Anda di halaman 1dari 24

TUGAS TUTORIAL 1

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (IDIK4013)


TUTOR : D. SYAHRUDDIN, DRS., S.Pd., M.Pd.

NAMA : NOVITANIA
NIM : 857445543
SEMESTER / KELAS : 6B
NO. ABSEN : 21

1. Mengapa seorang yang berpendidikan tinggi diharapkan mampu


mengungkapkan ide/gagasannya dalam bentuk karya tulis ilmiah? Bagaimana
pula dengan karya tulis non ilmiah? Jelaskan!
Jawab :
Mengingat sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan studinya, diharuskan
dalam menyusun sebuah laporan ilmiah yang juga harus
dipertanggungjawabkan pada Ujian Akhir Program. Dengan menulis dalam
bentuk karya ilmiah, diharapkan mahasiswa memahami bahwasanya dunia
tulis menulis itu sangat penting. Kemampuan menulis terutama bagi
mahasiswa menjadi salah satu bentuk indikator pencapaian mutu, atau menjadi
ukuran kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, menulis karya ilmiah akan
sedikit demi sedikit mengubah mindset/pola pikir kita menjadi lebih
sistematis. Menilai sesuatu tidak hanya dari apa yang tampak di depan mata,
namun juga melihat sebab dan faktor yang melatarbelakanginya. Dalam
kehidupan sehari-hari, menulis karya ilmiah ikut berdampak pada bagaimana
cara menyampaikan suatu pendapat kepada orang lain dengan baik. Pola pikir
yang bagus dapat dipertanggungjawabkan secara sistematis dan mampu
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Diperlukan kerangka berpikir yang
sistematis, dan melalui tahapan secara ilmiah. Dengan pola pikir sistematis,
persoalan dan tantangan dalam bidang ilmu pengetahuan yang bertambah
seiring berkembangnya zaman akan lebih mudah dijawab.

Setelah menguasai teknik dalam penulisan karya ilmiah, mahasiswa dipastikan


juga mengerti dengan karya non ilmiah yang dalam gaya penulisannya tidak
mengandung unsur ilmiah, lebih kepada penulisan subjektik tentang fakta dan
tidak mengandalkan hipotesis.

2. Sajikanlah sebuah karya tulis ilmiah, selanjutnya analisislah dan jelaskanlah


bentuk karya tulis ilmiah tersebut berdasarkan segi ciri-ciri karya tulis ilmiah!
Jawab :
Karya Tulis Ilmiah :
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia
dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk
diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh
dunia (Edison A. Jamli, 2005).
Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi
ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan
seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang
pendidikan.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung
utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi
berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar
luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari
kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri
bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun
belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan
internal sekolah.
Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan
billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa
Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu
berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas
internasional.
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar
akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi
pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar
dunia.
Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas
yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja
hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum.
Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah –
sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus
bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di
sekolah biasa.
Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi
menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah
tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat
ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari
sekarang.

2. Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak Globalisasi
Terhadap Pendidikan” ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan
berikut. :
1) Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?
2) Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?
3) Cara penyesuaian pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?
3. Tujuan Penelitian
1) Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen
dalam mata kuliah pengantar pendidikan. Selain itu, bagi diri kami
pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah
pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup
universitas negeri malang maupun di civitas akademika yang lain.
2) Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi
terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai
globalisasi. Para pembaca yang dominan dari kaula mahasiswa bisa
digunakan untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas,
sehingga kedepannya tercipta sdm-sdm yang unggul.
3) Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting
globalisasi sehingga dampak negatif yang berimbas bisa leih
diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap
adanya pendidikan semakin lebih baik.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidika


Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga
merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka
peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara
masuk ke Indonesia.
Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan
nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik
maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar
lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas
dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam
kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari
pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin
berikut:
 Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola
pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal
berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti
internet dan computer.
Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat
gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana
sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan
informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film,
suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses
komunikasi.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum
terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi
sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK
yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal
pemerintah dalam mengikut sertakan secara aktif siswa terhadap
pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang
didasarkan pada tingkat satuan pendidikan.
Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-
mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato
di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat.
Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui
presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi
juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
 Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak
didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis.
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan
mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat
pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di
internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan,
kekerasan, dan sejenisnya.
Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual
pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang
seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet.
Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA
di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang
lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini
sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat
menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru
ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar
tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia
 Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di
kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya
untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi
membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak
bersekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari
kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana.
Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS selalu
disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha
memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite
sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid
sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana,
tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat
kepada sekolah.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan
Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari
milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi
ekonomis dan politis amat besar.
Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat
melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada
pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor
pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk
memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar
35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor
pendorong privatisasi pendidikan.
Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan
menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen
(Kompas, 10/5/2005).
Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk
menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu
saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu.
Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati
pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin
terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi
persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?. Kewajiban
Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh
pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk
mendapatkan pendidikan bermutu.
Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung
jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi
Pemerintah untuk „cuci tangan‟.
Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut.
Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan
pendidikan menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas
sosial.
Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian
menjadi perdagangan bebas (free trade).
Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran
masuk sekolah dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian
itu, pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat
untuk mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun
golongan.
 Kualitas SDM yang Rendah
Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik,
kualitas kepribadian anak didik di Indonesia semakin
memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan
dengan Negara lain.
Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang
masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata
kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat
menghasilkan kualitas SDM yang mencengangkan.
Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan
tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang
India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.
Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa
daerah di Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera
diantisipasi. Tabel 1.
Berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD,
SMP dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita
masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan, dan ini menjadi
tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan
sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang
baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai
latar belakang pendidikan non formal.

2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi


Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut
begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa
Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat
besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks
regional.
Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan
SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita
menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas,
kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi
keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan
informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah.
Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat
penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk
tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada
otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu
ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral.
Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi
peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih
luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya
kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu
bersaing di atas gelombang globalisasi ini. Yang dibutuhkan Indonesia
sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy
(strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak
akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan
visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak
serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia
dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk
diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia.
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola
pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal
berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet
dan computer.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak
didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis.
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan
mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa.
Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan
seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-
barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui
internet.
Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi di indonesia
adalah Mahalnya Biaya Pendidikan, Kualitas SDM yang Rendah dan
fasilitas pendidikan ang kurang, itu yang mengakibatkan pendidikan tidak
berjalan dengan lancer.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning
(pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership
(kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari
transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-
tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan
yang kuat untuk mencapai itu
3.2 Saran
Di era globalisasi ini, perkembangan sosial semakin tidak
terkendali, baik sisi positif atau negatifnya. Disarankan agar para orang
tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga
pendidikan berjalan dengan lancar. Penulis juga menyarakan kepada
Pemerintah untuk harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan
pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training.

Analisis Karya Tulis Ilmiah menurut Ciri-cirinya :


1) Reproduktif
Reproduktif adalah maksud atau tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
dalam membuat sebuah karya tulis. Penulisan karya ilmiah yang
memaparkan tentang fakta dan data untuk kepentingan orang banyak
pastinya memiliki ciri reproduktif.
Dalam bagian isi karya tulis ilmiah tersebut terdapapat makna tentang
fakta yang sesungguhnya dalam dunia pendidikan.
“Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan
mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat
pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di
internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan,
kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti
pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun,
termasuk siswa.”

2) Tidak Ambigu
Isi materi karya tulis ilmiah tersebut tidak terdapat kata ambigu, karena
memberikan pengetahuan yang jelas dan bersumber.

3) Bahasa Baku
Didalam penulisan karya ilmiah tersebut, penulis menggunakan bahasa
yang baku dan tidak membingungkan dan dapat diterima pembaca maupun
masyarakat sebagai peranti komunikasi publik dan formal, seperti
perundang-undangan, surat-menyurat, dan surat kabar.

4) Tidak emotif
Isi dari karya ilmiah tersebut tidak bersifat emotif, yang artinya tidak
melibatkan perasaan subjektif dari penulisnya. Karena, penulisan karya
ilmiah harus menjelaskan suatu persoalan berdasarkan fakta dan data.

5) Objektif
Karya ilmiah tersebut bersifat objektif, karena ditujukan untuk umum atau
orang banyak. Yang berisi tentang fakta-fakta, data dan berita dalam
tulisan karya ilmiah tersebut.

6) Kohesi
Setiap bagian paragraph dalam karya ilmiah tersebut memiliki alur yang
berkesinambungan antar paragraph nya dan bahasa tidak membingungkan
si pembaca.
3. Carilah karya tulis non ilmiah, selanjutnya bandingkan dengan karya tulis
ilmiah, kemudian analisis dan jelaskan perbedaan keduanya berdasar karya
tulis yang telah Anda sajikan tersebut!
Jawab :
Contoh Karya tulis non ilmiah :
Serigala dan Anak Kambing yang Cerdik
Di dalam sebuah hutan, tinggallah seekor ibu kambing bersama
anaknya. Pada suatu ketika, ibu kambing meninggalkan anak kambing di
rumah. Ibu kambing hendak pergi mencari makan.
Ibu kambing ingin sang anak tinggal di rumah yang aman, selama ia
pergi mencari makan. Anak kambing itu pun diberi pesan oleh ibunya agar
tidak membukakan pintu kepada siapapun selama ibunya pergi mencari
makan.
Sebelum pergi, ibu kambing juga memberikan sebuah lagu yang jadi
penanda jika sang ibu telah sampai di depan rumah setelah mencari makanan.
Tanpa mereka sadari, tak jauh dari rumah ada seekor serigala yang
menguping pembicaraan ibu dan anak kambing. Serigala itu pun, jadi
memiliki niat jahat untuk memangsa si anak kambing saat ibunya telah pergi
dari rumah. Beberapa saat setelah ibu kambing pergi ke luar rumah untuk
mencari makanan. Serigala pun mengendap-endap ke depan rumah, dan
menyanyikan lagu yang telah diajarkan ibu kambing kepada anaknya.
Si anak kambing pun heran, ia merasa bahwa ibunya belum lama
meninggalkan rumah tapi kenapa ia mendengar lagu tersebut. Anak kambing
tersebut, kemudian mengintip dari balik jendela dan terkejut karena yang
dilihatnya bukan si ibu kambing melainkan seekor serigala.
Meski takut dan merasa terancam, anak kambing itu pun dengan cerdik
berteriak dan membuat suara gaduh dari dalam rumah.
Teriakan anak kambing dan suara gaduh yang ia buat membuat
binatang lain datang ke rumahnya dan membuat serigala pergi, berlari dari
rumah tersebut.
Perbedaan karangan ilmiah dan non ilmiah, di mana letak perbedaan
tersebut adalah:
- Karangan non ilmiah bersifat subjekti dan fiktif atau berdasarkan imajinasi
sang penulis. Sementara itu, karangan ilmiah bersifat objektif dan faktual
atau berdasarkan fakta yang ada.
- Karangan non ilmiah bersifat persuasif dan juga bersifat dapat merangsang
imajinasi pembaca. Sementara, karangan tidak bersifat persuasif atau
mempengaruhi pembaca.
- Karangan non ilmiah disusun demi kepentingan seni dan kepuasan batin
penulisnya. Sedangkan karangan ilmiah disusun demi kepentingan pribadi.
- Karangan ilmiah sangat mengandalkan analisis dan hipotesis, sedangkan
karangan non ilmiah tidak terlalu mengandalkan kedua unsur tersebut.
- Gaya bahasa karangan non ilmiah gaya bahasanya cenderung sastrawi dan
berkias. Sedangkan karangan ilmiah cenderung formal/baku dan lugas,
- Dari segi penulisannya, karangan non ilmiah ditulis berdasarkan gaya
penulisan jenis karangan non ilmiahnya. Sementara karangan ilmiah ditulis
dengan meode penulisan ilmiah.

4. Anda akan menulis karya tulis ilmiah dengan judul: Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Pelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 8 Cicalengka. Jelaskanlah rumusan
tujuan, identifikasi pembaca, dan cakupan isi materi dari judul karya tulis
tersebut!
Jawab :
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Metode Role Playing pada Pelajaran Bahasa Indonesia
di Kelas V SD Negeri 8 Cicalengka

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu
manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan, manusia
dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain dari
pendidikan adalah mengurangi kebodohan, keterbelakangan dan
kemiskinan karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi
problematika.
Pendidikan mempunyai peranan penting mempersiapkan
peserta didik agar dapat memperoleh kesuksesan dalam karier,
kehidupan karier dan kehidupan pribadi, serta mampu berpartisipasi
dalam pembangunan masyarakat, dalam hal ini guru memegang
peranan penting. Guru seharusnya dapat menggunakan metode
pembelajaran yang variatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya guru dapat
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang variatif sehingga
siswa dapat aktif dalam pembelajaran.
Dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal terjadi suatu
proses kegiatan. Pada kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan
formal yang 2 khususnya berlangsung disekolah adanya interaksi aktif
antara siswa dan guru. Guru bukan hanya menjadi pusat dari kegiatan
pembelajaran, namun keterlibatan aktif menjadi hal yang tidak kalah
pentingnya agar dapat memancing siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, diantaranya adalah dengan
menguasai materi dan menggunakan berbagai metode pembelajaran
sehingga kegiatan belajar mengajar lebih variatif.
Dalam pembelajaran di kelas, terjadi proses interaksi dan
komunikasi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Guru
sebagai subyek (fasilitator) dan peserta didik (siswa) sebagai obyek
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam bukunya Hamalik
(1995) menyebutkan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Metoda pembelajaran adalah salah satu faktor penentu
keberhasilan di samping media pembelajaran. Karena metoda adalah
bagian yang internal dari proses pembelajaran di sekolah. Metoda
adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Artinya guru tidak hanya harus menguasai metodologi tetapi juga
harus mampu memilih dengan tepat metoda yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran di kelas. Efektif tidaknya penggunaan
metoda tergantung dari kemampuan guru itu sendiri dalam mengelola
pembelajaran.
Hasil observasi awal dengan guru kelas V SD Negeri 8
Cicalengka diperoleh bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
cenderung monoton yang berpusat pada guru. Siswa cenderung hanya
menulis penjelasan dari guru dan mendengarkan saja. Sehingga siswa
membuat siswa merasa bosan dan tidak adanya motivasi dalam
belajar serta kurang berperan aktif sehingga menyebabkan hasil
belajar menjadi kurang optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan data
yang diperoleh peneliti bahwa ada sebagian besar siswa kelas V SD
Negeri 8 Cicalengka hasil belajarnya kurang dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia, siswa dikatakan tuntas apabila ≥ dari KKM 70.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia alternatif dengan
menggunakan metode Role Playing. Metode bermain peran (Role
Playing) yaitu suatu cara penugasan bahan-bahan pelajaran melalu
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Berbicara
merupakan sebuah ujaran sebagai suatu sarana berkomonikasi untuk
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan keinginan
dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata.
Untuk melakukan pembelajaran bermain peran siswa
seharusnya memiliki pengetahuan mengenai karakter yang
diperankan. Metode bermain peran banyak melibatkan siswa untuk
beraktivitas dalam pembelajaran dan akan memberikan suasana yang
menggembirakan sehingga siswa senang, tidak membosankan dan
antusias dalam mengikuti pelajaran.
Dengan demikian kesan yang didapatkan siswa tentang materi
pelajaran yang sedang dipelajari lebih kuat, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (Silberman, 2001) Berdasarkan
uraian diatas maka diadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul
“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI KELAS V SD NEGERI 8 CICALENGKA”

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pemahaman siswa terhadap materi Bahasa Indonesia masih
sangat rendah.
2. Tingkat keaktifan siswa masih rendah.
3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia rendah.
4. Metode belajar yang digunakan guru di dalam menyampaikan
materi ajar kurang bervariasi hanya menggunakan teknik ceramah
saja serta pada proses pembelajaran siswa kurang aktif karena
siswa merasa bosan dan jenuh.
5. Role Playing merupakan alternatif metode yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang pada hal-hal yang telah
diidentifikasi pada permasalahan yang ditemukan, maka dapat
dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan metode Role Playing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD
Negeri 8 Cicalengka?

4. Tujuan Penelitian
Rumusan masalah yang telah ditetapkan merupakan acuan
untuk mencapai tujuan penelitian, diantaranya :
1. Mengetahui penggunaan metode Role Playing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V SD Negeri 8 Cicalengka?
2. Mengetahui penggunaan metode Role Playing dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V SD Negeri 8 Cicalengka?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam
bentuk konkret berupa langkah-langkah untuk mengefektifkan
pelaksanaan suatu pembelajaran.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang mengatakan
bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis
untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan.
Sementara itu, Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat
bahwa pengertian “metode” secara harfiah berarti “cara”, metode
adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
cara kerja sistematis yang memudahkan pelaksanaan
pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-langkah
konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai
suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta
didik.

2. Metode Role Playing


Metode role playing, yaitu suatu cara penugasan bahan-
bahan pelajaran melalu pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Berbicara merupakan sebuah ujaran sebagai
suatu sarana berkomonikasi untuk mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, perasaan, dan keinginan dengan bantuan
lambang-lambang yang disebut kata-kata.
Bermain peran atau role playing adalah metode
pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-pura
(berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan,
dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian
rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan
tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan
sosial antar manusia.
Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman
belajar, seperti kemampuan kerjasama, komunikatif, dan
menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran,
siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar
manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya,
sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi
perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi
pemecahan masalah.
Model pembelajaran bermain peran penekannya terletak
pada keterlibatan emosional dan pengematan indera ke dalam
suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subjek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa(bertanya dan menjawab)
bersama teman-temannya dikelas.
Metode Role Playing sangat cocok diterapkan pada
pelajaran Bahasa Indonesia agar siswa tidak merasa bosen
dengan teknik pembelajaran hanya ceramah saja. Karena siswa
merasa tidak jenuh maka keaktifan siswa dalam pembelajaran
dapat meningkat, yang akan berdampak positif pada peningkatan
hasil belajar siswa.

5. Bahan pustaka apa sajakah yang dapat dijadikan referensi untuk penulisan
karya tulis ilmiah? Jelaskanlah!
Jawab :
Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah, referensi menjadi bagian penting
untuk memperlancar penulisan karya ilmiah. Referensi diartikan sebagai
rujukan atau acuan untuk mempertegas suatu pernyataan informasi dalam
penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana
mencari referensi karya tulis ilmiah yang relevan dengan apa yang ditulis.
Secara umum referensi dapat diperoleh dari beberapa sumber seperti buku,
surat kabar atau majalah, artikel atau jurnal ilmiah, tesis / disertasi, seminar
dan situs jejaring internet. Namun, referensi yang digunakan tergantung
dengan apa yang akan di tulis.
1. Artikel / Jurnal Ilmiah
Penelitian yang sudah selesai dilaksanakan biasanya dipublikasikan dalam
bentuk artikel ilmiah yang disebut jurnal. Pilihlah jurnal penelitian terbaru
yang berasal dari publisher jurnal bereputasi, baik nasional maupun
internasional.
2. Seminar
Prosiding Seminar atau lebih populer disebut Seminar, memiliki posisi
keilmiahan yang hampir sama dengan jurnal ilmiah. Hanya saja prosiding
seminar lebih dikhususkan pada hasil dari sebuah konferensi ilmiah.
Sebuah prosiding seminar yang ilmiah telah melalui proses editing
dan review yang ketat, serta memiliki ISBN atau ISSN.
3. Tesis / Disertasi
Tesis dan disertasi sebagai karya tulis ilmiah sebagai prasyarat dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu dinilai relatif kurang kuat
sebagai rujukan karena keduanya belum terpublikasi secara dalam jurnal
ilmiah. Akan tetapi, bagaimanapun tesis dan disertasi adalah karya ilmiah,
yang sudah diteliti oleh pakar / pembimbing dan diuji oleh penguji
sehingga tetap bisa dijadikan sumber rujukan dalam menulis.
4. Buku
Buku adalah sumber literatur yang paling sering dijadikan rujukan untuk
penulisan karya tulis ilmiah. Sebuah buku berisi pembahasan ilmiah
bidang keilmuan tertentu dan seharusnya sudah melalui proses
penyuntingan (editing) sehingga sahih untuk dikutip. Buku referensi dapat
berupa hasil dari sebuah penelitian ilmiah atau berisi konsep dasar suatu
bidang keilmuan tertentu. Seperti halnya jurnal, pilihlah buku dengan
tahun terbit terbaru dan penerbit yang bereputasi.
5. Media / Internet
Sumber literatur terakhir yang bisa Anda gunakan adalah sumber media
massa atau internet. Ini adalah sumber rujukan yang paling lemah
posisinya. Ada beberapa hal yang wajib Anda perhatikan jika berniat
menggunakan media massa atau internet sebagai literatur ilmiah. Pastikan
sumber yang Anda akan ambil berasal dari salah satu sumber berikut :
 Artikel atau berita dimuat oleh media yang kredibel
 Data/ informasi berasal dari situs resmi dari pemerintah atau
kementerian
 Blog atau tulisan dari para pakar yang telah diakui ahli dalam
bidangnya
 Situs resmi badan / organisasi nasional maupun internasional, seperti
ICW, PBB, BPS, atau OKI
 Jurnal penelitian elektronik dari open access journal
6. Bagaimanakah cara membuat kutipan yang baik dan benar? Sertakan pula
contohnya!
Jawab :
Sebelum mengetahui cara menulis kutipan yang baik dan benar, perlu untuk
diketahui prinsip-prinsipnya. Berikut ini prinsip-prinsip dalam mengutip,
diantaranya :
- Jangan melakukan perubahan kecuali jika terpaksa untuk tujuan tertentu,
dan harus disertai keterangan dalam tanda kurung segi empat.
Contoh: [cetak tebal dari penulis]
- Bila ada kesalahan pengutip tidak boleh memperbaikinya.
Biarkan apa adanya dan beri catatan singkat [sic!] yang artinya kesalahan
dari naskah asli yang dikutip dan penulis (pengutip) tidak bertanggung
jawab atas kesalahan tersebut.
Contoh: … hal itu memiliki makan [sic!] yang ambigu.
- Menghilangkan bagian yang dikutip
Boleh menghilangkan bagian yang dikutip asalkan tidak mengakibatkan
perubahan makna. Untuk penghilangan bagian kalimat dengan titik tiga.
Jika yang dihilangkan lebih dari satu baris, digantikan dengan titik
sepanjang satu barisan.

Cara membuat kutipan terbagi menjadi dua cara, yaitu kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung.
- Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan jenis kutipan yang dilakukan dengan cara
mengambil sama persis dari sumber aslinya.
- Cara menulis kutipan langsung kurang dari empat baris
- Kalimat kutipan harus diintegrasikan dengan teks
- Jarak antar baris kutipan adalah dua spasi
- Kutipan diapit dengan tanda kutip/petik dua ("…")
- Setelah kutipan, jangan lupa menuliskan sumber berupa nama
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman di dalam tanda kurung
Contoh kutipan langsung kurang dari empat baris :
"Dalam membuat sebuah karya ilmiah jenis penelitian, eksplorasi
pustaka merupakan sesuatu yang harus dilakukan untuk mendapatkan
kebenaran data yang ingin diteliti" (Agung Hermanto, 2009: 15-16).
Selain itu, bisa juga dengan memberikan sumber kutipan di depan
sebelum kutipan seperti contoh berikut ini:
Siswanto (1990:20) menegaskan, "keputusan ilmiah merupakan sebuah
kemungkinan atau probabilitas, sehingga bukan suatu kebenaran yang
mutlak".
- Cara menulis kutipan langsung lebih empat baris
- Penulisan kutipan dipisahkan dengan jarak tiga spasi dari teks
- Jarak antar baris kutipan adalah 1 spasi
- Kutipan boleh diapit dengan tanda kutip/petik dua ("…") atau
tidak.
- Setelah kutipan, jangan lupa memberi keterangan sumber aslinya.
Contoh kutipan lebih dari empat baris:
Terjemahan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia banyak yang tidak
memuaskan karena para penerjemah tidak terlatih dalam ilmu
penerjemahan. Misalnya terjemahan berikut ini.
"Suatu pikiran yang telah tersebar dengan luas sekali orang banyak
menggambarkan buku-buku sebagai benda tak berjiwa, tidak effektif
(sic!), serba damai yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan akademis dari
universitas-universitas dan tempat…" (Sani, 1959: 7).
- Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung merupakan jenis kutipan yang mengambil inti
sarinya saja, tanpa mengurangi makna sebenarnya dari kalimat yang ada.
- Cara menulis kutipan tidak langsung
- Kutipan diintegrasikan dengan teks
- Jarak antar baris kutipan adalah spasi ganda
- Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip/petik dua ("…")
- Setelah kutipan, jangan lupa untuk menuliskan sumber kutipan
Contoh:
Kecerdasan buatan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat
entitas ilmiah yang berfungsi untuk memproses data eksternal secara cepat
dan akurat (Michelle Doe, 2016: 27).
Dalam menulis kutipan tidak langsung bisa juga dengan menyebutkan
sumber di depan kutipan seperti berikut ini:
Michelle Doe (2016: 27) berpendapat bahwa kecerdasan buatan
merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat entitas ilmiah yang
berfungsi untuk memproses data eksternal secara cepat dan akurat.

Anda mungkin juga menyukai