Anda di halaman 1dari 10

BEBERAPA ARTKEL TENTANG RENDAHNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA :

1. Rendahnya Kualitas Pendidikan

Dalam kehidupan remaja yang kisaran umurnya 17-25 tahun, pencarian


jati diri atau proses untuk menemukan siapa dirinya sebenarnya menjadi
sesuatu yang tak terelakkan bahkan dalam penacarian jadi diri pun di
tengah-tengah kehidupan sosial, acapkali mereka melakukan
pemberontakan terhadap norma-norma yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat. Semua ini juga berkaitan dengan rendahnya kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia yang kali ini menepati peringkat 10
dari 14 negara, sedangkan kualitasnya para guru berada pada level 14
dari 14 negara berkembang.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini


dibuktikan antara lain dengan data Unesco (2000) tentang peringkat
Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan
penghasilan per-kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174
negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99
(1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and
Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia
berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada
di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum
Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan
masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia


adalah karena lemahnya para pendidik dalam menggali potensi murid,
para pendidik sering kali memaksakan kehendaknya tanpa pernah
memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-
masing siswanya, letak kelemahan para pendidik kita mereka tidak
pernah mengggali masalah dan potensi pada siswanya. Pendidikan
seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan
sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam mencari ilmu, proses
pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada
anak untuk lebih kreatif lagi.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswanya,


kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin suram.
Kurikulum yang hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah saja
tanpa memperhatikan kebutuhan pada masyarakat, dan lebih parahnya
lagi pendidikan tidak mampu melahirkan lulusan yang kreatif dan
handal. Letak kesalahannya, saat kurikulum dibuat di Jakarta mungkin
tidak memperhatikan kondisi yang sedang dialami olah masyarakat
bawah.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah


masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut
masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.
Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

1. Rendahnya sarana fisik.


2. Rendahnya kualitas guru.
3. Rendahnya kesejahteraan guru.
4. Rendahnya prestasi siswa.
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan.
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan.
7. Mahalnya biaya pendidikan.

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.


Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan
nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya
keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasaan ini disebabkan
karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki
abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka.
Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran
baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di
tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas
membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu


pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu
diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di
negara-negara lain.Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang
serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber
daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk
memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.Kualitas pendidikan
Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa
dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program
(PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years
Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program
(DP).

Semua ini menyebabkan para lulusan hanya bisa mencari kerja akan
tetapi tidak mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal
lapangan pekerjaan hanya terbatas, kualitas pendidikan di Indonesia
sangatlah memprihatinkan karena kualitas para gurunya saja menepati
peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik, posisi
tersebut menempatkan negeri agraris ini di bawah vietnam yang
negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu, sedangkan untuk
kemampuan membaca indonesia berada pada peringkat ke 39 dari 42
negara berkembang di dunia,

Solusi agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat adalah


meningkatkan kualitas guru dan kualitas sarana dan prasarana yang ada
di tiap sekolah ataupun universitas. Tidak hanya di kota, bahkan desa
atau pedalaman pun yang jaraknya jauh dari pusat pemerintahan
membutuhkan pendidikan yang memadai. Pemerintah juga perlu
meningkatkan kurikulum pendidikan sesuai kebutuhan zaman yang
setiap saat berubah agar pendidikan di Indonesia tidak tertinggal oleh
pendidikan di negara-negara lain yang sudah jauh lebih maju.

Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan


pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan merupakan proses yang
terus menerus dan tidak berhenti, didalam proses pendidikan ini
keluhuran martabat manusia, di pegang erat oleh manusia (yang terlibat
dalam pendidikan ini) karena merupakan subjek dalam pendidikan maka
dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan
yang lebih baik.

Harapan saya pendidikan di Indonesia bisa sejajar dengan pendidikan di


negara-negara lain yang kualitas pendidikannya jauh lebih baik di
Indonesia, saya akan berusaha melakukan yang terbaik dan membuat
pendidikan di Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bahkan disegani
oleh negara lain di bidang pendidikan.

Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan


di Indonesia
Mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini sungguh mengkhawatirkan, bahkan di tingkat
Asia Tenggara saja kita tak mampu bersaing kita termasuk terendah dari  7 negara di Asia
Tenggara, bahkan mutu Pendidikannya di bawah Malasyia bahkan Vietnam yang merdeka
baru beberapa tahun.
Padahal dulunya Malasyia belajar dari kita untuk meningkatkan mutu pendidikan di
negaranya, tetapi sekarang jauh meninggalkan kita, sungguh ironi dan tamparan yang cukup
menyakitkan. Menurut penelitian pada tahun 2005 Indonesia menempati ranking 10 dari 14
negara berkembang di Asia Fasifik. Thailand yang dilanda krisis justru menenpati ranking
pertama kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh,
Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia
mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan
dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi
negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas
input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia
hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat
nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4. “Sangat ironis karena Thailand yang mengalami
krisis bisa menempatkan diri menjadi rangking satu,” ujar aktivis LSMEducation Network for
Justice (E-Net), M Firdaus, saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan mengenai
laporan ini di Gedung YTKI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2005).

Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas pendidik atau pengajar. Pendidik seharusnya seharusnya harus


mempunyai motivasi untuk memperbaharui keilmuannya dengan lebih banyak membaca
dari media tulis maupun dari media elektronik. Maka tidak heran bila guru senior ilmunya
ketinggalan oleh guru muda atau guru yang lebih muda, baik usianya maupun pengalaman
kerjanya. Jadi bagaiman kulitas pendidikan akan meningkat bila gurunya enggan membaca.

2. Kurangnya sarana dan prasarana belajar. Guru sebagai pendidik dituntut harus selalu
menggunakan alat peraga untuk setiap melaksanakan KBM. Mungkin bisa diatasi dengan
membuat alat peraga sederhana, tapi tidak semua guru bisa membuat alat peraga. Jadi
alangkah baiknya bila pemerintah yang menyediakan alat peraga semua mata pelajaran
berikut petunjuk pemakaiannya. Juga terbatasnya buku sumber dan buku penunjang
pembelajaran baik bagi siswa maupun bagi guru turut andil dalam rendahnya mutu
pendidikan.

3. Kurang relevannya kurikulum yang dibuat pemerintah khususnya untuk daerah terpencil


atau daerah pedesaan. Karena biasanya sebelum kurikulum itu diberlakukan diuji cobanya
selalu di daerah perkotaan saja, tidak pernah di uji coba di daerah terpencil atau di
pedesaan. Seharusnya kurikulum itu diuji coba juga di pedesaan terpencil selain di perkotaan
sebagai pembanding. Baru dianalisis kelebihan dan kekurangannya.

4. Kurang pedulinya pihak orang tua siswa terhadap pendidikan anaknya khususnya di


daerah pedesaan. Seharusnya orang tua siswa sepenuhnya membebankan pendidikan
anaknya terhadap guru, karena guru mendidik anak hanya sekitar 5 – 7 jam di sekolah.
Orang tua siswa harus memperhatikan anaknya di rumah, tanyakan apakah ada PR tidak ? 
Kalau ada PR suruh dikerjakan bila perlu dan bisa alangkah baiknya bila orang tua
membimbing anaknya dalam membuat PR. Bila tidak ada PR tetap anak disuruh belajar
walau besoknya tidak ada ulangan atau tes formatip maupun sumatif.

5. Siswa kurang motivasi dalam belajar, bila hal ini terjadi ini adalah tugas bersama  yaitu
guru dan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajaran.
Beri pengertian dengan bahasa sederhana dan komunikatif pentingnya belajar untuk bekal
hidup dan masa depan sebagai jembatan untuk menuju cita-cita.

6. Dampak buruk dari alat elektronik seperti televisi dan Play Station atau game. Seharusnya
televisi mempunyai dampak positip terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi kebanyakan anak
bahkan orang tua kurang senang menonton berita, mereka lebih senang menonton sinetron
atau acara gosip. Seharusnya anak dibimbing dan dibatasi waktunya menonton televisi. Anak
juga jangan sampai kecanduan bermain game hingga lupa pada tugasnya untuk belajar, main
game juga perlu dibatasi waktunya misalnya hanya pada hari libur saja dengan durasi waktu
maksimal 2 jam.
sumber:
http://dehasjsunda.blogspot.com/2012/05/penyebab-rendahnya-mutu-pendidikan-di.html

Kurangnya Kualitas Pendidikan di


Indonesia, Mengapa?

Pendidikan adalah hal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu negara. Dalam
UUD 1945 telah diatur oleh pasal 32 ayat 1 yang berbunyi "Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan."

Realisasi pasal tersebut adalah sebuah visi dari misi yang tertera pada Pembukaan UUD 1945
(Piagam Jakarta) dalam alinea ke-4 yang berbunyi "Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mecerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.....".

Dari kedua kutipan tersebut, sangat jelas bahwa pendidikan akan meningkatkan mutualitas
sebuah negara. Pendidikan adalah suatu hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap
manusia.
Melalui pencapaian pendidikan, seorang individu dapat pula meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) dalam mengembangkan kualitas sebuah negara. Dimana hak fasilitas
pendidikan yang layak sudah terpenuhi, saatnya memenuhi kewajiban untuk mengecap
pendidikan dengan bersunguh-sungguh.

Dari pendidikan, seseorang akan belajar serta membentuk karakter dalam dirinya untuk
menjadi orang yang mampu berpikir lebih realistis dan berkarakter sosial yang tinggi.

Memasuki era milenial saat ini, Indonesia masih dikatakan negara berkembang, yang artinya
negara ini masih memiliki kesejahteraan material yang rendah. Kesenjangan masih lah
nampak jelas dalam ranah kehidupan di Indonesia, utamanya kesenjangan dalam bidang
pendidikan. Masyarakat memandang permasalahan ini karena kurangnya kinerja pemerintah
dalam megupayakan kualitas pendidikan di Indonesia.

Tidak meratanya pendidikan disetiap daerah di Indonesia, utamanya daerah pelosok yang
terisolasi oleh kondisi geografis, menjadi pokok utama yang seharusnya lebih diperhatikan
dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia.

Permasalahan ini menjadi alasan utama banyaknya anak-anak bangsa yang belum
mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu tidak jarang ada anak yang putus sekolah
karena alasan perekonomian. Sekat antara masyarakat modern perkotaan dan masyarakat
tradisional belum pula dapat disama-ratakan kualitas dan kuantitasnya.

Hal ini memantik pro-kontra yang terjadi ditengah masyarakat. Kondisi ini tidak bisa terus-
menerus menjamur di Indonesia. Masyarakat terfokus untuk melirik prihatinnya kualitas
pendidikan di Indonesia.

Tanpa disadari, masyarakat melupakan sudah berapa banyak anak bangsa yang
mengharumkan nama Indonesia oleh kesuksesannya dalam jenjang pendidikan. Sehingga,
melalui perbandingan prestasi dan kondisi tersebut, pemikiran masyarakat akan lebih terbuka
tentang bagaimana membangun kesejahteraan pendidikan di Indonesia. 

Negara Indonesia dibentuk berdasar rasa persatuan-kesatuan masyarakatnya, bukan kekuatan


pemerintahan. Antar pemerintah dan masyarakat haruslah terjalin hubungan yang sinkron
untuk mencapai tujuan utama, yakni kesejahteraan bangsa. 

Oleh karena itu, masyarakat tidak seharusnya menggantungkan problematika negeri ini pada
pemerintahan. Begitupula pemerintah, tidak menjadikan jabatan sebagai dompet kekuasaan
saja, melainkan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya. 

Mutu dan kualitas pendidikan dapat dijamin dengan adanya kesadaran penuh dari masyarakat
itu sendiri. Berbicara tentang pengimplentasian suatu kebijakan khususnya pendidikan,
memang masih menjadi tanda tanya besar dalam pemecahannya. Dalam era globalisasi
seperti ini, perekonomian bukan lagi menjadi faktor utama, melainkan kemauan yang kian
menurun ditengah masyarakat untuk menempuh suatu pendidikan.
Angka anak putus sekolah semakin tidak terkendali, alasan utamanya kini bukan hanya
permasalahan ekonomi. Tidak sedikit anak putus sekolah karena melakukan tindak kejahatan
dan mengakibatkannya harus di Drop Out dari sekolah. Terkait beberapa hal tersebut juga
tidak bisa disangkal pula kaitannya dengan permasalahan internal buruknya penanganan mutu
pendidikan di Indonesia

Dalam permasalahan terkait kualitas pendidikan di Indonesia, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan tersebut. Yang pertama adalah kesenjangan yang terjadi antara
masyarakat yang hidup didaerah perkotaan dengan masyarakat yang berada didaerah
pedesaan.

Perbedaan penanganan pendidikannya sangatlah kental, terlihat dari fasilitas serta tenaga
pengajar yang tidak memadai dalam proses berjalannya suatu pendidikan di pedesaan. Hal ini
justru mengakibatkan masyarakat pedesaan menjadi terbelakang. Hingga banyak pula
masyarakat pedesaan tidak bisa mengecap pendidikan.

Yang kedua adalah masih adanya pemikiran tradisionalis di tengah masyarakat yang tidak
mementingkan sebuah pendidikan. Dalam hal ini, masyarakat haruslah lebih memahami
bagaimana sejatinya pendidikan itu.

Faktor ketiga tidak terlalu berpengaruh besar, namun tetap saja menjadi faktor utama
buruknya tingkatan kualitas pendidikan, yakni sistem kurikulum yang belum efektif, sistem
ini berasal dari implementasi kebijakan pemerintah terkait pendidikan.

Namun, masih banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami cara kerja sistem kurikulum
baru yang dicanangkan pemerintah. Sehingga sistem kurikulum ini menjadi terbengkalai dan
tidak efektif. Faktor terakhir adalalah dari kinerja pemerintahan, pelayanan dan penyediaan
fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang belum maksimum.

Bagaimanapun juga permasalahannya, kesadaran terhadap pentingnya pendidikan tetaplah


menjadi faktor utama berjalannya suatu sistem pendidikan. Seperti yang di lontarkan oleh
presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy (JFK) "Jangan tanyakan apa yang
negaramu berikan padamu, melainkan tanyakan apa yang telah kamu berikan pada
negaramu."

Sebuah kata luar biasa yang diucapkan oleh JFK dalam pelantikannya sebagai presiden pada
tanggal 20 Januari 1961. Makna yang mendalam dari ucapan JFK adalah sebagai warga
negara kita tidak selalu harus bergantung kepada pemerintahan. Tapi kita juga tetap
mengawasi jalannya pemerintahan.

Elemen utama terealisasikannya sebuah tujuan adalah dengan saling bekerjasama dalam
prosesnya. Melalui hal ini kita dapat menilik bahwa tidak hanya dari kinerja pemerintahan
yang menjadi faktor rendahnya kualitas pendidikan di negara Indonesia, melainkan juga
butuhnya kesadaran serta peran aktif masyarakat dalam proses pengembangannya.

Oleh karena itu, pengembangan mutu dan kualitas pendidikan di negara ini haruslah berasal
dari kerjasama yang sinkron antar pemerintah dan warga negara. Agar tidak terjadi tumpang-
tindih dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, anak bangsa dapat pula bersaing dengan
kerasnya arus era globalisasi pada zaman sekarang. Selanjutnya, Indonesia pula akan lebih
tertata dengan menghasilkan generasi terdidik penerus bangsa.

Oleh karena itu, masyarakat tidak seharusnya menggantungkan problematika negeri ini pada
pemerintahan. Begitupula pemerintah, tidak menjadikan jabatan sebagai dompet kekuasaan
saja, melainkan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya. 

Mutu dan kualitas pendidikan dapat dijamin dengan adanya kesadaran penuh dari masyarakat
itu sendiri. Berbicara tentang pengimplentasian suatu kebijakan khususnya pendidikan,
memang masih menjadi tanda tanya besar dalam pemecahannya. Dalam era globalisasi
seperti ini, perekonomian bukan lagi menjadi faktor utama, melainkan kemauan yang kian
menurun ditengah masyarakat untuk menempuh suatu pendidikan.

Angka anak putus sekolah semakin tidak terkendali, alasan utamanya kini bukan hanya
permasalahan ekonomi. Tidak sedikit anak putus sekolah karena melakukan tindak kejahatan
dan mengakibatkannya harus di Drop Out dari sekolah. Terkait beberapa hal tersebut juga
tidak bisa disangkal pula kaitannya dengan permasalahan internal buruknya penanganan mutu
pendidikan di Indonesia

Dalam permasalahan terkait kualitas pendidikan di Indonesia, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan tersebut. Yang pertama adalah kesenjangan yang terjadi antara
masyarakat yang hidup didaerah perkotaan dengan masyarakat yang berada didaerah
pedesaan.

Perbedaan penanganan pendidikannya sangatlah kental, terlihat dari fasilitas serta tenaga
pengajar yang tidak memadai dalam proses berjalannya suatu pendidikan di pedesaan. Hal ini
justru mengakibatkan masyarakat pedesaan menjadi terbelakang. Hingga banyak pula
masyarakat pedesaan tidak bisa mengecap pendidikan.

Yang kedua adalah masih adanya pemikiran tradisionalis di tengah masyarakat yang tidak
mementingkan sebuah pendidikan. Dalam hal ini, masyarakat haruslah lebih memahami
bagaimana sejatinya pendidikan itu.

Faktor ketiga tidak terlalu berpengaruh besar, namun tetap saja menjadi faktor utama
buruknya tingkatan kualitas pendidikan, yakni sistem kurikulum yang belum efektif, sistem
ini berasal dari implementasi kebijakan pemerintah terkait pendidikan.

Namun, masih banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami cara kerja sistem kurikulum
baru yang dicanangkan pemerintah. Sehingga sistem kurikulum ini menjadi terbengkalai dan
tidak efektif. Faktor terakhir adalalah dari kinerja pemerintahan, pelayanan dan penyediaan
fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang belum maksimum.

Bagaimanapun juga permasalahannya, kesadaran terhadap pentingnya pendidikan tetaplah


menjadi faktor utama berjalannya suatu sistem pendidikan. Seperti yang di lontarkan oleh
presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy (JFK) "Jangan tanyakan apa yang
negaramu berikan padamu, melainkan tanyakan apa yang telah kamu berikan pada
negaramu."

Sebuah kata luar biasa yang diucapkan oleh JFK dalam pelantikannya sebagai presiden pada
tanggal 20 Januari 1961. Makna yang mendalam dari ucapan JFK adalah sebagai warga
negara kita tidak selalu harus bergantung kepada pemerintahan. Tapi kita juga tetap
mengawasi jalannya pemerintahan.

Elemen utama terealisasikannya sebuah tujuan adalah dengan saling bekerjasama dalam
prosesnya. Melalui hal ini kita dapat menilik bahwa tidak hanya dari kinerja pemerintahan
yang menjadi faktor rendahnya kualitas pendidikan di negara Indonesia, melainkan juga
butuhnya kesadaran serta peran aktif masyarakat dalam proses pengembangannya

Oleh karena itu, pengembangan mutu dan kualitas pendidikan di negara ini haruslah berasal
dari kerjasama yang sinkron antar pemerintah dan warga negara. Agar tidak terjadi tumpang-
tindih dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, anak bangsa dapat pula bersaing dengan
kerasnya arus era globalisasi pada zaman sekarang. Selanjutnya, Indonesia pula akan lebih
tertata dengan menghasilkan generasi terdidik penerus bangsa.

Anda mungkin juga menyukai