Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN

Pembimbing :
Asep Saeful Islam, M.Pd

Disusun oleh :
Kelas : IX B
Lucky Alamsyah

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 3 LEMAHSUGIH


TAHUN PELAJARAN 2016

LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini disahkan dan disetujui oleh :

Pembimbing

Asep Saeful Islam, M.Pd

Disetujui Oleh :

Kepala sekolah

Wali kelas

Kosma Darta, S.Pd


NIP. 19620316 198412 1001

Ika Nurhayati

MOTTO

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama
ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmatNya sehingga saya bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas sekolah.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, saya banyak mengalami
kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
saya. Namun sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun
demikian saya berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
meskipun tersusun sangat sederhana. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak/Ibu guru, yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada saya setiap saat.
2. Orang Tua dan keluarga saya tercinta yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Teman-teman saya yang telah berbagi pengetahuan agar karya tulis ilmiah ini
dapat selesai dengan baik. Terima kasih atas semuanya.
Demikian semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi saya dan
para pembaca pada umumnya. Sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif
dan membangun, guna penulisan karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang.

Lemahsugih,

April 2016
Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
MOTTO..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3

Tujuan........................................................................................................2

1.4

Manfaat......................................................................................................2

1.5

Sistematika Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1

Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan...................................3

2.2

Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia..................................................6

2.3

Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi..............................9

2.4

Pentingnya Globalisasi Pada Pendidikan................................................10

2.5

Elemen Yang Bisa Menghadapi Globalisasi Pada Pendidikan................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................15


3.1

Kesimpulan..............................................................................................15

3.2

Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut asal katanya, kata globalisasi diambil dari kata global,
yang maknanya ialah universal.Lalu arti Globalisasi adalah proses integrasi
internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk,
pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur
transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling
ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Arti
Globalisasi juga adalah suatu proses yang mendunia, tidak kenal batas ruang
dan waktu. Proses globalisasi berlangsung melalui 2 dimensi, yaitu dimensi
ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti
bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam
globalisasi. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh
karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam
bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
semakin cepatnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi
dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia mulai melakukan globalisasi
dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah
sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa
asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib
sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah
hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program
kelas internasional.
1.2 Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah pada makalah Dampak Globalisasi


Terhadap Pendidikan ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut :
1. Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?
2. Apa Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?
3. Bagaimana cara penyesuaian pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?
4. Mengapa Globalisasi penting bagi pendidikan?
5. Siapa yang bisa menghadapi arus globalisasi dalam dunia pendidikan?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru
dalam ujian praktek bahasa indonesia. Lalu, bagi saya pribadi makalah ini
juga bisa digunakan untuk menambah pengetahuan bagi pelajar, baik dalam
belajar maupun kehidupan.
1.4 Manfaat
Supaya bisa memperluas kesempatan studi ke luar negeri. Lalu, bisa
juga menjadi pembanding untuk tenaga yang tidak berkualitas yang akhirnya
jadi pagar sekaligus semangat untuk lebih serius dan berkembang.
Untuk memperluas wawasan, dan semakin canggihnya ilmu
pengetahuan. Selain itu, pikiran kita bisa menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman sekarang. Dan juga pikiran kita semakin berkembang
dari zaman ke zaman. Dan juga kita gak kalah terhadap pendidikan terhadap
Negara lain.
1.5 Sistematika Penulisan
Tersusunnya makalah ini didahului dengan kegiatan penelitian,
kemudian berdasarkan data-data yang diperoleh, diolah dan dianalisa sehingga
diperoleh suatu keadaan tertentu, dan kemudian hasil dari penelitian dan
pengolahan atau analisa data tersebut disajikan dalam bentuk makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi
dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan
tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi
pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan
mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki
manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan
akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan
bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah
globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari pengaruh
globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
1. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:
a. Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah
pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat
klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru
seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan
sebatang

kapur,

sesekali

membuat

gambar

sederhana

atau

menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk


mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada
computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat
digabungkan menjadi suatu proses komunikasi. Dalam fenomena
balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah
bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang
bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan
multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang
guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar
3

tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005)
yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui
stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti
mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubunghubungkan fakta dengan konsep.
b. Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara.
Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF
dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat
kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya
UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah
membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis
menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak
mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan
karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi
Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya
globalisasi seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses
berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset
antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat
tinggalnya. Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu,
kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru.
Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa.
KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah
awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap
pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang
didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa
dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru
yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan
siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak
mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa
4

tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsepkonsep, dan fakta sendiri.
2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:
a. Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak
didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis.
John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan
bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya Masa
Depan Sempurna bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai
pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah
semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr.
Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus
membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi
murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).
b. Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi
dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa.
Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative
bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,
kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan
seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa
pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba
banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu
diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi
meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal
melalui situs pertemanan facebook. Hal ini sangat berbahaya pada
proses belajar mengajar.
c. Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet
dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga
guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar
mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia

Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik


1. Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini
adalah sistem pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat
antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang
berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini tampak
jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan
pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti
telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian
sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan
sains dan teknologi. Secara kelembagaan,
Sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui
madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen
Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah
menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa
pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas
dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan
karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan
justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah
satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan
seluruh aspek.
Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan
orang yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang
diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal
membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama.
Banyak lulusan pendidikan umum yang buta agama dan rapuh
kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan
pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya
pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan teknologi. Sehingga, sektor-

sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti agama


membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.
2. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar
di kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya
untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan
dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi membuat
masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin
mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi
dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS selalu
disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki
akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah
terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai
keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak
transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada
sekolah.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan
Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik
publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan
politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah
dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada
pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Privatisasi atau semakin
melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari
tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang
luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya
merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector
yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana
pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti
Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi

pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi


pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan
pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi
untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah
tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan
dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu
untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat
semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi
persoalannya

siapa

yang

seharusnya

membayarnya?.

Kewajiban

Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan


dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan
bermutu. Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari
tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan
bagi Pemerintah untuk cuci tangan. Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007)
menjelaskan bahwa mencermati konteks pendidikan dalam praktik
seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan
kelas sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan
kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade).
Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran
masuk sekolah dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu,
pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk
mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun
golongan.
3. Kualitas SDM yang Rendah
Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik,
kualitas kepribadian anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan.
Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara lain.
Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang
masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata
kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan

kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayangbayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang
dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di
pasar Internasional.
Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa
daerah di Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera
diantisipasi. Tabel 1. berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk
tingkat TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan
2005. Total kita masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan, dan
ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan
sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang baik,
tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar
belakang pendidikan non formal.
2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut
begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia
masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk
memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah
salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang
kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak
kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih
ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi
keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal
sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang
tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam
pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah
melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan
sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak

mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan
keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka
membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka
semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita
sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah
(pandangan),

repositioning

strategy

(strategi),

dan

visioning
leadership

(kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari
transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan
yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat
untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa
bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai
pemenang dalam globalisasi.
Sumber:
(www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentangpendidikan.html)
2.4 Pentingnya Globalisasi Pada Pendidikan
Karena Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang
didalamnya terdapat proses mempengaruhi dalam segala bidang terutama
dalam ranah pendidikan, yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya
dan kepribadian yang dapat berdampak positif dan negatif. Pendidikan tidak
mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat
global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan
reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem
pendidikan yang lebih komperehensif dan fleksibel. Dan dalam merespon
globalisasi, kita hendaknya tidak terjebak ke dalam sikap-sikap ekstrem,
mendukung dan menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentahmentah. Akan tetapi, hendaknya kita bisa bersikap lebih kritis dan kreatif
dengan melakukan penelaahan terhadap setiap sisi dari globalisasi.
2.5 Elemen Yang Bisa Menghadapi Globalisasi Pada Pendidikan
1. Pendidik (Guru)

10

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,


mengajar,

membimbing,

mengarahkan,

melatih,

menilai,

dan

mengevaluasi peserta didik dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar,


dan pendidikan menengah.
Disamping itu, di era global saat ini dituntut adanya fungsi dari
keberadaan guru sebagai tenaga professional, yang mampu meningkatkan
martabat serta mampu melaksanakan system pendidikan nasional dan
mewujudkan pendidikn nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Maka dari itu, masalah guru merupakan topik yang tidak pernah
habis dibahas dan selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan
pengaruh globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri
dan dunia pendiidkan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada
dasarnya persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya
permasalahan guru namun jika yang dituju adalah moral peserta
didik (siswa), maka tidak ada alasan untuk guru dilibatkan. Guru sebagai
pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus membina para murid
segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan
tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia kerjakan dipraktekan
oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral
pelajar dan juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada
pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling penting adalah pencetakan
karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi seorang
guru karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya
kecolongan.
Disamping itu, dalam menghadapi era globalisasi guru dituntut
meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Guru
juga

harus

siap

menghadapi

kata

kunci

dunia

pendidikan,

seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dengan


demikian kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para
guru untuk menyelamatkan profesinya.

11

Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru harus bisa


mengembangun tiga

intelegensi dasar

siswa.

Yaitu: intelektual,

emosional, dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid
sekuat-kuatnya

agar

terpatri

dalam

dirinya.

Kemudian

system

pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga menjadi penting bagi guru,
sehingga dapat megembangkan seluruh potensi diri siswa, dan
memunculkan keinginan bagi siswa untuk maju yang diikuti ketertarikan
untuk menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati melalui belajr
mandiri (self study) yang kuat. Dengan perkembangan bidang teknologi
informasi semakin mendorong dalam kemajuan bidang ilmu pengetahuan,
sehingga

dunia

pendidikan

harus

memiliki

kemampuan

untuk

memanfaatkan semaksimal mungkin.


2. Peserta Didik (Siswa)
Selain tugas utama seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga
harus mampu memilah dan memilih segala pengaruh yang masuk dalam
dirinya, baik itu pengaruh dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun
media masa. Dampak dari pengaruh globalisasi terhadap siswa akan
sangat mungkin berdampak negativ dan menghancurkan dirinya jika tidak
segera ditanggulangi.
Baik pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat
terlihat jelas bagi siswa dalam perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari.
Hal itu dikarenakan mereka masih dalam masa-masa labil, dan masa-masa
dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal yang dianggap baru. Hal ini
yang perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yang ada disekitarnya.
Akses internet yang terbuka seluas-luasnya akan berdampak buruk
bagi siswa jika digunakan untuk mengakses video porno, maupun
gambar-gambar lainnya yang tidak sepantasnya mereka akses. Namun
akan sangat baik jika akses interet digunakan oleh mereka untuk mencari
informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya karena dunia ini akan
terasa sempit melaui dunia maya.
Dua hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat sekali,
sehingga tidak jarang yang menyalahgunkan dalam pemanfaatan
kemajuan teknologi bagi siswa. Maka dari itu tiga unsur dasar bagi siswa,
12

yaitu intelektual, emosional, dan moral sangat penting untuk mereka


miliki.
Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi arus
globalisasi dan tidak ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus.
Selain itu, dimensi emosional dan spiritual siswa juga harus terdidik
dengn baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan bisa bertahan
diantara

pengaruh demoralisasi di

era

globalisasi

dengan

prinsip

spiritualnya.
3. Orang Tua
Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama bagi
anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga
juga sangat besar dalam pertumbuhan seorang anak, karena disamping
mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai tingkat
kebersamaan yang lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu rumah.
Peran orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan
oleh anak-anaknya sangat penting, dimana jika keluarga sedikit
mengbaikan itu maka akan berdampak pada kepribadian dan perilaku
anak-anaknya yang tidak terkontrol. Orang tua terkadang memberikan
sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik dan mengembangkan potensi
anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas
hanya dalam jam pelajaran sekolah.
Mencari tahu segala kegiatan

anak

tidak

harus

dengan

mengikutinya setiap detik dan setiap waktu. Namun bisa dilakukan


dengan banyak hal dan cara, seperti dengan memberikan perhatian,
menanyakan dengan siapa teman bermain, menanyakan keadaan anak
kepada guru-guru nya di sekolah, dan lain sebagainya. Hal seperti ini
sangat mudah dilakukan, namun terkadang orang tua sibuk dengan
kegiatannya masing-masing bahan tidak mau tahu sehingga anak
seringkali terabaikan.
Sumber:
(https://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruhglobalisasi-terhadap-pendidikan-di-indonesia/)

13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang
telah menjadi bahasan dalam makalah ini.
Tentu juga makalah ini banyak kesalahan karena terbatasnya pengetahuan
saya (penulis) serta rujukan atau referensi yang saya(penulis) peroleh. Saya
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dan lugas dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat
bagi pembaca.
3.2 Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk:
1. Masyarakat agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya
dalam hal pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar.
2. Pemerintah harus menganggarkan dana yang cukup untuk keperluan
pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training

14

DAFTAR PUSTAKA
(https://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-terhadappendidikan-di-indonesia/)
(www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentang-pendidikan.html)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)

15

Anda mungkin juga menyukai