Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH KTV

https://yagami95kashiko.wordpress.com/tag/kajian-teknologi-
dan-vokasi/
Secara historis pendidikan kejuruan di Indonesia berakar pada zaman penjajahan Belanda.
Menurut Oejeng Soewargama dikutip oleh Dedi Supriadi (2002: 11) pendidikan kejuruan yang
berkembang di Indonesia adalah pendidikan kejuruan yang di Negeri Belanda disebut
“Beroesonder-wijs” yaitu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah oleh pemerintah. Untuk
Indonesia pendidikan kejuruan yang lebih sesuai dengan kebutuhan Indonesia adalah “Beroeps-
en Vakopledingen” yang di Jerman dinamakan “Beroeps-und Fachschule” dan di Inggris disebut
“Vocational Education”. Pendidikan kejuruan atau pendidikan vokasi merupakan kelanjutan
tradisi swasta yang tergabung dalam perhimpunan para pengusaha yang disebut dengan
“Bedrijfsgoepen” (Belanda), “Traders Union” (Inggris), atau “Wirihschajtgrupen” (Jerman).

Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia diawali dengan didirikannya Ambacht
School van Soerabaja tahun 1853 oleh pihak swasta. Sekolah ini terutama ditujukan untuk laki-
laki keturunan Eropa khususnya Belanda, dari golongan miskin yang tinggal di Hindia Belanda
ketika itu.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda mendirikan suatu lembaga pendidikan di
Jakarta dengan nama Ambacht Leergang. Kemudian pada tahun 1901 dilanjutkan dengan
pembukaan lembaga pendidikan bernama Koningin Welhelmina School (KWS) yang para
siswanya terdiri atas tamatan Europeese School yang diperuntukan khusus untuk orang-orang
Eropa.

Pendidikan teknik dan kejuruan tingkat pertama di Indonesia menjelang akhir masa penjajahan
Belanda hingga masa pendudukan Jepang (1942-1945) terdiri atas: Ambacht Leergang, yang
mempersiapkan pekerja-pekerja tukang, Ambacht School, yang memberikan latihan yang lebih
tinggi, dan Technische School, yang memberikan latihan yang lebih tinggi dan bersifat teoritis.

Ketiga jenis lembaga pendidikan teknik dan kejuruan ini tetap bertahan sesudah Indonesia
merdeka dengan mengalami perubahan-perubahan nama dan beberapa perubahan kurikulum.
Perkembangan jumlah sekolah berjalan pesat sesuai dengan meningkatnya minat para pemuda
untuk menuntut pengetahuan teknik dan kejuruan.
Pendidikan di Indonesia landasan hukumnya adalah : Undang-Undang R.l No 20 Tahun 2003.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. dan Pancasila. Berdasarkan
Undang-Undang R.l No : 20 Tahun 2003 . Pasal 4, ayat (1) Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menunjang tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, bilai kultural dan kemajemukan bangsa. Pasal 13, ayat (1) Jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Pasal 14 , Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pasal 15, Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pasal 18, ayat
(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, (2) Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, (3) Pendidikan
menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sedrajat.

Sejak diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, dan UU Nomor 25 Tahun 1999 diganti dengan UU Nomor 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
secara hukum pendidikan di Indonesia sudah harus diselenggarakan secara desentralistik.
Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan dan kinerja pendidikan
untuk pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan secara otonom. Otonomi
pendidikan meletakkan tantangan kepada pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan
dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal (UU
Sisdiknas Pasal 50 ayat 5). Pemerintah kabupaten/kota melakukan peningkatan secara
berencana dan berkala untuk meningkatkan keunggulan lokal, kepentingan nasional, keadilan,
dan kompetisi antar bangsa dalam peradaban dunia (penjelasan Pasal 35 ayat 1). Dalam rangka
lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan perhatian khusus pada
penjaminan mutu satuan pendidikan tertentu yang berbasis keunggulan lokal (penjelasan PP 19
Pasal 91 ayat 1).
http://fatkhan.web.id/perkembangan-pendidikan-kejuruan-di-
indonesia/
A. Sebelum Kemerdekaan – Pendidikan kejuruan di Indonesia telah berumur lebih 150 tahun.
Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia diawali dengan didirikannya Ambacht
School van Soerabaja tahun 1853 oleh pihak swasta. Sekolah ini terutama ditujukan untuk laki-
laki keturunan Eropa khususnya Belanda, dari golongan miskin yang tinggal di Hindia Belanda
ketika itu.Pada akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda mendirikan suatu lembaga
pendidikan di Jakarta dengan nama Ambacht Leergang. Kemudian pada tahun 1901 dilanjutkan
dengan pembukakan lembaga pendidikan bernama Koningin Welhelmina School (KWS) yang
para siswanya terdiri atas tamatan Europeese School yang diperuntukan khusus untuk orang-
orang Eropa.

Pendidikan teknik dan kejuruan tingkat pertama di Indonesia menjelang akhir masa penjajahan
Belanda hingga masa pendudukan Jepang (1942-1945) terdiri atas: Ambacht Leergang, yang
mempersiapkan pekerja-pekerja tukang, Ambacht School, yang memberikan latihan yang lebih
tinggi, dan Technische School, yang memberikan latihan yang lebih tinggi dan bersifat
teoritis.Ketiga jenis lembaga pendidikan teknik dan kejuruan ini tetap bertahan sesudah
Indonesia merdeka dengan mengalami perubahan-perubahan nama dan beberapa perubahan
kurikulum. Perkembangan jumlah sekolah berjalan pesat sesuai dengan meningkatnya minat
para pemuda untuk menuntut pengetahuan teknik dan kejuruan.

B. Pasca kemerdekaan – Pada masa kemerdekaan Ambacht Leergang dikenal dengan Sekolah
Pertukangan (SPT), Ambacht School menjadi Sekolah Pertukangan Lanjutan (SPL), dan
Technische School sebagai Sekolah Teknik (ST), sedangkan THS menjadi Institut Teknologi
Bandung(ITB).Lama pendidikan SPT adalah 2 tahun setelah SD 6 tahun. SPL adalah 1 tahun
setelah SPT , SPT adalah 4 tahun yang kemudian menjadi 3 tahun setelah SD. Lembaga
pendidikan teknik dan kejuruan berkembang menjadi lembaga pendidikan kejuruan yag
mempunyai peran sentral dalam penyediaan tenaga tukang yang terampil dan teknisi tingkat
pertama.

Baca Juga: Metode Pencarian dalam Kecerdasan Buatan


Jurusan-jurusan yang dibuka pada lembaga pendidikan teknik tersebut didasarkan atas
penggolongan jabatan (job description) dan analisis pekerjaan (job analysis) beserta
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi Buruh Internasional
(ILO).Dengan melihat sejarah tersebut, berarti sekolah teknik dan kejuruan baru dibuka 317
tahun setelah pertama yang didirikan oleh Portugis dan 246 tahun setelah sekolah pertama
didirikan oleh VOC/ Belanda.Dengan demikian, hingga saat ini sekolah kejuruan di Indonesia
telah berusia 1,5 abad. Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda, pada tahun 1940 terdapat
sekitar 88 sekolah kejuruan di Indoneasia dengan 13.230 siswa, umumnya dalam bidang
pertukangan, teknik, dan pertanian.

C. Era Reformasi – Sejak kemerdekaan hingga sekarang, pendidikan teknik dan kejuruan
berkembang pesat. Pemerintah sendiri saat ini sedang menggalakkan peran SMK yang lebih
diminati masyarakat karena berorientasi pada pekerjaan.Kebijakan pemerintah antara lain
sesuai rencana Strategis (Renstra) Depdiknas 2005-2009 dinyatakan bahwa rasio pendidikan
menengah kejuruan dan pendidikan menengah umum ditargetkan sebesar 50:50 pada tahun
2010 dan 70:30 pada tahun 2015. Kebijakan ini diharapkan dapat memecahkan salah satu
permasalahan pengangguran. Peningkatan pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan tenaga
terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan tuntutan dunia industri.
http://muslimberjuang.blogspot.com/2011/09/sejarah-pendidikan-
teknologi-dan.html
SEJARAH PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Perspektif Sejarah Pendidikan Kejuruan di Dunia

• Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengembangkan pendidikan


teknologi dan kejuruan salah satunya adalah pengaruh ”sejarah”. Sejarah memiliki pesan
penting untuk memberikan informasi peristiwa dulu dan menyediakan perspektif yang
bermakna bagi para pemerhati pendidikan teknologi dan kejuruan

• Dilihat dari perspektif sejarah, usaha perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan
sudah dimulai pada masa Mesir kuno sekitar 2000 tahun SM. Program-program magang yang
terorganisir (apprenticeship) dengan cara mempelajari suatu keterampilan tertentu dari
seseorang yang sudah dipandang ahli yang berpengalaman menjadi ciri khas pendidikan pada
saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada saat itu, mencakup belajar kemampuan dasar menulis
dan membaca karya sastra

• Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas untuk
kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung di tempat kerja untuk hal-hal yang
bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara bekerja para
ahli yang sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian
dunia lain sampai sekitar abad ke-19.

• Sebenarnya ada pula usaha-usaha lain yang mencoba memberi alternatif selain program
magang, baik yang berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa pendirian lembaga-
lembaga pendidikan yang sudah bersifat agak formal. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang
dipelopori oleh para ahli filsafat seperti John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau
memberi inspirasi kuat terhadap bentuk-bentuk persekolahan kuno yang mulai meninggalkan
praktek magang dan beralih ke bentuk yang lebih formal dengan memasukkan aspek
pendidikan mental seperti filsafat dan logika serta pendidikan kesenian.

• Ketika revolusi industri pecah di awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih yang
murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin lagi terpenuhi dari sistem
pendidikan magang yang biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya relatif mahal.

• Sejak saat itulah, kemudian muncul banyak pemikiran-pemikiran untuk mengusahakan


perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan (termasuk kurikulumnya) melalui
sekolah secara sistematis, termasuk salah satunya adalah pemikiran Victor Della Vos yang
mengawali adanya pemikiran yang sistematis dalam pengembangan kurikulum pada pendidikan
teknologi dan kejuruan.

• Della yang merupakan direktur dari ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun
1876 di Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru dalam
pembelajaran teknik, sehingga pada saat itu Della menjadi katalis untuk pendidikan teknik di
Amerika Serikat (lannie 1971).

• Pada saat itu Della terkenal dengan 4 asumsi yang berkaitan dengan pengajaran dalam bidang
mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam waktu yang sesingkat mungkin (in short
education); (b) selalu diupayakan suatu cara untuk memberikan pengajaran yang cukup untuk
jumlah siswa yang banyak dalam satu waktu; (c) dengan metode yang akan memberikan
pelajaran praktek di bengkel dengan pemenuhan pengetahuan yang mencukupi, dan (d)
sehingga memungkinkan guru dapat menetapkan perkembangan siswa setiap waktu.

• Secara historis, pendidikan kejuruan di Indonesia berakar pada zaman penjajahan Belanda.
Sekolah kejuruan pertama di Indonesia didirikan tahun 1853 oleh pemerintah Belanda dengan
nama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) yang diperuntukkan
bagi anak-anak Indo dan Belanda.

• Untuk memahami orientasi perkembangan pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia


dihubungkan dengan karakteristik pendidikan / kurikulum tiap periode dapat disajikan pada
tabel sebagai berikut :

• 1964-1968 (STM-SMEA) Pendekatan kebutuhan masyarakat akan pendidikan (social demand


approach); pokoknya anak bisa bersekolah; sekolah kejuruan dianggap mampu menghasilkan
tamatan yang dapat langsung bekerja; keadaan sekolah kejuruan memprihatinkan dengan
fasilitas yang sangat minim, sehingga pada saat itu ada pameo ”STM Sastra”

• 1972-1973(STM Pembangunan-SMEA Pembina)

Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (manpower demand approach) dilaksanakan secara


terbatas, proses mencari bentuk yang tepat untuk pendidikan teknisi industri. Pada saat itu,
pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang baik dengan tingkat pertumbuhan 7% per tahun,
sehingga diperlukan banyak tenaga kerja untuk mengisi kekosongan di dunia kerja. Tapi pada
saat itu, pendidikan kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja kebutuhan. Pada saat itu,
keterlibatan dunia industri di pendidikan kejuruan belum melembaga secara formal.

• 1976 Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (untuk sekolah yang belum memperoleh peralatan
praktik). Berusaha menghasilkan teknisi industri (STMP,SMEA Pembina,SMTK 4 tahun), dan juru
teknik (STM-BLPT, SMEA,SMKK). Digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat (untuk
sekolah yang belum direhabilitasi): SMEA, SMKK,SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Pada periode inipun
keterlibatan industri belum nampak secara formal.

• 1984 Pendekatan humaniora yang memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik; teori
dan praktek dikemas dalam satu semester; pihak industri teribat dalam Forum Pendidikan
Kejuruan.

• 1994 Pada saat ini, diberlakukan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (Competency
Based Curriculum) , meskipun pada saat itu belum secara eksplisit disebut KBK sebagaimana
dikenal pada tahun 2004. Selain itu dikenal pula konsep Broad Based Curriculum dimana
pendidikan memiliki prinsip luas, kuat, dan mendasar. Pada periode ini, mulai dikenal konsep
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pada masa ini kerjasama dengan dunia usaha dan industri
semakin kuat dan melembaga

• 1999 Perubahan orientasi dari supply-driven ke demand/market driven, dari mata pelajaran /
topik pembelajaran ke kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar ke pengukuran
kompetensi, dari belajar ”hanya” SMK menjadi belajar di SMK dan di industri, dari SMK yang
”berdiri sendiri” ke SMK sebagai bagian tak terpisahkan dari politeknik, BLK, kursus-kursus, dan
lembaga Diklat lainnya.

• 2000-an Pada periode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan kejuruan semakin
meningkat. Hubungan dengan pihak industri semakin baik. Pemerintah sudah sangat menyadari
pentingnya mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia

Pendidikan Sebelum Kemerdekaan

• Gubernur Jenderal Raffles memberikan pengantar pendidikan pada Gymnasium B. Para


lulusannya diberi kesempatan untuk meneruskan ke pendidikan perdagangan dan kerajinan di
Delft

• Zaman Van den Bosch 1856 di dirikan sekolah kejuruan pertama di Batutulis Betawi,sekolah
tersebut bernada agama Kristen, bercorak sekolah dasar dengan ciri-ciri pertukangan dengan
siswanya Indo-Belanda. Kemudian pada tahun 1873 terpaksa dibubarkan (?)

• Tahun 1860 untuk golongan Eropah didirikan Ambachtschool, yakni sekolah pertukangan
pertama.

• Tahun 1881, untuk anak-anak pribumi didirikan sekolah pertukangan seperti itu, hanya
bedanya dikaitkan dengan sekolah pendidikan guru.

• Sekolah-sekolah pendidikan guru didirikan di Ambon, Minahasa, Magelang, Surakarta dan


lainnya yang ditangani oleh Zending khusus untu gadis-gadis muda disediakan sekolah kejuruan,
namun tidak berlangsung lama. Pendidikan kejuruan ini baru tumbuh dengan suburnya setelah
abad ke-20..

• Pada abad ke-20 Van Deventer mencetuskan gagasan “ Politik Etis” yang mendasari
kebijaksanaan pendidikan di Indonesia. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan
Bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Jalur pertama adalah pendidikan bagi
lapisan atas serta memenuhi kebutuhan industri dan ekonomi,dengan tenaga terdidik bermutu
tinggi di lain pihak juga menyediakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
menengah dan rendah yang berpendidikan. Penyedian tenaga tersebut sebenarnya dilakukan
untuk kepentingan kaum feodal Belanda. Tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang
murah. Sebagai akibat dari perhatian yang banyak dicurahkan oleh pemerintah Hindia Belanda
kepada pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Kejuruan, jenis pendidikan kejuruan
yang didirikannya menjadi sangat bervariasi :

• Ambachts Leergang, yaitu sekolah berbahasa daerah bagi lulusan sekolah Bumiputera kelas
dua (5 tahun) atau sekolah lanjutan. Sekolah inididirikan dengan tujuan untuk mendidik tukang-
tukang.

• Ambachtschool (Sekolah pertukangan) adalah sekolah pertukangan yang berbahasa Belanda.


Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan HIS, HCS, dan Schakelschool. Sekolah ini lamanya 3
tahun bertujuan untuk mendidik serta mencetak mandor. Jurusannya antara lain: montir mobil,
listrik, kayu dan penata batu.

• Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs) adalah kelanjutan dari Ambachtschool yang bahasa
pengantarnya bahasa Belanda. Sekolah yang bernama Wilhelmina School berdiri tahun 1906 di
Jakarta ini sebenarnya bukan murni teknik, karena ada bagian yang mengandung jurusan Sastra
dan Ekonomi.

• Pendidikan dagang (Handels Onderwijs), didirikan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-


perusahaan Eropah. Jenis ini meliputi pemberi pelajaran dagang di sekolah dasar dan
menengah. Sekolah dagang khusus adalah sekolah dengan lama pendidikan 3 tahun . lain lagi
adalah Sekolah Dagang Menegah (Middelbaar Handelsschool) yang juga memakan waktu 3
tahun

• Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs) diperuntukkan bagi penduduk asli yang


bermasyarakat agraris dan untuk keperluan perusahaan-perusahaan perkebunan Eropah yang
menggunakan pekerja dan pengawas Bumiputera.

• Pendidikan Keguruan (Kweekschool). Lembaga ini menurut sejarahnya melalui perkembangan


kursus-kursus yang ditangani oleh Zending
• Sekolah-sekolah Teknik dan kejuruan, terdiri atas tiga jenis sekolah, yaitu :

• Sekolah-sekolah kejuruan : Sekolah Kerajinan (SK), merupakan sekolah untuk mendidik


pekerja Industri rumah. Lama belajar 1 – 2 tahun tergantung type kerajinan atau perdagangan.
Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi lulusan pendidikan dasar.

• Sekolah-sekolah Teknik (ST), yakni sekolah teknik dengan masa sekolah 3 tahun bagi mereka
yang lulus tes masuk dan tes menggambar.

• Sekolah Teknik Tingkat Atas (STM). Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan SMP dan ST dengan
nilai baik.

• Sekolah kepandaian Putri (SKP), waktu 2 tahun bagi anak-anak wanita yang gagal tes masuk
SMP. Dengan mengikuti pendidikan ini diharapkan dapat menjadi warganegara yang berguna,
mampu mencarinafkah untuk kehidupannya sendiri. Selain itu ada SKP 4 tahun. Sekolah ini
diperuntukkan bagi lulusan SKP2 tahun dengan nilai bagus. 2 tahun pertama bersifat umum, 2
tahun terakhir pendidikan khus ahli masak, penjahit, kerumahtanggaan, ahli batik,
menggambar, menenun, dan jahit-menjahit sebagai pokok perolehan profesi.

• Sekolah Perdagangan, meliputi :

• Kursus Dagang Tingkat Pertama (KDP), dengan masa 3 tahun untuk menyiapkan orang dewasa
dalam bidang ekonomi, dan hal-hal lain menyangkut perdagangan.

• Sekolan Menengah Ekonomi Tingkat Pertama (SMEP), merupakan pendidikan ekonomi untuk
tingkat menengah, memberikan latihan kepada siswa untuk menekuni bidang usaha. Siswa
yang diterima adalah mereka yang lulus saringan masuk dari SMP.

• Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA), merupakan pendidikan ekonomi untuk
tingkat atas di dalam menekuni bidang usaha dan perdagangan. Siswa yang diterima adalah
mereka yang lulus saringan masuk dari SMP dan SMEP. Siswa yang berprestasi baik dapat
melajutkan ke fakultas ekonomi.

Sejak tahun 1979 sesuai dengan kebijakan Pendidikan Kejuruan, jenis-jenis sekolah kejuruan
ditertibkan, seperti berikut ini :

• Sekolah Teknik (ST) dengan jurusan Mesin, bangunan, dan elektronika

• Sekolah Kesejahteraan Keluarga (SKK) yang memberikan pendidikan selama 4 tahun

– Sekolah Kesejahteraan Tingkat Pertama (SKP)

– Sekolah Menengah Kesejahteraan keluarga (SMKK)


– Sekolah Menengah Kerumahtanggaan (SMTK)

• Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA)

• Sekolah Teknologi Menengah (STM)

• Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)

• Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK)

• Untuk sekolah tingkat menengah pertama (ST dan SKP) hanya ada sebuah saja di tiap-tiap
provinsi.

Anda mungkin juga menyukai