Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PANCASILA

DEMOKRASI PANCASILA DI INDONESIA

Kelompok 1 :

1.
2. Dominikus Tri Diantoro (1411001)
3. Julianie (1411002)
4. Tommy Trio Saputra (1411003)
5. Jimmy Taslim (1411004)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


SEKOLAH TINGGI TEKNIK MUSI
PALEMBANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
penulis telah menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
JALANNYA DEMOKRASI PANCASILA DI INDONESIA . Penulis
mengucapkan terima kasi kedapa beberapa pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dan
penulis meminta maaf kepada para pembaca dikarenakan penulisan makalah yang
kurang smpurna ini.

Palembang, 17 Oktober 2014

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan demokrasi diIndonesia bertujuan untk kepentingan


bangsa dan negeraIndonesia, yaitu mewujudkan tujuan nasional.
Pelaksanaan demokrasi juga diarahkan untuk civil societ (masyarakat
madani), di dalamnya peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan negara sangatlah besar. Dalam masyarakat mada
ni partisipasi dankemandiriaan masyarakat sangat di perlukan untuk
menyukseskan tujuan pembangunan nasional khususnya, dan umumnya
tujuan Negara.
Menurut pandangan Welzer (1999:1) masalah civil society yang
di Indonesia disebut masyarakat madani, yang kini menjadi pusat
perhatian dan perdebatan akademis di berbagai belahan bumi,
merupakan pengulangan kembali perdebatan American
Liberalisme/communitarianism yang terpusat pada persoalan: the state
atau negara di satu pihak, dancivil society di lain pihak, yang
sesungguhnya di antara tersebut satu sama lain
saling berkaitan. Menurut Welzer (1999) seorang civil republikan, Jacob
in, yang memihak pada pandangan pentingnya negara, berpendapat bah
wa dalam kehidupan ini hanya ada satu komunitas yng dianggap
penting, yakni the political community atau masyarakat politik yang
anggotanya adalah warga negara yang kesemuanya dilihat sebagai active
participant indemocratic decision making atau partisipan yang aktif
dalam pengambilan keputusan yang demokratis.
Di Indonesia, sebagaimana telah dibahas terdahulu, konsep
masyarakat madani ini terhitung masih baru dan masih banyak
diperdebatkan, baik istilah maupun karateristiknya. Misalnya, Culla
(1999:3; Raharjo:1999) memandang istilah masyarakat madani
hanyalahsalah satu dari berbagai istilah sebagai padanan kata civil
society.
Selain itu, masih
ada beberapa padanan istilah lainnya, seperti masyarakat
warga, masyarakat kewargaan,masyarakat sipil, masyarakat beradab,
masyarakat berbudaya. Sementara itu, Tim Nasional Reformasi Menuju
Masyarakat Madani (1999:32) menyarankan untuk menggunakan
istilahmasyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society.
Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga
sekarang,banyak pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil dalampel
aksanaan demokrasi di bidang politik. Ada tiga macam demokrasi yang
pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraanindonesia, yaitu
demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila. Hal
inilahyang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana
demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, penulis berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebutdalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan
pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari demokrasi Pancasila ?
2. Bagaimana perkembangan demokrasi Pancasila di Indonesia ?
3. Bagaimana pelaksanaan/penerapan demokrasi Pancasila di
Indonesia pada Era Reformasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna demokrasi Pancasila.
2. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi Pancasila di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan/ penerapan demokrasi Pancasila di
Indonesia pada Era Reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Pancasila


Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut Wikipedia Indonesia,
demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Di Indonesia, sistem demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
Pancasila. Hal ini dapat terlihat didalam dasar negara kita yaitu Pancasila itu
sendiri dan didalam pembukaan UUD 1945 serta pasal-pasal yang diatur
didalam UUD 1945 yang menunjukkan penerepan demokrasi Pancasila
tersebut. Seperti pada pasal 1 dalam UUD 1945 yang mengatakan Negara
Indonesia Negara kesatuan berbentuk republik, kedaulatan berada di tangan
rakyat, dan Negara Indonesia adalah negara hukum, maka dari pasal 1 saja
dapat terlihat adanya penerapan demokrasi Pancasila karena rakyat memiliki
peran aktif dalam penegakan hukum di Indonesia dan juga Negara Indonesia
tidak membeda-bedakan rakyatnya baik dari suku, ras, agama, dan budaya
sehingga sesuai dengan Pancasila. Namun yang terpenting Negara Indonesia
mempunyai hukum yang jelas dan dilaksanakan demi kesejahteraan rakyatnya
maka jika dihubungkan dengan Pancasila maka sesuai dengan sila 5 yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari penjelasan diatas demokrasi Pancasila mempunyai beberapa
prinsip yaitu,
1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia,
2. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah,
3. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan
badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR atau lainnya,
4. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat,
5. Pelaksanaan Pemilihan Umum,
6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD 1945),
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada
Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain,
9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional,
10. Pemerintahan berdasarkan hukum, dalam penjelasan UUD 1945
dikatakan:
a) Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat),
b) Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas),
c) Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.

Selain prinsip-prinsip tersebut, Demokrasi Pancasila juga memiliki


ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat kekeluargaan,
2. Kebebasan individu tidak bersifat mutlak/ diselaraskan dengan tanggung
jawab sosial,
3. Perbedaan pendapat dihargai dan dijunjung tinggi,
4. Tidak mengenal oposisi (partai atau golongan yang menentang
pemerintah),
5. Segala sesuatu diputuskan berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan
juga dapat dilakukan melalui voting atau suara terbanyak.
Menurut pendapat Idris Israil, ciri-ciri Demokrasi Pancasila sebagai
berikut :
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat,
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong,
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat,
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi,
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban,
6. Menghargai hak asasi manusia,
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya
demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak,
8. Tidak menganut sistem monopartai,
9. Pemilu dilaksanakan secara luber,
10. Mengandung sistem mengambang,
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas,
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

Adapun fungsi-fungsi dari Demokrasi Pancasila yaitu,


1. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara
Contohnya:
a. Ikut menyukseskan Pemilu;
b. Ikut menyukseskan Pembangunan;
c. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.
2. Menjamin tetap tegaknya negara RI,
3. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan
sistem konstitusional,
4. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila,
5. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara
lembaga negara,
6. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,
Contohnya:
a. Presiden adalah Mandataris MPR,
b. Presiden bertanggung jawab kepada MPR.

Maka dari penjelasan-penjelasan diatas mengenai Demokrasi


Pancasila, pengertian demokrasi Pancasila di Indonesia dapat dikatakan
sebagai berikut :
1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan
dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang
mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran,
kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan
berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan
oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak,
tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan
dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
B. Perkembangan Demokrasi Pancasila di Indonesia
1. Perkembangan demokrasi PraOrde Baru
Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3
november 1945, yang menganjurkan pembentukan partai-partai politik,
perkembangan demokrasi dalam masa revolusi dan demokrasi
pearlementer dicirikan oleh distribusi kekuasaan yang khas. Presiden
Soekarno ditempatkan sebagai pemilik
kekuasaan simbolik dan ceremonial, sementara kekuasaan pemerintah
yang riil dimiliki oleh Perdana Menteri, Kabinet dan, Parlemen. Partai
politik memainkan peranan sentral dalam kehidupan politik dan proses
pemerintahan. Kompetisi antar kekuatan dan kepentingan politik
mengalami masa keleluasaan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia
merdeka. Pergulatan politik ditandai oleh tarik menarik antara partai di
dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik di luar lingkungan
kekuasaan, pihak kedua mncoba menarik pihak pertama ke luar dari
lingkungan kekuasaan.
Kegiatan partisipasi politik di masa ini berjalan dengan hingar
bingar, terutama melalui saluran partai politik yang mengakomodasikan
ideologi dan nilai primordialisme yang tumbuh di tengah masyarakat,
namun hanya melibatkan segelintir elit politik. Dalam masa ini yang
dikecewakan dari Soekarno adalah masalah presiden yang hanya sebagai
simbolik semata begitu juga peran militer.
Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah mengalami
perpecahan antar elit dan antar partai politik di satu sisi, serta di sisi lain
akibat adanya sikap Soekarno dan militer mengenai demokrasi yang
dijalankan. Perpecahan antar elit politik ini diperparah dengan konflik
tersembunyi antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta
adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan
programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional ini
mengindikasikan krisis integral dan stabilitas yang parah. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan nasionalis ekonomi,
dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa
demokrasi terpimpin kini telah mulai.
Periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan
terbentuknya Zaken Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan
menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi
tersentral di tangan presiden, dan secra signifikan diimbangi dengan peran
PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan
infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden.
Dengan ambisi yang besar PKI mulai menmperluas kekuatannya sehingga
terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September
1965, kemudian mulailah pada massa orde baru.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan, antara lain:
Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan
memprihatinkan. Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian
kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.
Stabilitas politik sevara umum memprihatinkan. Ditandai dengan
kuantitas konflik politik yang amat tinggi. Konflik yang bersifat
ideologis dan primordial dalam masa 20 tahun pasca merdeka.
Krisis ekonomi. Dalam masa demokrasi parlementer krisis
dikarenakan karena kabinet tidak sempat untuk merealisasika program
ekonomi karena pergantian kekuasaan yang sering terjadi. Masa
demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena
kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional
sehingga kurangnya perhatian disektor ekonomi.
Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur
pemerintah dalam proses politik menjaadikan birokrasi tidak terurus.

2. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.


Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan revolusi
kemerdekaan baru terbatas pada interaksi politik diparlemen dan
berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Meskipun
tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi
pada periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal
mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua,
presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi
dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak
dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya
dalam sejarah kehidupan politik kita.

3. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)


Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950
sampai 1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai
landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat
ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi
dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh
konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada
hampir 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi
dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun
para pendukungnya.
Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya politik aliran,
sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis
sosial ekonomi yang masih sangat lemah;(3) persamaan kepentingan
antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-
sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan.

4. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno
sudah menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai
politik. Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada
kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan
kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno
melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan
dan gotong royong.
Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat
antara ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu: presiden
Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik
yang utama dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem
kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif
dalam sistem politik nasionall menjadi sedemikian lemah, Basic Human
Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa
puncak dari semnagt anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin
dominan dalam proses hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.
Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya
ingin menempatkan Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang
bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya.
Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin
Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi
yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin.
Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari
legislatif terhadap eksekutif. (Sunarso, dkk. 2008:132-136)

5. Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru


Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan
perkembangan tingkat ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau temporer.
Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya
kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi
yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk
menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang
tidak lebih dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan
kepada kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu pada kalangan elit
perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu
1971, tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-
program pembaruan pemerintahan baru.
Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan
antara kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara Orde Baru
mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan
sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1)
kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang
memberi legitimasi politik yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya
regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan; (4) intervensi negara
terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda
negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5)
tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak
bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik,
mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses
negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan
pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya
muncul karena sebab struktural.
Pemberontakan G-30-S/PKI merupaka titik kulminasi dari
pertarungan atau tarik tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat,
dan Partai Komunisme Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde
Lama antara lain presiden sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya
peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya
peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim,
rezim Orde Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi
dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan
fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai
politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah. Beberapa karakteristik pada masa
orde baru antara lain: Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan
hamper ridak pernah terjadi. Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup.
Ketiga, PemilihanUmum. Keempat, pelaksanaan hak dasar waega Negara.
(Rukiyati, dkk. 2008:114-117).

C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Pada Masa Reformasi (1998 Sampai


Dengan Sekarang).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan
lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan
kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan
terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku
sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama
kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan
kelembagaan negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek
pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga
negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap
model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi
Pancasila di era Orde Baru. Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul
beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang
kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan
dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun
1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah
demokresi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda dengan
orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959.
Pertama, Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari
yang sebelumnya. Kedua, ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai
pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen politik
untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian
besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari penjelasan mengenai pengertian Demokrasi Pancasila,
dapat kita ketahui apa itu Demokrasi Pancasila yang selama ini
diterapkan di Indonesia, lalu prinsip-prinsip, ciri-ciri, serta
fungsi dari Demokrasi Pancasila yang sangat sesuai dengan apa
yang dicita-citakan bangsa Indonesia dan butir-butir dari
Pancasila itu sendiri.
2.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://antonsatriab.wordpress.com/2011/02/16/pengertian-prinsip-
demokrasi-pancasila/
http://azizsustiawan.wordpress.com/2013/11/02/makalah-demokrasi-
pancasila/
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Pancasila
http://damonholic.wordpress.com/2009/12/10/fungsi-demokrasi-
pancasila/
http://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmu-
kewarganegaraan/perkembangan-demokrasi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai