Anda di halaman 1dari 20

Karya Ilmiah Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karuniaNya, Penulis masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Karya tulis ilmiah ini disusun agar pembaca memeperluas ilmu tentang “Dampak Globalisasi Terhadap
Pendidikan”, karya tulis ini Penulis sajikan dari berbagai sumber.
Tujuan Penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, salah satunya adalah sebagai persyaratan mengikuti UN
dan UAS tahun ajaran 2014-2015. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca lainnya,
juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusuna karya tulis ilmiah ini dari awal hingga akhir, apabila ada kekurangan dari karya tulis ilmiah
ini, Penulis mohon maaf semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha Penulis. Amin …
Tangerang, Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan
untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini,
teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama
dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi
dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa
tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini
terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing
seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang
pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan
pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan
tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan
bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia
harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk
dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan
otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah
globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya
peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis
kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja
memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi
pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati
program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50
juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang
maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam
arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan.
Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan
ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah
biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan
kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat
ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah pada karya tulis ilmiah “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan” ini
dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut.
1. Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?

2. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?

3. Cara penyesuan pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan dan
menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi.
Dan diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi sehingga dampak
negatif yang berimbas bisa leih diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap
adanya pendidikan semakin lebih baik.
1.4. Metode Penelitian
Metode yang Penulis gunakan adalah dengan menggunakan Pengumpulan data atau internet.
1.5. Kegunaan Penelitian
Kita bisa menjadi lebih tahu dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu
pengetahuan mengenai globalisasi.
1.6 Sistematika Penelitian
Dalam bab ini. Sistematika yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, metode
penelitian dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II Berisi pembahasan tentang dampak globalisasi terhadap pendidikan.
BAB III Dalam bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran dari karya ilmiah yang berjudul
dampak globalisasi terhadap pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan
globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga
pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan
pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik,
dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses
seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk
terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan
Dampak positif dan negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin
berikut:
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan.
Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti
internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar
sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar
hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Perubahan Corak Pendidikan
Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak
sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur
kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam
Mengakses Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti
internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta
sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.

Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia a) Komersialisasi Pendidikan


Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan
tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan
bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya
perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah
semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens.
Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi
murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166). .
b) Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan
dampak negative bagi siswa. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan
sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses
oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui
internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi
meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”.
Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada
diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar
mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang
sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI
tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus
dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum.
Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang
berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan
teknologi. Secara kelembagaan,
Sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan
pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar,
sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan
oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa
yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama
ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh
aspek.
Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai sains-
teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal
membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum
yang ‘buta agama’ dan rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan
agama memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan
teknologi. Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti agama
membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.
2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap
tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa
Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran
dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita
yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak
kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak
dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah.
Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan
anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan
nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak
mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi
peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi,
maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu
bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) ,
dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi
yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua
pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia
juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam
globalisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan
untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan.
Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti
internet dan computer.
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan
tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan
bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya
perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) ,
dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi
yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua
pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu
3.2 Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk :
 Agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga
pendidikan berjalan dengan lancar
 Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah
beasiswa bagi guru untuk training
DAFTAR PUSTAKA
Faizah, F. 2009. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan, (Online),
(http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127), diakses 18 Oktober 2011.
http://winniwidyaputri.wordpress.com/2013/02/26/contoh-karya-tulis-sederhana-pendidikan-
karakter/
Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia,
(Online),(www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses 18 Oktober
2011.
“DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN”

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah merupakan satu kata yang pantas diucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang karena Bimbingan – Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah
karya tulis ilmiah dengan judul “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan”

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah yang dapat di pertanggung jawabkan hasilnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini.
Oleh karena itu kritik dan sarn dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya
harapkan

Terima kasih dan Semoga Makalah ini dapat memberikan sumbangan positif bagi kita
semua.

Tangerang, 1 Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul………………………………………………………………………………………………
……………. i

Kata
Pengantar……………………………..………………………………………………………… ii

Daftar isi
………………….…………………………………………………………………………… iii

Bab 1

Pendahuluan……………….………………………………………………………………………
…… 1

1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah……………………..…………………………………………………………… 2
3. Tujuan…………….………………………….………………………………………………………. 2
4. Manfaat……….……………………………….……………………………………………………. 3
Bab 2

Pembahasan……………..………………………………………………………………………
……… 4

1. Pengaruh globalisasi terhadap pendidikan…………………………………………………………..4


2. Keadaan buruk pendidikan di Indonesia……………………………..………………………………. 7
3. Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi……………………………………………… 10
4. Pentingnya Globalisasi Pada Pendidikan…………………………….……………………………… 11
5. Elemen Yang Bisa Menghadapi Globalisasi Pada Pendidikan………………………………………11
Bab 3

Penutup……………………………………………………………………………………………
……………. 15

1. Kesimpulan…..………………………………………………………………………………………… 15
2. Saran…………………………………………………………………………………………………… 15
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………………
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal.Lalu arti Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan
lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk
kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang
semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan
budaya. Arti Globalisasi juga adalah suatu proses yang mendunia, tidak kenal batas
ruang dan waktu. Proses globalisasi berlangsung melalui 2 dimensi, yaitu dimensi ruang
dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan
komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Teknologi informasi dan
komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar
luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya,
terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin cepatnya arus
globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di
indonesia mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini
terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan
diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata
ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah
hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas
internasional.

Salah satu dari globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya
bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya
selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal
ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja
memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab
globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Hal tersebut
hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju
semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan
tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka
dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah –
sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah
bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini
dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan
kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam
masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari
sekarang.

Sumber: (www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentang-pendidikan.html)
dan (http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)
Kalau arti Pendidikan, yaitu pembelajaran pengetahuan,keterampilan,dan kebiasaan
kelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran,pelatihan,atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan)
2. RUMUSAN MASALAH
Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak Globalisasi Terhadap
Pendidikan” ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut :

1 .Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?

2. Apa Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?


3. Bagaimana cara penyesuaian pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?
4. Mengapa Globalisasi penting bagi pendidikan?
5. Siapa yang bisa menghadapi arus globalisasi dalam dunia pendidikan?
3.TUJUAN
1.Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru dalam ujian
praktek bahasa indonesia. Lalu, bagi saya pribadi makalah ini juga bisa digunakan
untuk menambah pengetahuan bagi pelajar, baik dalam belajar maupun kehidupan.

2. Bagi Pembaca

Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia


pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Pembaca bisa
juga digunakan makalah ini untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas,
sehingga kedepannya tercipta sumber daya manusia yang unggull

3.Bagi Masyarakat

Supaya masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi sehingga
dampak negatif yang sudah ada bisa lebih di tinggalkan. Dan juga diharapkan agar
realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.

4. MANFAAT
Supaya bisa memperluas kesempatan studi ke luar negeri. Lalu, bisa juga menjadi
pembanding untuk tenaga yang tidak berkualitas yang akhirnya jadi pagar sekaligus
semangat untuk lebih serius dan berkembang.

Untuk memperluas wawasan, dan semakin canggihnya ilmu pengetahuan. Selain itu,
pikiran kita bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sekarang. Dan juga
pikiran kita semakin berkembang dari zaman ke zaman. Dan juga kita gak kalah
terhadap pendidikan terhadap Negara lain.
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan


Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat.
Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena
terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke
Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus
dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan
akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang
dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan
dampak positif dan negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan
dalam poin-poin berikut:

1.Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:

1. Pengajaran Interaktif Multimedia


Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis
dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan
suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan
dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music,
gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi. Dalam fenomena
balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek.
Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk
sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung
menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi
mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang
membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan
verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-
hubungkan fakta dengan konsep.

1. Perubahan Corak Pendidikan


Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat
dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan.
Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan
paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah
atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai
dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia
pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat
membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta
sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada
tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat
kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah
awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas
yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan.
Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya
guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya
mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya
melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu
menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.

2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:


1. Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-
sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan
sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam
bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai
pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji
murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens.
Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil,
bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).

1. Bahaya Dunia Maya


Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga
dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi
yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian,
rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti
pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa.
Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet.
Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur
pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs
pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.

1. Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan
kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

2. Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia


3. Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem
pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian
kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini tampak
jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum.
Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang
sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan
melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan,
Sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi
agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan
umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi
umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat
bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan
dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa
yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara
serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal,
bukan menjadi landasan seluruh aspek.

Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang


menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi,
pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan
penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum yang ‘buta agama’ dan
rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan
agama memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari
segi sains dan teknologi. Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam.
Sedang yang mengerti agama membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke
sektor modern.

1. Mahalnya Biaya Pendidikan


Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan
masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan
yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai
Perguruan Tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak
bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di
Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite
sekolah yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah
komite sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai
keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena
komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.

Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan
(RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum
jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status
itu pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan
warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Privatisasi atau
semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari
tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri
Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor
pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar
seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen
(Kompas, 10/5/2005).

Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika,
10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah
melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki
otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu
saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan
mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan
berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status
sosial, antara kaya dan miskin.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang
seharusnya membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari
tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi
Pemerintah untuk ‘cuci tangan’. Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan
bahwa “mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan
menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
tidak membeda-bedakan kelas sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun,
pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade).

Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah
dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak bisa
mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi
kepentingan pribadi maupun golongan.”

1. Kualitas SDM yang Rendah


Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian
anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika
dibandingkan dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara
dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata
kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM
yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan
pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India
mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.

Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di Indonesia
masih kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1. berikut menjelaskan
tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK untuk
tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan,
dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan.

Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya
manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan non formal.

3. Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi


Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi
globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus
global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan
memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi
khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita
yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita
menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis
bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam
pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari
pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga
memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita
lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional
kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata
tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga
yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan
yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran
kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang
globalisasi ini.

Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning


strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan
pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-
tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat
untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit
kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam
globalisasi.

Sumber: (www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentang-pendidikan.html)
4. 4. PENTINGNYA GLOBALISASI PADA PENDIDIKAN

Karena Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang didalamnya


terdapat proses mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan,
yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya dan kepribadian yang dapat
berdampak positif dan negatif. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi
yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia
harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan
sistem pendidikan yang lebih komperehensif dan fleksibel. Dan dalam merespon
globalisasi, kita hendaknya tidak terjebak ke dalam sikap-sikap ekstrem, mendukung
dan menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi,
hendaknya kita bisa bersikap lebih kritis dan kreatif dengan melakukan penelaahan
terhadap setiap sisi dari globalisasi.

5. ELEMEN YANG BISA MENGHADAPI GLOBALISASI PADA PENDIDIKAN

1. Pendidik (Guru)
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dijalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Disamping itu, di era global saat ini dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru sebagai
tenaga professional, yang mampu meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan
system pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikn nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.

Maka dari itu, masalah guru merupakan topik yang tidak pernah habis dibahas dan
selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan pengaruh globalisasi dalam
pendidikan, karena permasalahan guru sendiri dan dunia pendiidkan yang
menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya persoalan etika dan moral anak
bangsa, bukan hanya permasalahan guru namun jika yang dituju adalah moral peserta
didik (siswa), maka tidak ada alasan untuk guru dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan
pendidik, memang tidak hanya harus membina para murid segi kognitif dan
psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat
dituntut agar apa yang ia kerjakan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar dan juga
kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata pelajaran,
tapi yang paling penting adalah pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini
memang sangat sulit bagi seorang guru karena keterbatasan kontrolling pada murid
kerap membuatnya kecolongan.

Disamping itu, dalam menghadapi era globalisasi guru dituntut meningkatkan


profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Guru juga harus siap menghadapi
kata kunci dunia pendidikan, seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas
tinggi. Dengan demikian kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para
guru untuk menyelamatkan profesinya.
Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru harus bisa mengembangun tiga
intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional, dan moral. Tiga unsur itu harus
ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri dalam dirinya. Kemudian
system pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga menjadi penting bagi guru, sehingga
dapat megembangkan seluruh potensi diri siswa, dan memunculkan keinginan bagi
siswa untuk maju yang diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang
yang diminati melalui belajr mandiri (self study) yang kuat. Dengan perkembangan
bidang teknologi informasi semakin mendorong dalam kemajuan bidang ilmu
pengetahuan, sehingga dunia pendidikan harus memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan semaksimal mungkin.
1. Peserta Didik (Siswa)
Selain tugas utama seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga harus mampu
memilah dan memilih segala pengaruh yang masuk dalam dirinya, baik itu pengaruh
dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun media masa. Dampak dari pengaruh
globalisasi terhadap siswa akan sangat mungkin berdampak negativ dan
menghancurkan dirinya jika tidak segera ditanggulangi.

Baik pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat terlihat jelas bagi
siswa dalam perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Hal itu dikarenakan mereka masih
dalam masa-masa labil, dan masa-masa dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal yang
dianggap baru. Hal ini yang perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yang ada
disekitarnya.

Akses internet yang terbuka seluas-luasnya akan berdampak buruk bagi siswa jika
digunakan untuk mengakses video porno, maupun gambar-gambar lainnya yang tidak
sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat baik jika akses interet digunakan oleh
mereka untuk mencari informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya karena dunia
ini akan terasa sempit melaui dunia maya.

Dua hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga tidak jarang yang
menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi bagi siswa. Maka dari itu tiga
unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual, emosional, dan moral sangat penting untuk
mereka miliki.
Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi arus globalisasi dan tidak
ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional dan
spiritual siswa juga harus terdidik dengn baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik
dan bisa bertahan diantara pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip
spiritualnya.
1. Orang Tua
Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama bagi anak sebelum
mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga sangat besar dalam
pertumbuhan seorang anak, karena disamping mempunyai kedekatan secara
emosional, mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan yang lebih karena tinggal
dalam satu atap atau satu rumah.

Peran orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya
sangat penting, dimana jika keluarga sedikit mengbaikan itu maka akan berdampak
pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya yang tidak terkontrol. Orang tua terkadang
memberikan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik dan mengembangkan
potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas
hanya dalam jam pelajaran sekolah.

Mencari tahu segala kegiatan anak tidak harus dengan mengikutinya setiap detik dan
setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak hal dan cara, seperti dengan
memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa teman bermain, menanyakan
keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah, dan lain sebagainya. Hal seperti ini
sangat mudah dilakukan, namun terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya
masing-masing bahan tidak mau tahu sehingga anak seringkali terabaikan.

Sumber: (https://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-
terhadap-pendidikan-di-indonesia/)
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang telah menjadi
bahasan dalam makalah ini. Tentu juga makalah ini banyak kesalahan karena
terbatasnya pengetahuan saya (penulis) serta rujukan atau referensi yang
saya(penulis) peroleh. Saya berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dan
lugas dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini
bermanfaat bagi pembaca.

1. Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk:

1. Masyarakat agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal
pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar.
2. Pemerintah harus menganggarkan dana yang cukup untuk keperluan pendidikan dan
menambah beasiswa bagi guru untuk training

DAFTAR PUSTAKA
(https://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-terhadap-
pendidikan-di-indonesia/)
(www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentang-pendidikan.html)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)

Anda mungkin juga menyukai