Anda di halaman 1dari 12

Analisis gaya Bahasa puisi

“abad yang berlari” karya


afrizal malna
Oleh:
Andhika Arya Nugraha
a. pendahuluan
Menurut Kridalaksana (1982:49), gaya bahasa yaitu.
1. pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis
2. lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu (genetis) dan lebih luas gaya bahasa itu merupakan keseluruhan ciri-ciri bahasa
sekelompok penulis sastra (deskriftif)

Keraf (2010:113) menjelaskan bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa).
B. Abad Yang Berlari

PEMBAHASAN
palu. waktu tak mau berhenti, palu. waktu tidak mau berhenti. seribu jam menunjuk
waktu yang bedaberbeda, semua berjalan sendiri-sendiri, palu. tak satu pun mau
berhenti. semua berjalan sendiri-sendiri.
 
orang-orang nonton televisi, palu. nonton kematian yang dibuka di jalan-jalan, telah
bernyanyi di bangku-bangku sekolah, telah bernyanyi di pasar-pasar, o anak-
anak kematian yang mau merubah sorga. manusia sunyi yang disimpan waktu.
 
palu. peta lariberlarian dari kota datang dari kota pergi, mengejar waktu,
palu. dari tanah kerja dari laut kerja dari mesin kerja. kematian yang bekerja
di jalan-jalan, palu. kematian yang bekerja di jalan-jalan.
 
o dada yang bekerja di dalam waktu.
 
dunia berlari. dunia berlari
seribu manusia dipacu tak habis mengejar.
 
1984

—AFRIZAL MALNA
1. GAYA BUNYI
● Orkestrasi efoni

Dalam keseluruhan kontruksi puisinya terdapat


rentetan bunyi vokal u, a, i, o :

bedaberbeda/o dada yang bekerja/


peta lariberlari dari kota datang dari kota pergi/
palu. Waktu tak mau berhenti, palu

bunyi sengau n, ng, m :

orang-orang nonton/nonton kematian yang di buka di jalan-jalan/


bekerja di dalam waktu

juga bunyi liquida r :

bernyanyi di pasar-pasar/
mengejar waktu/tak habis mengejar
GAYA BUNYI
● Asonansi

Beberapa pengulangan bunyi vocal terdapat pada nukilan berikut.

Asonansi U-U: Palu, Waktu tak mau berhenti, palu.

Asonansi A-A: beda berbeda

● Aliterasi

Beberapa pengulangan bunyi konsonan terdapat pada nukilan berikut.

Aliterasi B-B: bernyanyi di bangku-bangku


GAYA BUNYI
● Sajak Akhir

“Palu”
(Diulang sembilan kali menghiasai di beberapa baitnya,
menghiasi akhir kalimatnya)

palu. waktu tak mau berhenti, palu.

, semua berjalan sendiri-sendiri, palu.

orang-orang nonton televisi, palu.

palu. peta lariberlarian dari kota datang dari kota pergi, mengejar waktu,
Palu

kematian yang bekerja di jalan-jalan, palu


2. GAYA kata
● Metafora yang khas

nonton kematian yang dibuka di jalan-jalan


o anak-anak kematian yang mau merubah sorga
manusia sunyi yang disimpan waktu.

● Personifikasi kebendaan

waktu tak mau berhenti, palu.


waktu tidak mau berhenti
manusia sunyi yang disimpan waktu.
dunia berlari. dunia berlari
3. Kekhasan pengarang

dalam puisi ini
Citraan Modernitas dan Citraan kehidupan urbanis
(Mulai dari judulnya yang juga mencitrakan itu)

orang-orang nonton televisi, palu.


nonton kematian yang dibuka di jalan-jalan
dari tanah kerja dari laut kerja dari mesin kerja.
kematian yang bekerja di jalan-jalan
tak satu pun mau berhenti.
semua berjalan sendiri-sendiri.

● Defamaliarisasi

. manusia sunyi yang disimpan waktu.


kematian yang bekerja di jalan-jalan.
seribu jam menunjuk waktu yang bedaberbeda
o dada yang bekerja di dalam waktu.
Kekhasan pengarang dalam
puisi ini
● Pengaruh Dadaisme dan Praktik Estetika Instalasi

Pengaruh ini juga berhubungan dengan sebutannya sebagai puisi konkret


yang marak di era puisi kontemporer.

● Puisi konkret yang Absurd.

Puisi yang disebut puisi ‘konkret’ dalam kepenulisan sastra merupakan pemahaman yang berbeda,
sesuatu yang nyata, dan terkadang tidak dapat dituliskan.

Nyoman Tusthi Eddy mengartikan puisi konkret sebagai puisi yang lebih menonjolkan bentuk
visualnya dibandingkan ungkapan verbalnya . Menurutnya, tipografi atau tatanan bentuk dalam puisi
konkret diatur dengan cermat sehingga menarik untuk dilihat.
c. penutup
Gaya kepenyairan Afrizal dikenal sebagai pembaharu (avant-garde) bagi khazanah estetika
kepenyairan dalam sastra Indonesia.

Lewat puisi ini (dan puisi lain di dalam bukunya) kerja defamaliarisasinya Afrizal membawa
suatu kebaruan estetika, yaitu sebuah gejala pergeseran “aku lirik” kearah “aku massal”.

Berbagai kebaruan itu menjadikannya ia sebagai eksponen pemimpin literer puisi dan
pemikiran sastra angkatan 2000an.
Daftar pustaka
.
Korrie Layun Rampan. 1999. Wawasan Estetik Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (bagian
ketujuh). Jakarta: Republika, 17 Januari 1999.
Malna, Afrizal. 1984. Abad yang berlari. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Rachmat Djoko Pradopo. 1999. Penelitian Stilistika Genetik: Kasus Gaya Bahasa W.S. Rendra
dalam Ballada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie. Jurnal
Humaniora Vol. 11 (03), 94 – 101.
Sadewa, Ujianto. 2016. Religiositas, Estetika Instalasi, dan Parodi dalam Puisi-puisi Afrizal
Malna. [internet] diakses pada 07 april 2021 dari di
https://www.buruan.co/religiositas-estetika-instalasi-dan-parodi-dalam-puisi-puisi-afrizal-mal

.
na-bagian-2/

________. materi-materi dari kanal youtube belio dan juga materi dari sesi interview belio
Terima
kasih!
Andhika Arya Nugraha
1900025017
Prodi Sastra Indonesia A

Anda mungkin juga menyukai