Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENELITIAN KELEMBABAN UDARA

RUANG KELAS 206


UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG

Dosen: Abdul Rachmad Zahrial Amin,S.T, M.T.

FISIKA BANGUNAN II

Jimmy Taslim (1411004)


Dessrin (14110)
Desi Natalia F. (1411025)

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
PALEMBANG
2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam kehidupan di bumi ini, kelembaban udara merupakan salah satu unsur
penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan
bagaimana makhluk tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di
lingkungannya.
Dalam atmosfer senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut
kelembaban. Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara setempat.
Kandungan uap air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi
yang akan menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan
sendirinya juga ikut mengatur suhu udara. Kelembaban udara adalah persentase
kandungan uap air dalam udara.. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air
yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara disebut
sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara
lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik. Massa
udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung,
termasuk uap air, jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara
kering.
Kadar kelembaban udara dapat berdampak pada kehidupan manusia, terlebih
kepada masalah kesehatan. Adanya hubungan antara kesehatan dan “dampness”
(kelembaban) merupakan pembahasan para pakar dari multidisiplin ilmu, antara lain
melibatkan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3), kesehatan masyarakat,
teknologi HVAC, fisika bangunan, mikrobiologi, dan epidemiologi. Berdasarkan studi
tersebut (Bornehag, et al. 2001), tinggal atau bekerja di gedung yang damp (basah)
nampaknya meningkatkan risiko untuk sejumlah efek kesehatan terutama gejala
pernapasan seperti batuk dan asma, termasuk gejala tidak spesifik seperti kelelahan dan
sakit kepala. Hasil diskusi dan analisis menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara
kelembaban dan efek kesehatan. Namun, tidak diketahui seperti apa agen kelembaban
(misalnya seberapa lembab) di udara dalam ruangan yang menyebabkan efek kesehatan.
Hal yang jelas dikemukakan adalah adanya dugaan kuat mengenai kelembaban yang
menyebabkan efek kesehatan dan lagipula hingga saat ini belum ada indikasi bahwa
tinggal di sebuah bangunan lembab dapat meningkatkan kesehatan.
Dampak yang terlihat jelas akibat kelembaban yang tinggi adalah munculnya
jamur dan noda di tembok atau langit-langit rumah dan akan menurunkan estetika
interior bangunan, bahkan terkadang bau apek yang ada akan mengganggu kenyamanan
penghuni rumah. Hal ini juga dapat mengganggu kesehatan penghuni rumah itu sendiri.
Hal tersebut diakibatkan kadar kelembaban udara dalam rumah anda yang terlalu tinggi.
Akibat yang lain apabila kelembaban rumah terlalu tinggi ialah anda akan
mendapati suasana di bangunan yang terasa panas, pertumbuhan bakteri dan jamur
dapat meningkat sehingga dapat menyerang kesehatan penghuni rumah, merusak
barang-barang elektronik serta dokumen-dokumen atau foto-foto, dan membuat tembok
menjadi kotor. Kelembaban udara yang terlalu tinggi juga dapat merusak furnitur dan
barang-barang rumah anda terutama yang terbuat dari kayu karena mendorong
terjadinya pelapukan yang semakin cepat.
Oleh karena itu, kami pun melakukan praktikkum yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa tinggi kadar kelembaban udara ruang 206 di Universitas Katolik
Musi Charitas. Dari hasil praktikkum, nanti akan didapatkan data yang menunjukkan
kadar kelembaban udara, dan jika terbukti lembab ruangannya, bisa dilakukan cara
untuk mengantisipasi dampak dari kelembaban udara yang terlalu tinggi.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut “Bagaimana kadar kelembaban udara ruang kelas 206 di Universitas Katolik
Musi Charitas?”

3. Tujuan Praktikkum
Praktikkum ini bertujuan untuk mengetahui kadar kelembaban udara ruang kelas
206 di Universitas Katolik Musi Charitas.

4. Manfaat Penelitian
4.1 bagi penulis
4.1.1. menjawab rasa ingin tahu peneliti,
4.1.2. mengembangkan kemampuan merangkai kata,
4.1.3. memperluas pengetahuan peneliti,
4.1.4. mengembangkan kreatifitas peneliti.
4.2. bagi pembaca
4.2.1. menjadi bahan referensi,
4.2.2. sebagai referensi bagi peneliti yang membahasa bidang yang sama,
4.2.3 menambah informasi,
4.2.4. memperluas pengetahuan.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Kelembaban udara


Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah uap air
dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer,
yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan
komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan
iklim.
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu
bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-
layang di udara. Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah, sedangkan awan
melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang di kandung oleh hawa tergantung
pada temperatur. Makin tingggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung
oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Proses perubahan air menjadi uap air disebut penguapan (vaporisasi atau
evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk
mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air di
proyeksikan melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan
permukaan berkuranng ketika temperatur naik, maka laju pernguapan naik menurut
temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air
(Linsley, 1989).
Kelembaban udara pada ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan
menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara
yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin terjadi lebih besar. Udara lembab dan udara
kering dapat tercampur lebih cepat (Benjamin, 1994).
Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: Jumlah
radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan,
pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh angin (Handoko, 1994).
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang
hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.
Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang
hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan
yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air
di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang (Benjamin, 1994).
Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban mutlak,
kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah massa uap air
yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam gram/ m, kelembaban
specifik merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara
yang dinyatakkan dalam gram/ kilogram, sedangkan kelembaban relatif
merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air
yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan dalam persen ( % )
(Kartasapoetra, 1990).
Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara
yaitu metode pertambahan panjang danberat pada benda-benda higroskopis, serta
metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut
hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer
(Kartasapoetra, 1990).

2.2. Teori Suhu Udara


Suhu udara merupakan gambaran umum keadaan energi suatu benda. Namun,
tidak semua bentuk energi yang dikandung suatu benda dapat diwakili oleh suhu udara,
seperti energi kinetik. Suhu udara dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang
diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer dan merupakan
unsur iklim yang sangat penting. Suhu udara ini berubah sesuai dengan tempat dan
waktu (Wikipedia, 2011). Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap
periode 24 jam (variasi diurnal).
Fluktuasi suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang
berlangsung di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari oleh bumi akan menyebabkan
suhu udara meningkat. Pada variasi diurnal, suhu maksimum tercapai beberapa saat
setelah radiasi maksimum.
Suhu dipermukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim;
2. pengaruh daratan atau lautan;
3. pengaruh ketinggian tempat, Braak memberikan rumusan sebagai
berikut: makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhu akan
semakin rendah;
4. pengaruh angin secara tidak langsung;
5. tipe tutupan lahan, tanah yang ditutupi vegetasi yang memiliki suhu
udara lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi;
6. pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer;
7. tipe tanah, tanah yang gelap indeks suhunya lebih tinggi;
8. pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan
membuat suhu udara lebih panas daripada yang datangnya miring
(Prawirowardoyo, 1996 dan Kartosapoetra, 2006).
Suhu udara menggambarkan panas dinginnya suatu benda. Menurut Handoko
(1995), suhu udara sangat erat berhubungan dengan radiasi matahari. Pada siang hari
radiasi terlebih dahulu akan memanaskan tajuk bagian atas kemudian makin ke bawah
dan akhirnya lantai hutan. Pada malam hari pendinginan dimulai dari tajuk bagian atas
dan akhirnya lantai hutan sehingga suhu udara terendah terdapat pada tajuk bagian atas
dimana panas yang hilang relatif lebih besar daripada bagian hutan lainnya. Oleh sebab
itu, tajuk hutan bagian atas merupakan suatu permukaan radiasi yang aktif.
Pada umumnya, daerah bervegetasi yang tumbuh baik mampu menekan suhu
udara rata-rata tahunan sebesar 1ᵒC sampai 2 C. Fluktuasi suhu udara harian di daerah
yang bervegetasi sangat rapat akan jauh lebih kecil dibandingkan daerah terbuka.
T rata-rata harian = (2T07.30+T13.30+T17.30)/4
T : suhu
Di daerah tropis, manusia akan merasa relatif nyaman jika berada pada suhu
udara sekitar 27-28ᵒC. Suhu udara yang cukup panas pada suatu area selain karena
radiasi matahari yang tinggi yaitu rata-rata 50%, juga karena pantulan dari perkerasan
jalan, bangunan maupun pantulan perkerasan lainnya yang ada pada tapak (Laurie,
1986).

Kelembaban relative
Untuk menentukan tekanan uap air dalam udara, digunakan perumusan (Humpreys,
1940).
P = Pmax-0,00066 B(tk – tb) (1)

Dengan P = tekanan uap air dalam udara


Pm = tekanan uap air maksimum pada termperatur udara
B = barometer
tk = temperature yang ditunjukkan oleh tempreratur kering
tb = temperature yng ditunjukkan oleh temperature basah

Buka link ini, lihat contohnyo disitu e


http://mimmusa-pudica.blogspot.co.id/2012/02/laporan-praktikum-kelembaban-
udara.html

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Prosedur Percobaan
3.1.1. Alat dan Bahan
 Termometer manual
 Kapas
 Lakban hitam
 Kayu
 Paku
 Air
 Karton padi

3.1.2. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian


2. Gunting karton padi menjadi menjadi bentuk V dengan kemiringan sudut 45o
3. Lalu tempel kedua termometer pada karton padi
4. Beri kapas yang sudah dibasahi pada salah satu ujung termometer
5. Setelah itu lubangi ujung karton padi yang menjadi titik tumpu putaran
6. Lalu siapkan kayu sepanjang + 15 cm
7. Kemudian sambungkan lubang karton padi dengan paku pada kayu
8. Saipkan lima orang peneliti untuk melakukan penelitian pada tiap sudut ruangan
dan pada titik tengah ruangan
9. Lakukan percobaan penelitian dengan memutarkan karton padi pada paku
selama 5 menit
10. Catat suhu pada termometer dan hitung perbedaan antara termometer yang
kering dan yang basah
11. Lakukan percobaan pada pagi hari dan siang hari untuk melihat pengaruh cuaca
dan perbedaan waktu penelitian

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel pengukuran dibawah tajuk tanman dan dilapangan terbuka dengan
menggunakan termometer bola kering (TBK) termometer bola basah (TBB).
Pagi
No. Lokasi Ulangan
I II III IV V
TBk TBB TBK TBB TBK TBB TBK TBB TBK TBB
1. RUANG 206
Siang
No. Lokasi Ulangan
I II III IV V
TBk TBB TBK TBB TBK TBB TBK TBB TBK TBB
1. RUANG 206

Untuk mencari nilai selisih antara thermometer bola kering (T BK) dan thermometer bola
basah (TBB) nilai RH dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
1. RUANG 206 (Pagi)
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=

RUANG 206 (Siang)


 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=
 RH = TBK – TBB
=
=

4.2. Hasil Pengamatan

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.1.1. Faktor yang mempengaruhi kelembaban udara adalah cuaca, kalau cuacanya
mendung kelembaban udaranya rendah dan begitu juga kalau cuacanya cerah
maka kelembaban udaranya tinggi.
5.1.2. Praktikum yang kami lakukan pada pagi hari dan siang hari, hasil penelitian
memiliki hasil yang hampir sama hal ini dikarenakan pengaruh sinar
matahari dan udara sekitar ruangan yang merata sehingga membuat suhu dan
kelembaban ruangan seimbang.
5.1.3. Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair keadaan gas, agar supaya
air dimana-mana dapat menguap, maka diperlukan satuan jumlah panas yang
terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari
tumbuh-tumbuhan.

5.2. Saran

Sebaiknya penelitian dilakukan pada pagi hari dan malam hari agar lebih terlihat
perbedaan kelembaban udaranya, alat pengukuran juga harus dibuat lebih baik lagi agar
hasil yang didapat sesuai dan mendekati dengan kondisi ruangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Nyok,Kulia.2012.Kelembaban Udara.
https://kuliahnyok.wordpress.com/2012/01/04/270/, diunduh pada
11 April 2016 pukul 10:30 WIB

Pengertian,Temukan.2014.Pengertian Kelembaban Udara.


http://www.temukanpengertian.com/2014/04/pengertian- kelembaban-
udara.html, diunduh pada 11 April 2016 pukul 10:37 WIB

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur
iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta
Hardjodinomo, Soekirno. 1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta, Bandung.
Kartaspoetra, Gunarsih Ance. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.
Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Linsley dan kawan-kawan. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai