Anda di halaman 1dari 34

Nama: Alvianur

NPM: 20024010177
Kelas: Agribisnis D

1. Contoh Makalah Karya Ilmiah Tentang Pendidikan

(Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama
dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses
globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung
di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang
pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan
kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari
kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus
globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia
dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal
sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah-sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan
diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib
sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan
dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat.
Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.
Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara
ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja
agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat
masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara
kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu
kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat
Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada
di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang
baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu
penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh
untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air
diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas
yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan
semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat
menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di
sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan
untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu
kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah
tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan
ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan” ini
dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut.
a. Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?
b. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?
c. Cara penyesuaian pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?

1.3 Tujuan

1. Bagi Penulis Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah
pengantar pendidikan. Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan
untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup universitas negeri
malang maupun di civitas akademika yang lain.
2. Bagi Pembaca Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia
pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Para pembaca yang dominan dari
kaula mahasiswa bisa digunakan untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas, sehingga
kedepannya tercipta sdm-sdm yang unggul.
3. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi
sehingga dampak negatif yang berimbas bisa leih diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi
kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Globalisasi terhadap Dunia Pendidikan

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh


perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar
bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga
pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar
global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik
akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan
efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang
dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan
negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:

1. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia


Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi
baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali
membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk
mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan,
film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah
objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah
objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu
akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie
(1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui
stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar
yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan
tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan
pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah
diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi
desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang
dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam
dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat membantu
siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa
terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat
kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang
dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan
secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan
pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-
mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan
siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya
melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan
konsep-konsep, dan fakta sendiri.

2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia


Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah
dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang
pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna”
bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri
utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam
karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil,
bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166). .
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh
negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan
sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah
diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak
ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di
Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs
pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan
kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat
dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia

2.2.1 Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik


Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan
yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab
VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan
khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan
pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan
manusia yang sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan
melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan tampak pada
pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen
Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta
perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat
kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang
sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian
terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar
salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek.
Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai sains-
teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti
gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan
umum yang ‘buta agama’ dan rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan
pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari
segi sains dan teknologi. Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang
mengerti agama membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.

2.2.2 Mahalnya Biaya Pendidikan


Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan masyarakat.
Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya
biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi membuat masyarakat
miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini
tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite
sekolah yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya,
pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk,
segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam
penggunaan dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU
BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki
konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah
dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang
sosoknya tidak jelas.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari
tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia
sebesar 35- 40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi
pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban.
Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005)
menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi
pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan
begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan
pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan
berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara
kaya dan miskin. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa
yang seharusnya membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan
bermutu. Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal
keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.
Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut.
Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser.
Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas
sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas
(free trade).
Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah dengan
bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia
diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun golongan.

2.2.3 Kualitas SDM yang Rendah


Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak
didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan
dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang masalah
(kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh
tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih
dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri,
banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.
Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di Indonesia masih
kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1. berikut menjelaskan tentang kekurangan
guru, untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita
masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama dari lembaga
pendidikan keguruan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia dengan
latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang
mempunyai latar belakang pendidikan non formal.

2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi

Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi.
Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus
menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk
memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan
dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia
pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis
bahwa masih ada peluang. Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi
keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari
pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan
yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah
melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam
masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar
kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka
membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya
kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang
globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy
(strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari
transformasi yang terus berputarputar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan
komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak
mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya
sebagai pemenang dalam globalisasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama
dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi
baru seperti internet dan computer. Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya kekuatan kontrol
pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan
World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi
untuk melakukan perubahan.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah
dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang
pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna”
bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh
negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan
sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah
diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak
ditawarkan melalui internet.
Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi di indonesia adalah Mahalnya Biaya
Pendidikan, Kualitas SDM yang Rendah dan fasilitas pendidikan ang kurang, itu yang mengakibatkan
pendidikan tidak berjalan dengan lancer.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy
(strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari
transformasi yang terus berputarputar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan
komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu

3.2 Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk
a. Masyarakat
Agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga
pendidikan berjalan dengan lancer
b. Pemerintah
Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah
beasiswa bagi guru untuk training
DAFTAR PUSTAKA

Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Faizah, F. 2009. Dampak Globalisasi
Terhadap Dunia Pendidikan, (Online), (http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127),
diakses 18 Oktober 2011.

Munir. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota IKPI.

Surya, M. 2002. Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka. Suryabrata,
S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),


(www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses 18 Oktober 2011.

Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i) diakses 18 oktober


2011. Posted in: Pendidikan
Komentar 1: Didalam contoh ilmiah diatas dapat dipastikanlengkap karena terdapat bagian pembuka,
bagian isi, pembhasan, penelitian, hasil penelitian, bagian penutup, dan daftar pustaka

2. Contoh penulisan Arikel

MENULIS ARTIKEL ILMIAH: PROSES MENEMUKAN IDE HINGGA PUBLIKASI

Muhammad Farid

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar Dept. of Industrial Engineering and


Management, Nasional Kaohsiung University of Applied Sciences Email:
muhammadfarid@unm.ac.id; adhefarid@gmail.com

Abstract

Generating a scientific article is a process from finding ideas to publication in order to be


accessible to the public. A student is not sufficiently stalled to produce a paper at the end of his
studies or the researcher ends up being a research report, but is expected to publish it in the form of
scientific articles through conference and or scientific journals. Understanding the writing process,
writing format and information about scientific publications will help facilitate the publication of the
intended conferences or journals.

Keywords: Writing, scientific article, ideas process, publication

1. Pengantar

Seorang mahasiswa atau peneliti yang telah menghasilkan karya ilmiah dan terpublikasi melalui
seminar internasional atau jurnal akan memberi banyak manfaat. Selain memberikan kesempatan
kepada publik untuk membaca dan memahami lebih lanjut tentang ide dan hasil penelitiannya, juga
berkonstribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang tertentu.

Di akhir studinya, seorang mahasiswa sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh diwajibkan
menghasilkan karya tulis ilmiah sebagai syarat untuk penyelesaian studinya. Namun setelah selesai
studi sebagian besar tidak lagi melanjutkan menulis artikel, kecuali bila mereka memilih menjadi
peneliti atau tenaga pengajar di perguruan tinggi. Seorang dosen di perguruan tinggi atau peneliti di
lembaga penelitian sebagai syarat penilaian kinerja dan kenaikan jabatan fungsional/pangkat harus
menghasilkan publikasi ilmiah dengan kriteria dan perhitungan angka kredit disesuaikan dengan
jabatan fungsional yang akan diraih.

Penulisan karya ilmiah tidak cukup berhenti sampai menghasilkan sebuah tesis saja, namun
bagaimana bisa terpublikasi melalui seminar atau jurnal ilmiah (Suganda, 2014). Selanjutnya,
bagaimana proses dari ide, menulis karya ilmiah hingga bisa dipublikasikan? Pertanyaan berikutnya,
apakah seseorang menulis artikel karena dorongan untuk memenuhi syarat akademik tertentu? atau
memang karena passion dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan ilmu

2. Mengembangkan Ide

Ide biasanya didapatkan dari berbagai sumber, antara lain dengan: membaca buku, membaca
jurnal ilmiah, berdiskusi, menghadiri seminar, mengamati fenomena di masyarakat, atau berasal dari
sumber lainnya. Diskusi bersama pembimbing akan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mendapatkan ide. Pembimbing akan memberikan alternatif, apakah sesuai dengan topik yang
diminati mahasiswa atau mengarahkan sesuai dengan topik riset yang sementara dikerjakan. Seorang
penulis dapat menghubungkan aktivitas atau pengalaman pribadinya yang relevan dengan topik dan
bidang penelitian yang digeluti (Lester & Lester Jr., 2012). Bila mendapatkan ide, segeralah menulis
di kertas, buku catatan atau media lainnya agar bisa ditindak lanjuti bila telah punya waktu untuk
memulai proses penulisan. Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hilangnya ide saat itu.

Hal yang menghambat dalam memulai menulis, bila berpikir bahwa ide tersebut harus brilliant
atau akan "mengguncangkan" dunia, barulah menggerakkan kita untuk berkarya. Menulislah dari hal
yang sederhana, janganlah tunggu sempurna, biarlah ide tersebut berproses dan bertahap. Apabila
tidak bisa diselesaikan pada penelitian pertama, nanti bisa dilanjutkan pada proses penelitian
berikutnya atau biarlah karya anda menemukan takdirnya (Farid, 2017).

3. Proses Penulisan Artikel

Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah haruslah memenuhi kaidah penulisan yang telah
ditetapkan. Laplante (2012) menjelaskan proses penulisan dalam lima tahap, yaitu: brainstorming,
drafting, revising, editing dan publishing. Pertama, brainstorming. Proses ini umumnya disebut
dengan pre-writing, merupakan pencatatan ide di atas kertas. Dalam penulisan kreatif, proses ini
sangat bebas bentuk dan bisa mencakup gagasan apapun, ibaratnya apa yang ada dalam pikiran dapat
dituangkan dalam selembar kertas. Kedua, drafting. Proses ini dimulai sengan melengkapi kalimat
secara utuh, paragraf dan sub topik yang dilakukan saat proses brainstorming. Selanjutnya dengan
membuat penghubung di antara kalimat dan sub topik. Pada proses ini biarlah ide mengalir, abaikan
sementara tata bahasa, walaupun pada layar komputer anda telah menunjukkan kesalahan pengejaan.

Ketiga, revising. Setelah menghasilkan tulisan lengkap, selanjutnya membuat tulisan yang baik
melalui revisi. Laplante (2012) menyarankan untuk menimal melibatkan dua orang. Satu orang yang
memahami secara teknis, yaitu orang yang memahami tentang bidang tersebut. Sedangkan yang
lainnya secara non teknis, yang berfungsi untuk menemukan kesalahan logika dari tulisan tersebut.
Sampai kapan mengakhiri tahapan revisi? Bila batasan waktu yang telah ditentukan telah tiba.

Keempat, editing. Tahapan ini bisa menggunakan beberapa cara. Melakukannya sendiri, meminta
bantuan teman atau menggunakan jasa editor profesional. Hal-hal yang perlu dilakukan dilakukan
selama proses ini, perhatikan tata bahasa dan format yang telah ditetapkan. Terakhir, publishing.
Proses ini akhir dari sebuah tulisan dan dimaksudkan bahwa dokumen kita dapat diakses oleh publik.
Sebelum mempublikasikan dokumen tersebut, haruslah yakin bahwa inilah final version dan telah
layak dibaca.

4. Format Penulisan

Artikel Umumnya format penulisan artikel berisi antara lain: judul, abstrak, pendahuluan, studi
literatur, metode penelitian, hasil, diskusi dan kesimpulan, serta daftar pustaka. Namun ada beberapa
penambahan tergantung dari penyelenggara seminar atau pengelola jurnal. Umumnya mereka
menyediakan template sebagai acuan bagi penulis untuk menulis.

4.1. Judul

Buatlah judul semenarik mungkin agar pembaca tertarik untuk membaca tulisan kita, namun
perlu diingat bahwa judul merupakan gambaran tentang ide utama topik. Contoh: Fatique of Metal
Foams lebih baik bila dituliskan The Mechnical Response of Cymat and Alporas Metallic Foams to
Uni-axial Cyclic Loading (Ashby, 2005)

4.2. Abstrak

Abstrak merupakan representasi dari artikel yang terdiri dari tujuan, metode, hasil, kesimpulan
dan batasan penelitian kita. Usahakan tidak melebihi 100 kata dan diakhiri dengan menuliskan kata
kunci atau key words yang terdiri dari 3 - 5 kata (Ashby, 2005).

4.3. Pendahuluan

Dalam mengurai pendahuluan, penulis memulai dengan mengemukakan permasalahan secara


jelas. Selanjutnya menjelaskan teori atau hasil penelitian sebelumnya yang akan digunakan sebagai
referensi untuk melakukan penelitian (Suganda, 2014). Selain itu, menampilkan data pendukung yang
update dan yang terpenting mengungkapkan apa yang hal baru (novelty) yang anda tawarkan.

4.4. Studi Literatur

Pada bagian ini penulis menguraikan teori atau penelitian yang relevan dengan topik yang
dibahas. Sehingga akan memudahkan bagi penulis dalam mendukung argumen untuk menentukan
variabel dan model penelitian yang dikembangkan.
Misalnya pada artikel Farid dan Day (2016) dengan topik: "konstruksi model service innovation
SMEs pada industri otomotif", membagi studi literaturnya menjadi: concept of service innovation,
service typology, SMEs in Automotive Industries, model of innovation, innovation degree and type
dan conceptual model of service innovation for SMEs industries. Banyaknya sub topik yang ditulis
sangat tergantung sejauh mana penulis ingin menguraikan pentingnya data, teori, model dan
penelitian sebelumnya.

4.5. Metode

Penelitian Berikutnya metode penelitian, metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Jenisnya bermacam-macam, antara lain: review study, studi kasus, kualitatif, kuantitatif,
eksprimen dan lainnya. Pilihlah metode yang sesuai untuk menyelesaikan masalah penelitian dengan
mempertimbangkan sumber daya dan waktu yang dimiliki peneliti.

Contoh: metode eksprimen, jelaskan peralatan, bahan baku dan metode yang digunakan. Jelaskan
secara spesifik perbedaan metode yang digunakan, berikan informasi yang detail bagi pembaca agar
mereka dapat menggunakan kembali metode yang anda gunakan (Ashby, 2005).

4.6. Hasil

Menjelaskan tentang posisi validitas dan reabilitas instrumen penelitian yang digunakan.
Tampilkan hasil pengolahan data yang menunjukkan apakah hubungan antar variabel signifikan dan
model yang diteliti secara utuh tanpa memberikan opini dan analisa.

4.7. Pembahasan atau Diskusi

Pada bagian ini, penulis ingin memberikan penjelasan untuk membandingkan hasil dari
eksprimen yang telah dilakukan dengan teori dan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, pada bagian
diskusi memberikan argumen terhadap data yang telah ditampilkan pada bagian hasil (Suganda,
2014).

4.8. Kesimpulan dan Batasan

Kesimpulan merupakan kalimat yang dituliskan untuk menjawab masalah penelitian dan
menguraikan temuan penting dari penelitian yang dilakukan. Pada poin batasan, secara jujur penulis
mengungkapkan kelemahan penelitiannya, sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi peneliti
selanjutnya.

4.9. Daftar Pustaka

Penulisan referensi yang digunakan pada artikel hendaknya mengacu pada contoh yang telah
ditetapkan oleh penyelenggara seminar atau pengelola jurnal. Umumnya menggunakan metode APA
(American Phychological Association) dan Harvard referencing standards. contoh: 1) APA Laplante,
P.A. (2012) Technical Writing; A Practical Guide for Engineers and Scientist. New York: CRC Press.
2) Harvard Farid M., & Day, J-D., 2016, 'Constructing Service Innovation Model for Automotive
Service Industries: A Case Study of Auto Repair Motorcycle in Makassar City, Proceedings of
ICIMIE, Kyoto, Japan, November 10-11, 2016, pp. 812-816.
5. Publikasi Artikel Ilmiah

Setelah tulisan kita siap, langkah berikutnya persiapan untuk publikasi. Sebenarnya ada dua
strategi yang dilakukan oleh para penulis. 1) Sejak awal berpikir bahwa tulisan saya akan
dipublikasikan untuk seminar atau jurnal. 2) Memilih berdasarkan peluang, apakah artikel ini bisa
memenuhi kriteria jurnal atau cukup seminar saja.

Sebagai penulis, tentunya juga harus memperhatikan syarat yang ditetapkan oleh pihak kampus.
Misalnya, untuk menyelesaikan studi pada program magister dengan cukup mengikuti seminar
internasional dan pada program doktoral harus mengikuti seminar internasional minimal sekali dan
mempublikasikan artikel pada minimal dua jurnal dengan syarat tertentu.

5.1. Konferensi (conference)

Berdasarkan cakupan pesertanya terdiri atas dua yaitu konferensi nasional dan internasional.
Secara teknis pelaksanaannya sama saja antara kedua konferensi. Yang membedakan tentu saja
adalah konferensi tingkat internasional menjangkau sasaran yang lebih luas, yaitu masyarakat
internasional. Sedangkan untuk konferensi nasional, pesertanya berasal dari kota-kota dari sebuah
negara (Jatmiko et al., 2014).

Mengikuti konferensi internasional menjadi sebuah impian penulis, apatah lagi pelaksanaannya
di luar negeri. Selain merasakan atmosfir internasional, kita juga bisa langsung bertemu dengan
peneliti dari berbagai negara, menambah jaringan dan tentunya bisa berkunjung ke tempat wisata di
kota tersebut. Namun sebelum menentukan seminar yang akan diikuti hendaknya kita memperhatikan
beberapa faktor antara lain: tujuan, penyelenggara, relevansi dengan artikel dan peluang publikasi
jurnal.

Carilah informasi sebanyak mungkin melalui penelusuran internet atau menghubungi teman-
teman yang telah mengikuti konferensi untuk memastikan reputasi penyelenggara. Hal ini untuk
mencegah kita mengikuti seminar abal-abal, selain itu tentunya kita memperhatikan peluang artikel
yang dikirim dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Bila artikel kita memenuhi syarat sesuai
ketentuan dari penyelenggara.

Berdasarkan petunjuk operasional PAK (2015) konferensi yang direkomendasikan diikuti


memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Menggunakan salah satu bahasa resmi PBB, misalnya bahasa
Inggris, 2) Editor berasal dari berbagai negara sesuai dengan bidang ilmunya, 3) Penulis paling
sedikit berasal dari empat negara 4) Memiliki ISBN. Selain itu, perlu mempertimbangkan proses
penerimaan sebuah artikel. Apakah telah melalui proses peer review? Hal ini dibutuhkan untuk
menjamin kualitas artikel yang diterima dan berimplikasi pada reputasi dari penyelenggaraan sebuah
konferensi. Salah satu organisasi di bidang teknik yang mempunyai reputasi yaitu IEEE (Institute of
Electrical and Electronics Engineers). Di bawah naungan IEEE, Industrial Engineering and
Management menyelenggarakan konferensi tahunan bertajuk IEEE International Conference on
Industrial Engineering and Engineering Management (IEEM). Pertimbangkan pula waktu dan sumber
daya yang dimiliki, apabila waktu pelaksanaannya masih jauh dan bila menunggu akan menghambat
proses penelitian berikutnya. Padahal kita akan menggunakan referensi tersebut pada penelitian
berikutnya. Perihal sumber daya, harus mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan untuk
pendaftaran, transpor dan akomodasi selama mengikuti konferensi. Berdasarkan pengalaman penulis,
setelah menyelesaikan studi pada program magister sesuai dengan arahan pembimbing maka
dianjurkan mengikuti seminar nasional dengan mengirimkan artikel dari penyederhanaan tesis.

Berdasarkan ide tersebut akhirnya saya membuatnya menjadi dua artikel. Pertama, Farid dan
Lawalata (2010) pada seminar nasional Teknik Industri di Bandung. Kedua, Farid dan Wiratmadja
(2011) pada seminar nasional Teknik Industri di Medan.

Saat melanjutkan studi di program doktoral, prosesnya menjadi terbalik. Sambil menyusun karya
tulis yang diwajibkan. Pembimbing menganjurkan untuk menulis artikel secara bertahap dengan
menyesuaikan dengan road map research. Sebagai langkah awal dengan mengirimkan artikel pertama
(Farid & Day, 2016) pada seminar internasional yang diselenggarakan di Kyoto Jepang dan
selanjutnya artikel kedua (Day & Farid, 2016) pada seminar internasional yang diselenggarakan di
Semarang dimana pembimbing sebagai pemateri.

5.2. Jurnal

Mengirimkan artikel ilmiah ke sebuah jurnal tentunya memperhatikan beberapa aspek, antara
lain: kesesuaian dengan topik, reputasi jurnal dan memenuhi persyaratan stake holder. Kesesuaian
antara topik dengan jurnal yang dituju, hal ini penting agar tidak terjadi penolakan artikel yang telah
kita submit (serahkan). Karena proses dari submit hingga adanya informasi bahwa artikel diterima
atau ditolak, membutuhkan waktu rata-rata 3 - 12 bulan.

Mengetahui reputasi jurnal penting diketahui agar menghindari artikel yang telah dipublikasikan
tidak dapat digunakan sebagai standar kualifikasi. Setiap tahun pihak pengelola SCI/EI/Scopus akan
mengumumkan daftar jurnal yang masuk dalam kualifikasi index mereka. Sebagai contoh pada
program studi Industrial Engineering and Management (IEM) NKUAS untuk mahasiswa angkatan
2015 ke atas diwajibkan publikasi minimal dua artikel pada jurnal yang terindex Science Citation
Index (SCI) dan atau Engineering Index (EI).

Sesuai juknis Permenristekdikti 20/2017 mensyaratkan agar publikasi internasional dosen


memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) jurnal internasional, terindex pada ISI Web of Science
(Thomson Reuters), atau terindeks di SCImago Journal and Country Rank dengan Q4 (quartile
empat) atau terindeks di Microsoft Academic Search. 2) jurnal internasional bereputasi, terindex
scopus dengan Q3 (quartile 3). Selain itu, apabila prosiding seminar internasional terindex basis data
internasional (web of science, scopus) maka dinilai sama dengan jurnal internasional.

Sehingga bagi mahasiswa program doktoral diharapkan selain memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh pihak kampus tempat studinya, juga memperhatikan yang disyaratkan kemristekdikti. Agar
artikel yang dipublikasikan selain memenuhi syarat penyelesaian studi juga dapat digunakan nantinya
untuk kebutuhan penilaian pengusulan angka kredit di kampus asal. Bagaimana dengan peneliti
pemula? mulailah mengirimkan artikel kita pada jurnal internasional dengan rangking dan impact
factor kualifikasi Q4 dengan nilai impact factors berkisar antara 0.01 - 1.0. Harapan sebagai penulis,
artikel ilmiah dapat dipublikasi dan yang penting telah memenuhi syarat yang dizinkan oleh stake
holder. Hingga kini saya masih dalam proses pengiriman artikel ke jurnal internasional terindex
SCI/EI dan sambil menunggu jawaban dari pengelola.

6. Plagiarism
Mengutip sebuah karya orang lain, haruslah dengan kaidah yang ditetapkan. Jangan sampai kita
mengklaim bahwa apa yang kita tuliskan itu merupakan karya kita. Kejujuran merupakan kunci
utama dalam proses pengutipan karya. Apabila ingin menuliskan kembali ide anda yang telah ditulis
sebelumnya, maka kita harus menuliskan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Bila tidak mengikuti
prosedur maka kita akan dikenakan dengan self plagiarism. Mencegah terjadinya plagiarism dan akan
berdampak ditolaknya artikel yang diajukan. Maka sebelum mengirimkan artikel gunakanlah bantuan
tools untuk mendeteksi apakah tulisan tersebut memiliki kesamaan dengan tulisan orang lain.
Beberapa software yang disediakan oleh pihak kampus atau bisa diunduh secara gratis dapat
digunakan untuk mendeteksi similarity (kesamaan) tulisan. Berdasarkan pengalaman saya
menggunakan fasilitas yang disediakan kampus yaitu turnitin. Alat ini dapat membantu
mengidentifikasi kalimat yang kita gunakan dan mengukur persentase kesamaannya. Setelah
melakukan revisi, lakukan pengecekan kembali. Bila hasilnya >20%, mage artikel anda sudah layak
dikirim ke penerbit.

7. Penutup

Menulis artikel ilmiah membutuhkan proses dari menemukan ide hingga publikasi. Proses ini
tidaklah instan, namun membutuhkan tahapan, kesungguhan dan konsistensi sebagai penulis.
Prosesnya dimulai dari menemukan ide, melakoni tahapan penulisan, menyesuaikan format penulisan
dan mendapatkan informasi secara komfrehensif tentang cara mempublikasikan artikel ilmiah pada
konferensi/jurnal yang sesuai dengan ketentuan dari stake holder akan memudahkan langkah menuju
capaian yang diharapkan. Toer (2007) mengungkapkan orang boleh pandai setinggi langit, tapi
selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja
untuk keabadian. Apakah kita menulis karena untuk memenuhi persyaratan sebuah “kelulusan”
ataukah menjadikannya sebagai sebuah “passion”.

References

Ashby, M., 2005, How to Write a Paper, 6rd edition, Engineering Department, University of
Cambridge, Cambridge.
Day, J-D., & Farid, M., 2016, 'Stepwise Strategy for Taiwan’s Semiconductor Industry as Core
Technology', Proceedings of ICBEST, Semarang, Indonesia, August 24, 2016, pp. 1-8.

Farid, M., & Lawalata, V., 2010, 'Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan dan Minat Perilaku
Konsumen: Studi kasus Pada Bengkel Mobil Resmi, Prosiding Seminar Nasional Teknik Industri,
Bandung, 24 November 2010, pp. F61-F68

Farid, M., & Wiratmadja, I.I., 2011, 'Pengembangan Model Service Quality Pada Industri Jasa
Otomotif, Prosiding Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI, Medan, 5-6 Oktober 2010, pp. IIA
148-156

Farid M., & Day, J-D., 2016, 'Constructing Service Innovation Model for Automotive Service
Industries: A Case Study of Auto Repair Motorcycle in Makassar City, Proceedings of ICIMIE,
Kyoto, Japan, November 10-11, 2016, pp. 812-816.

Farid, M., 2017, 'Membumikan Ide, Ukirlah Sejarah di Masamu', Tabloid Profesi, Edisi 218,
September, p. 14.

Jatmiko, W., et al., 2014, Prosedur Penyelenggaraan Konferensi Internasional, Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia, Jakarta.

Laplante, P.A., 2012, Technical Writing; A Practical Guide for Engineers and Scientist, CRC Press,
New York.

Lester, J.D., & Lester Jr., J.D, 2012, Writing Research Paper, Pearson, New York.

Suganda, T., 2014, 'Prinsip dan Teknik Menulis Artikel Ilmiah Dari Laporan Penelitian, Skripsi,
Tesis, Dan Disertasi', Makalah Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Kampus ITB Jatinangor, 10 Mei.

Toer, P.A, 2007, Rumah Kaca, Lentera Dipantara, Jakarta.

http://iora-icor.fmipa.ut.ac.id/images/2017/iora/Permenristekdikti20-2017Juknis.pdf
http://www.unp.ac.id/sites/default/files/Petunjuk-Operasional-PAK-27-1-2015.pdf

Komwntar: Contoh artikel diatas memiliki struktur yang sesuai dimana struktrur yang benar meliputi
pembuka, isi , dan penutup
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA TUNAI DENGAN
DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA

Egliwinto Betteng Patulak

Universitas Atma Jaya Makassar

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan
dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data
laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang diakses dari situs resmi Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yang didasarkan pada
kriteria tertentu untuk memperoleh sampel yang representatife terhadap populasi. Teknik analisis
yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank dengan bantuan program Statistical Package
for the Social. Temuan penelitian menunjukkan bahwa variabel laba akuntansi dan laba tunai
terhadap dividen kas memiliki hubungan korelasi yang sangat kuat dan searah. Hasil ini terbukti
dari hasil uji signifikansi dan pengujian hipotesis memberikan hasil yang positif dan signifikan.
Variabel laba akuntansi memperoleh hasil korelasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
variabel laba tunai terhadap dividen kas pada proses pengujian yang telah dilakukan.
Kata kunci : Laba akuntansi, laba tunai, dividen kas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya perusahaan selalu ingin memperoleh laba untuk dapat terus tumbuh dan
berkembang dalam menjalankan bisnis atau usahanya dan besar kecilnya laba yang dicapai
merupakan ukuran kesuksesan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Oleh karena itu,
manajemen harus mampu merencanakan dan sekaligus mencapai laba yang besar agar dapat
dinilai sebagai manajemen yang sukses. Namun, tujuan yang harus dicapai oleh manajemen
tidak hanya untuk memaksimumkan profit, tetapi juga untuk memaksimumkan kemakmuran
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Perusahaan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam menjalankan bisnis atau
usahanya membutuhkan dana yang cukup besar. Sehubungan dengan hal ini, perusahaan
senantiasa dihadapkan pada permasalahan mengenai bagaimana memperoleh dana,
bagaimana menggunakannya dan mengembalikan dana yang diperoleh tersebut dengan suatu
tingkat pengembalian yang dapat memuaskan pihak pemberi dana. Salah satu alternatif
memperoleh pendanasan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di Bursa Efek
Indonesia, dimana para investor dapat menginvestasikan dananya dengan cara membeli
saham. Investasi saham dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membeli saham dari
emiten (perusahaan yang menerbitkan saham) atau membeli dari pemegang saham lama.
Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko
dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk mengurangi
kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai
macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi
lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara tempat perusahaan
tersebut. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja
perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Setiap perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berkewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari
suatu siklus akuntansi dan merupakan sumber informasi yang paling akurat yang dapat
dipakai oleh pemakainya sebagai salah satu alat bantu dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai laporan pertanggungjawaban dan
menggambarkan indikator keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Investor memerlukan informasi mengenai kinerja perusahaan sebagai
bahan evaluasi atas keputusan ekonomi yang diambil. Laporan keuangan merupakan sumber
berbagai macam informasi bagi investor dimana informasi itu bermanfaat sebagai salah satu
dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan
yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa
pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya
(capital gain). Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.23 (2007:2) mendefinisikan
dividen sebagai “distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi
mereka dari jenis modal tertentu”. Sedangkan Warsono (2003:272) menjelaskan bahwa
dividen adalah “proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham
dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya”.
Dividen merupakan salah satu daya tarik investor untuk menanamkan dananya di pasar
modal. Investor lebih menyukai dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain.
Dividen memiliki resiko yang lebih rendah daripada capital gain. Hal ini dikarenakan
dividen pada prinsipnya adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham, sementara untuk mendapatkan pendapatan dari capital gain, investor harus
berani berspekulasi bahwa harga saham yang akan datang lebih besar daripada harga saham
pada waktu pembelian, sehingga dividen dianggap lebih baik daripada capital gain. Investor
juga dapat mengevaluasi kinerja dan likuiditas perusahaan emiten dengan cara menilai
besarnya dividen yang dibagikannya. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada
investor tergantung dari kebijakan dividen masing-masing investee (emiten).
Ada berbagai macam dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham, salah
satunya adalah dividen kas (cash dividen). Dalam penetapan kebijakan dividen memerlukan
pertimbangan yang mendalam karena ada beberapa kepentingan yang saling terkait baik
menyangkut pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan, pemegang saham, dan
stackholder. Oleh karena itu, tidak semua keuntungan dibagikan sebagai dividen, tetapi
sebagian ditahan sebagai laba ditahan (retained earning). Biasanya penentuan besarnya
dividen yang dibagikan diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai
penentu keputusan tertinggi dalam Perseroan Terbatas.
Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan
pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor
dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan. Disisi lain, perusahaan yang akan
membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain; perlunya
menahan sebagian laba untuk berinvestasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan
dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang
berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan
kebijakan dividen.
Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakekatnya menentukan porsi
keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa banyak yang
ditahan sebagai laba ditahan, sehingga kebijakan dividen perlu dinalisis dan diputuskan lebih
bijaksana. Dalam penetapan kebijakan mengenai pembagian dividen, faktor yang perlu
menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan dan
tersedianya kas. Perbandingan antara dividen dan keuntungan merupakan rasio pembayaran
dividen (dividen payout ratio). Karena dividen merupakan bagian dari laba, maka salah satu
faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio adalah besarnya laba yang dihasilkan suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu laba akuntansi dan laba tunai.
Menurut Yadianti (2010:92) secara sintaksis istilah accounting income atau laba
akuntansi merupakan “hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau selisih antara
pendapatan atau beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi atau aturan matching yang
memadai”. Sedangkan menurut Belkaoui (2004:229) menyatakan bahwa laba akuntansi
adalah “perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi suatu
periode dan berhubungan dengan biaya historis”. Bila dilihat secara mendalam, laba
akuntansi adalah laba yang timbul dari proses laporan keuangan, yaitu merupakan selisih
dari hasil penjualan dikurangi dengan harga pokok dan biaya-biaya operasi perusahaan (laba
bersih). Laba akuntansi tertera di laporan keuangan tahunan (annual reports) dan
menunjukkan kinerja intern perusahaan yang menggambarkan kinerja perusahaan pada
periode tertentu.
Dilain pihak, laba tunai diasumsikan sebagai nilai kas bersih yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu yang dihitung ketika semua variabel diketahui dengan pasti. Harahap
(2005:150) menyatakan bahwa laba tunai merupakan “laba akuntansi setelah diperhitungkan
dengan beban-beban non kas, khususnya beban penyusutan (depresiasi) dan amortisasi”.
Sedangkan Belkaoui (2004:132) mengemukakan pengertian laba tunai sebagai berikut :
“Laba nilai tunai adalah total pure profit income yang diharapkan diperoleh dalam
cakrawala perencanaan perusahaan. Laba tersebut adalah ex ante income, atau laba
ekonomi, yang merefleksikan harapan tentang aliran kas masa depan. Income ini dihitung
ketika semua variabel yang relevan diketahui dengan pasti”.
Bila dilihat secara mendalam, laba tunai bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba
melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba yang
sesungguhnya diperoleh perusahaan berdasarkan basis kas. Teknik penghitungan laba tunai
dilakukan dengan menambahkan kembali nilai beban-beban non kas, khususnya antara lain
beban penyusutan dan amortisasi ke laba akuntansi. Depresiasi dan amortisasi merupakan
biaya non kas, artinya biaya tersebut tidak lagi memerlukan pengeluaran kas sekarang
ataupun di masa depan.
Sementara itu Kieso et al (2001:253) menjelaskan bahwa “pengkonversian laba akuntansi
berdasarkan accrual basis ke cash basis dimulai dengan menyesuaikan laba bersih untuk
akun-akun yang mempengaruhi laba, tetapi tidak mempengaruhi kas, yaitu beban-beban non
kas dalam perhitungan rugi laba ditambahkan kembali ke laba bersih yang sebelumnya
mengurangi pendapatan dalam laporan rugi laba dengan dasar akrual”.
Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba tunai adalah penggunaan dasar akuntansi
yang diterapkan. Laba akuntansi menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis) yang
mewajibkan pendapatan dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi dalam
periode dimana peristiwa terjadi tanpa memandang kas diterima atau keluar, sedangkan laba
tunai menggunakan dasar akuntansi kas (cash basis) dimana pendapatan dicatat ketika kas
diterima dan beban dicatat ketika kas keluar.
Hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas merupakan fenomena
yang menarik untuk diteliti. Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik
ini telah diteliti oleh beberapa peneliti. Widyantoro (1995) dalam penelitiannya yang
meneliti beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden pada badan usaha
milik negara (BUMN) bentuk persero. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya dua faktor
yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern merupakan faktor yang dapat dipengaruhi dan dikendalikan perusahaan secara aktif,
misalnya likuiditas perusahaan dan tingkat laba. Dilain pihak, faktor ekstern merupakan
faktor yang sulit dikendalikan perusahaan karena berasal dari luar perusahaan, seperti antara
lain pajak atas dividen, akses ke pasar modal, dan perundangan.
Hermi (2004) dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan antara laba bersih dan
arus kas operasi terhadap dividen kas pada perusahaan perdagangan besar barang produksi
di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode 1999-2002. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara besaran laba bersih dan arus kas
operasi dengan besaran dividen kas pada perusahaan perdagangan besar barang produksi
tahun 1999-2002.
Namun, pembagian dividen kas tidak hanya sekedar berdasarkan laba akuntansi (laba
bersih) yang tertera dilaporan keuangan tetapi juga perlu mempertimbangkan laba tunai
(nilai kas bersih) yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan harus mempunyai persediaan
kas yang cukup untuk membayar dividen kas. Perusahaan yang mempunyai laba tetapi tidak
mempunyai dana kas yang cukup tidak dapat membagikan dividen kas dikarenakan akan
mengganggu aktivitas normal perusahaan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas mengenai dividen kas, laba akuntansi,
dan laba tunai maka peneliti menyadari untuk melakukan penelitian lebih lanjut melalui
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Tunai
Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Alasan obyek penelitian pada perusahaan manufaktur karena perusahaan
tersebut hampir tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian. Perusahaan akan tetap eksis
dan bertahan, disebabkan oleh produk yang dihasilkannya. Permintaan akan produk yang
dihasilkan perusahaan manufaktur juga akan tetap stabil walaupun ada sesuatu penurunan,
namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan dalam menghasilkan
laba yang optimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh antara laba akuntansi dengan dividen kas?
2. Apakah terdapat pengaruh antara laba tunai dengan dividen kas?
3. Apakah terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap deviden kas?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji pengaruh antara laba akuntansi dengan dividen kas.
2. Untuk menguji pengaruh antara laba tunai dengan dividen kas.
3. Untuk menguji pengaruh arus kas operasi terhadap deviden kas

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna pada :
1. Bagi Investor dan calon investor
Digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk membeli
saham jangka pendek maupun jangka panjang, menjual atau menahan saham
berdasarkan harapan atas dividen kas yang dibagikan dengan menggunakan informasi
laba akuntansi, laba tunai dan laporan keuangan perusahaan.
2. Bagi Emiten
Digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dividen kas
agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan serta memaksimumkan kemakmuran para
pemegang sahamnya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para investor ataupun
menarik calon investor untuk menanamkan modalnya pada waktu yang akan datang.
3. Bagi Akademisi
Digunakan untuk menambah wawasan dan sebagai tambahan bahan referensi bagi
kalangan akademisi dalam penelitian sejenis serta dapat digunakan sebagai masukan
dan menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan materi mengenai hubungan
antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas.
4. Bagi Penulis
Digunakan untuk menambah pengetahuan tentang hubungan laba akuntansi dan laba
tunai dengan dividen kas, Serta untuk memenuhi persyaratan akademik dalam
menyelesaikan studi pada Jurusan Akuntansi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Antara Laba Akuntansi Dengan Dividen Kas


Menurut Muqodim (2005:131) laba bersih yang dilaporkan merupakan laba akuntansi. Di
dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen
pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak. Belkaoui
(2011:229) menyatakan bahwa “Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai
perbedaan antara pendapatan realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama
periode berlangsung dan biaya-biaya historis yang berhubungan.”. Dalam metode historical
cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode
yang masing-masing diukur dengan biaya historis, sehingga hasilnya akan sama dengan laba
yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa laba akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba
akuntansi yang didapat dari selisih penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan dan
beban-beban operasi perusahaan.

B. Pengaruh Antara Laba Tunai Dengan Dividen Kas


Menurut evan (2003:199) laba tunai adalah laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan
beban – beban non kas seperti baban amortisasi, beban penyusutan, penjualan kredit, beban
gaji, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar, serta pembelian kredit. Penyusutan
merupakan pengalokasian biaya dari aktiva berwujud, sedangkan amortisasi menyusutkan
jumlah dari aktiva yang tidak berwujud. Arus kas bersih = Laba bersih – Pendapatan non kas
+ Beban non kas. Konsep penyusutan dalam laba tunai yaitu Fasilitas fisis atau biasa disebut
dengan aktiva operasional menghasilkan pendapatan lebih banyak melalui penggunaannya
daripada melalui penjualan kembali aktiva tersebut. Aktiva ini dapat dipandang sebagai
kuantitas jasa ekonomi potensial yang dikonsumsi selama menghasilkan pendapatan
(Dyckman dkk, 1996: 590). Fasilitas fisis memberi kontribusi jasa ke operasi berupa
kapasitas atau daya. Sehingga kos daya atau kapsitas fasilitas fisis tersebut harus diserap
menjadi bagian kos produksi dan akhirnya menjadi beban pendapatan (Suwardjono, 2005:
437). Prinsip-prinsip akuntansi menghendaki adanya penandingan biaya dari semua jenis
aktiva operasional dengan pendapatan selama umur manfaatnya.

C. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Deviden Kas


Menurut PSAK 02 (2009) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas.
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi
menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai
pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan
setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara
ketiga aktivitas tersebut.
 Aktivitas operasi, Menurut PSAK 02(2009) Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama
dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus
kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan
entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan
peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto.
 Aktivitas investasi, Menurut PSAK 02(2009) Pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas investasi adalah penting karena arus kas tersebut mencerminkan
pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan.
 Aktivitas pendanaan, Menurut PSAK 02(2009) Pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim
atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas.

D. Deviden Kas
Deviden adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham
dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan,
2000:434). Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha
dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam
suatu rapat pemegang saham.
Jenis Deviden :
a) Cash Dividen ialah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang
sahamnya dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang saham,
perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan akan dibagi dalam
bentuk cash dividen (M. Munandar, 1983: 312).
b) Script Dividen adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang
diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga
sampai dengan dibayarkannya uang tersebut kepada yang berhak. Script dividen seperti
ini biasanya dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan
tentang pembagian laba, dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang
cash yang cukup untuk membayar dividen cash (Arief Suaidi, 1994: 231).
c) Property Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun (modal) saham perusahaan).
d) Liquidating Dividen adalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham,
dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba
(Cash Dividen), sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang
ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (M.
Munandar, 1983: 314).
e) Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (M. Munandar, 1983: 314).
Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus.
Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih
banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang
jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa deviden kas adalah laba yang dibagikan kepada pemegang
saham berdasarkan hasil keputusan rapat umum pemegang saham dalam bentuk kas.
Besarnya deviden kas dilihat pada laporan perubahan ekuitas tahun berikutnya.

Dari perumusan masalah dan tujuan penelitian dapat digambarkan dalam kerangka
pemikiran sebagai berikut :

Laba Akuntansi

Laba Tunai Deviden Kas

Arus Kas Operasi


.
BAB II
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah perusahaan wholesale adn retail trade yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, yang metode pengambilan sampelnya menggunakan Purposive Sampling dan
data diperoleh dari www.idx.co.id atau indonesia stock exchabge.

B. Variable Penelitian
 Variable independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi, laba
tunai dan arus kas operasi pada setiap objek penelitian.
1) Laba Akuntansi, yaitu laba yang didapat dari penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan dan biaya-biaya operasi perusahaan. Laba akuntansi dalam penelitian ini
menggunakan laba bersih (net earnings) sebagai variabel laba akuntansi. Alasan
penggunaan laba bersih sebagai variabel laba akuntansi dikarenakan laba bersih
adalah laba yang menunjukkan bagian laba yang akan ditahan di dalam perusahaan
dan yang akan dibagikan sebagai dividen.
2) Laba tunai, yaitu laba yang didapat dari laba akuntansi ditambah dengan beban
penyusutan dan amortisasi.
3) Arus kas Operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (principal
revenue – producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
 Variable dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Deviden. Deviden yang
dimaksud diatas adalah deviden kas yang besarnya dapat dilihat pada laporan keuangan
tahunan bagian perubahan ekuitas tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan penelitian ini
bertujuan untuk mencari keeratan hubungan antara laba akuntansi, laba tunai dan arus kas
operasi periode ini dengan nilai deviden kas yang dibagikan perusahaan.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi bahwa data yang digunakan
dalam penelitian adalah data normal dan homogen ( Syamsul Hadi, 2004 : 102). Analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisa variabel-variabel independen, yaitu Laba
Akuntansi, Laba Tunai, Arus Kas Operasi terhadap variabel dependen, yaitu Deviden Kas.
Pengujian statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20.
Table Descriptive Statistic
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
LABA_AKUNTANSI 42 23940957953 6.E11 2.17E11 1.456E11
LABA_TUNAI 42 26445138995 8.E11 2.98E11 2.011E11
ARUS_KAS_OPERASI 42 4890036859 1.E12 2.93E11 2.880E11
DEVIDEN_KAS 42 5417280000 3.E11 7.38E10 7.421E10
Valid N (listwise) 42

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa data laba akuntansi selama periode penelitian
memiliki nilai minimum 23940957953, artinya nilai terendah dari laba akuntansi adalah sebesar
Rp 23.940.957.953, sementara nilai maksimumya adalah 6.E11, artinya nilai tertinggi dari laba
akuntansi adalah Rp 580.640.000.000. Sementara nilai rata-ratanya adalah 2.17E11 dengan
standar deviasi 1.456E11. Variabel independen yang kedua dari penelitian ini adalah Laba Tunai,
nilai minimum dari variabel ini adalah 26445138995, artinya nilai terendah dari laba tunai adalah
Rp 26.445.138.995 dan nilai maksimumnya adalah 8.E11 artinya adalah nilai tertinggi dari laba
tunai adalah Rp 758.192.000.000. Sementara nilai rata-ratanya adalah 2.98E11 dengan standar
deviasi 2.011E11. Variabel independen ketiga adalah arus kas operasi yang memiliki nilai
minimum 4890036859 yang artinya nilai terendah dari arus kas operasi adalah Rp 4.890.036.859
sedangkan nilai maksimum 1.E12, artinya nilai tertinggi adalah Rp 1.268.697.000.000.
Sementara nilai rata-ratanya adalah 2.93E11 dengan standar deviasi 2.880E11. Variabel
dependen dari penelitian ini adalah Deviden Kas. Berdasarkan tabel Descriptive statistics diatas
nilai minimum dari variabel ini adalah 5417280000, artinya adalah nilai terendah dari deviden
kas adalah Rp 5.417.280.000, sedangkan nilai maksimum adalah 3.E121 artinya adalah nilai
tertinggi adalah Rp 257.320.800.000. Sementara nilai rata-ratanya adalah 7.38E10 dengan
standar deviasi 7.421E10.
BAB IV
KESIMPULAN

Hasil analisa pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda pada sampel perusahaan
yang tergabung dalam perusahaan Wholesale and Retail Trade yang terdaftar di BEI periode
tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 menemukan bahwa :
1. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi yang diajukan pada
masing-masing varabel, bebas dari multikoloniaritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
2. Hasil pengujian terhadap 3 penelitian menunjukkan bahwa:
a. Variabel pertama yaitu Laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap Deviden Kas.
Hal ini dapat dilihat dari hasil t hitung > t tabel dengan derajat signifikasi sebesar
0.002 < α sebesar 0.05.
b. Variabel kedua yaitu Laba Tunai tidak berpengaruh signifikan terhadap Deviden Kas
karena dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan t hitung < t tabel dengan derajat
signifikasi sebesar 0.868 > α sebesar 0.05.
c. Variabel ketiga yaitu Arus Kas Operasi tidak berpengaruh Signifikan terhadap
Deviden Kas. Hal ini dapat dilihat dari hasil t hitung < t tabel dengan derajat
signifikasi sebesar 0.246 > α sebesar 0.05.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6847/SKRIPSI
%20LENGKAP-FEB- AKUNTANSI-BUSTANUL%20ARIFIN%20%28untuk
%20rektorat%29.pdf?sequence=1

https://media.neliti.com/media/publications/33447-ID-analisis-pengaruh-antara-laba-
akuntansi- laba-tunai-dan-arus-kas-operasi-terhadap.pdf

Komentar: Contoh paper diatas memiliki struktur yang sesuai dimana struktrur yang benar
meliputi judul dan nama penulis, abstrak, pendahuluan, penelitian terkait,
metodologipercobaan dan hasil, pembahasan, dan referensi

Anda mungkin juga menyukai