Semua ini menyebabkan para lulusan hanya bisa mencari kerja akan
tetapi tidak mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal
lapangan pekerjaan hanya terbatas, kualitas pendidikan di Indonesia
sangatlah memprihatinkan karena kualitas para gurunya saja menepati
peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik, posisi
tersebut menempatkan negeri agraris ini di bawah vietnam yang
negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu, sedangkan untuk
kemampuan membaca indonesia berada pada peringkat ke 39 dari 42
negara berkembang di dunia,
Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah sebagai berikut :
2. Kurangnya sarana dan prasarana belajar. Guru sebagai pendidik dituntut harus selalu
menggunakan alat peraga untuk setiap melaksanakan KBM. Mungkin bisa diatasi dengan
membuat alat peraga sederhana, tapi tidak semua guru bisa membuat alat peraga. Jadi
alangkah baiknya bila pemerintah yang menyediakan alat peraga semua mata pelajaran
berikut petunjuk pemakaiannya. Juga terbatasnya buku sumber dan buku penunjang
pembelajaran baik bagi siswa maupun bagi guru turut andil dalam rendahnya mutu
pendidikan.
5. Siswa kurang motivasi dalam belajar, bila hal ini terjadi ini adalah tugas bersama yaitu
guru dan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajaran.
Beri pengertian dengan bahasa sederhana dan komunikatif pentingnya belajar untuk bekal
hidup dan masa depan sebagai jembatan untuk menuju cita-cita.
6. Dampak buruk dari alat elektronik seperti televisi dan Play Station atau game. Seharusnya
televisi mempunyai dampak positip terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi kebanyakan anak
bahkan orang tua kurang senang menonton berita, mereka lebih senang menonton sinetron
atau acara gosip. Seharusnya anak dibimbing dan dibatasi waktunya menonton televisi. Anak
juga jangan sampai kecanduan bermain game hingga lupa pada tugasnya untuk belajar, main
game juga perlu dibatasi waktunya misalnya hanya pada hari libur saja dengan durasi waktu
maksimal 2 jam.
sumber:
http://dehasjsunda.blogspot.com/2012/05/penyebab-rendahnya-mutu-pendidikan-di.html
Pendidikan adalah hal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu negara. Dalam
UUD 1945 telah diatur oleh pasal 32 ayat 1 yang berbunyi "Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan."
Realisasi pasal tersebut adalah sebuah visi dari misi yang tertera pada Pembukaan UUD 1945
(Piagam Jakarta) dalam alinea ke-4 yang berbunyi "Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mecerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.....".
Dari kedua kutipan tersebut, sangat jelas bahwa pendidikan akan meningkatkan mutualitas
sebuah negara. Pendidikan adalah suatu hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap
manusia.
Melalui pencapaian pendidikan, seorang individu dapat pula meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) dalam mengembangkan kualitas sebuah negara. Dimana hak fasilitas
pendidikan yang layak sudah terpenuhi, saatnya memenuhi kewajiban untuk mengecap
pendidikan dengan bersunguh-sungguh.
Dari pendidikan, seseorang akan belajar serta membentuk karakter dalam dirinya untuk
menjadi orang yang mampu berpikir lebih realistis dan berkarakter sosial yang tinggi.
Memasuki era milenial saat ini, Indonesia masih dikatakan negara berkembang, yang artinya
negara ini masih memiliki kesejahteraan material yang rendah. Kesenjangan masih lah
nampak jelas dalam ranah kehidupan di Indonesia, utamanya kesenjangan dalam bidang
pendidikan. Masyarakat memandang permasalahan ini karena kurangnya kinerja pemerintah
dalam megupayakan kualitas pendidikan di Indonesia.
Tidak meratanya pendidikan disetiap daerah di Indonesia, utamanya daerah pelosok yang
terisolasi oleh kondisi geografis, menjadi pokok utama yang seharusnya lebih diperhatikan
dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia.
Permasalahan ini menjadi alasan utama banyaknya anak-anak bangsa yang belum
mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu tidak jarang ada anak yang putus sekolah
karena alasan perekonomian. Sekat antara masyarakat modern perkotaan dan masyarakat
tradisional belum pula dapat disama-ratakan kualitas dan kuantitasnya.
Hal ini memantik pro-kontra yang terjadi ditengah masyarakat. Kondisi ini tidak bisa terus-
menerus menjamur di Indonesia. Masyarakat terfokus untuk melirik prihatinnya kualitas
pendidikan di Indonesia.
Tanpa disadari, masyarakat melupakan sudah berapa banyak anak bangsa yang
mengharumkan nama Indonesia oleh kesuksesannya dalam jenjang pendidikan. Sehingga,
melalui perbandingan prestasi dan kondisi tersebut, pemikiran masyarakat akan lebih terbuka
tentang bagaimana membangun kesejahteraan pendidikan di Indonesia.
Oleh karena itu, masyarakat tidak seharusnya menggantungkan problematika negeri ini pada
pemerintahan. Begitupula pemerintah, tidak menjadikan jabatan sebagai dompet kekuasaan
saja, melainkan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
Mutu dan kualitas pendidikan dapat dijamin dengan adanya kesadaran penuh dari masyarakat
itu sendiri. Berbicara tentang pengimplentasian suatu kebijakan khususnya pendidikan,
memang masih menjadi tanda tanya besar dalam pemecahannya. Dalam era globalisasi
seperti ini, perekonomian bukan lagi menjadi faktor utama, melainkan kemauan yang kian
menurun ditengah masyarakat untuk menempuh suatu pendidikan.
Angka anak putus sekolah semakin tidak terkendali, alasan utamanya kini bukan hanya
permasalahan ekonomi. Tidak sedikit anak putus sekolah karena melakukan tindak kejahatan
dan mengakibatkannya harus di Drop Out dari sekolah. Terkait beberapa hal tersebut juga
tidak bisa disangkal pula kaitannya dengan permasalahan internal buruknya penanganan mutu
pendidikan di Indonesia
Dalam permasalahan terkait kualitas pendidikan di Indonesia, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan tersebut. Yang pertama adalah kesenjangan yang terjadi antara
masyarakat yang hidup didaerah perkotaan dengan masyarakat yang berada didaerah
pedesaan.
Perbedaan penanganan pendidikannya sangatlah kental, terlihat dari fasilitas serta tenaga
pengajar yang tidak memadai dalam proses berjalannya suatu pendidikan di pedesaan. Hal ini
justru mengakibatkan masyarakat pedesaan menjadi terbelakang. Hingga banyak pula
masyarakat pedesaan tidak bisa mengecap pendidikan.
Yang kedua adalah masih adanya pemikiran tradisionalis di tengah masyarakat yang tidak
mementingkan sebuah pendidikan. Dalam hal ini, masyarakat haruslah lebih memahami
bagaimana sejatinya pendidikan itu.
Faktor ketiga tidak terlalu berpengaruh besar, namun tetap saja menjadi faktor utama
buruknya tingkatan kualitas pendidikan, yakni sistem kurikulum yang belum efektif, sistem
ini berasal dari implementasi kebijakan pemerintah terkait pendidikan.
Namun, masih banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami cara kerja sistem kurikulum
baru yang dicanangkan pemerintah. Sehingga sistem kurikulum ini menjadi terbengkalai dan
tidak efektif. Faktor terakhir adalalah dari kinerja pemerintahan, pelayanan dan penyediaan
fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang belum maksimum.
Sebuah kata luar biasa yang diucapkan oleh JFK dalam pelantikannya sebagai presiden pada
tanggal 20 Januari 1961. Makna yang mendalam dari ucapan JFK adalah sebagai warga
negara kita tidak selalu harus bergantung kepada pemerintahan. Tapi kita juga tetap
mengawasi jalannya pemerintahan.
Elemen utama terealisasikannya sebuah tujuan adalah dengan saling bekerjasama dalam
prosesnya. Melalui hal ini kita dapat menilik bahwa tidak hanya dari kinerja pemerintahan
yang menjadi faktor rendahnya kualitas pendidikan di negara Indonesia, melainkan juga
butuhnya kesadaran serta peran aktif masyarakat dalam proses pengembangannya.
Oleh karena itu, pengembangan mutu dan kualitas pendidikan di negara ini haruslah berasal
dari kerjasama yang sinkron antar pemerintah dan warga negara. Agar tidak terjadi tumpang-
tindih dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, anak bangsa dapat pula bersaing dengan
kerasnya arus era globalisasi pada zaman sekarang. Selanjutnya, Indonesia pula akan lebih
tertata dengan menghasilkan generasi terdidik penerus bangsa.
Oleh karena itu, masyarakat tidak seharusnya menggantungkan problematika negeri ini pada
pemerintahan. Begitupula pemerintah, tidak menjadikan jabatan sebagai dompet kekuasaan
saja, melainkan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
Mutu dan kualitas pendidikan dapat dijamin dengan adanya kesadaran penuh dari masyarakat
itu sendiri. Berbicara tentang pengimplentasian suatu kebijakan khususnya pendidikan,
memang masih menjadi tanda tanya besar dalam pemecahannya. Dalam era globalisasi
seperti ini, perekonomian bukan lagi menjadi faktor utama, melainkan kemauan yang kian
menurun ditengah masyarakat untuk menempuh suatu pendidikan.
Angka anak putus sekolah semakin tidak terkendali, alasan utamanya kini bukan hanya
permasalahan ekonomi. Tidak sedikit anak putus sekolah karena melakukan tindak kejahatan
dan mengakibatkannya harus di Drop Out dari sekolah. Terkait beberapa hal tersebut juga
tidak bisa disangkal pula kaitannya dengan permasalahan internal buruknya penanganan mutu
pendidikan di Indonesia
Dalam permasalahan terkait kualitas pendidikan di Indonesia, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan tersebut. Yang pertama adalah kesenjangan yang terjadi antara
masyarakat yang hidup didaerah perkotaan dengan masyarakat yang berada didaerah
pedesaan.
Perbedaan penanganan pendidikannya sangatlah kental, terlihat dari fasilitas serta tenaga
pengajar yang tidak memadai dalam proses berjalannya suatu pendidikan di pedesaan. Hal ini
justru mengakibatkan masyarakat pedesaan menjadi terbelakang. Hingga banyak pula
masyarakat pedesaan tidak bisa mengecap pendidikan.
Yang kedua adalah masih adanya pemikiran tradisionalis di tengah masyarakat yang tidak
mementingkan sebuah pendidikan. Dalam hal ini, masyarakat haruslah lebih memahami
bagaimana sejatinya pendidikan itu.
Faktor ketiga tidak terlalu berpengaruh besar, namun tetap saja menjadi faktor utama
buruknya tingkatan kualitas pendidikan, yakni sistem kurikulum yang belum efektif, sistem
ini berasal dari implementasi kebijakan pemerintah terkait pendidikan.
Namun, masih banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami cara kerja sistem kurikulum
baru yang dicanangkan pemerintah. Sehingga sistem kurikulum ini menjadi terbengkalai dan
tidak efektif. Faktor terakhir adalalah dari kinerja pemerintahan, pelayanan dan penyediaan
fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang belum maksimum.
Sebuah kata luar biasa yang diucapkan oleh JFK dalam pelantikannya sebagai presiden pada
tanggal 20 Januari 1961. Makna yang mendalam dari ucapan JFK adalah sebagai warga
negara kita tidak selalu harus bergantung kepada pemerintahan. Tapi kita juga tetap
mengawasi jalannya pemerintahan.
Elemen utama terealisasikannya sebuah tujuan adalah dengan saling bekerjasama dalam
prosesnya. Melalui hal ini kita dapat menilik bahwa tidak hanya dari kinerja pemerintahan
yang menjadi faktor rendahnya kualitas pendidikan di negara Indonesia, melainkan juga
butuhnya kesadaran serta peran aktif masyarakat dalam proses pengembangannya
Oleh karena itu, pengembangan mutu dan kualitas pendidikan di negara ini haruslah berasal
dari kerjasama yang sinkron antar pemerintah dan warga negara. Agar tidak terjadi tumpang-
tindih dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, anak bangsa dapat pula bersaing dengan
kerasnya arus era globalisasi pada zaman sekarang. Selanjutnya, Indonesia pula akan lebih
tertata dengan menghasilkan generasi terdidik penerus bangsa.