Anda di halaman 1dari 25

Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada


pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk
menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami
perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral
Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004
berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.

2.2 Dasar Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Tingkat Perguruan Tinggi


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah media untuk meningkatkan rasa kesadaran berbangsa
dan bernegara, meningkatkan keyakinan dan ketangguhan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dua hal sebagai landasannya,
yaitu Landasan Hukum dan Landasan Ideal.

2.2.1 Landasan Hukum

· Undang-Undang Dasar 1945

Pembukaan UUD 1945

Pembukaan alinea kedua tentang cita-cita mengisi kemerdekaan dan alinea keempat khusus tentang
tujuan negara, yaitu keamanan dan kesejahteraan.

a. Pasal 27 (3) (II)

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

b. Pasal 30 ayat (1) (II)

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

c. Pasal 31 ayat (1) (IV)

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

d. Pasal 28 A-J tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982

Undang-undang No. 20/1982 adalah tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara
Republik Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51, TLN 3234).

1. Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela
negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bagian tidak terpisahkan
dalam sistem pendidikan nasional.

2. Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan
dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

(1)Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan Pramuka.

(2)Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan Tinggi.

3)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, serta Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum
setiap program studi atau kelompok program studi.

Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 43/DIKTI/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

2.2.2 Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Landasan Pendidikan Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa dikembangkannya


Kewarganegaraan adalah Pancasila. Pancasila sebagai sistem filsafat menjiwai semua konsep ajaran
Kewarganegaraan dan juga menjiwai konsep ketatanegaraan Indonesia. Dalam sistematikanya
dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal itu dapat dibedakan, namun tidak dapat
dipisahkan.

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar pemikiran tindakan negara dan menjadi sumber
hukum positif di Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara pola pelaksanaannya dipancarkan dalam
empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD1945 sebagai strategi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara.

Pembukaan UUD 1945 pokok pikiran pertama yaitu pokok pikiran persatuan yang berfungsi sebagai
dasar negara, merupakan landasan dirumuskannya wawasan nusantara sebagai bagian dari geopolitik.
Pokok pikiran kedua yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang berfungsi sebagai tujuan negara merupakan
tujuan wawasan nusantara sekaligus tujuan geopolitik Indonesia. Tujuan negara dijabarkan langsung
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu tujuan berhubungan dengan segi keamanan dan
kesejahteraan dan ketertiban dunia. Geopilitik Indonesia pada dasarnya adalah sebagai perwujudan
nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya.
Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila terkandung juga dalam konsep geopolitik Indonesia demi
terwujudnya ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia sehingga ketahanan nasional ini disusun
dan dikembangkan berdasarkan geopolitik Indonesia. Perwujudan nilai-nilai Pancasila mencakup lima
bidang kehidupan nasional yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam yang
disingkat dengan Ipoleksosbud Hankam. Ipoleksosbud Hankam menjadi dasar pemikiran ketahanan
nasional.

Dari lima bidang kehidupan nasional, bidang ideologi merupakan landasan dasar. Ideologi itu berupa
Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjiwai empat bidang lainnya. Dasar pemikiran ketahanan
nasional di samping lima bidang kehidupan nasional tersebut yang merupakan aspek sosial pancagatra
didukung pula adanya dasar pemikiran aspek alamiah trigatra yang merupakan geostrategi Indonesia.

Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kesatuan konsep-konsep dasar yang memberikan arah dan
tujuan dalam mencapai cita-cita bangsa dan negara. Cita-cita bangsa dan negara berlandaskan Pancasila
dipancarkan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 merupakan cita-cita untuk mengisi
kemerdekaan, yaitu: bersatu, berdaulat adil dan makmur.

2.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

2.3.1 Menurut pendapat Ahli

1.Branson (1997:7)

Tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik
dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, maupun nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam
Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:

a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.


b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.Djahiri (1994/1995:10)

*)Secara umum.Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional,
yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

*)Secara khusus.Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil
dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan
diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

3.Sapriya (2001)

Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat
kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan
keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan
bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak
tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berpera n serta dalam proses politik dan mendukung
berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

4.Somantri (2001:279)
Warga negara yang patriotik, toleran, setia, terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis.
Pancasila sejati. Tujuan umum pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah, agar dapat
menciptakan generasi-generasi yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, cinta bangsa dan tanah air,
cerdas, berkarakter, yang dapat memajukan NKRI, dan dapat berpikir dan bertindak sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.

2.4 Menyelengarakan Project Citizen Untuk Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry
learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning (belajar melalui
penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah)” yang dikemas dalam model “Project” ala John Dewey.
Model ini sangat cocok untuk pembelajaran PKn dalam rangka menumbuhkan karakter warga negara
Indonesia yang cerdas dan baik (smart and good citizen).

Model ini dapat dilakukan selama satu semester dan dikerjakan lebih banyak di luar kelas. Dosen
pengampu mata kuliah dapat melakukan pemantauan mingguan sesuai dengan jadwal waktu yang
ditetapkan.

Cara untuk Menyelesaikan Project Citizen antara lain :

1. Mengidentifikasi masalah.

Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil pengenalan masalah atau
inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang
boleh dikatakan paling penting di antara proses lain. Masalah penelitian (research problem) akan
menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut
penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa ditemukan melalui studi literatur (literature
review) atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey), dan sebagainya.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu variabel atau
hubungan antara satu atau lebih variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai konsep yang memuat nilai bervariasi, pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Dalam suatu studi yang menggunakan alur-pikir deduktif kerapkali ditampilkan definisi operasional
variabel, dan dalam penelitian kualitatif variabel itu seringkali disebut konsep, misalnya definisi
konseptual.

Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:

Bacaan. Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian
yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentu saja mencantumkan
rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian bersangkutan. Suatu
penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang telah teridentifikasi karena ada
berbagai keterbatasan peneliti atau ruang lingkup penelitian itu. Hal ini menuntut adanya penelitian
lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selain jurnal penelitian,
bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan
terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut
dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.

Pertemuan Ilmiah. Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti
seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya, simposium dan sebagainya. Dengan
pertemuan ilmiah seperti itu akan muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui
penelitian.

Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas). Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung
menjadi figure publik yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan
oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat
mencakup aspek formal dan non formal.

Observasi (pengamatan). Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang
cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu dapat melahirkan suatu masalah. Contoh: Seorang
pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku peserta didiknya dalam
proses belajar mengajar.

Wawancara dan Angket. Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di
lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian juga
dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang
dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan
penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya
permasalahan-permasalahan di masyarakat.

Pengalaman. Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua
pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya.
Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang (kelompok) lain, dapat
dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.

Intuisi. Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut muncul
dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu pokok permasalahan
penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah. Jadi, untuk
mengindentifikasi masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber bacaan yang memungkinkan lahir
masalah-masalah penelitian seperti di atas. Sumber-sumber keilmuan yang membawa masalah-masalah
tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu
sumber saja.Setelah masalah-masalah penelitian dapat diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan
ditentukan peneliti masalah-masalah yang akan diangkat dalam suatu rancangan penelitian. Untuk
memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria
problematika yang tertata baik

2. Memilih masalah

Daftar masalah berkenaan dengan sikap dan perilaku yang tidak berkarakter. Misalnya:

· Perilaku yang tidak bijak.

· Ketidakadilan.

· Tidak ulet.

· Tidak mampu mengendalikan diri.

· Tidak memiliki rasa cinta.

· Bersikap negatif.

· Tidak suka bekerja keras.

· Tidak memiliki integritas pribadi.

· Tidak pandai berterima kasih.

· Tinggi hati.
3. Pengumpulan Informasi

Contoh-contoh sumber informasi antara lain:

1.Perpustakaan. Perpustakaaan perguruan tinggi, umum, dan perpustakaan daerah menyediakan buku-
buku yang membahas masalah sosial, politik, dan sebagainya.

Di samping itu perpustakaan mungkin juga memiliki koleksi jurnal, surat kabar dan publikasi lainnya yang
memuat informasi tentang masalah yang sedang diteliti tersebut. Kalau ingin memfotokopi informasi
tersebut, tanyalah pada petugas apakah bisa memfotokopinya di luar perpustakaan atau apakah
perpustakaan tersebut menyediakan mesin fotokopi sendiri.

2.Kantor Penerbit Surat Kabar. Para mahasiswa dapat menghubungi kantor-kantor surat kabar. Di sana
para wartawan surat kabar bertugas mengumpulkan informasi tentang masalah-masalah yang muncul
dalam masyarakat, termasuk masalah yang sedang dikaji oleh kelas, serta mencari informasi tentang
sikap pemerintah dalam menangani masalah tersebut. Kantor-kantor surat kabar dan para wartawan
mungkin dapat memberikan kliping tentang masalah yang sedang dipelajari itu. Tanyalah apakah
mereka menyediakan foto-foto yang dapat dibeli dengan harga yang relatif murah.

3.Biro Kliping. Di beberapa tempat terutama di kota besar terdapat kelompok kreatif yang bekerja
mengumpulkan informasi dari berbagai surat kabar dalam bentuk kliping. Informasi yang dihimpun
sudah diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis persoalan. Oleh karena itu, tim dapat mengunjunginya
untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Biasanya kliping yang sudah dibuat mereka harus kita
beli. Maka pilihlah beberapa artikel atau berita yang relevan saja untuk memecahkan masalah yang
menjadi bahan kajian kelas.

4.Profesor dan pakar di perguruan tinggi. Profesor dan pakar di perguruan tinggi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti dapat dijadikan sumber informasi. Para mahasiswa bisa mencari alamat
mereka dari buku telepon. Atau dapat menghubungi perguruan tinggi yang bersangkutan untuk
mendapat bantuan dari para ahli, seperti ahli ilmu politik, hukum tata negara, pendidikan
kewarganegaraan, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, dan sebagainya. Tim peneliti juga boleh juga
menghubungi dosen-dosen lain yang ada di sekolahnya atau tetangga sekolah yang diperkirakan
memahami persoalan yang sedang dibahas.

5.Kepolisian. Kepolisian memiliki peran menjaga ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, mereka
mempunyai banyak pengalaman dalam menangani persoalanpersoalan yang terkait dengan masalah
yang sedang dikaji oleh kelas. Misalnya dalam menangani demonstrasi yang menjurus anarkis yang
mengakibatkan kerusakan berbagai sarana umum bahkan menimbulkan huru-hara yang besar. Di
samping itu, polisi pun sering kali menangani kasus pertikaian antaretnik, antarkelompok masyarakat,
dan bahkan antarumat beragama yang mengindikasikan lunturnya semangat kebangsaan.

6.Organisasi Masyarakat. Organisasi masyarakat di Indonesia cukup banyak yang dapat kita temukan.
Contohnya adalah organisasi PKK untuk ibu rumah tangga, atau KNPI yaitu organisasi pemuda,
organisasi keagamaan, dan sebagainya. Kunjungilah organisasi-organisasi masyarakat yang terkait
dengan masalah yang sedang dikaji oleh kelas untuk memperoleh informasi sebab-sebab masalah
tersebut muncul dan upaya menanggulanginya.

7.Kantor Legislatif dan Pemerintah Daerah. Wakil rakyat yang duduk dalam lembaga legislatif dan kantor
pemerintahan baik pusat maupun daerah adalah pejabat yang bertanggung jawab mengidentifikasi
masalah yang ada dalam masyarakat. Mereka juga berkewajiban untuk membuat kebijakan publik untuk
menangani masalah yang telah diidentifikasi. Biasanya di kantor tersebut akan ada petugas yang
bertanggung jawab membantu siapa saja dalam memperoleh informasi tentang masalah-masalah dalam
masyarakat. Mintalah bantuan pada dosen, orangtua mahasiswa, atau sukarelawan untuk mengetahui
bagaimana cara menghubungi mereka.

8.Lembaga Swadaya Masyarakat. Orang-orang yang bekerja pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
juga dapat membantu memberikan informasi bagi kajian masalah kelas. Mereka sangat memahami
berbagai masalah yang ada di masyarakat dan bereperan aktif dalam usaha menanggulanginya,
termasuk persoalan yang menjadi bahan kajian kelas.

9..Jaringan Informasi Elektronik. Informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana kebiasaan masyarakat
yang tidak pandai berterima kasih, juga dapat ditemukan melalui internet. Apabila sekolah tidak
mempunyai akses terhadap pelayanan ini, para mahasiswa dapat pergi ke warnet (Warung Internet)
yang menyediakan jasa penyewaan pemakaian Internet.

4. Mengembangkan Portofolio Kelas

Untuk memasuki tahap ini tim peneliti harus sudah menyelesaikan penelitiannya. Dalam tahap ini
mulailah mengembangkan portofolio kelas. Kelas akan dibagi dalam empat kelompok. Masing-masing
kelompok akan bertanggung jawab untuk mengembangkan satu bagian dari portofolio kelas. Bahan-
bahan yang dimasukkan dalam portofolio hendaknya mencakup dokumentasi-dokumentasi yang telah
dikumpulkan dalam tahap penelitian. Dokumentasi ini harus mencakup bahan-bahan atau karya-karya
seni yang ditulis asli oleh para mahasiswa.

Tujuan tahap ini adalah agar para mahasiswa dapat menyusun portofolio kelas, baik portofolio bagian
tayangan maupun portofolio bagian dokumentasi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari
kegiatan penelitian.

5. Menyajikan Portofolio Kelas

Empat tujuan dasar kegiatan presentasi portofolio (showcase) ini antara lain adalah sebagai berikut:

· Memberikan informasi kepada para hadirin tentang pentingnya masalah yang diidentifikasi itu
bagi masyarakat.

· Menjelaskan dan memberikan penilaian atas kebijakan alternatif kepada para hadirin, dengan
tujuan agar mereka dapat memahami keutungan dan kerugian dari masing-masing kebijakan alternatif
tersebut.

· Mendiskusikan dengan para hadirin bahwa pilihan kebijakan yang telah dipilih adalah kebijakan
yang "paling baik" untuk menangani permasalahan tersebut. Selain itu para mahasiswa juga harus bisa
"membuat suatu argumen yang rasional" untuk mendukung pemikiran mereka. Diskusi ini juga
bertujuan untuk meyakinkan para hadirin bahwa menurut pemikiran dan dukungan kelas, kebijakan
yang telah dipilih tidak bertentangan dengan konstitusi.

· Menunjukkan bagaimana cara kelas dapat memperoleh dukungan dari masyarakat, lembaga
legislatif dan eksekutif, lembaga pemerintahan/swasta lainnya atas kebijakan pilihan kelas.

6. Merefleksikan Pengalaman Belajar.

Merefleksikan pengalaman belajar atas segala sesuatu selalu merupakan hal yang baik. Refleksi
pengalaman belajar ini merupakan salah satu cara untuk belajar, untuk menghindari agar jangan sampai
melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang sudah mahasiswa miliki.
Untuk memasuki tahap ini para mahasiswa harus sudah menyelesaikan portofolio kelas. Sebagai bagian
tambahan, para mahasiswa dapat memasukkan Bagian Refleksi atau Evaluasi ini dalam Map Bagian
Dokumentasi.

Refleksi pengalaman ini hendaklah merupakan hasil kerja sama antara teman-teman sekelas, sama
seperti kerjasama antara mereka yang telah dilakukan selama membuat portofolio kelas. Di samping itu,
para mahasiswa juga harus merefleksikan pengalaman belajarnya baik sebagai seorang pribadi maupun
sebagai salah satu anggota kelas. Dosen-dosen dan para sukarelawan yang telah membantu para
mahasiswa mengembangkan portofolio, akan membantu juga dalam merefleksikan pengalaman para
mahasiswa selama melaksanakan kegiatan portofolio ini. Akan lebih baik lagi jika bagian refleksi
pengalaman belajar ini dibuat seusai presentasi portofolio di hadapan teman-teman sekelas dosen-
dosen, dewan juri, pegawai pemerintahan, dan anggota masyarakat lainnya.

7. Kesimpulan

Jangan berhenti sampai di sini. Para mahasiswa harus terus melanjutkan mengembangkan ketrampilan
dalam mempengaruhi pemerintah dalam membuat kebijakan publik. Ketrampilan ini penting sekali
karena kemungkinan besar para mahasiswa akan menggunakannya setelah dewasa. Yang perlu diingat
adalah bahwa setiap kebijakan akan memerlukan revisi, dan setiap waktu akan bermunculanlah
masalah-masalah baru yang ada dalam masyarakat yang tentunya akan memerlukan kebijakan baru.
Membantu membuat kebijakan publik dan ikut mengambil langkah-langkah yang diperlukan merupakan
tanggung jawab warga negara seumur hidup dalam pemerintahan yang berdaulat.
Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional dituntut harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global (Undang-undang No. 20 Tahun
2003). Salah satu upaya yang segera dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Strategi peningkatan mutu pendidikan
dalam proses pembelajaran merupakan upaya pembaharuan pendidikan yang dapat dilakukan oleh
guru.

Kualitas pembelajaran merupakan faktor yang menentukan peningkatan mutu pendidikan. Kualitas
pembelajaran dilihat pada intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara perilaku pembelajaran
guru, perilaku dan dampak belajar siswa, materi, media, dan iklim pembelajaran dalam menghasilkan
proses dan hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pembelajaran harus
diperhatikan dengan seksama karena merupakan salah satu faktor penunjang peningkatan mutu
pendidikan.
Namun pada kenyataannya sekarang, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Hal ini dapat terlihat dari pembelajaran PKn masih didominasi sistem konvensional. Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tidak mengaitkan materi dengan realita kehidupan siswa, tidak
kontekstual, lebih banyak memberikan kemampuan untuk menghapal bukan berpikir, kreatif, kritis dan
analitis, bahkan menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap enteng dan kurang menarik.
(Budimansyah dan Komalasari, 2008). Kondisi semacam ini tidak sejalan dengan semangat untuk
menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan membawa pengaruh pada kualitas proses
dan hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Atas dasar kenyataan tersebut di atas, maka perlu dilakukan peningkatan kualitas pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan agar menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area)
yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri: pembelajaran
menjadi lebih bermakna (meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (value-based), menantang
(challenging), dan mengaktifkan (activating). Salah satu model adaptif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran adalah Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) (Budimansyah, 2008). Dalam
pembelajaran menggunakan Project Citizen siswa diajak untuk memecahkan masalah riil dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di sini siswa belajar menemukan alternatif
pemecahan masalah. Di samping itu, siswa juga mengembangkan proses penalaran dan klarifikasi nilai.
Kemudian siswa mengembangkan usul kebijakan publik dan mengusulkan rencana tindakan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang timbul adalah “Apakah dengan Praktik
Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen), dapat ditingkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Semarang?”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen), dapat ditingkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Semarang.

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1)
Penulis : Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dalam mengembangkan model Praktik
Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) di SMP; 2) Bagi Guru PKn di SMP Negeri 3 Semarang : Sebagai
masukan untuk mengadakan variasi model pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan
sinergis guru, siswa, materi, iklim pembelajaran, dan media dalam menghasilkan proses dan hasil
belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Mariani, 2009: 6). Jadi, kualitas pembelajaran
adalah intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis berbagai komponen yang terlibat di dalam
pembelajaran, yaitu guru, siswa, materi, iklim atau situasi pembelajaran, media yang diterapkan dalam
menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal.

Secara kasat mata indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran
guru (teacher behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (student behavior), iklim pembelajaran
(learning climate), materi pembelajaran, dan media pembelajaran. Masing-masing indikator tersebut
secara singkat dapat dijabarkan sebagai berikut (Mariani, 2009: 6): 1) Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat
dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa; 2) Dari sisi siswa, kualitas dapat
dilihat perilaku dan dampak belajar siswa yang mampu membuat siswa termotivasi, aktif, dan kreatif; 3)
Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung
terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi siswa;
4) Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru
untuk meningkatkan intensitas belajar siswa; 5) Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari
kesesuaiannya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai siswa.

Tinjauan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)

Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) adalah suatu inovasi pembelajaran yang dirancang
untuk membantu peserta didik memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktik-
empirik. Dengan adanya praktik, siswa diberikan latihan untuk belajar secara kontekstual (Depdiknas,
2003: 12). Sedangkan menurut Budimansyah (2009: 1) Project Citizen adalah satu instructional
treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak
kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan
dan masyarakat sipil (civil society).

Budimansyah (2008: 182) menegaskan bahwa landasan pemikiran Project Citizen terletak pada satu
kerangka yang terdiri atas lima bagian tentang gagasan pendidikan dan politik.
Pertama, diperlukannya keterlibatan warga negara dalam kehidupan berwarga negara. Kedua, Inti dari
Pendidikan Kewarganegaraan kaya akan nilai jika para siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam
kehidupan berwarga negara. Ketiga, dengan menggali masalah-masalah yang ada di komunitas mereka
sendiri, maka mereka akan mengetahui prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan inti dari pengetahuan
kewarganegaraan. Keempat, Project Citizen dimaksudkan untuk diterapkan terutama oleh para siswa
sekolah menengah atau usia-usia remaja pradini (berusia sekitar 10-15 tahun) yang mulai bergeser dari
berpikir kongkrit menuju berpikir abstrak. Kelima, Project Citizen menganggap siswa sebagai sumber
kewarganegaraan yang gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan pada masalah-masalah
kebijakan publik

Menurut Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 25) strategi instruksional yang digunakan dalam model
ini, pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning,
research-oriented learning,” yang dikemas dalam model “project” ala John Dewey. Dalam hal ini
ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat;

Dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa yaitu : mendiskusikan
tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui, tentang masalah-masalah di masyarakat dan
memberi tugas pekerjaan rumah tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang
mereka anggap penting sesuai dengan kemampuan siswa.

Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tersebut siswa diharapkan untuk mencari informasi tentang
masalah yang akan dikaji dengan cara: a) mewawancarai orang tua atau keluarga, teman, tetangga, dan
orang lain yang dianggap menguasai masalah yang dikaji, b) melalui sumber-sumber cetak seperti
majalah, koran dan tabloid, c) melalui media elektronik seperti radio, TV dan internet. Semua informasi
yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di kelas.

2. Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas;

Sebelum memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa mengkaji terlebih dahulu pengetahuan
yang telah mereka miliki tentang masalah di masyarakat, dengan langkah sebagai berikut : 1) Mengkaji
masalah yang telah dikumpulkan; 2) Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang
akan mereka kaji dengan cara memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis; 3) Melakukan
penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan mengumpulkan informasi.

3. Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu;Langkah-langkah dalam tahap ini adalah
sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi sumber-sumber informasi; 2) Tinjau ulang untuk memperoleh dan
mendokumentasikan informasi; 3) Pengumpulan informasi.

4. Mengembangkan portofolio kelas;

Pada tahap ini, siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang memadai untuk memulai
membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut : 1) Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan
setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio; 2) Guru mengulas
tugas-tugas rinciannya untuk portofolio. Tugas Masing-masing kelompok portofolio : Menjelaskan
Masalah, Mengkaji Kebijakan alternatif, Mengusulkan kebijakan alternatif, Mengembangkan Rencana
kerja; 3) Guru menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan dan bagian
dokumentasi pada setiap kelompok. Adapun gambaran portofolio tayangan dan portofolio dokumentasi
adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Portofolio Tayangan dan Portofolio Dokumentasi

Sumber : Budimansyah (2009: 75)

5. Menyajikan portofolio (Show Case) di hadapan dewan juri;

Dalam menyelenggarakan gelar kasus (Show Case), guru sebagai pihak penyelenggara hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Persiapan Show Case; 2) Pembukaan Show Case; 3) Penyajian
oleh kelompok yang telah dibentuk disertai tanya-jawab oleh dewan juri; 4) Selingan; 5) Tanggapan
audiens; 6) Pengumuman dewan juri.

Penyajian Portofolio (Show Case) dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan portofolio tampilan maupun
portofolio dokumentasi. Pelaksanaan dapat dilakukan pada akhir semester satu atau akhir semester dua
bersamaan dengan kenaikan kelas, tergantung pada kondisi dan situasi sekolah.

6. Melakukan refleksi pengalaman belajar.

Dalam kegiatan refleksi ini siswa diajak melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka belajar.
Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindari kesalahan di masa yang akan datang dan
meningkatkan kinerja siswa.

Kelebihan dan keunggulan pembelajaran Project Citizen adalah sebagai berikut : 1) Memungkinkan
siswa terhubung dengan peristiwa dan masalah dunia nyata; 2) Memungkinkan siswa mengintegrasikan
berbagai konsep dan ide-ide terkait; 3) Mendorong siswa dapat menggunakan pengetahuan dan
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu; 4) Mendorong siswa belajar untuk bekerja sama dengan rekan-
rekan dalam suatu kelompok; 5) Memungkinkan siswa mengevaluasi kemajuan mereka sendiri melalui
penilaian diri; 6) Memungkinkan siswa berhubungan dengan kegiatan penilaian untuk kegiatan
pembelajaran; 7) Menungkinkan siswa memanfaatkan dari keterlibatan orang tua dan anggota
masyarakat lainnya. (CCE, 1998: 31).
Sedangkan menurut Fachrudin (2010, 131) kelemahan Project Citizen adalah sebagai berikut : 1) Waktu
yang digunakan pada pelaksanaan model Project Citizen memerlukan waktu ideal 4-6 minggu; 2)
Membutuhkan biaya; 3) Membutuhkan kesiapan guru. Jadi, kelemahan Project Citizen adalah waktu
yang digunakan pada pelaksanaan model Project Citizen memerlukan waktu ideal 4-6 minggu,
membutuhkan biaya dan kesiapan guru sehingga jika guru ingin menerapkan model ini maka dibutuhkan
persiapan, perencanaan yang matang dan skill guru.

Penerapan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan

Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional (2005: 1180)
adalah proses, cara, perbuatan menerapkan.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa penerapan itu adalah jalannya atau langkah-langkah atau
cara menerapkan sesuatu. Dalam tulisan ini, sesuatu tersebut adalah Praktik Belajar Kewarganegaraan
(Project Citizen), maksudnya adalah perbuatan peneliti menerapkan Praktik Belajar Kewarganegaraan
(Project Citizen) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VIII
Semester Gasal.

Adapun penerapan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas VIII Semester Gasal sebagai berikut.

Model Project Citizen dikarenakan memang sifatnya yang generik dan universal, maka materi yang
dibahas dapat merupakan materi lintas SK, lintas KD bahkan lintas mata pelajaran (Dahli Ahmad:
http://dahli-ahmad.blogspot.com). Adapun dari beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas VIII Semester Gasal yang mungkin dapat dicapai melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project
Citizen) adalah sebagai berikut.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

1.3 Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

1.4 Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyakat

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas dipilih karena sesuai dengan fokus perhatian dari
model Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) lebih mengarah pada pengembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan siswa agar mampu menampilkan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini, tindakan yang
akan dicermati dalam penelitian ini adalah penerapan Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn kelas VIII semester gasal di SMP Negeri 3 Semarang
tahun pelajaran 2011- 2012.

Sumber Data

Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung di SMP Negeri 3 Semarang
seperti siswa kelas VIII dan guru sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :

1. Observasi

Untuk penelitian ini adalah peneliti mengadakan observasi langsung dengan cara mengamati penerapan
Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) pada mata pelajaran PKn di kelas VIII SMP Negeri 3
Semarang.

2. Tes

Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran PKn dengan model Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) ada dua yaitu tes
perbuatan dan tes produk. Tes perbuatan dilakukan pada saat para siswa melakukan gelar kasus
(Showcase). Tes produk yang dihasilkan para siswa sebagai hasil proyek belajar adalah portofolio hasil
belajar, yang terdiri atas portofolio tayangan dan portofolio dokumen.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan peneliti adalah laporan kegiatan siswa yang ditugaskan guru yang berupa
bundel (portofolio) dan sumber lain yang relevan, seperti lembar pengamatan dari guru sebagai
kolaborasi dalam penelitian.
Analisis Data

Data yang berupa catatan pengamatan, keadaan, hasil belajar koginitif dan afektif serta produk penilaian
dianalisa dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan pendekatan triangulasi data. Pertama dilakukan
reduksi data, yaitu kegiatan memilih data mana yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk dipaparkan.
Kedua, melakukan pemaparan data, dan ketiga dilakukan verifikasi pengambilan kesimpulan.

Untuk mengetahui seberapa besar kualitas proses dan hasil belajar PKn. Maka analisis juga dilakukan
pada instrumen lembar pengamatan guru dengan menggunakan teknik deskriptif prosentase.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Setelah diterapkannya model pembelajaran Project Citizen, kualitas pembelajaran PKn mengalami
peningkatan yang signifikan. Kualitas pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran
Project Citizen dapat disimak melalui perbandingan rekapitulasi hasil pengamatan sebelum penelitian
dan sesudah penelitian sebagai berikut :

Perbandingan Kualitas Pembelajaran PKn Sebelum dan Sesudah Penggunaan Model Pembelajaran
Project Citizen

Nilai rata-rata & (%)

Peningkatan

Sebelum

Sesudah

Nilai

rata-rata

(%)

Nilai

rata-rata

(%)

Nilai

rata-rata
(%)

2,6

52 %

4,05

81 %

1,45

29 %

Sumber : Data yang diolah

Keterangan nilai prosentase :

< 55 % = kualitas pembelajaran kurang baik

56 % - 65 % = kualitas pembelajaran cukup baik

66 % - 80 % = kualitas pembelajaran baik

> 80 % = kualitas pembelajaran sangat baik

Berdasarkan data hasil penelitian yang terpapar pada tabel di atas nampak bahwa kualitas pembelajaran
PKn dengan menggunakan model Project Citizen meningkat. Hal itu dapat dilihat dan dibandingkan
antara sebelum dan sesudah penelitian. Sebelum peneliti mengadakan penelitian diketahui bahwa
kualitas pembelajaran PKn sebelum menggunakan model Project Citizen kurang baik. Dengan
prosentase kualitas pembelajaran 52%. Namun setelah penggunaan model pembelajaran Project Citizen
prosentase kualitas pembelajaran bertambah menjadi 81% (sangat baik). Rata-rata peningkatan kualitas
pembelajaran sebesar 29 %. Ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project Citizen
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

Pembahasan

Model pembelajaran Project Citizen berdasar hasil penelitian di atas merupakan pembelajaran yang
mampu menjadikan mata pelajaran PKn menjadi:

1. Pembelajaran PKn menjadi lebih bermakna

Dalam pembelajaran Project Citizen siswa merupakan sentral pembelajaran sedangkan guru sebagai
fasilitator. Dengan pembelajaran Project Citizen siswa banyak memperoleh pengalaman belajar yang
sangat bermakna. Pengalaman tersebut antara lain pengalaman sosial dalam kerja kelompok
(cooperation learning), pengalaman akademik melalui pemecahan masalah (problem solving),
menyusun portofolio dokumen sebagai publikasi yang menarik serta mempresentasikannya dengan
membuat portofolio tayangan. Selain itu siswa mendapatkan wawasan substansial seperti pemahaman
tentang kebijakan publik, belajar tentang masalah-masalah yang ada di masyarakat yang memiliki
perhatian terhadap masalah publik. Semua itu menjadikan belajar benar-benar bermakna.

2. Proses pembelajaran PKn menjadi menyenangkan dan menarik

Berdasarkan observasi dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa pembelajaran Project Citizen pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik.
Selain mendapat teori mata pelajaran juga dapat belajar sambil bermain. Siswa tidak merasa jenuh
dengan pembelajaran yang hanya di kelas tetapi juga dapat ikut turun langsung ke lapangan mencari
data dan informasi, siswa dapat leluasa menuangkan ide dan pendapat sehingga siswa terdorong untuk
aktif, kreatif, dan kritis terhadap masalah yang dikaji. Siswa mendapatkan ruang yang cukup luas untuk
berapresiasi dan berkreasi, dengan demikian kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran Project Citizen
memberi tantangan tersendiri bagi siswa karena siswa terlibat mencari, mengalami, bahkan menemukan
kebermaknaan belajar dan mendapatkan pengalaman berharga yang tidak didapatkan dalam kelas.

3. Kualitas Pembelajaran PKn menjadi meningkat

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran Project Citizen mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
PKn yang dilihat dari beberapa aspek yakni :

a. Dari aspek perilaku pembelajaran guru dapat dilihat terjadi peningkatan yakni guru mampu
menerapkan model pembelajaran Project Citizen yang relevan dengan mata pelajaran PKn untuk
kegiatan pembelajaran dan praktek; guru mampu menyiapkan kondisi yang kondusif untuk belajar siswa
dan menyediakan sumber belajar seperti surat kabar yang mampu dieksplorasi siswa dalam langkah
mengidentifikasi masalah; guru mampu memberikan tugas yang menantang untuk memperdalam suatu
konsep.

b. Dari aspek perilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat terjadi peningkatan yakni keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran seperti siswa aktif berpendapat, siswa dapat aktif diskusi, siswa aktif
bertanya dalam kelompok portofolio dan gelar kasus (Show Case); siswa termotivasi untuk belajar; siswa
mampu belajar mandiri serta mencari dan memanfaatkan sumber belajar dan menganalisis masalah
yang belum dikuasai.

c. Dari aspek iklim pembelajaran terjadi peningkatan yakni melalui langkah-langkah pembelajaran
Project Citizen, suasana kelas menjadi kondusif, bervariasi, menimbulkan gairah belajar, mampu
memotivasi siswa, berbeda dari pembelajaran yang biasa dilakukan; iklim pembelajaran pada saat
kegiatan gelar kasus (Show Case) membuat siswa tertantang untuk bertanya mengerjakan tugas,
mengungkapkan pendapat, atau mengajukan prakarsa serta menanggapi sesuatu.

d. Dari aspek materi pembelajaran terjadi peningkatan yakni materi pembelajaran menjadi sistematis
dan terpadu dan kontekstual karena berkaitan dengan masalah “kenaikan harga sembako”; dengan
penyajian materi yang berupa pemecahan masalah dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa
dalam belajar semaksimal mungkin.

e. Dari aspek media pembelajaran; terjadi peningkatan melalui media portofolio tayangan dan
dokumentasi dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna; mampu menfasilitasi proses
interaksi siswa dan guru; siswa dan siswa; serta siswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan; dapat
memperkaya pengalaman belajar siswa; mampu mengubah suasana belajar dari siswa pasif dan guru
sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari informasi melalui
berbagai sumber belajar yang ada.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pembelajaran Project Citizen merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik karena
siswa mendapat pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga di
dapat dari nara sumber langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat dan media.

2. Penerapan model pembelajaran Project Citizen pada mata pelajaran PKn kelas VIII D SMP Negeri 3
Semarang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang semula (sebelum penelitian) kurang baik (52
%) menjadi sangat baik (81 %). Rata-rata peningkatan kualitas pembelajaran sebelum dan sesudah
penelitian sebesar 29 %.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan :

1. Model pembelajaran Project Citizen merupakan model pembelajaran yang menyenangkan,


menarik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Para guru dan sekolah hendaknya menerapkan
model pembelajaran Project Citizen dengan memperhatikan dan menyesuaikan kondisi, sarana
prasarana dan fasilitas yang ada, terlebih lagi bagi kesulitan dalam meningkatkan antusiasme belajar
siswa.

2. Keterbatasan waktu, keterbatasan tenaga dan minimnya biaya menjadikan penelitian ini belum
bisa mendapat hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal diharapkan agar pihak
sekolah memberi dukungan, sarana prasarana yang memadai dan bantuan biaya serta menjalin
kerjasama dengan pihak lain.
Bab III

Penutup

3.1. Kesimpulan

Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak lain karena ingin menciptakan
generasi yang berkarakter dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Hal ini jelas seperti yang
disebutkan dalam landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Kita tentu tidak ingin masalah-masalah di
Indonesia yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini kembali terjadi di masa depan.
Pastinya kita berharap Indonesia menjadi lebih baik nantinya. Tidak ada lagi masalah sosial seperti
kemiskinan dan kualitas pendidikan yang rendah, banyaknya kasus sara, korupsi yang merajalela, dan
daerah-daerah yang semakin tertinggal dan diabaikan oleh pemerintah pusat. Jadi, butuh partisipasi dari
masyarakat khususnya mahasiswa sebagai bagian dari pendidikan tinggi negeri ini untuk dapat
mengamalkan pembelajaran yang dipelajari dari Pendidikan Kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai