Anda di halaman 1dari 7

NAMA: NABILA SITI FATIMAH ZAHRA

KELAS: XII MIPA 1


TEKS EDITORIAL (EDISI 10 AGUSTUS 2020)

JANGAN PERTARUHKAN NASIB PESERTA DIDIK

Di tengah pandemi COVID-19 sekalipun, pemerintah tetap berkewajiban memenuhi hak


anak bangsa untuk memperoleh pendidikan. Meskipun begitu, pemerintah tidak boleh
sembarangan membuka sekolah berdasarkan status wabah suatu daerah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaa Nadiem Makari pada jumat lalu mengizinkan
sekolah yang berada di wilayah zona kuning untuk mengadakan pembelajaran luring (tatap
muka). Padahal sebelumnya Kemdikbud hanya mengizinkan sekolah di zona hijau saja untuk
dibuka secara bertahap dengan protokol kesehatan yang ketat.
Jika tidak dilaksanan dengan hati-hati, izin berdasarkan status wilayah tersebut bisa
menjadi malapetaka. Sebab, zona merah, oranye, kuning atau hijau bukanlah sekat yang ketat.
Selama pergerakan penduduk antar zona wilayah masih bebas, maka semua zona tetap rawan
tertular COVID-19.
Izin pembelajaran tatap muka sebaiknya diberikan berdasarkan kesiapan dari masing-
masing sekolah untuk menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Tolak ukurnya tidak hanya
dari ketersediaan fasilitas pencegah penularan saja. Sekolah juga harus memastikan semua guru,
staff, murid, hingga orangtua siswa tidak memiliki riwayat interaksi dengan suspect yang
terpapar virus. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah.
Pengakuan Mas Menteri Nadiem bahwa PJJ atau pembelajaran jarak jauh selama masa
pandemi kurang efektif bukanlah hal yang mengada-ada. Di berbagai wilayah terutama di di
daerah terpencil banyak murid yang tidak memiliki smartphone dan akses internet. Tidak sedikit
pula guru yang belum siap mengajar dari jarak jauh.
Pandemi COVID-19 memang telah memperlihatkan lagi betapa timpangnya infrastruktur
Indonesia. Sebelumnya, OECD atau Organization for Economic Cooperation and Development
pernah melansir data bahwa hanya 34 persen penduduk Indonesia yang terkoneksi dengan
internet. Survey Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia pada tahun 2018 juga mengungkap
hasil yang serupa. Di Jawa, lebih dari 55,7% penduduk dapat mengakses internet. Sementara itu
di Kalimantan baru 6,6% saja yang terhubung ke internet. Namun semua fakta tersebut tidak
menjadi alasan untuk memperlonggar izin pembukaan sekolah.
Pada masa pandemi yang masih berkecamuk, pemerintah tidak boleh bertaruh dengan
memperluas wilayah yang boleh mengadakan pembelajaran tatap muka. Kebijakan membuka
sekolah di zona kuning tanpa menjamin keamanannya hanya akan menimbulkan kesan bahwa
pemerintah telah putus asa.
Pemerintah harus berusaha lebih keras untuk mencari jalan keluar dalam mengatasi
hambatan pembelajaran daring. Misalnya dengan memberikan tunjangan dan fasilitas yang
memadai untuk para guru dan murdi yang kurang mampu. Dalam masa pandemi ini, peran guru
dalam menyelamatkan masa depan anak sama pentingnya dengan peran tenaga medis dalam
menyelamatkan nyawa pasien.
Sembari mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh, pemerintah juga sebaiknya
mendorong keluarga sebagai salah satu tempat pendidikan utama. Pandemi telah memaksa
orangtua untuk lebih lama berada di rumah bersama anaknya. Ini adalah kesempatan yang dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengajak orangtua agar secara intensif membimbing
anaknya sendiri.
Setelah wabah berlalu pemerintah juga harus lebih serius dalam membangun infrastruktur
pendidikan yang merata. Sebab hanya melalui pemerataan akses pendidikan semua anak bangsa
dapat merawat harapan akan masa depan yang lebih baik.
ANALISIS STRUKTUR DAN KEBAHASAAN TEKS EDITORIAL
JANGAN PERTARUHKAN NASIB PESERTA DIDIK

1. STRUKTUR TEKS EDITORIAL (JANGAN PERTARUHKAN NASIB PESERTA


DIDIK)
No. Struktur Teks
1. Pengenalan Isu Di tengah pandemi COVID-19 sekalipun, pemerintah
(Tesis) tetap berkewajiban memenuhi hak anak bangsa untuk
memperoleh pendidikan. Meskipun begitu, pemerintah
tidak boleh sembarangan membuka sekolah berdasarkan
status wabah suatu daerah.
2. Argumen Menteri Pendidikan dan Kebudayaa Nadiem Makari
pada jumat lalu mengizinkan sekolah yang berada di
wilayah zona kuning untuk mengadakan pembelajaran
luring (tatap muka). Padahal sebelumnya Kemdikbud
hanya mengizinkan sekolah di zona hijau saja untuk
dibuka secara bertahap dengan protokol kesehatan yang
ketat.

Jika tidak dilaksanan dengan hati-hati, izin berdasarkan


status wilayah tersebut bisa menjadi malapetaka. Sebab,
zona merah, oranye, kuning atau hijau bukanlah sekat
yang ketat. Selama pergerakan penduduk antar zona
wilayah masih bebas, maka semua zona tetap rawan
tertular COVID-19.

Izin pembelajaran tatap muka sebaiknya diberikan


berdasarkan kesiapan dari masing-masing sekolah untuk
menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Tolak
ukurnya tidak hanya dari ketersediaan fasilitas pencegah
penularan saja. Sekolah juga harus memastikan semua
guru, staff, murid, hingga orangtua siswa tidak memiliki
riwayat interaksi dengan suspect yang terpapar virus.
Hal tersebut bukanlah hal yang mudah.

Pengakuan Mas Menteri Nadiem bahwa PJJ atau


pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi kurang
efektif bukanlah hal yang mengada-ada. Di berbagai
wilayah terutama di di daerah terpencil banyak murid
yang tidak memiliki smartphone dan akses internet.
Tidak sedikit pula guru yang belum siap mengajar dari
jarak jauh.

Pandemi COVID-19 memang telah memperlihatkan lagi


betapa timpangnya infrastruktur Indonesia. Sebelumnya,
OECD atau Organization for Economic Cooperation and
Development pernah melansir data bahwa hanya 34
persen penduduk Indonesia yang terkoneksi dengan
internet. Survey Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia pada tahun 2018 juga mengungkap hasil yang
serupa. Di Jawa, lebih dari 55,7% penduduk dapat
mengakses internet. Sementara itu di Kalimantan baru
6,6% saja yang terhubung ke internet. Namun semua
fakta tersebut tidak menjadi alasan untuk
memperlonggar izin pembukaan sekolah.

Pada masa pandemi yang masih berkecamuk,


pemerintah tidak boleh bertaruh dengan memperluas
wilayah yang boleh mengadakan pembelajaran tatap
muka. Kebijakan membuka sekolah di zona kuning
tanpa menjamin keamanannya hanya akan menimbulkan
kesan bahwa pemerintah telah putus asa.
3. Penegasan Ulang Pemerintah harus berusaha lebih keras untuk mencari
jalan keluar dalam mengatasi hambatan pembelajaran
daring. Misalnya dengan memberikan tunjangan dan
fasilitas yang memadai untuk para guru dan murdi yang
kurang mampu. Dalam masa pandemi ini, peran guru
dalam menyelamatkan masa depan anak sama
pentingnya dengan peran tenaga medis dalam
menyelamatkan nyawa pasien.

Sembari mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh,


pemerintah juga sebaiknya mendorong keluarga sebagai
salah satu tempat pendidikan utama. Pandemi telah
memaksa orangtua untuk lebih lama berada di rumah
bersama anaknya. Ini adalah kesempatan yang dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengajak orangtua
agar secara intensif membimbing anaknya sendiri.

Setelah wabah berlalu pemerintah juga harus lebih


serius dalam membangun infrastruktur pendidikan yang
merata. Sebab hanya melalui pemerataan akses
pendidikan semua anak bangsa dapat merawat harapan
akan masa depan yang lebih baik.

2. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS EDITORIAL (JANGAN PERTARUHKAN


NASIB PESERTA DIDIK)

A. Adverbia Frekuentatif
No. Kalimat Adverbia Frekuentatif
1. Di tengah pandemi COVID-19 sekalipun, Tetap
pemerintah tetap berkewajiban memenuhi hak
anak bangsa untuk memperoleh pendidikan.

B. Konjungsi
No. Kalimat Konjungsi Fungsi
1. Meskipun begitu, pemerintah tidak Meskipun begitu Untuk menyatakan
boleh sembarangan membuka pertentangan
sekolah berdasarkan status wabah terhadap kalimat
suatu daerah. sebelumnya
2. Padahal sebelumnya Kemdikbud Padahal Untuk memperkuat
hanya mengizinkan sekolah di argumentasi
zona hijau saja untuk dibuka
secara bertahap dengan protokol
kesehatan yang ketat.
3. Sebab, zona merah, oranye, kuning Sebab Untuk memperkuat
atau hijau bukanlah sekat yang argumentasi
ketat.
4. Namun semua fakta tersebut tidak Namun Untuk menyatakan
menjadi alasan untuk pertentangan
memperlonggar izin pembukaan terhadap kalimat
sekolah. sebelumnya
5. Misalnya dengan memberikan Misalnya Untuk memperkuat
tunjangan dan fasilitas yang argumentasi
memadai untuk para guru dan
murdi yang kurang mampu.

C. Verba
No. Kalimat Verba Jenis Verba
1. Di tengah pandemi COVID-19 Memenuhi, Verba Material
sekalipun, pemerintah tetap Memperoleh
berkewajiban memenuhi hak anak
bangsa untuk memperoleh
pendidikan.
2. Menteri Pendidikan dan Mengizinkan, Verba Material
Kebudayaa Nadiem Makari pada Mengadakan
jumat lalu mengizinkan sekolah
yang berada di wilayah zona
kuning untuk mengadakan
pembelajaran luring (tatap muka).
3. Jika tidak dilaksanan dengan hati- Menjadi Verba Relasional
hati, izin berdasarkan status
wilayah tersebut bisa menjadi
malapetaka.
3. Sekolah juga harus memastikan Memastikan Verba Material
semua guru, staff, murid, hingga
orangtua siswa tidak memiliki
riwayat interaksi dengan suspect
yang terpapar virus
4. Tidak sedikit pula guru yang Mengajar Verba Material
belum siap mengajar dari jarak
jauh.
5. Pandemi COVID-19 memang telah Memperlihatkan Verba Material
memperlihatkan lagi betapa
timpangnya infrastruktur Indonesia
6. Dalam masa pandemi ini, peran Menyelamatkan Verba Material
guru dalam menyelamatkan masa
depan anak sama pentingnya
dengan peran tenaga medis dalam
menyelamatkan nyawa pasien.
7. Ini adalah kesempatan yang dapat Mengajak, Verba Material
dimanfaatkan oleh pemerintah Membimbing
untuk mengajak orangtua agar
secara intensif membimbing
anaknya sendiri.
8. Setelah wabah berlalu pemerintah Membangun Verba Material
juga harus lebih serius dalam
membangun infrastruktur
pendidikan yang merata.

Anda mungkin juga menyukai