, masyarakat lebihmemilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih
praktis dibandingkan dengan budayalokal. Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal
dilupakan dimasa sekarang ini, misalnyamasuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke
suatu negara sebenarnya merupakan halyang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa. Namun padakenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga
budaya lokal mulai dilupakan.Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa.
Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar
tidak dapatdiakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya

7
asing masukasalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan
input-inputdari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan globalisasi sosial budaya di era modern?
2. Bagaimana hubungan globalisasi dan IKN?
3. Bagaimana Peran IKN di era globalisasi?
4. Apa saja dampak positif dan negatif globalisasi?

1.3 Tujuan
1. Memahami maksud dari globalisasi sosial budaya di era modern
2. Memahami hubungan globalisasi dan IKN
3. Mengetahui peran IKN di era globalisasi
4. Mengetahui dampak positif dan negatif globalisasi

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertia Isu-isu Global Sosial Budaya di Era Modern

Sosial Budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu yangmengenai
masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikankepentingan umum
(kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yangartinya pikiran dan akal budi.
Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang
mengandung cipta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum,
kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu. Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal
yang dicipta oleh manusiadengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan
bermasyarakat.Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya
yangdiperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara(U No. 20 Tahun 2003.Theodore Levitte merupakan orang yang
pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985. Theodore Levitte melihat bahwa
ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

9
1.Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam
hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
2.Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
3.Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material
maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman
seluruh dunia.
4.Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
5.Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat
definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan
status ontologinya.Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri,
bukan sekadar gabungan negara-negara.
Pendapat Globalisasi menurut para ahli beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian
globalisasi sebagai berikut :
•Selo Soemardjan mende5nisikan globalisasi adalah terbentuknya sistemorganisasi dan
komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untukmengikuti sistem organisasi yang sama.
•obertson mengatakan bah!a Globalisasi adalah proses menge3ilnyadunia dan meningkatnya
kesadaran dan dunia sebagai satu kesatuan,saling ketergantungan dan kesadaran global akan
dunia yang menyatu.
•Martin Albra mengatakan Globalisasi menyangkut seluruh proses dimana penduduk dunia
terhubung kedalam komunitas dunia yang tunggalmaupun komunitas global.
•A.G MC Gre menyatakan Globalisasi menga3u padaa keseragamanhubungan dan saling
keterkaitan antar masyarakat yang membentuksistem dunia modern. Globalisasi adalah proses
dimana berbagaiperisti!a, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapatmemba!a
konsekuensi penting bagi berbagai individu masyarakat dibelahan dunia yang lain.
•Malcom Waters menyatakan Globalisasi adalah sebuah proses sosial danbudaya semakin
menyusut dan setiap orang kian sadar bah!a merekasemakin dekat satu sama lain.
Merujuk pada definisi isu dan hakikat istilah global, isu global didefinisikan sebagai
masalah-masalah yang berkembang di masyarakat sebagai bahan dan sumber untuk ditanggapi

10
dan dikritisi. Namun tidak cukup sampai di situ, permasalahan permasalahan yang dimaksud
memiliki lingkup luas yang mendunia dalam arti ada dalam tatanan masyarakat yang tidak
terbatas oleh ruang dan waktu, artinya tidak hanya berada pada satu titik lokasi dan dalam waktu
tertentu.Munculnya kajian isu global ini didasari oleh era globalisasi yang menuntut banyak
perhatian akademisi karena berhubungan dengan peningkatan sumber daya manusia. Hebatnya
globalisasi adalah siapa pun bangsa atau negara yang berpaling dari pandangan global maka akan
membuat bangsa atau negara tersebut terisolir.
Siswanto dalam Rahayu, dkk. (2015, hlm. 6) mengemukakan bahwa globalisasi adalah semua
bentuk dan proses yang merujuk pada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok
global dan lebih jauh merupakan bentuk keterhubungan masyarakat dunia yang meliputi bidang
politik, ekonomi, budaya, dan sosial. Beberapa ciri menonjol dari globalisasi seperti yang
dikemukakan Rahayu, dkk. (2015, hlm. 7) adalah mengenai perubahan konsep ruang dan waktu
akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, ketergantungan antarnegara dalam
perdagangan dunia, peningkatan interaksi kultural melalui media massa yang melewati batas
budaya dan batas ruang, serta meningkatnya masalah dan isu bersama, seperti mengenai
lingkungan, krisis multidimensional, inflasi regional, dan sebagainya. Dari pernyataan tersebut,
dapat teridentifikasi bahwa masalah pendidikan pun menjadi satu masalah atau isu yang menjadi
dampak globalisasi.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalammenjaga
dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang palingefektif dengan
cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena salingmelengkapi dan
mendukung antara satru sama lain.Tujuan pendidikan adalah melestarikan dan selalu
meningkatkan kebudayaan itusendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa mentransfer
kebudayaan itu sendiri darigenerasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita sebagai masyarakat
mencita-citakanterwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik kedepannya, maka
sudahdengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi. Kebudayaan sebagai hasil
budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarahsebagai
milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan

11
2.2 Hubungan Globaslisasi dan IKN

Negara-negara dan bangsa- bangsa di dunia kini bukan saja saling terbuka satu sama lain,
tapi juga saling tergantung satu sama lain, kalaupun ketergantungan itu akan senantiasa
bersifat asimetris, artinya satu negara lebih tergantung pada negara lain daripada sebaliknya.
Karena saling ketergantungan dan keterbukaan ini tidak simetris, pengaruh globalisasi atas
berbagai negara juga berbeda kadarnya. Negara-negara berkembang akan cenderung lebih
terbuka pada pengaruh globalisasi dari pada negara-negara industri maju, karena
ketergantungan kelompok negara- negara pertama pada kelompok negara kedua yang
memiliki kemampuan ekonomi, sumber daya manusia, dan teknologi. Demikian juga negara-
negara maju akan bertindak sebagai pelaku atau subjek, sedangkan kelompok negara
berkembang lebih sebagai sasaran atau objek globalisasi.
Dalam konteks pengertian globalisasi di atas, dapat diprediksi dampaknya terhadap
kelompok negara-negara berkembang sebagai berikut: (1) kelompok negara-negara maju
akan lebih dominan pengaruhnya terhadap kelompok negara-negara berkembang terutama
pada bidang politik dan ekonomi; (2) kelompok negara-negara berkembang tetap pada posisi
yang lemah dalam berkompetisi, walaupun secara teori kompetisi itu dilakukan dalam
konteks kerjasama; (3) terjadi perubahan dalam cara kehidupan masyarakat terutama generasi
muda yang tinggal di kota-kota; (4) semakin mudahnya komunikasi internasional,

12
masyarakat dapat mengetahui inovasi global tentang perkembangan ilmu dan teknologi,
sebaliknya dapat membawa pengaruh negatif pada kehidupan generasi muda. Contohnya
adalah masalah Narkoba yang sudah melanda generasi muda Indonesia termasuk siswa
SLTP/SLTA dan mahasiswa perguruan tinggi.
Untuk menjawab tantangan sekaligus peluang kehidupan global di atas, diperlukan
paradigma baru pendidikan. H.A.R. Tilar (2000:19-23) mengemukakan pokok-pokok paradigma
baru pendidikan sebagai berikut: (1) pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat
Indonesia baru yang demokratis; (2) masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat
menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis; (3) pendidikan diarahkan untuk
mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global; (4) pendidikan
harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis; (5) di
dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu
mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam rangka kerjasama; (6) pendidikan harus
mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia
yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan (7) yang paling penting, pendidikan
harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa
bangga menjadi warga negara Indonesia.
Globalisasi yang membawa gaya hidup kebarat baratan cendrung melemahkan nilai- nilai
kearifan lokal. Hal ini tentunya bertentangan dengan kenyataan hidup bahwa manusia itu
pertama dibesarkan di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaannya sendiri. Globalisasi
haruslah bertumpu dari lokalisme yaitu bertumpu kepada nilai-nilai lokal yang relevan dengan
perubahan zaman. Nilai-nilai lokal sebagai modal pertama dari hal baru yang disodorkan oleh
budaya global. Tanpa kuatnya nilai-nilai lokal yang hidup dalam seorang individu, tidak
mungkin ia memasuki dunia global dengan kekuatan-kekuatannya yang sangat hebat, sehingga
dengan demikian pribadi itu akan hanyut dibawa arus globalisasi tanpa tepi. Globalisasi tidak
dengan sendirinya membawa nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu hanya nilai-nilai global
yang ikut memelihara dan mengembangkan nilai-nilai lokal yang perlu disimak untuk diserap
didalam proses pendidikan suatu masyarakat atau bangsa (Tilaar, 2005;28).
Konflik-konflik sosial, tindakan-tindakan diskriminasi, perilaku yang exklusif danprimordial
muncul karena belum semua masyarakat merasa, menghayati dan bangga sebagai insan
Indonesia. Dan di sinilah para pemimpin formal dan informal pada semua aspek kehidupan harus

13
menjadi teladan. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan aktualisasi pendidikan nasional yang baru
dengan prinsip-prinsip : (1) partisipasi masyarakat di dalam mengelola pendidikan (community
based education); (2) demokratisasi proses pendidikan; (3) sumber daya pendidikan yang
profesional; dan (4) sumber daya penunjang yang memadai.
Paradigma baru pendidikan di atas mengisyaratkan bahwa tanggung jawab pendidikan tidak
lagi dipikulkan kepada sekolah, akan tetapi dikembalikan kepada masyarakat dalam arti sekolah
dan masyarakat sama-sama memikul tanggung jawab. Dalam paradigma baru ini, masyarakat
yang selama ini pasif terhadap pendidikan, tiba-tiba ditantang menjadipenanggung jawab
pendidikan. Tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikan sumbangan untuk
pembangunan gedung sekolah dan membayar uang sekolah, akan tetapi yang lebih penting
masyarakat ditantang untuk turut serta menentukan jenis pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan, termasuk meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkan kesejahteraan tenaga
pendidik agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu kepada peserta didik. Hal ini
bukanlah sesuatu yang mudah karena banyak kendala yangmempengaruhi, antara lain: (1) bagi
masyarakat hal ini merupakan masalah baru sehingga perlu proses sosialisasi; (2) bagi
masyarakat yang tinggal di ibukota propinsi, kotamadya dan kabupaten, masalahnya lebih
sederhana karena tingkat pendidikan dan ekonomi relatif baik, sehingga tidak sulit menyeleksi
orang-orang yang akan duduk pada posisi tanggung jawab ini; (3) bagi masyarakat yang tinggal
di ibukota kecamatan dan desa masalahnya menjadi rumit karena tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah dengan kondisi kehidupan miskin.
Pendidikan PKn di sekolah masih diandaikan hanya sebatas doktrin Negara. Padahal
ilmu-ilmu PKn telah berkembang luas melampaui batas-batas doktrin Negara. Kajian sosial
mengenai perilaku warga negara berPKn juga adalah kajian PKn. Dengan demikian, pengajaran
PKn di lembaga-lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar-standar ilmiah. Dengan begitu,
para siswa akan memiliki pengetahuan PKn secara objektif dan tidak berdasar kepada
pengetahuan subjektif belaka. .Dalam hal ini Tilaar (2005;14) berpandangan bahwa semakin
banyak pihak yang peduli dan mengupayakan pembentukan manusia Indonesia menjadi religius,
beriman, bertakwa, dan berbudi pekerti luhur semakin baiklah adanya. Negara, dalam kasus ini
tidaklah masuk ke urusan privat melainkan ke urusan sosial, yakni sebatas menjagai tegaknya
social fairness dalam pelaksanaan pengajaran PKn di sekolah, demi keharmonisan kehidupan
bersama antar warga negara . Kalau siswa diajar PKn sesuai dengan PKn yang dipahaminya dan
diajar oleh guru PKn (inilah yang diatur oleh negara melalui Undang Undang tersebut), kiranya
rasa keadilan masyarakat tidak perlu terusik. Lagi pula, dengan cara demikian sekolah-sekolah

14
swasta bermisi kePKnan akan lebih terdorong untuk melakukan"promosi" PKn tidak secara
vulgar di kelas dengan mengajarkan PKn pada siswa

Mengingat pentingnya pembangunan karakter siswa, meskipun pendidikan PKn sudah


dilakukan oleh keluarga dan masyarakat, akan lebih baik kalau juga dilakukan sekolah. Yang
menjadi masalah adalah paradigma pendidikan PKn seperti apakah yang dikembangkan sekolah-
sekolah selama ini. Masih sangat mengecewakannya perilaku moral siswa, juga masih sering
terjadinya ketegangan dan keretakan sosial bernuansa PKn (seperti yang berlangsung di seputar
masalah UU Sisdiknas) serta maraknya fenomena kemerosotan moral masyarakat, menunjukkan
bahwa ada masalah serius dalam pembelajaran pendidikan PKn di sekolah. Pendidikan PKn di
sekolah masih jauh dari signifikansi peranannya dalam membangun moral bangsa. Salah kaprah
mengenai pendidikan PKn juga menyebabkan menyempitnya ruang lingkup pendidikan PKn di
sekolah-sekolah Berdasarkan dimensi diatas, maka aspek-aspek pendidikan PKn di sekolah
haruslah dengan urutan skala prioritas dan garapan materi pendidikan seperti berikut ini ;
Pertama, pendidikan PKn sebaiknya mengutamakan dimensi konsekuensial keberPKnan. Ajak
dan latih siswa untuk mempraktikkan suruhan-suruhan atau nilai-nilai PKn dalam kehidupan
nyata di masyarakat, seperti menjaga kebersihan, bertindak jujur dalam ujian, tolong- menolong
untuk kebaikan, menghargai orang lain , dan lain-lain sebagai bagian dari ekspresi iman mereka.
Latih siswa menyisihkan uang jajan untuk disumbangkan kepada fakir miskin.
Ajak siswa mengunjungi orang lain dan buatlah kegiatan bersama untuk membangun sikap
Nasionalisme, penghargaan, toleransi, dan kerjasama antar warga negara . Ajarkan bahwa PKn
adalah rahmat bagi kehidupan bersama. PKn harus menjadi faktor perekat, bukan faktor
disintegratif; faktor solusi, bukan faktor masalah. Sebab, semua warga negara mendambakan
kehidupan warga negara manusia yang damai, sejahtera, dan berkualitas. Siswa penting
disadarkan bahwa keberPKnan haruslah membuahkan perilaku hidup baik. Tanpa itu, betapapun
"rimbunnya" tampilan keberPKnan seseorang, itu bagaikan kerimbunan ilalang belaka. dimensi
eksperiensial digarap dengan upaya-upaya menghadirkan Tuhan dalam kesadaran siswa di setiap
saat dalam ketakjuban pada keindahan, kedahsyatan, dan kecanggihan alam semesta ciptaan
Tuhan, serta dalam aktivitas keseharian siswa. Dengan begitu, Tuhan tidak hanya dihadirkan
pada momen-momen eksklusif ritual saja, melainkan terus menerus dalam setiap langkah
kehidupan.Ketiga, pengolahan dimensi ideologis dilakukan dengan tetap mengedepankan

15
perlunya sikap nasionalisme. Keyakinan pada kebenaran yang dipahami siswa tidak boleh
menghasilkan fanatisme sempit, arogansi religius, kelumpuhan akal, dan sikap anti-dialog.
Kebenaran Ilahi tersebar di mana-mana. Tanpa kesadaran ini orang mudah tergoda untuk
melakukan tindakan lain dengan dalih penyelamatan yang berakibat keretakan sosial.
Survei yang dilakukan Pusat Studi Pancasila menyebutkan, matapelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PPKN) di sekolah-sekolahsekarang ini seolah hanya pelengkap kurikulum,
dan tidak dipelajarisecara serius oleh peserta didik. Pelajar dan guru hanya mengejar
matapelajaran-mata pelajaran yang menentukan kelulusan saja. Temuan inimenegaskan, hasil
survei lembaga-lembaga lain yang dilakukan sekitartahun 2012 menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat mengenaiPancasila merosot tajam. Bagi kalangan tertentu, keprihatinan
tersebutmungkin dipandang sebagai sikap konservatif. Namun, dalam konteksberbangsa, ini
adalah sebuah fakta bahwa kredibilitas Pancasila sedangmerosot, dan pendidikan
kewarganegaraan tidak lagi populer.Penyebabnya bisa macam-macam, satu hal yang patut kita
beri perhatian,yakni fenomena ini mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa kitasedang
terancam.
Sebagai dasar negara, Pancasila adalah barometer moral di manakerangka kewarganegaraan
harus didasarkan. Pancasila secarafundamental merupakan kerangka yang kuat untuk
pendefinisian konsepkewarganegaraan yang inklusif, sebab didalamnya memiliki komitmenyang
kuat terhadap pluralisme dan toleransi. Komitmen inilah yangmampu mempersatukan dan
menjaga keutuhan bangsa yang terdiri 400lebih kelompok etnis dan bahasa. Inilah pentingnya
kita kembali pedulikepada Pancasila, melaksanakan komitmen-komitmennya dan menegakkan
prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sebagai warga negara,kita juga memiliki tanggung jawab
mengawasi pelaksanaan komitmen-komitmen tersebut, agar tidak melenceng dari garisnya.
Sebenarnya banyak cara menumbuhkembangkan rasanasionalisme masyarakat Indonesia di
tengah wacana mengenaikekhawatiran akan semakin tajamnya kemerosotan nilai-nilai
Pancasila.Nilai-nilai Pancasila dapat dipupuk kembali dalam momentum-momentumyang tepat
seperti pada saat peringatan hari Sumpah Pemuda, hariKemerdekaan, hari Pahlawan dan hari
besar nasional lainnya. Gurumaupun dosen yang tulus mengajar dengan baik dan dengan
ikhlasmenuntun para siswa hingga mampu mengukir prestasi yang gemilang,pelajar yang belajar
dengan sungguh-sungguh dengan segenapkemampuannya demi nama baik bangsa dan Negara,
cinta serta banggatanpa malu-malu menggunakan produk-produk dalam negeri demikemajuan

16
ekonomi Negara. Bukan itu saja nilai-nilai Pancasila juga dapatdibangun melalui karya seni
seperti menciptakan lagu-lagu yangberslogan cinta tanah air, melukis, seni peran yang bertajuk
semangat juang untuk negara dan karya-karya seni lainnya. Kegiatan lainnya yangdapat
dilakukan misalnya: a. Menumbuhkan semangat Pancasila, dengan mencintai produk
dalamnegeri.b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.c.
Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.d. Mewujudkan supremasi
hukum, menerapkan dan menegakkan hukumdalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.e.
Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,ekonomi, sosial budaya
bangsa.Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasarkehidupan yang dicita-
citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupanyang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkansebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yangdiyakini
kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yangbersangkutan untuk mewujudkannya.
Karena itu, dalam pergaulankehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa
begitusaja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpamenyesuaikan
dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsaIndonesia sendiri. Bangsa dan rakyat Indonesia
sangat patut bersyukurbahwa founding fathers telah merumuskan dengan jelas pandangan
hidupbagi bangsa dan rakyat Indonesia yang dikenal dengan nama Pancasila.
Bahwa Pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyatIndonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsaIndonesia, dan dasar negara Indonesia. Juga sekaligus
menjadi tujuanhidup bangsa Indonesia. Karena itu, Pancasila tak bisa terlepas dari tatakehidupan
rakyat sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandanganhidup, kesadaran, dan cita-cita
moral yang meliputi seluruh jiwa dan watakyang telah berurat-berakar dalam kebudayaan bangsa
Indonesia.Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telahmenegaskan bahwa hidup dan
kehidupan manusia bisa mencapaikebahagiaan jika dikembangkan secara selaras dan seimbang
baik dalampergaulan antar anggota masyarakat selaku pribadi, hubungan manusiadengan
komunitas, hubungan dengan alam, maupun hubungan denganSang Khalik. Maka, guna
meredam pengaruh dari luar perlu dilakukanakulturasi kebudayaan akibat globalisasi. Artinya,
budaya dari luar disaringoleh budaya nasional sehingga output yang dikeluarkan seusai
dengannilai dan norma bangsa dan rakyat Indonesia.Memang masuknya pengaruh negatif
budaya asing tidak dapat lagidihindari, karena dalam era globalisasi tidak ada negara yang

17
bisamenutup diri dari dunia luar. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia harusmempunyai akar-budaya
dan mengikat diri dengan nilai-nilai agama, adatistiadat, serta tradisi yang tumbuh dalam
masyarakat. Pancasila dapatditetapkan sebagai dasar negara karena sistem nilainya
mengakomodasisemua pandangan hidup dunia internasional tanpa mengorbankankepribadian
Indonesia. Hal ini akan menjaga nilai-nilai luhur bangsa dansemangat untuk ber-
nasionalisme.Nasionalisme bangsa Indonesia dapat terus dipertahankan dandilestarikan dengan
mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Pancasiladalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Yang sesuaidengan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada sila ke-3 yakni persatuan
dan kesatuan negara

2.3 Peran IKN di Era Globalisasi

PKn bagaikan rel yang menuntun warga negara dalam menuju warga negara yang baik, yang
tentu saja tidak dapat dilepaskan dari dimensi manusia sebagai mahluk sosial. Dalam berbagai
realitas sosial nasionalisme kerap menjadi kambing hitam dari sebuah konflik yang umumnya
bukan semata-mata berasal dari perbedaan SARA tersebut. Sebut saja konflik yang terjadi
dinegeri sendiri seperti Ambon dan Poso atau bahkan yang terjadi di Somalia ataupun Isarel-
Palestina. Dan, maraknya kembali aksi-aksi terorisme yang berjubahkan nasionalisme membuat
kita semakin bertanya tentang peran pendidikan PKn di dunia sekolah khususnya sekolah umum.
Seakan pendidikan PKn tidak mampu menjawab perkembangan dan perubahan-perubahan sosial
yang terjadi secara cepat. Pendidikan PKn disekolah-sekolah umum selama ini hanya dilihat
dalam tataran tekstual dan kalau pun secara praktis tidak lebih dari pesraman kilat yang
sebenarnya hanya mengisi waktu kosong sekolah dibulan libur dan sebagai ajang bisnis para
guru-guru PKn. Maka, tidaklah mengherankan PKn justru sering kali dijadikan landasan untuk
menciptakan konflik
Pada konteks saat ini, dimana kesetaraan, penghargaan terhadap HAM, dan kesadaran
terhadap pluralitas masyarakat menjadi tuntutan, maka pertanyaan yang timbul adalah masih
relevankah pengajaran PKn pada lembaga pendidikan? Padahal kita tidak bisa menutup mata dari
kenyataan bahwa pembelajaran PKn di sekolah belum mampu melahirkan individu- individu
yang berkualitas, yang hanya mau menerima kebenaran moralnya, yang menjadikan individu

18
sebagai patokan tertinggi kebenaran dan pada gilirannya tidak mau menerima dimensi-dimensi
kebenaran dari individu lain. Kita juga sulit mengelak ketika PKn dinyatakan belum mampu
dijadikan kosensus pemecah-belah masyarakat menjadi kelompok- kelompok yang saling
bermusuhan. Kita melihat bahwa pendidikan PKn hanyalah sebuah indoktrinasi yang belum
mampu mengajarkan peserta didik untuk berpikir kritis sebagaimana yang diharapkan.
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi secara cepat dan meluas menghadapkan
manusia kembali dengan dirinya sebagai mahluk susila dan mempertanyakan kembali makna
dan arti hidupnya. Penghadapan ini berkisar disekitar nilai-nilai konfigurasi nilai-nilai yang
dipegangnya, haikatnya bersumber pada PKn. Maka, mau tak mau seseorang yang berPKn
terpaksa merenungkan arti pembangunan dan perubahan-perubahan sosial yang dialaminya
serta kelakukan sendiri dalam keadaan baru dari perspektif masyarakat. Karena keberadaan,
manusia mampu untuk membangun dan menjaga hukum keseimbangan antara kehidupan
duniawi dan akhirat, sehingga tidak terhanyut dalam pengejaran dunia materialisme yang
berlebihan. Moral yang baik membuahkan karakter yang baik menurut kaidah-kaidah nilai
karakter dan usaha pembangunan sosial pada hakikatnya merupakan perluasan amal untuk
menghadapai kemiskinan dan keterbelakangan, bukan hanya pada tingkat individual, melainkan
sebagai masalah struktural masyarakat.Pemahaman PKn secara tekstual dan kontekstual
merupakan dua cara memahami konsep yang mempunyai efek yang luar biasa berbeda.
Mengajarkan warga negara untuk bisa memahami sebuah sloka secara kontekstual dengan
tanpa keluar dari koridor-koridor nilai yang terkandung didalamnya memang tidak mudah dan
memakan waktu yang lama. Memang sangat lebih mudah untuk mengajarkan warga negara
supaya hafal teksnya saja. Pemahaman hakiki dari sebuah sloka adalah hasil dari perenungan
pribadi dengan bantuan penerangan batin dari sumberNya. Peran pengajar PKn hanya sebatas
mengarahkan dan memberikan panduan supaya pemahaman tersebut tidak lepas dari
hakikatnya. Tetapi banyak dari pengajar PKn yang mengambil peran sebaliknya. Mereka
mendominasi dan memaksakan arti dari sebuah sloka kepada warga negaranya. Warga negara
hanya boleh patuh secara total, tanpa boleh berpikir secara kritis sedikitpun.
Pembanguan suatu bangsa membutuh pengetahuan tentang kenyataan – kenyataan
sosial yang ada dan kemampuan untuk menilai kenyatan-kenyataan sosial berdasarkan

19
kriteria yang ditarik dari suatu sistem nilai. Pendidikan PKn dalam membentuk manusia susila
tidak dapat dan tidak boleh berjalan sendiri, kalau pendidikan PKn ingin mempunyai relevansi
terhadap perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, ia harus berjalan dan
bekerja sama dengan berbagai program mata pelajaran pendidikan non PKn. Karena apabila
tidak ada sinkronisasi antara mata pelajaran pendidikan PKn dan pendidikan non PKn, maka
pendidikan PKn hanya akan menjadi “hiasan kurikulum” belaka, yang berarti pendidikan PKn
yang hadir di dalam dunia sekolah selama ini tidak untuk membantu terciptanya suatu generasi
baru yang lebih mampu dalam mengelola perubahan-perubahan sosial di masyarakat dan
pembanguan bangsa pun tidak akan pernah berubah, bangsa ini hanya tinggal menunggu detik-
detik kehancurannya.Kelompok fundamentalis PKn menyatakan bahwa kegagalan pengajaran
PKN membentuk moral di Indonesia adalah karena PKn yang disampaikan dalam pendidikan
saat ini telah jauh melenceng dari jalan yang benar, karena itu meskipun Indonesia mengklaim
diri sebagai bangsa beragama tetapi memiliki moral terburuk. Anggapan ini sebenarnya tak
lebih dari ungkapan frustasi melihat gagalnya pengajaran PKn di lembaga pendidikan. Betapa
tidak, berkaca pada negara lain yang lebih sekular, ternyata tata kehidupan mereka lebih tidak
korup, lebih
bersih dan ber-etika.
Pendidikan mempunyai peran besar sekali untuk menimbulkan perubahan pada diri warga
negara. Melalui pendidikan dapat dibentuk kondisi mental yang lebih kondusif untuk
mengembangkan kebangkitan moral-spiritual yang dikehendaki. Demikian pula penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diusahakan melalui pelaksanaan pendidikan yang tepat.
Namun harus pula disadari bahwa hasil dari proses pendidikan baru terasa secara sungguh-
sungguh setelah berlalunya satu generasi. Pendidikan harus dibarengi dengan terbentuknya
Kepemimpinan yang dapat menjalankan proses perubahan tersebut sejak sekarang. Bahkan
Kepemimpinan itu sangat penting untuk menimbulkan proses pendidikan yang diperlukan.

20
2.4 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF GLOBALISASI

Globalisasi sering dikaitkan dengan kemajuan teknologi dan informasi yang tiada batas,
namun sebenarnya globalisasi berhubungan dengan berbagai bidang kehidupan. Akibat dari arus
globalisasi inisekat-sekat sebuah negara dengan negara lain menjadi memudar karena
kemudahan yang diperoleh dalam berinteraksi di berbagai bidang. Negara-negara di seluruh
dunia tidak luput dari arus globalisasi ini, tidak terkecuali bagi negara Indonesia yang termasuk
dalam negara berkembang di Asia Tenggara.
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis
teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang
kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana
sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada
computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu
proses komunikasi. Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat
mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana
daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin
tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh,
tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang
membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan
verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan
fakta dengan konsep.
Globalisasi ibarat memiliki dua mata pisau karena memiliki dampak positif sekaligus
dampak negatif. Kita sebagai manusia yang hidup di era globalisasi harus bijak dalam
menyikapinya, karena kita akan terkena dampak negatif jika terlena dalam arus globalisasi
ini.Globalisasi memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi berbagai bidang kehidupan,
termasuk dalam bidang pendidikan. Globalisasi memberi dampak positif bagi bidang pendidikan
sekaligus memberidampak negatif yang perlu diwaspadai. Lalu apa saja dampak pada bidang
pendidikan yang ditimbulkan oleh globalisasi? Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan
merupakan wadah bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi diri, baik mengembangkan

21
kecerdasan emosional maupun keahlian teknis.Pendidikan merupakan kunci bagi perkembangan
suatu bangsa, karena dengan pendidikan generasi disuatu negara bisa terdidik dan terlatih dengan
baik. Berikut ini akan dibahas secara detail mengenai dampak positif dan dampak negatif
globalisasi bagi bidang pendidikan. enurut Anthony Giddens, dampak globalisasi se3ara akti7
dan bebasmembentuk diri mereka sendiri. 'radisi dan nilai-nilai masyarakat perlahanditinggalkan.
ola kerja pun berubah dalam era globalisasi ini. Sistem kerja,tujuan kerja dan proses kerja
berubah pada era global. 8ebudayaan popGlobalisasi melahirkan homogenitas atau kesamaan
budaya yang lebih besar.Globalisasi sepertinya membuat hilangnya batas-batas antar daerah
karenakemudahan dalam berkomunikasi. Arus in7ormasi yang demikian deras telahmengikis
nilai tradisi, moral bangsa dan agama yang selama ini kita junjungtinggi, yang pada akhirnya kita
akan kehilangan jati diri. Apa yang di lihatmelalui berbagai media, langsung di tiru sehingga
merusak mental dankepribadian para anak bangsa. *al ini sesuai dengan pendapat Selo
soemardjan,bah!a perubahan budaya yang 3epat dan saling menyusul mengakibatkansuasana
anomie yang berkepanjangan. Suasana anomie adalah suasana ketikamasyarakat yang sedang
mengalami perubahan budaya tidak mengetahuidengan jelas, nilai-nilai budaya mana yang perlu
diambil .Dampak Positif Globalisasi bagi Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa poin positif yang ditimbulkan dari adanya globalisasi di dunia
pendidikan:
1. Sistem Belajar Mengajar yang Tidak Selalu Tatap Muka
Dampak positif pertama di bidang pendidikan yang disebabkan oleh arus globalisasi adalah
sistem pembelajaran secara online atau biasa disebut e-learning. Sistem pembelajaran ini tidak
mengharuskan pendidik dan peserta didik untuk saling bertatap muka secara langsung. Tentu hal
ini bisa menjadi opsibagi peserta didik yang mempunyai kesibukan yang tinggi, karena sistem e-
learning biasanya dapat diakses kapan saja dan bersifat fleksibel.Selain itu, sistem pembelajaran
ini bisa menghemat biaya transportasi baik bagi pendidik dan pesertadidik, berbeda dengan
sistem pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya transportasi sebagai penunjang
pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan internet merupakan elemen penting yang
dibutuhkan untuk mengakses sistem pembelajaran online ini, oleh karena itu sistem
pembelajaran inimasih terbatas penggunaannya.
2. Kemudahan dalam Mengakses Informasi Pendidikan

22
Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan adalah mudahnya mengakses
informasi pendidikan. Internet memberi kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk
mengakses materi belajar, katakanlah hadirnya situs-situs yang menyediakan buku dalam bentuk
digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses belajar mengajar. Buku-buku
elektronik atau e-book ini bisa diunduh dan langsung dibaca tanpa harus mencetaknya terlebih
dahulu, sehingga bisa menghemat pemakaian kertas.
3. Meningkatnya Kualitas Pendidik
Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara langsung bisa meningkatkan kualitas
daritenaga pendidik. Kemudahan di era globalisasi ini seyogyanya harus dimanfaatkan secara
maksimal olehguru, karena saat ini guru bisa leluasa melihat trend pembelajaran di dunia, serta
mencari referensi-referensi dari negara termaju di dunia yang berguna dalam proses belajar
mengajar. Dengan memaksimalkan teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas pengajar
akan terus meningkat.
4. Meningkatnya Kualitas Pendidikan
Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang awalnya bersifat sederhana
kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin
canggih ternyata memberi dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai
contoh, pada zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis dengan menggunakan
kapur. Kini dengan adanya teknologi, guru bisa memanfaatkan komputer dan internet untuk
menggabungkan tulisan, gambar, suara,video bahkan film untuk mempermudah dalam
penyampaian ilmu, termasuk dalam pengajaran ilmu klimatologi.
5. Pertukaran Pelajar
Pertukaran pelajar di dunia pendidikan sering terjadi di era globalisasi. Pelajar dalam sebuah
negara bisamemiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri atau sebaliknya.
Siswa yang berkesempatan belajar ke negara dengan pendidikan terbaik dituntut untuk bisa
beradaptasi dengan lingkungan baru dan bisa mengetahui serta mengerti budaya di luar negeri,
sehingga siswa diharapkan bisa memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
6. Mendorong Siswa untuk Menciptakan Karya Inovatif
Perkembangan IPTEK pada era globalisasi bagi sebuah instansi pendidikan seyogyanya bisa
dimanfaatkan untuk mendorong siswa-siswanya agar bisa menciptakan suatu karya yang

23
inovatif. Sistem pembelajaran tradisional yang hanya bersifat satu arah agaknya dapat
menghambat perkembangan siswa, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran baru
seperti metode student oriented yang nantinya bisa merangsang daya pikir siswa dan juga
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis
teknologi baru seperti internet dan computer. Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya
kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi
global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat
kebijakan

Dampak Negatif Globalisasi bagi Pendidikan


Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi bagi dunia
pendidikan:
1. Menurunnya Kualitas Moral Siswa
Dampak buruk dari adanya globalisasi bagi dunia pendidikan adalah menurunnya kualitas
moral parasiswa. Informasi di internet yang dapat diakses secara leluasa sangat rawan dalam
mempengaruhi moralsiswa, sebagai contoh situs-situs yang berbau pornografi, serta adanya
foto dan video yang tidak pantas sangat mudah diakses dan merajalela di media sosial tanpa
adanya filterisasi. Adanya konten-kontenyang tidak baik tersebut bisa mempengaruhi perilaku
siswa baik secara langsung maupun tidaklangsung. Maka dari itu, agar moral siswa tidak
semakin rusak diperlukan kontrol dan perhatian dariorang tua siswa, guru dan negara.Dunia
maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,
kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan
pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang
seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober
2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah

24
demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan "facebook". Hal ini juga
berbahaya pada proses belajar mengajar.
2. Meningkatnya Kesenjangan Sosial
Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan sosial di masyarakat. Metode
pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi kesempatan bagi sebuah negara untuk
meningkatkan pendidikannya,namun nyatanya kemajuan teknologi dan informasi di dunia
pendidikan perlu dibarengi dengan kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak sedikit. Di
beberapa negara di dunia khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa
dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah yang berada di wilayah
pedalaman terus tertinggal karena sulitnya akses dan kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan
sosial di bidang pendidikan tidak dapat dibendung lagi.
3. Tergerusnya Kebudayaan Lokal
Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan lokal di sebuah
negara.Perkembangan teknologi memungkinkan kontak budaya terjadi melalui media massa,
akibatnya pengaruh luar negeri dapat masuk dengan leluasa ke sebuah negara. Pengaruh
globalisasi dalam bidang pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju
bisa menjadi masalah bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi Indonesia yang
memiliki beberapa pulau yang masuk dalamkategori pulau terbesar di dunia. Akibat dari arus
globalisasi ini, budaya di Indonesia dikhawatirkan akan hilang karena pudarnya
rasanasionalisme, berkurangnya sifat kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang kebarat-
baratan.Sebagai contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru selebritis Korea maupun
Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia.
4. Munculnya Tradisi Serba Cepat dan Instan
Dampak buruk globalisasi selanjutnya dalam dunia pendidikan adalah munculnya tradisi serba
cepat dan instan. Penyikapan arus globalisasi yang tidak tepat bisa menjadikan pendidikan
kehilangan orientasiidealnya yaitu proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya
menekankan pada proses telahberubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang

25
hanya menekankan pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan, bahkan kini makin
marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang yang ingin cepat mendapatkan
keuntungan secara cepat dan instan. Tentu hal ini bisa menjadi masalah yang besar dan
merugikan negara jika tidak segera ditangani dengan cepat. Mesin-mesin penggerak globalisasi
seperti computerdan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru.
Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa
bantuan alat.Globalisasi di dunia pendidikan perlu disikapi dengan bijak agar nantinya tidak
salah arah.
5. Komersialisasi Pendidikan
Dampak buruk dari globalisasi selanjutnya adalah terancamnya kemurnian tujuan dalam
pendidik ana akibat dari komersialisasi pendidikan. Saat ini banyak instansi pendidikan yang
didirikan dengan tujuanutama sebagai tempat bisnis. Sebuah lembaga pendidikan bisa disebut
sebagai komersialisasi pendidikan jika mementingkan biaya pendaftaran dan uang gedung,
tetapi kewajiban-kewajiban pendidikannya sering diabaikan.Komersialisasi pada dunia
pendidikan terjadi ketika sebuah instansi pendidikan menetapkan biayapendidikan yang tidak
sebanding dengan pelayanan pendidikannya, sehingga instansi tersebut hanya mengedepankan
laba yang diperoleh. Bahkan ada pula sebuah lembaga pendidikan yang melaksanakan praktik
pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar akademik tanpa melalui proses pendidikan
yangideal, akibatnya biaya pendidikan di lembaga semacam ini sangatlah tinggi.Oleh karena itu,
komersialisasi di bidang pendidikan merupakan hal yang sangat berbahaya dan perludi tindak
lanjuti. Seharusnya sebuah lembaga pendidikan harus memperhatikan mutu
pelayananpendidikan agar dapat menciptakan peserta didik yang bermutu tinggi, sehingga
siswa dan pemegang modal bisa mendapatkan keuntungan yang sama.Nah,
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah
dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah
tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “MasaDepan
Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa
depan. Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,

26
kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan
pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti
viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Penyebab buruknya pendidikan
di era globalisasi di indonesia adalah Mahalnya Biaya Pendidikan, Kualitas SDM yang
Rendah dan fasilitas pendidikan ang kurang, itu yang mengakibatkan pendidikan tidak berjalan
dengan lancer Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan),
repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak
akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-
tahapan yang juga jelas, dan komitmen

27
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Globalisasi pada hakikatnya merupakan sebuah proses yang ditimbulkan oleh dari kegiatan
atau prakarsa yang dampaknya bekelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan (nation-hood)
dan kenegaraan (state-hood). Globalisasi sebagai sebuah proses yang menggejala sebagai
peristiwa yang melanda dunia secara lintas-budaya (trans-cultural). Dalam gerak lintas-budaya
ini terjadi berbagai pertemuan antar-budaya (cultural encounters) yang sekaligus mewujudkan
proses saling-pengaruh antar-budaya, yang kemungkinan besar satu fihak lebih besar
pengaruhnya dibandingkan fihak lainnya.Kondisi tersebut tentu saja perlu diwaspadai oleh
seluruh warga bangsa jika masih menginginkan ciri khas bangsanya tetap ada. Bangsa Indonesia
misalnya, sebagai bangsa yang sejak awal dikenal sebagai bangsa yang memiliki tingkat
kepekaan tinggi dan dikenal luas sebagai bangsa yang menjunjung tinggi adat istiadat,
mendasarkan kehidupan pada budaya dan agama dalam hidup bermasyarakat, jika tidak memiliki
kewaspadaan tinggi dalam menghadapi derasnya budaya global pelan tapi pasti akan mengalami
krisis identitas diri. Perspektif Global dengan standar kompetensi mahasiswa mampu
memandang dan berfikir dari sudut kepentingan dan perspektif global terhadap suatu masalah,
kejadian, atau kegiatan di sekitarnya, banyak menyajikan masalah-masalah yang terkait dengan
isu-isu global. Masalah-masalah seperti kontroversi seputar fenomena globalisasi, paradigma-
paradigma globalisasi, globalisasi ekonomi, perubahan gaya hidup masyarakat era global, dan
lain sebagainya. Selain itu standar kompetensi lainnya pada mata kuliah ini adalah mahasiswa
dapat berpikir global dan bertindak secara lokal (think globally, act locally) ketika menghadapi
suatu permasalahan, ini penting artinya guna membekali mahasiswa dengan kemampuan
mengendalikan diri serta menahan diri di tengah derasnya arus globalisasi.Aktualisasi nilai
pendidikan karakter yang dilakukan dalam mata kuliah perspektif global dalam penelitian ini
khususnya adalah melalui kajian nilai berdasar etika Jawa yang biasa berlaku dalam masyarakat
Yogyakarta. Sebelum lebih jauh melakukan kajian tentang.

28
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat
dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa
kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Menurut kamus Besar
Bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan
sosial adalah hal yang berkenaan dengna masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya
struktur atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat,
perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Pudjiwati Sajagyo mengutip
pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab suatu
perubahan. Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi
pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut
bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya
pola pikir masyarakat. orientasi agama kepada orientasi dunia kerja sehingga Pendidikan
dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek
budaya dalam pendidikan. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan
bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang
bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup
yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. B. Saran Kepada semua stake holder
disekolah agar senantiasa melakukan inovasi dalam pendidikan guna mengantisipasi tuntutan
masyarakat akan sekolah yang baik dengan indikasi bahwa sekolah tersebut tanggap terhadap
perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang pesat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin, 2010, Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djiwandono, J. Soedjati. 2000. “Globalisasi dan Pendidikan Nilai” dalam Sindhunata (Ed),

Djiwandono, J. Soedjati. 2000. “Globalisasi dan Pendidikan Nilai” dalam Sindhunata (Ed),

Globalisasi.Yogyakarta: Kanisius.

Fuad Amsari. 1995. “Pengajaran PKn di Indonesia: Perspektif Sosio Historis”. Makalah.

Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan PKn di Perguruan Tinggi Umum

di Yogyakarta tanggal 14-15 Oktober 1995.

Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.

Tilaar, H.A.R. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta :

30
Rineka Cipta

Zakiya Daradjat, Al-Abrasyi, M. Athiyah. 1987. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj.

oleh Bustami A.Ghani. dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang.

31

Anda mungkin juga menyukai