Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH KETIDAKSEMPURNAAN PROSES

SOSIALISASI
TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG
DIKALANGAN REMAJA
TUGAS ANALISIS
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
GURU MATA PELAJARAN : NURHASANAH. SPd

DISUSUN OLEH

HERA PUTRI NINGSIH


XII IPS 2

SMA NEGERI 8 BATAM


BATAM
2009/2010

Seorang Guru
menggandeng tangan,
membuka pikiran
menyentuh hati,
membentuk masa depan
dan
Seorang guru berpengaruh selamanya
dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya
berakhir
(Henry Adam)

KATA PENGANATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah pencipta langit dan bumi yang
telah melimpahkan rahmat-Nya , terutama rahmat iman dan kekuatan sehingga
Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini dapat diselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini disususn untuk memenuhi persyaratan
mengikuti ujian UN program IPS SMA N 8 Batam. Dalam tiga bulan penulis
mengumpulkan bahan, menenukan topic dan menetapkan judul sampai pada
analisa data hingga Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini dapat diselesaikan.
Penyusun Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini tidak mungkin dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu
perkenankan penulis mnyampaikan terimaksih yang tulus pada Ibu Nurhasanah
sebagai pembimbing, Bapak kelpala sekolah, teman-teman dan semua pihak yang
telah membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini dapat dielesaikan.
Sangat disadari Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini baik isi maupun tehnik
penulisannya masih banyak kekurangan, oleh sebab itu sangat diharapkan saran
dan perbaikan dari pemabca demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah Sosiologi
ini.

Batam, 01 Januari 2010

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian tiap manusia sangatlah
penting, karena sosialisasi merupakan sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasan nilai dan norma serta aturan dari suatu generasi ke generasi lainnya
dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialaisasi sebagai teori mengenai perananan
(role theory). Sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan dan tata
kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari suatu masyarakat, sebagian adalah
proses mempelajari peran (Horton.1999.118)1
Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran peran yang harus dijalankan
oleh individu. Proses sosialisasi juga penting dalam tujuan manusia dalam
hidupnya, karena bila tanpa adanya sebuah sosialisasi seseorang tidak dapat
mengetahui hal hal apa saja yang menjadi hak atau kewajibab dirinya sesuai
dengan perannya masing masing. Seorang anak dikatakan telah melakukan
sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya
sendiri saja tetapi juga memperhatikan kepentingan kebutuhan orang lain
(Markum,1982:1)2
Dalam sebuah sosialisasi sering kali terjadinya ketimpangan dan pembelokan
nilai dan norma yang diterima oleh seorang anak, baik itu dari agen sosialisasi
keluarga, sekolah, kelompok bermain maupun media massa. Ketidakselarasan
penyampaian nilai dan norma dengan penerimaannya ini disebut dengan
proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Suatu proses sosialisasi yang tidak sempurna sering kali membelokkan
kepribadian seseorang dan keseluruhan tata kelakuannyapun menjadi tindakan
social yang tidak dapat diterima dalam ruang lingkup masyarakat pada
umumnya, sebab perilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma yang dianut
dalam masyarakat.
Ketidaksempurnaan proses sosialisasi terjadi setelah seseorang mulai dewasa
atau pada remaja. Karena pada masa masa itulah seseorang ingin menemukan
1

. Elisanti dan Titin Rostini., Sosiologi untuk SMA/MA kelas X,(Jakarta Timur: CV Indrajaya,2006),hal : 73
.Elisanti dan Titin Rostini.,Sosiologi untuk SMA/MA kelas X,(Jakarta Timur: CV Indrajaya,2006),hal : 73

jati dirinya melalui agen agen sosialisasi. Masa peralihan atau remaja mulai
menemukan perbedaan nilai dan norma yang diterima dari agen sosialisasi
primer (keluarga) dengan agen sosialisasi sekunder (sekolah, teman
sepermainan dan media massa).
Masalahpun muncul, karena remaja mengalami tekanan dari banyak factor
factor internal yang datang dari dalam diri sendiri dan factor eksternal yaitu
tuntutan lingkungan yang seolah memaksa remaja agar segera cepat
menyesuiakan diri. Tekanan itulah yang kemudian akan direspon dengan
berbagai macam hal, baik yang positif maupun negative.
Respon negative pada remaja akan mengakibatkan perilaku menyimpang
dalam diri seorang remaja. Penyimpangan perilaku merupakan tindakan yang
oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluara batas
toleransi. Misalnya penggunaan obat obat terlarang.
Menurut Dr. Graham Baliance, kaum remaja lebih mudah terjerumus pada
penggunaan obat obat terlarang. Karena beberapa factor, salah satunya adalah
ingin mencari dan menemukan arti hidup. Arti hidup yang mereka cari
sesungguhnya adalah arti hidup semu.3
Perilaku menyimpang juga terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai nilai
subkebudayaan yang menyimpang, yaitu kebudayaan khusus yang normanya
bertentangan dengan norma budaya yang dominant.
Oleh sebab itu, peneliti akan mengemukakan tentang manfaat yang akan
diperoleh dalam kehidupan sehari hari, khususnya bagi para remaja kalangan
pelajar untuk dapat melakukan kontrol sosial terhadap dirinya sendiri.
Dilihat dari maraknya realitas social yang terjadi dalam kehidupan remaja,
maka penulis tertarik pada pembahasan penelitian ini dengan judul Pengaruh
Ketidaksempurnaan Proses Sosialisasi terhadap Perilaku Menyimpang di
Kalangan Remaja .

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Proses sosialisasi pada diri manusia dalam pembentukan kepribadian.
3

. Maryati, Kun dan Juju Suryawati,.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006, (Jakarta:
Esis,2001),hal : 132

2. Pengaruh ketidaksempurnaan proses sosialisasi terhadap perkembangan


kepribadian anak.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang dalam diri remaja.
4. Peran agen sosialisasi dalam proses sosialisasi yang tidak sempurna yang
mengakibatkan perilaku menyimpang.
5. Dampak perilaku menyimpang remaja terhadap prestasi belajar disekolah.
C. PEMBATASAN MASALAH
1. Pengaruh ketidaksempurnaan proses sosialisasi terhadap perkembangan
kepribadian anak.
2. Faktor-factor yang mempengaruhi perilaku menyimpang dalam diri remaja.
3. Peran agen sosialisasi dalam proses sosialisasi yang tidak sempurna yang
mengakibatkan perilaku menyimpang.
4. Dampak perilaku menyimpang remaja terhadap prestasi belajar disekolah.
D. PERUMUSAN MASALAH
1. Pengaruh ketidaksempurnaan proses sosialisasi terhadap perkembangan
kepribadian

anak

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

perilaku

menyimpang dalam diri remaja.


2. Peran agen agen sosialisasi dalam proses sosialisasi yang tidak sempurna
yang mengakibatkan perilaku menyimpang dan cara untuk mengatsi
perilaku menyimpang dalam diri remaja.
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh ketidaksempurnaan proses sosialisasi terhadap
perkembangan kepribadian anak
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang
dalam diri remaja.
3. Untuk mengetahui peran agen sosialisasi dalam proses sosialisasi yang tidak
sempurna yang mengakibatkan perilaku menyimpang.
4. Untuk mengetahui dampak perilaku menyimpang remaja terhadap prestasi
belajar disekolah.

F. MANFAAT PENELITIAN
1. Menjadi bahan masukan bagi orang tua dalam menemukan solusi untuk
mengatasi perilaku menyimpang anak akibat dari ketidaksempurnaan proses
sosialisasi.
2. Sebagai acuan bagi orang tua, sekolah dan guru untuk lebih memeperhatikan
anak agar anak tersebut mempunyai perilaku yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku didalam masyarakat luas dan berdasarkan nilai dan
norma yang berlaku.
3. Sebagai pedoman untuk lebih meningkatkan proses sosialisasi agar tercipta
perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma atau konformitas.
4. Sebagai acuan untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat memperngaruhi
perilaku menyimpang dalam diri remaja akibat ketidaksempurnaan proses
sosialisasi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI : Sosialisasi, Definisi Sosialisasi, Proses
Sosialisasi, Tahap-tahap Sosialisasi, Agen-agen Sosialisasi, Jenis Sosialisasi, Tipe
Sosialisasi, Pola Sosialisasi, Cara Sosialisasi, Nilai Sosial, Definisi Nilai Sosial,
Ciri-ciri Nilai Sosial, Klasifikasi Nilai Sosial, Norma Sosial, Definisi Norma
Sosial, Tingkatan Norma Sosial, Macam-macam Norma Sosial, Perilaku
Menyimpang, Definisi Perilaku Menyimpang, Faktor-faktor Penyimpangan
Sosial, Bentuk-Bentuk Penyimpangan, Sifat-Sifat Penyimpangan, Macam-macam
Penyimpangan, Fakta Sosial tentang Perilaku Menyimpang, Teori Sosiologi
mengenai Perilaku Menyimpang, Penyebab Umum Perilaku Menyimpang,
Hubungan Proses Sosialisasi yang Tidak Sempurna dengan Perilaku Menyimpang
Remaja, Remaja, Definisi Remaja, Ciri-ciri Remaja, Definisi Kenakalan Remaja,
Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja.

BAB III METODE PENELITIAN :


A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat
2. Waktu
B. Metode penelitian
C. Teknik pengambilan sample
D. Teknik pengumpulan data
E. Definisi Operasional
F. Teknik analis data dan Interpretasi data
BAB IV HASIL PENELITIAN :
A. Gambaran Umum tentang Proses Sosialisasi di Kalangan Remaja
1. Pergaulan Antar Remaja
2. Dampak dari Pergaulan Remaja
B. Deskriptif Hasil Penelitian
1. Peran Orang Tua dalam Proses Sosialisasi terhadap Perkembangan
Kepribadian
2. Tanggapan Remaja terhadap Perilaku Menyimpang yang dilakukan Akibat
Tidak sempurnanya Proses Sosialisasi
3.

Peran

Pemerintah

dalam

menanggulangi

tindakan

menyimpang

dikalangan remaja.
4.

Peran Lingkungan terhadap pengaruh tindakan menyimpang dikalangan


remaja.

C. Deskriptif Argumentatif
BAB V PENUTUP :
A. Kesimpulan
B. Saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. SOSIALISASI
1. Definisi Sosialisasi
a. Menurut Pendapat Para Ahli
1)

Karel J.Veeger
Sosialisasi adalah suatu proses belajar mengajar.

2)

Charlotte Buehle
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu untuk
belajar dan menyesuaikan diri tentang bagaimana cara hidup dan
cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfugsi dalam
kelompoknya. 4

3)

Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seseorang individu
mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai
dengan perilaku orang orang disekitarnya. 5

4)

Bruce J.Cohen
Sosialisasi adalah proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakatnya untuk memperoleh kepribadian
dan membangun kapasitas untuk berfungsi, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok.

5)

Robert M.Z. Lawang


Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan
semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. 6

6)

David Gaslin
Sosilaisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang
untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma agar ia
dapat berpartisipasi sebagi anggota kelompok masyarakat.

. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid,20090118000121AAoIAt2

.Elisanti dan Titin Rostini,Sosiologi untuk SMA/MA kelas X, ( Jakarta Timur: CV


Indrajaya,2007), Hal 73
6
. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid,20090118000121AAoIAt2

7)

Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak
untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi
didaalm masyarakat. 7

b. Menurut Kamus Ensklopedi Indonesia


1) Proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya.
2) Upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami dan
dihayati oleh masyarakat. 8
c. Menurut Wikipedia Indonesia
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau
nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok
atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan
peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. 9
2. Proses Sosialisasi
Menurut Wikipedia Indonesia, Proses adalah urutan pelaksanaan atau
kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu,
ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu
proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat
dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.10
Proses sosialisasi pada hakikatnya adalah proses belajar berinteraksi bagi
individu ditengah tengah masyarakat.
Dalam arti sempit proses sosialisasi merupakan proses mengenal lingkungan
baik lingkungan social maupun lingkungan fisik.

. Maryati, Kun dan Juju Suryawati,Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006,(Jakarta:
Esis,2006), Hal 96
8
. Alya, Qonita, Kamus Beasar Bahsa Indonesia unruk pendidikan dasar, (Bandung: PT Indrahjaya
Adipratama,2007)
9
. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
10
. http://id.wikipedia.org/wiki/Proses

10

Dalm arti luas proses sosialisasi adalah proses komunikasi dan proses
interaksi yang dilakukan oleh seseorang individu selama hidupnya sejak lahir
sampai dengan meninggal.
Proses ini merupakan proses alamiah yang dilakukan individu sebagai
makhluk social yang tidak dapat terlepas dengan tata pergaulan dengan manusia
yang lain. 11
3. Tahap-Tahap Sosialisasi
a. Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang
dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
1) Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh
pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh
anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut
dengan kenyataan yang dialaminya.

2) Tahap meniru (Play Stage)


Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk
kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan

11

. Santono, P.Mardi dan A.M. Nurchajatie. (tanpa tahun). Sosiologi kelas X. Literature. Hal 73

11

sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan
apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang
anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).
3) Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran
yang

secara

langsung

dimainkan

sendiri

dengan

penuh

kesadaran.

Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat


sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia
mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama
dengan teman-temannya.
Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di
luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada
norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4) Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/ Generalized
other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia
dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari
pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang

12

tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap
ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Pada tahap Generalized ini, anak telah mampu mengambil peran peran
orang lain yang lebih luas, tidak sekedar orang orang terdekatnya. Ia pun telah
mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memiliki
peran dirinya dan peran orang lain. Seorang anak telah dianggap dewasa dan
mampu menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. 12
b. Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia,
Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan
orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui
tiga tahapan sebagai berikut.
1) Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang
paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di
berbagai lomba.
2) Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak
membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu
memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari
perlakuan orang terhadap dirinya.
Misalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba
atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa
pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat
padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan
12

. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006.
Jakarta: Esis. Hal 99

13

hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain
bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3) Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul
perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang
akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang
terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan
memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang
terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya. 13
4. Agen-Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok
bermain, media massa, dan lembaga pendidikan (sekolah).
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak
selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja
berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen
sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok,
meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba),
tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau
media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan
oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling
mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh
individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi
yang berlainan.

13

. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

14

Adapun agen agen sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut :


a. Keluarga
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersamasama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem
kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas
karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi
kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi
dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang
anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat
sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger
peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar
karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang
tuanya sendiri.
b. Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan
manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula
memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh
teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak
berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan
tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam
kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan
orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok
bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang
yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

15

c. Lembaga pendidikan formal (sekolah)


Nilai dan norma social juga dipelajari individu (seseorang) dari lembaga
pendidikan atau tempat dia belajar (sekolah). Maka, sekolah juga menjadi salah
satu lembaga sosialisasi. Kita tahu, belajar disekolah merupakan tuntutan
kemajuan masyarakat, yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
Pada masyarakat tradisional, fungsi pendidikan diemban oleh keluarga, namun
dalam masyarakat modern, fungsi keluarga dijalankan oleh sekolah, maka
lembaga pendidikan merupakan salah satu bagian dari agen sosialisasi.
Disekolah, guru adalah pemegang kontrol terhadap proses sosialisasi anak.
Sebagai sebuah lembaga, sekolah memiliki peranan sosial akademik, peranan
sosial religius, peranan sosial cultural dan peranan sosial ekonomi. Disekolah,
individu akan mendapatkan pengetahuan tentang berbagai hal didalam kehidupan
manusia. Kreatifitas, minat dan prestasi anak juga akan berkembang disekolah
karena fungsi sekolah salah satunya yaitu membantu perkembanagn kepribadian
anak. Sekolah juga membantu anak menetukan jati dirinya dan memberikan bekal
untuk menjalankan peran, status, hak dan kewajibannya pada kehidupannya
dimasa depan.
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar
membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturanaturan

mengenai

kemandirian

(independence),

prestasi

(achievement),

universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak


mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai
pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri
dengan penuh rasa tanggung jawab.14
d. Media massa
Sosialisasi juga berlangsung melalui media massa. Media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, film dan lain lain yang menyajikan
banyak hal. Ada berita, peristiwa dan aneka macam hiburan. Media massa
merupakan salah satu unsur teknologi yang memiliki peranan sebagai media
sosialisasi. Melalui media akan terjadi transformasi social dan budaya terhadap
14

. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

16

masyarakat luas. Alat komunikasi ini memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan
tanpa terikat oleh nilai dan norma yang ada didalam masyarakat.
Berbagai hal yang disajikan media massa itulah banyak yang ditiru oleh
individu. Dengan kata lain, media massa merupakan salah satu agen sosialisasi,
sebab perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh hal hal yang disajikan. Tentu
saja hal hal yang ditiru tersebut ada yang positif dan ada yang negativ. 15
Contoh:
1)

Penayangan acara SmackDown! di


televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak
dalam beberapa kasus.

2)

Iklan produk-produk tertentu telah


meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada
umumnya.

3)

Gelombang besar pornografi, baik


dari internet maupun media cetak atau televisi, didahului dengan
gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media televisi
(horor,

kekerasan,

ketaklogisan,

dan

seterusnya)

diyakini

telah

mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya


perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
e. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan
lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya
sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh agen-agen ini
sangat besar.16
15

. Susilo, Rachmad Kristiono Dwi.2007.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X. Karanganyar: CV Graha

Multi Grafiska. Hal 75-76


16

. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

17

5. Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu sosialisasi primer
(dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,
yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat
sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam
jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkekang, dan
diatur secara formal.
a. Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia
1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat
penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya.
Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan
interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
b. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam
masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam
proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan
dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang
lama.

18

6. Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda.
Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di
kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut
baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk
sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila
solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun
tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi.
Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan
pendidikan militer.
b. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompokkelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa
bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan
sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. Dengan
adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang
harus ia lakukan.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun
hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat
sosialisasi formal dan informal sekaligus.

19

7. Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola yaitu,

sosialisasi represif dan

sosialisasi partisipatoris.
1. Sosialisasi represif (repressive socialization)
Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada
komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan
sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.
2. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization)
Merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain
itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak
diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat
lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga
menjadi generalized other.

8. Cara Sosialisasi
a. Pelaziman
Sebagian besar perilaku anak diperoleh dengan cara pelaziman. Anak
mempertahankan suatu perilaku

apabila dengan perilaku itu anak

mendapatkan imbalan. Sebaliknya perilaku anak akan berhenti apabila


perilaku itu mendapatkan hukuman.
Dalam pelaziman hampir sebagian besar perilaku diperoleh anak secara
positif dibutuhkan peranan orang tua yang sangat besar.
b. Imitasi
Pada proses imitasi ini terjadi proses yang agak majemuk, anak akan
melihat model yang akan ditiru perbuatannya. Dengan demikian, tindakan

20

akan dapat dikatakan sebagai gaya seperti person idealnya, yang dilihat bias
sabagian tindakannya bias juga berusaha meniru seluruhnya, seperti cara
berpakaian, cara berjalan, cara berbicara, cara bertindak bahkan dalam
bertingkah laku.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah proses peniruan secara mendalam. Anak tidak hanya
meniru aspek luarnya saja tetapi ia ingin menjadikan dirinya identik (sama)
dengan tokoh idealnya. Dalam perkembangan proses diri, identifikasi
memegang peranan penting sebab melakukan identifikasi seseorang
mengkatagorikan dirinya dalam kategori tertentu. 17
d. Internalisasi
Pada internalisasi, anak mengikuti aturan bukan karena takut dihukum atau
akan mendapatkan hadiah, bukan pula karena meniru tokoh idealnya. Ia
mengikuti aturan karena merasa pasti bahwa norma itu telah menjadi bagian
dari dirinya, ia menyadari bahwa perilaku tersebut diharapkan oleh
masyarakat.
Hal ini berarti suatu taraf perkembangan yang dialami para anggota
masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku sejaqlan dengan perikelakuan
yang sesuai dengan aturan aturan dan norma norma lembaga social tersebut.
Dengan kata lain, telah mendarah daging didalam masyarakat yang
bersangkutan.18
B. NILAI DAN NORMA
1. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau
tidak indah, dan benar atau salah.

17

. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya

18

. Hardiyanti, Adwiana.2006. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII. Jakarta: Widya Utama

21

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan
mencuri bernilai buruk.
a. Pengertian Nilai Sosial Menurut Para Ahli
1) Woods
Nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,
yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan seharihari.
2) Drs. Suparto
Nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di
antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk
mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu,
nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi
seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya.
3) Kimball Young
Mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
4) A.W.Green
Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung
disertai emosi terhadap objek.
5) M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang
pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
6) Hendropuspito

22

Nilai adalah sesuatu yang dihargai masyarakat-masyarakat.


Menyatakan nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat
karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan
manusia.
b. Ciri-Ciri Nilai Sosial
1)

Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi


antarwarga masyarakat.

2)

Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan


lahir).

3)

Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)

4)

Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan


kepuasan sosial manusia.

5)

Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan


yang lain.

6)

Dapat mempengaruhi pengembangan diri social

7)

Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.

c. Klasifikasi Nilai-Nilai Sosial


Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized
value).
1) Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya.
Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.

23

a) Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian


besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang
lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan
sosial.
b) Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
c) Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai
tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang
kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran
atau Natal.
d) Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai
tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat
memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
2) Nilai mendarah daging (internalized value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan
kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses
berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah
tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan,
ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah.
Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah
kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung
jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa
gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi
dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.19
2. Norma Sosial
a. Definisi Norma Sosial
19

. http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial

24

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku


dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam
menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat
memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial
yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara
manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang
diharapkan.
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak
bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan
memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh
masuk kelas, bagi siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh
meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada
awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma
itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib,
aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.
b. Tingkatan norma sosial
1) Cara (usage)
Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu
dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus.
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan
suara seperti hewan.
2) Kebiasaan (Folkways)

25

Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang


dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai
tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam
suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
3) Tata kelakuan (Mores)
Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifatsifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna
melaksanakan

pengawasan oleh sekelompok

masyarakat

terhadap

anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa atau


melarang suatu perbuatan. Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan,
atau menikahi saudara kandung.
4) Adat istiadat (Custom)
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya.

c. Macam norma social


Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu
tetapi saling berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya.
Pembagian itu adalah sebagai berikut.
1)

Norma agama
Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak

sebagaimana penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah

26

ukurannya karena berasal dari Tuhan. Contoh: Melakukan sembahyang


kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain sebagainya.
2)

Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati

nurani yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan


apa yang dianggap baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran
terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara,
diusir) ataupun batin (dijauhi).
Contoh: Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan
dicap tidak susila,melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang
3)

Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-

hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku


yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh: Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau
menerima sesuatu dengan tangan kanan, tidak kencing di sembarang
tempat.

4)

Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi

petunjuk atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang
perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan
individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai
pengucilan secara batin. Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari
suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.
5)

Kode etik

27

Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu


kelompok masyarakat tertentu. Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik
perwira, kode etik kedokteran.
Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila
ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam
kategori norma hukum.20
C. PERILAKU MENYIMPANG
1.Definisi Perilaku Menyimpang
a.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
1) Definisi Perilaku
Perilaku

adalah

tanggapan

atau

reaksi

individu

terhadap

rangsangan atau lingkungan.


Perilaku, berasala dari kata Laku menurut kamus besar bahasa
Indonesia berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat 21.
Dalam sebuah buku yang berjudul Perilaku Manusia Drs. Leonard F.
Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat
diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai
motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu,
misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini
sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam
dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia
sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal,
sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
20

. http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial

21

.Sumber : Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Hal.271, Aprindo, Jakarta, 2006, oleh MB. Rahimsyah dan
Satyo Adhie)

28

mereka mempunyai aktifitas masing masing. Sehingga yang dimaksu


Dperilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas
manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori S O Ratau Stimulus Organisme Respon. Skiner membedakan adanya dua
proses.
a) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus
semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan
respon respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan
mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga
mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah
menjadi

sedih

atau

menangis,

lulus

ujian

meluapkan

kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.


b) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau
reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang
petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon
terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh
penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan
tugasnya.22

22

. http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-PerilakudanDomain-Perilaku.html

29

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu simpulan bahwa pada


hakikatnya perilaku tidak lebih Dari semua respon, kegiatan atau aktifitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar, dan baik itu berupa gerakan nyata maupun yang hanya
berupa pola pikiran yang sedang berlaku pada individu atau manusia
tersebut saja.
2)

Definisi Menyimpang
Tidak menurut apa yang sudah ditentukan, tidak sesuai dengan

rencana.23
Menyimpang berasal dari kata simpang yang berarti memisah atau
membelok bercabang, jadi bisa didefinisikan bahwa menyimpang adalah
sebuah tindakan yang dilakukan manusia atau individu keluar dari batas
wajar atau batasan yang sudah ditetapkan bersama.
b.

Menurut Wikipedia Indonesia


Perilaku menyimpang secara sosiologis diartikan sebagai setiap
perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan hukum yang ada di
dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan
norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering
dikaitkan dengan istilah-istilah negative.

c. Menurut Para Ahli


1) Becker
Perilaku menyimpang bukanlah kualitas yang dilakukan orang,
melainkan konsekuensi dari adanya suatu peraturan dan penerapan sangsi
yang dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut.24
2) Bruce J. Cohen

23

. Alya, Qonita.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk pendidikan dasar. Bandung: PT Indrahjaya
Adipratama
24
. Elisanti dan Titin Rostini, Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. (Jakarta Timur: CV Indrajaya, 2007), Hal

30

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak berhasil


menyesuaikan diri dengan kehendak kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat.
3) Paul B. Horton
Adalah suatu perbuatan disebut menyimpang bila perbuatan itu
dinyatakan sebagai menyimpang oleh masyarakat (kaidah social berupa
nilai dan norma).25
4) James W. Van Der Zanden
Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah
besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
5) Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang
dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku
menyimpang.26
6) Korblum
Penyimpangan tidak hanya dapat dikategorikan kepada individu atau
masyarakat dengan kategori deviance (penyimpangan) dan deviant
(penyimpang), tetapi akan dijumpai pula yang disebut dengan institusi
menyimpang atau deviant institution. Contoh yang dikemukakan Korblum
terkait dengan organized crime atau kejahatan terorganisasi seperti sindikat
pengedar narkoba.27
2. Faktor-faktor Penyimpangan Sosial
a. Menurut James W. Van Der Zanden
Faktor-faktor penyimpangan sosial adalah sebagai berikut
1)
25

Longgar/tidaknya nilai dan norma.

. Susilo, Rachmad Kristiono Dwi,Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X, (Karanganyar: CV Graha Multi

Grafiska,2007), Hal
26

27

. http://www.e-dukasi.net
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.tt (tanpa tahun). Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII KTSP Standar

Isi 2006. Jakarta: Esis. Hal

31

Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau


benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran
longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat. Norma dan
nilai sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial
masyarakat yang lain. Misalnya: kumpul kebo di Indonesia dianggap
penyimpangan, di masyarakat barat merupakan hal yang biasa dan wajar.
2)

Sosialisasi yang tidak sempurna.


Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak

sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di


masyarakat seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai panutan atau
pedoman, menjadi teladan namun kadangkala terjadi pemimpin justru
memberi contoh yang salah, seperti melakukan KKN. Karena
masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka terjadilah tindak perilaku
menyimpang.
3)

Sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang.


Perilaku menyimpang terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai-

nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu kebudayaan khusus


yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang
dominan/ pada umumnya. Contoh: Masyarakat yang tinggal di
lingkungan kumuh, masalah etika dan estetika kurang diperhatikan,
karena umumnya mereka sibuk dengan usaha memenuhi kebutuhan
hidup yang pokok (makan), sering cekcok, mengeluarkan kata-kata
kotor, buang sampah sembarangan dsb. Hal itu oleh masyarakat umum
dianggap perilaku menyimpang.
b. Menurut Casare Lombroso
Perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor-faktor:
1) Biologis
Misalnya orang yang lahir sebagai pencopet atau pembangkang. Ia
membuat penjelasan mengenai si penjahat yang sejak lahir.
Berdasarkan ciri-ciri tertentu orang bisa diidentifikasi menjadi penjahat

32

atau tidak. Ciriciri fisik tersebut antara lain: bentuk muka, kedua alis
yang menyambung menjadi satu dan sebagainya.
2) Psikologis
Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan
kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan penyimpangan. Dapat juga karena pengalaman traumatis
yang dialami seseorang.
3) Sosiologis
Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya
dengan sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap
norma-norma kultural budayanya atau individu yang menyimpang harus
belajar bagaimana melakukan penyimpangan.
3.

Bentuk-Bentuk Penyimpangan

a.

Penyimpangan Individual (Individual Deviation)


Penyimpangan

individual

merupakan

penyimpangan

yang

dilakukan oleh seseorang yang berupa pelanggaran terhadap norma-norma


suatu kebudayaan yang telah mapan. Penyimpangan ini disebabkan oleh
kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku yang jahat/tindak
kriminalitas. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar
penyimpangannya dapat dibagi menjadi beberapa hal, antara lain:
1)

Tidak patuh nasihat orang tua agar mengubah pendirian


yang kurang baik, penyimpangannya disebut pembandel.

2)

Tidak
berwenang

di

taat

kepada

peringatan

lingkungannya,

orang-orang

penyimpangannya

yang
disebut

pembangkang.
3)

Melanggar

norma-norma

penyimpangannya disebut pelanggar

33

umum

yang

berlaku,

4)

Mengabaikan norma-norma umum, menimbulkan rasa


tidak aman/tertib, kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya,
penyimpangannya disebut perusuh atau penjahat.

Yang termasuk dalam tindak penyimpangan individual antara lain:


1) Penyalahgunaan Narkoba
Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan
agama. Contoh pemakaian obat terlarang atau narkoba antara lain : narkotika
(candu,

ganja,

putaw),

psikotropika

(estasy.

Magadon,

amphetamine),

alkoholisme.
2) Proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak
sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya.
Contohnya:

seseorang

menjadi

pencuri

karena

terbentuk

oleh

lingkungannya yang banyak melakukan tidak ketidakjujuran, pelanggaran,


pencurian dan sebagainya
3) Pelacuran
Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan diri
kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan sexual dengan mendapatkan
upah. Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak masaknya jiwa seseorang atau pola
kepribadiannya yang tidak seimbang.
Contoh: seseorang menjadi pelacur karena mengalami masalah (ekonomi,
keluarga)
4) Penyimpangan seksual
Adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan seseorang. Beberapa
jenis penyimpangan seksual:

34

Lesbianisme dan Homosexual, Sodomi, Transvestitisme, Sadisme,


Pedophilia, Perzinahan, Kumpul kebo.
5) Tindak kejahatan/kriminal
Tindakan yang bertentangan dengan norma hukum, sosial dan agama.
Yang termasuk ke dalam tindak kriminal antara lain: pencurian, penipuan,
penganiayaan, pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan.
6) Gaya hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum
atau biasanya. Penyimpangan ini antara lain:
a) Sikap arogansi Kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya
seperti kepandaian, kekuasaan,

kekayaan.

b) Sikap eksentrik Perbuatan yang menyimpang dari biasanya,


sehingga dianggap aneh, misalnya laki-laki

beranting di telinga,

rambut gondrong.
b. Penyimpangan Kolektif (Group Deviation)
Penyimpangan kolektif yaitu: penyimpangan yang dilakukan secara
bersamasama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama (kolektif). Mereka patuh
pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma
masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya
sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman. Kesatuan dan persatuan dalam
kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya
jangan disingkirkan dari kelompoknya.
Penyimpangan yang dilakukan secara kelompok/kolektif antara lain:
1) Kenakalan Remaja
Karena keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal
hal yang dianggap bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan

35

tindakan menyerempet bahaya, misalnya kebut kebutan, membentuk


geng geng yang membuat onar.
2) Tawuran/perkelahian pelajar
Perkelahian antar pelajar termasuk jenis kenakalan remaja yang
pada umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat kompleknya
kehidupan di kota besar. Demikian juga tawuran yang terjadi antar
kelompok/etnis/warga yang akhir-akhir ini sering muncul. Tujuan
perkelahian bukan untuk mencapai nilai yang positif, melainkan sekedar
untuk balas dendam atau pamer kekuatan/unjuk kemampuan.
3) Penyimpangan kebudayaan
Karena ketidakmampuan menyerap norma-norma kebudayaan
kedalam kepribadian masing-masing individu dalam kelompok maka
dapat terjadi pelanggaran terhadap norma-norma budayanya. Contoh:
tradisi yang mewajibkan mas kawin yang tinggi dalam masyarakat
tradisional banyak ditentang karena tidak lagi sesuai dengan tuntutan
zaman.28
c. Penyimpangan Campuran
Penyimpangan campuran ini dilakukan olehy individu dalam sebuah
kelompok. Penyimpangan dilakukan oleh individu sebagai bentuk keterikatan
individu tersebut terhadap kelompoknya. Kelompok biasanya melakukan
pengorganisasian terhadap individu individu anggota kelomponya. Contoh,
kegiatan sekte-sekte keagamaan. Kelompok sekte biasanya melakukan pembinaan
terhadap moral dan mental para anggota kelompoknya, agar senantiasa taat, patuh
dan setia pada nilai dan norma yang dianut oleh kelompoknya.
Hamper setiap anggota masyarakat pada batasa batas tertentu melakukan
penyimpanagn, hanya saja kadar melakukan penyimpangan yang berbeda,
beberapa
28

diantaranya

melakukan

penyimpangan

. http://www.e-dukasi.netm

36

lebih

tinggi

kadar

penyimpanagnnya, dan beberapa orang melakukan penyimpangan secara


tersembunyi. 29
4. Sifat-Sifat Penyimpang
a. Penyimpangan Positif
Penyimpangan positif adalah pelanggaran terhadap nilai dan norma yang
dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat tetapi memberikan
dampak yang baik bagi pelaku dan masyarakat.
a. Penyimpangan Negatif
Penyimpangan negative adalah pelanggaran terhadap nilai dan norma yang
dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang mengakibatkan
dampak buruk bagi pelaku dan masyarakt. Misalnya pelanggaran terhadap tata
tertib lalu lintas, pelanggaran terhadap nilai nilai agama.30
5. Macam-macam Penyimpangan
a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan
Tindakan criminal umumya dilihat bertentangan dengan norma hukum,
social, agama yang berlaku. Yang termasuk dalam kejahatan adalah seperti
pencurian, pembunuhan, penipuan, pemerkosaan dan lainnya.31
Light, Keler dan Calhoun (1989) membedakan antara kejahatan tanpa
korban, kejahatan terorganisasi, kejahatan oleh orang terpandang dan berstatus
tinggi yang dinamakan kejahatan kerah putih dan kejahatan yang dilakukan
atas nama perusahaan yaitu kejahatan korporat.
Menurut mereka tidak semua kejahatan mengakibatkan penderitaan pada
korban sebagai akibat tindak pidana oleh orang lain. Contohnya berjudi,
penyalahgunaan obat bius, bemabuk2an dan berhubungan seks tidak sah yang
dilakukan secara sukarela antara orang dewasa.
29

. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 95-

96
30

. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 97

31

. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006.
Jakarta: Esis. Hal 130

37

1)Kejahatan terorganisir
Komplotan berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan
dengan jlan menghindari hukum melaui penyebaran rasa takut atau melalui
korupsi.
2) Kejahatan terorganisir transnasional
Kejahatan terorganisasi yang melampaui batas negar yang dilakukan oleh
organisasi2 dengan jaringan global.
3) Kejahatan Kerah Putih
Merupakan suatu konsep yang diperkenalkan olh Sutherland dan mengacu
kepada kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau berstatus tinbggi
dalam rangka pekerjaannya.
4) Corporat Crime
Merupakan jenis kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi formal
dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.32
b. Penyimpangan Seksual
Penyimpanagn seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim
dilakuakn. Beberapa jenis penyimpangan seksual adalah perzinaan, lesbian,
homoseksual, kumpul kebo, sodomi, transvestitisme, sadisme, pedophilia.
c. Pemakaian dan Pengedaran Obat Terlarang
Penyimpangan dalam bentuk pemakaian dan pengedaran obat terlarang
merupakan bentuk penyimpanagn dari nilai dan norma social maupun agama.
Akibat negative bukan hanya pada kesehatan fisik dan mental seseeorang
tetapi jauh pada ekseistensi sebvuah Negara. Contoh obat obtan terlarang
adalah ganja, candu, putaw psikotropika, ekstacy, amphetamine, magadon dan
alcohol.
d. Penyimpangan Gaya Hidup
32

. http://psychemate.blogspot.com/2007/12/deviation-penyimpangan-sosial.html

38

penyimpangan dalam bentuk gaya hidup lain dari yang lain biasanya,
antara sikap aroganis dan eksentrik. Sikap aroganis, antara lain kesombongan
terhadap sesuatu yang dimilikinya. Sikap arogan bisa saja dilakukan oleh
seseorang yang ingin menutupi kekuranagan yang dimilikinya. Sikap
eksentrik adalah perbuatan yang dianggap aneh, sperti anak laki laki yangf
mengenakan anting anting.33
e. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari normanorma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang
berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Ia berada pada masa transisi.34
f. Alkoholoisme
Alkoholisme

adalah

penyakit

menahun

yang

ditandai

dengan

kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan, kegagalan


usaha untuk menghentikan minum minuman keras dan terus meminum
minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang
merugikan.35
Oleh karena itu seorang alkoholisme maupun pengedar alcohol dianggap
melanggar norma norma social dalam masyarakat.
g. Hubungan Seksual Sebelum Nikah
dalam lingkungan masyarakat yang berborma, hubungan seksual sebelum
nikah tidak dapt dibenarkan, khususnya norma agama, social, maupun moral.
Perbuatan tersebut dianggap sah dan dibenarkan bila seseorang sudah resmi
menikah. Jenis hubungan seksual semacam ini antara lain pelacuran, kumpul
kebo dan perkosaan.
a.Sadisme terhadap anak
33

. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006.

Jakarta: Esis. Hal 130-133


34
35

. http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholisme

39

Penganiayaan terhadap anak merupakan bentuk perilaku menyimpang


yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi. Berdasarkan teori psikologis,
seseorang mampu melakukan tindakan kekerasan dan sadisme karena merasa
frustasi dan kecewa. Perasaan frustasi dan kecewa ini dipicu oleh berbagai hal,
salah satunya karena masalh ekonomi keluarga yang rendah maka anaklah
yang menjadi korbannya.

Bagaimanapun bentuk sadisme terhadap anak

merupakan bentuk perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma


agama, social, dan hukum.
Bentuk bentuk penganiayaan emosional adalah rejecting, ignoring,
terrorizing, isolating dan corrupting. 36
6. Fakta Sosial tentang Perilaku Menyimpang
a. Pelanggaran Hak Asasi
Pada hakikatnya perilaku menyimpang adalah pelanggaran terhadap hak
asasi manusia. Diantaranya haka hak dasar atau hak hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai abugrah dari Yang Kuasa.
Jenis-jenis hak asasi manusia adaalh personal right, property right, right of
illegal equalty, political right, social and culture right, procedur right.37
b. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan
tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme
menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi
pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas,
dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya

36

. Tim Sosiologi.2007.Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakt SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira. Hal
110-111
37
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 100

40

pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme


lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas.38
7. Teori Sosiologi mengenai Perilaku Menyimpang
a. Teori Sosialisasi
Teori sosialisasi didasarkan pada pandanagan teori fungsional yang
mengatakan bahawa norma inti dan nilai nilai tertentu yang disepakati oleh
segenap anggota masyarakat.
Teori sosialisasi menyatakan

bahwa perilaku social, baik yang

menyimpang maupu yang patuh dipengaruhi oloeh nilai dan norma yang
dihayati individu dalam proses masa sosialisasinya.
b.

Teori Transmisi budaya


Teori ini menyatakan bahwa seseorang bisanya menghayati nilai nilai dari

beberapa orang yang cocok dengan dirinya.


c. Teori Konflik
Teori konflik adalah pendekatan terhadap penyimpangan yang paling
banyak diaplikasikan kepada kejahatan, walaupun banyak juga digunakan
dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Ia adalah teori penjelasan norma,
peraturan dan hukum daripada penjelasan perilaku yang dianggap melanggar
peraturan. Peraturan datang dari individu dan kelompok yang mempunyai
kekuasaan yang mempengaruhi dan memotong kebijakan publik melalui
hukum.
Kelompok-kelompok elit menggunakan pengaruhnya terhadap isi hukum
dan proses pelaksanaan sistem peradilan pidana. Norma sosial lainnya
mengikuti pola berikut ini. Beberapa kelompok yang sangat berkuasa
membuat

norma

mereka

menjadi

dominan,

misalnya

norma

yang

menganjurkan hubungan heteroseksual, tidak kecanduan minuman keras,


menghindari bunuh diri karena alasan moral dan agama.
38

. http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme

41

d.

Teori Pengendalian
Teori pengendalian atau teori kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk

penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab


kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan
masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah
ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena
merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa
dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan
menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial
sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk
menyimpang. 39
e. Teori Biologis
Teori biologis melihat factor factor biologis sebagai penyebab dari
sebagian besar tindakan penyimpangan.
f. Teori Psikologis
Teori psikologis mengganggap bahwa ketidakmampuan menyesuaikan diri
secara psikologislah yang merupakan penyebab penyimpangan.40
g.

Teori Anomi
Teori anomi adalah teori struktural tentang penyimpangan yang paling

penting selama lebih dari lima puluh tahun. Teori anomi menempatkan
ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab
penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada caracara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu.
Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan
diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan.
Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang
lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan.
Kelompok

yang

mengalami

lebih

39

banyak

ketegangan

karena

. http://massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku-menyimpang/
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 9394
40

42

ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung


mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya. 41
h.

Teori Differential Association


Penyimpangan bersumber pada differential association (pergaulan yang

berbeda).Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya.Peran pekerja


seks dapat dipelajari melalui pergaulan intim dengan penyimpang yang sudah
berpengalaman.42
i. Teori Labelling
Teori-teori umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan semua
bentuk penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih mempunyai lingkup
penjelasan yang terbatas. Beberapa teori terbatas adalah untuk jenis
penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk substantif penyimpangan
tertentu (seperti alkoholisme dan bunuh diri), atau dibatasi untuk menjelaskan
tindakan menyimpang bukan perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpektifperpektif labeling, kontrol dan konflik adalah contoh-contoh teori-teori
terbatas yang didiskusikan.
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan
berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen
kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial
menyebabkan penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut
mendorong orang masuk ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran
konvensional

bagi

seseorang

dengan

pemberian

stigma

dan

label,

menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya


dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke
dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya
dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan
label

yang

dimaksudkan

untuk

mengontrol

penyimpangan

menghasilkan sebaliknya.
8. Penyebab Umum Perilaku Menyimpang
41

42

. http://massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku-menyimpang/
. http://psychemate.blogspot.com/2007/12/deviation-penyimpangan-sosial.html

43

malah

a. Faktor dari dalam (intrinsik)


1) Intelegensi
Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan
intelegensi ini berpengaruh dalam daya serap terhadap norma-norma dan
nilai-nilai sosial. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi umumnya
tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan berinteraksi di masyarakat.
Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah normal akan mengalami
berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di
masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, seperti malas
belajar, emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis. Contohnya,
ada kecenderungan dalam kehidupan sehari, anak-anak yang memiliki
nilai jelek akan merasa dirinya bodoh. Ia akan merasa minder dan putus
asa.
Dalam keputusasaannya tersebut, tidak jarang anak yang mengambil
penyelesaian yang menyimpang. Ia akan melakukan segala cara agar
nilainya baik, seperti menyontek.

2) Jenis kelamin
Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis
kelamin. Anak laki-laki biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap
remeh pada anak perempuan.
Contonya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan,
jika terdapat satu anak laki-laki biasanya minta diistimewakan, ingin
dimanja.
3) Umur

44

Umur memengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku


seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah
pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin
tepat segala tindakannya.
Namun demikian, kadang kita jumpai penyimpanganpenyimpangan
yang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut, sikapnya seperti
anak kecil, manja, minta diistimewakan oleh anak-anaknya.
4) Kedudukan dalam keluarga
Dalam keluarga yang terdiri atas beberapa anak, sering kali anak
tertua merasa dirinya paling berkuasa dibandingkan dengan anak kedua
atau ketiga. Anak bungsu mempunyai sifat ingin dimanjakan oleh kakakkakaknya maupun orang tuanya.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik)
1) Peran keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar
perananya dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan
penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan kegiatannya
sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya
merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan
penyakit sosial.
Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan
lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana
anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan alasan sibuk mencari uang
untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan tersebut sangat rasional dan
tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi
saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak
dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang, dan
menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.

45

Kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam


pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal
munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga
yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat.
Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis.
Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh
orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk
pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang
menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman
keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota
genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang
demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.
2) Peran masyarakat
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan
keluarga akhirnya berkembang ke dalam lingkugan masyarakat yang lebih
luas. Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah anak
mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah. Ini
merupakan awal dari sebuah petaka masa depan seseorang, jika di luar
rumah anak menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma
sosial.
Pola kehidupan masyarakat tertentu kadang tanpa disadari oleh para
warganya ternyata menyimpang dari nilai dan norma sosial yang berlaku
di masyarakat umum. Itulah yang disebut sebagai subkebudayaan
menyimpang. Misalnya masyarakat yang sebagian besar warganya hidup
mengandalkan dari usaha prostitusi, maka anak-anak di dalamnya akan
menganggap prostitusi sebagai bagian dari profesi yang wajar. Demikian
pula anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat
penjudi atau peminum minuman keras, maka akan membentuk sikap dan
pola perilaku menyimpang.

46

3) Pergaulan
Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah
laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman
sepergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari
teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan
menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila
teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep
yang bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola tingkah laku yang
menyimpang pada diri anak tersebut.
Misalnya di suatu kelas ada anak yang mempunyai kebiasaan
memeras temannya sendiri, kemudian ada anak lain yang menirunya
dengan berbuat hal yang sama. Oleh karena itu, menjaga pergaulan dan
memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.
4) Media massa
Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film
yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat
memengaruhi perkembangan perilaku individu.
Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang normanorma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentahmentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru
mengakibatkan perilaku menyimpang.43
D. HUBUNGAN PROSES SOSIALISASI YANG TIDAK SEMPURNA
DENGAN PERILAKU MENYIMPANG REMAJA
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
43

. http://www.afand.cybermq.com/post/detail/2760/faktor-faktor-penyebab-perilaku-menyimpang-sosialdalam-keluarga-dan-masyarakat-dalam-hubungan-penyakit-sosial

47

masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai


peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang
harus dijalankan oleh individu.
Proses sosialisasi berlanjut dengan segala pelaziman, imitasi, identifikasi dan
internalisasi. Pengalaman pengalaman akan diperoleh individu dari proses
sosialisasi. Pada masa remaja terjadi konflik nilai dan norama, sehingga
menyebabkaan pengalaman sosialisasi dalam suatu periode yang dialami
seseorang. Proses sosialisasi juga dapat berlangsung kurang baik disebabkan
karena pendidikan moral anak laki laki dan perempuan. Terutama pada aturan
aturan yang tidak resmi.
Perubahan social yang tanjpa diikuti dengan perubahan nilai dan norma akan
menimbulkan kesenjangan nilai nilai dengan hasil perubahan yang tidak
diharapkan. Kondisi demikian menyebabakan proses sosialisasi tidak dapat
berjalan dengan baik karena adanay kesenjangan nilai dan perubahan yang terjadi
dimasyarakat., maksudnya, masyarakat tidak menyediakan kaidah kaidah baru
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan baru yang terjadi dalam
masyarakat.
Manusia dilahirkan dalam kondisi tak berdaya. Ia akan tergantung pada
orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya sampai waktu tertentu.
Seiring dengan perkembangan waktu, seorang anak perlahan-lahan akan
melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di
sekitarnya untuk belajar mandiri. Sebagai proses awal pembelajarannya adalah
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka yang mulai beranjak remaja,
terlebih dalam pencarian identitas diri, akan mengalaminya, karena hal ini
merupakan proses alamiah.
Sosialisasi diri yaitu proses seseorang memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai pemeran
aktif dalam satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya. Sosialisasi
dapat juga diartikan sebagai pengalaman sosial sepanjang hidup yang

48

memungkinkan

seseorang

mengembangkan

potensi

kemanusiaannya

dan

mempelajari pola-pola kebudayaan yang ada di lingkungannya.


Sosialisasi diri dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi sempurna dan
sosialisasi tidak sempurna. Sosialisasi sempurna terjadi bilamana pelaku atau
remaja bisa memilah dan memilih mana yang baik atau yang buruk baginya, baik
tindakan yang salah maupun yang benar yang harus dilakukannya. Dengan begitu,
remaja tersebut dapat berkembang dengan kondisi fisik dan psikis yang baik
sesuai dengan usianya. Namun, sedikit sekali di era globalisasi ini kita temui
remaja yang bekembang dengan baik dan sempurna seperti tersebut di atas.
Sosialisasi sempurna sangat banyak manfaatnya bagi perkembangan
remaja. Misalnya, remaja tersebut memiliki banyak teman, sehingga banyak
pengalaman pula yang akan ia dapatkan. Dengan memiliki banyak kemampuan
untuk memilah baik buruknya tindakan yang ia temui dalam sosialisasi, maka ia
dapat mengembangkan kepribadian yang baik. Hal ini dapat terjadi karena
lingkungan yang ia pilih untuk bersosialisasi pun merupakan lingkungan yang
sehat dan baik.
Adanya sikap saling mengingatkan (care) antarsesamalah yang paling
berpengaruh dalam terbentuknya kepribadian yang baik dalam sosialisasi ini.
Selain itu, orang tua juga tidak akan resah terhadap sosialisasi yang dilakukan
anaknya, karena mereka akan melihat sisi positif dari sosialisasi sang anak melalui
sikapnya, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Bahkan, orang tua
akan cenderung bangga dan mendukung tindakan-tindakan sang anak selanjutnya.
Sebaliknya, sosialisasi yang tidak sempurna akan terjadi pada remaja yang
selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi. Ia tidak
memedulikan akibat yang terjadi jika ia melakukan tindakan sesuai dengan
usianya. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah
bukan wacana baru lagi seorang remaja bertindak lebih dewasa dari yang
seharusnya. Bahkan, merupakan suatu keharusan remaja saat ini bertindak jauh
lebih dewasa.

49

Dampak sosialisasi ini sangat buruk bagi perkembangan remaja. Disam


itu, juga sangat meresahkan orang tua dan masyarakat sekitar. Proses sosialisasi
yang berjalan tidak sempurna ini dapat membentuk kepribadian yang
menyimpang. Telah kita ketahui bersama bahwa remaja yang mencari identitas
dirinya akan melakukan apa saja demi sesuatu yang belum ia ketahui. Rasa
keingintahuan yang besar dan sikap yang selalu menelan mentah-mentah apa yang
ia temui dalam bersosialisasi inilah yang membuat ia melakukan tindakan yang
menyimpang.
Banyak sekali tindakan-tindakan yang diseabkan adanya sosialisasi yang
tidak sempurna, antara lain terlibat tawuran dan pergaulan bebas. Pergaulan bebas
yang semakn marak di kalangan remaja saat ini sangat meresahkan berbagai
pihak. Hampir setiap hari kita dengar berbagai kasus tentang pergaulan
remajayang semakin tidak bermoral di media massa. Bahkan free sex, minuminuman keras dan keterlibatan dalam jaringan pemakai dan pengedar narkoba
semakin menghantui masyarakat.
Mengatasi sosialisasi yang berjalan dengan tidak sempurna ini, dapat kita
lakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu tingginya peran keluarga
sehingga seorang anak bisa mendapat perhatian dan dukungan moril yang besar
dari keluarga. Dengan adanya hal tersebut, dimaksudkan sosialisasi anak akan
lebih baik dan terarah, sehingga baik-buruk tindakan yang akan ia lakukan bisa
dipikirkan secara masak. Karena ia tidak ingin membuat keluarganya kecewa akan
apa yang ia lakukan.
Selain itu pendekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa juga sangat
diperlukan. Hal ini dapat menjadikan remaja berpikir ulang untuk melakukan
suatu tindakan yang buruk, karena ia tahu bahwa tindakan yang tidak benar atau
menyimpang tersebut adalah dosa yang yang kelak harus ia pertanggung
jawabkan. Pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini seharusnya diajarkan
oleh

orang

tua

sejak

dini.

Sehingga

dalam

perkembangan

menuju

kedewasaannyam seorang anak sudah memiliki pegangan hidup, yakni tebalnya


iman yang melekat pada dirinya.

50

Keselektifan dalam mencari teman juga memegang peranan yang sangat


penting. Bagaimanapun juga, ketidaksempurnaan maupun kesempurnaan remaja
dalam bersosialisasi sangat dipengaruhi oleh seorang teman. Baik buruknya teman
kita, itulah yang menjadikan siapa kita nanti. Maka dari itu, kita harus benar-benar
selektif dalam memilih siapa yang akan kita jadikan teman.
Melihat semakin parahnya penyimpangan perilaku remaja akibat dari
sosialisasi yang tidak sempurna, kita sebagai warga masyarakat yang peduli
terhadap perkembangan generasi muda, diharapkan lebih peka terhadap apa yang
terjadi di lingkungan sekitar kita. Terutama yang berhubungan dengan sosialisasi
yang akjan dilakukan remaja dan dampaknya tehadap perilaku.
Tidak lepas dari semua itu, peran otang tualah yang sangat penting.
Semakin besarnya perhatian dan penanaman nilai-nilai yang diberikan orang tua
terhadap perkembangan sang anak terutama dalam tahap sosialisasi, akan
menjadikan sang anak memiliki kepribadian yang semakin baik pula.44
E. REMAJA
1. Definisi Remaja
a. Menurut Wikipedia
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anakanak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
b. Menurut Jean Piaget
Masa remaja adalah usia dumana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat otang orang yang

44

. http://komunikasi.um.ac.id/?p=621

51

lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya
dalam hak. 45
2. Ciri-ciri remaja
a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Pada prisipnya, semua tahapan perkembangan yang dilalui manusia
adalah penting. Namun derajat kepentingan antara masing-masing tahapan
perkembangan itulah yang tidak sama. Ada tahapan perkembangan yang
lebih penting. Masa remaja boleh dikatakan sebagai periode yang lebih
pentingdari pada masa ahkir anak-anak,karna masa remaja inilah yang
banyak mempengaruhi sikap dan perilaku remaja secara langsung dan
cepat.
Kemampuan

adaptasi

dan

rintangan-rintangan

yang

dihadapi

remajauntuk segera memahami persoalan dirinya ini menjadi dinamika


yang unik dan berliku. Sebagai remaja,tentu kamu juga akan menganggap
periode ini bukan hanya penting tetapi periode yang memiliki banyak
kenagan.
b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Masa remaja berarti meninggalkan masa anak-anak dan bersiap-siap
menuju masa dewasa. Peralihan ini menimbulkan suasana ketidakjelasa
dan keraguan.
Ketidakjelasan itu berwujud dalam bentuk masih bercampurnya masa
anak-anak ke dalam diri seorang remaja dan mulai tumbuhnya sikap orang
dewasa meskipun baru bersifat samar belaka. Ungkapan Remaja adalah
anak-anak yang sudah kelewat besar dan orang dewasa yang masih
kekecilan. Ungkapan

inilah yang sering disebut sebagai periode

peralihan.
45

. Ratrisno, Imam, Remaja Unggul Kamukah Itu ?, (Jakarta: Nobel Edumedia, 2008),
Hal 15

52

c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan


Masa remaja adalah periode perubahan yang merata dan sama
beratnya. Artinya perubahan terjadi secara fisik sama berat kualitasnya
dengan mental,sikap,dan perilaku. Ada empat perubahan yang sama yang
hampir universal:
1) Perubahan Emosi
2) Perubahan Tubuh, Minat, dan peran
3) Perubahan nilai-nilai
4) Ambivalensi
d. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah
Dengan adanya masa peralihan dan perubahan seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, maka tak aneh bila masa remaja disebut usia
bermasalahyang sulit diatasi. Kesulitan itu disebabkan karena dua hal,
pertama karena dimasa anak-anak dulu remaja- karena tradisi dan
kebiasaan sudah terbiasa bila masalahnya diselesaikan oleh guru dan orang
dewasa, sehingga saat remaja ingin menyelesaikan sendiri tidak
mempunyai penglaman dan keberanian. Kedua karna remaja kini merasa
sudah mandiri sehingga menolak campur tangan orang dewasa untuk
membantu masalahnya. Kedua hal ini yang menyebankan permasalahan
demi permasalahan datang silih berganti.
e. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas
Masa remajadi katankan sebagai masa mencari identitas karena
remaja ingin melepaskan diri dari baying-bayang orang tua dan orang
dewasa yang selama ini dianggap telah melindungi dan melakukan campur
tangan terlalu jauhterhadap kehidupannya. Pencarian dilakukan dengan
menyeleksi figure_figur idola yang dianggap telah mewakili semua yang
menjadi impiannya.

53

f. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan


Yang dimaksud dengan usia yang menimbulkan ketakutan adalah
adanya stereotip(penyamarataan) yang berlaku di masyarakat bahwa
remaja adalah masa penuh masalah dan kenegatifan sehingga
menimbulkan rasa takut dikalangan dewasa untuk dapat mengatasi
masalah remaja.
g. Masa Remaja SebagaiMasa Yang Tidak Realistik
Masa yang tidak realistic adalah bahwa remaja cenderung melihat
segala sesuatu sesuai dengan apa yang ia inginkan,tidak sebagaimana
adanya. Remaja ingin orangtua, sahabat, guru, pacarnya,dan semua yang
berhubungan dengan dirinya berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Akibatnya, manakala apa yang diinginkan itu tidak sesuai
dengan kenyataannya ia pun mudah kecewa dan terbawa emosi respon
remaja dalam menghadapi kekecewaannya adalah dengan cara memulai
hal-hal negatif. Seperti narkoba, seks bebas.
h. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa
Ambang masa dewasa adalah batas-batas antar masa remaja dan masa dewasa.
Batas-batas samar yang menjembatani peralihan dua masa yang berbeda ini
semakin memaksa remaja untuk segera mengidentifikasikan diri sebagai orang
yang benar-benar siap menjadi dewasa.
3. Definisi Kenakalan Remaja Menurut Para Ahli
a.Kartono
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
b.Santrock

54

Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku


remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal."
4. Penyebab terjadinya kenakalan remaja
a. Proses sosialisasi yang salah
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di
mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan
terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat
pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang
lainnya.
Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya
membanggakan si remaja saja, tetapi juga pada orangtuanya. Orangtua juga
senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan
tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini sifatnya semu. Bahkan jika tidak
dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya,
sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang
tertentu pula. Apabila si anak ingin berusaha mengikuti tetapi tidak
mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya, maka anak
akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan
melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan
sebagainya.
b. Proses sosialisasi yang tidak sempurna
Hal ini biasanya terjadi pada remaja yang memiliki cacat mental atau
cacat fisik. Remaja yang cacat mental atau fisik kali sering salah dalam
menerima atau memahami suatu informasi, sehingga menimbulkan respon
atau tindakan yang tidak sesuai dengan informasi yang sesungguhnya. Dari
inilah bermulanya kenakalan remaja.
c. Kurang berfungsinya lembaga kontrol social
Lembaga kontrol sosial yang berfungsi sebagai pengotrol dalam
kehidupan masyarakat, banyak yang kurang berfungsi secara efektif sehingga
penyimpangan-penyimpangan sosial dalam masyarakat sering tidak ditangani

55

dengan sepenuhnya. Bahkan tidak jarang lembaga kontrol sosial kurang


memperhatikan tindakan-tindakan menyimpang dalam masyarakat.
d.Kurangnya pengetahuan remaja
Remaja yang kurang berpengetahuan akan cenderung untuk sering
melakukan kesalahan dalam kehidupannya. Bahkan mudah terprovokasi
terhadap hasutan-hasutan dari pihak luar. Inilah yang mengawali tindakantindakan menyimpang.
Masalah sesulit apapun, tentulah ada solusinya. Begitu pula mengenai masalah
kenakalan remaja ini.

BAB III
METODOLOGI PENELTIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian lokasi atau objek lokasi yang dijadikan sasaran
pengambilan populasi dan sampel guna dijadikan sebagai sumber penelitian,
disini peneliti mengambil tempat penelitian yaitu SMA N 8 Batam, atas dasar
kesesuaian dengan tema penelitian yang diambil sebelumnya.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan
pada masa penelitian berlangsung, dari proses perencanaan dan pengumpulan data
selama 3 bulan yang dimulai dari November 2009 Januari tahun 2010.
B. Metode Penelitian

56

Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka metode yang tepat untuk


penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif.Penelitian kualititatif adalah penelitian
yang menekankan pada kualitas dan atau kedalaman data yang diperoleh.Teknik
yang digunakan adalah penyebaran angket.
Data untuk jenis penelitian ini tidak dianalisis dengan statistik.Dalam
metode kualitatif terdapat lagi spesifikasi metode yaitu deskriptif argumentative,
deskripsi sendiri yaitu menggambarka semua data yang kemudian dianalisis dan
dibandingkan berdasrkan kenyataan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya.
Sedangkan argumentative berasal dari kata argumen yang berarti alasan
atau pendapat yang diperkuat dengan bukti untuk memperkuat pendirian dari
argumen tersebut, jadi argumentative adalah satu atau beberapa argumen yang
bersi pendapat berdasarkan bukti konkrit yang digunakan sebagai rujukan didalam
sebuah penelitian.Berarti metode deskriptif argumentative adalah penggambaran
dan analisis serta perbandingan data yang berupa argumenargumen berdasarkan
kenyataannya dan selanjutnya menghasilkan pemecahan masalah yang digunakan
pada suatu penelitian.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian.Dalam penelitian
ini populasi yang diambil adalah Siswa Kelas XII IPS SMA N 8 Batam.
2. Sampel Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, maka
peneliti menggunakan sampel penelitian.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi.Dalam penelitian ini
sampel berupa pernyataan-pernyataan di dalam sebuah anngket.Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 40 siswa dari kelas XII IPS I,
XII IPS 2, XII IPS 3, dan XII IPS 4, akan diambil secara acak dalam setiap
kelas.
D. Teknik Pengambilan Data

57

1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti
untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti.Informasi itu dapat diperoleh dari buku- buku ilmiah,
ketetapan- ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber sumber tertulis
baik tercetak maupun elektronik lain. Penelitian kepustakaan merupakan
serangkaian proses yang merupakan rangkaian dari proses telaah buku, Studi
kepustakaan memuat uraian sistematis tentang

kajian literature dan hasil

penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan peneliyian yang akan


dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang
tersebut.Peneltian kepustakaan dianggap penting bagi peneliti untuk mendapatkan
data atau informasi yang relevan dengan topik penelitian.

2. Penelitian Kelapangan
Penelitian kelapangan terdiri dari serangkaian proses yang akan digunakan
pada peneliti diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Pada hakikatnya metode wawancara adalah metode pengumpulan
data

dalam

penelitian

social

yang

pelaksanaannya,

penelitian

mewawancarai responden yang telah ditetapkan sebagi sampel untuk


memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian
tersebut. Metode ini mempunyai kelebihan bahwa data-data social budaya
yang diinginkan dapat diperoleh secara luas dan dalam melalui pertanyaan
secara lisan dari hati ke hati antara pewawancara dengan responden. Akan
tetapi metode interview secara spesifik memerlukan seorang pewawancara
yang memenuhi criteria sebagai berikut: cakep, ramah, fleksibel,objektif
dan konsisten.
b. Metode Observasi

58

Pada hakikatnya metode observasi adalah metode pengumpulan


data dalam penelitian social yang pelaksanaannya penelitian dapat secara
langsung mengamati kondisi objek yang diteliti. Agar penelitian
memperoleh data yang akurat,

maka peneliti harus terlebih dahulu

menyiapkan instrument yang disebut Check List (daftar untuk mengecek


appakah objek yang diamati memiliki kualifikasi sebagaimana yang ada di
dalam daftar).
c. Metode Kepustakaan
Merupakan metode yang penelitiannya lebih banyak memerlukan
data-data documenter atau pendapat-pendapat dari para ahli tentang suatu
fenomena social tertentu dalam masyarakat. Cara pengumpulan data
dilakukan dengan mengambil data atau keterangan keterangan yang ada
di dalam literature yang ada di perpustakaan. Kelebihan metode ini adalah
memperoleh banyak sumber tanpa mengalami banyak biaya,tenaga,dan
waktu. Yang menjadi masalah adalah kepandaian peneliti untuk mencari
buku-buku yang relevan yang dapat dipakai sebagai sumber perolehan
data dalam penelitian .
d. Metode Angket
Metode angket adalah metode pengumpulan data dalam suatu
penelitian social yang pelaksaannya penelitian menyampaikan sejumlah
pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disesuaikan dengan
kepentingan penelitian tersebut. Satu hal yang merupakan kelebihan dari
metode ini adalah bahwa dalam waktu yang relative singkat seorang
peneliti dapat memperoleh data dalam jumlah yang amat sangat besar
yaitu dengan cara mengirim

daftar pertanyaan kepada seratus ribu

responden yang alamatnya telah diketahui sebelumnya dan memberikan


perangko pengiriman kembali jawaban-jawaban angket kepada peneliti.
E. Definisi Operasional

59

Socialisasi adalah sebuah proses penanaman nilai dan norma social pada
norma anak sehingga anak tersebut akan belajar untuk menjadi anggota dalam
suatu masyarakat sesuai dengan perannya.
Proses sosialisasi juga akan membentuk sikap perilaku,dan kepribadian
seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh suatu masyarakat tersbut.
Sebuah proses sosialisasi tidak dapat berlangsung tanpa adanya pihak-pihak yang
melakukan

tindak

sosialisasi,

pihak-pihak

ini

disebut

dengan

agen

sosialisasi,agen-agen tersebut adalah keluarga, kelompok bermain, media massa


dan lembaga pendidikan (sekolah).
Didalam suatu agen sosialisasi terdapat pula dua tipe sosialisasi yang
mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah
formal (sekolah, Negara ) dan informal (keluarga, teman, sahabat, kelompok
sepergaulan).
Pada tahap sosialisasi, ada proes penanaman nilai dan norma pada seorang
ana. Nilai adlah sebuah pemikiran yang tidak nyata ( abstrak ) dala diri tipa
manusia tentang suatu hal yang dianggap baik atau yang dianggap buruk oleh
masyarakat.
Nilai social berfungsi sebagai landasan,motivasi dan alasan dalam tiap
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Nilai juga mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang ataupun masyarakat.
Sedangkan norma social adalah kebiasaan yang umum dalam suatu
masyarakat yang menjadi landasan dalam berperilaku yang pantas dilakukan
dalam menjalani suatu interaksi social. Dalam suatu norma social,ada tingkatan
lemah dan kuatnya peranan suatu norma social yang berlaku dalam kelompok
masyarakat. Tingkatan norma social itu adalah usage (cara), folkways (kebiasaan),
mores (tata kelakuan), dan custom (adat istiadat).

60

Meskipun nilai dan norma social merupakan isi yang dipelajari seseorag
untuk membentuk dirinya, nilai dan norma social juga menjadi penentu
bagaimana pola sosialisasi akan berlangsung dalam diri seseorang.
Dalam proses sosilaisasi yang merupakan penanaman nilai dan norma
pada seseorang jarang ada pembelokan nialai dan norma yang diterima oleh
seseorang tersebut yang mengakibatkan terjadi perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma social yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
menyimpang juga termasuk dalam pelanggaran terhadap kebiasaan atau
kepantasan yang telah menjadi suatu kebiasaan yang telah membaur dalam
masyarakat.
Perilaku menyimpamg umumnya bersifat negatif,

namun ada pula

penyimpangan yang bersifat positif. Perilaku yang menyimpang dalam prosesnya


banyak terjadi pada agen sosialisasi setelah keluarga. Atau jenis sosialisasi
sekunder. Pada kasus ini, umur rata-rata seseorang berkisar antara umur para
remaja, yaitu 12-21 tahunyang rentan pada pengaruh dari luar (ekstrinsik)
Remaja adalah sebuah masa peralihan seseorang dari mas anak anak
menuju dewasa. Pada fase ini, keadaan seorang remaja akan cenderung berubah,
seperti dari segi fisik, mental, social, maupun emosional. Perubahan ini pula yang
memicu terjadinya kenakalan pada seorang anak.
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, untuk memeriksa,
mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang
diperlukan.Selain itu,analisis data dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya suatu masalah.Kalau ada, masalah harus dirumuskan dengan jelas dan
benar.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang memberi
gambaran dengan jelas dan benar.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif yang memberi gambaran dengan jelas makna dari indikator- indikator

61

yang ada, membandingkan dan menghubungkan antar indikator yang satu dengan
indikator lainnya.
Sedangkan interpretasi data adalah penafsiran data yang terdiri dari proses
komunikasi melalui lisan maupun tulisan pada hasil penelitian yang berisi
penafsiran dari data yang dianalisis sebelumnya.Berdasarkan definisi diatas
penelii menggunakan sebuah rumus menganalisis dan menginterpretasikan data
yang telah didapatkan, adapun rumus tersebut sebagai berikut :
P = f X100%
N

Keterangan :
P= Presentasi yang dicari
N = Jumlah Frekuensi ( banyaknya individu )
f= Frekuensi yang dicari.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang Proses Sosialisasi di Kalangan Remaja
1. Pergaulan Antar Remaja
Pergaulan antara remaja banyak terjadi dilingkungan sosialisasi
sekunder, yaitu sekolah,, teman sepermainan bahkan media masa. Seorang
remaja bergaul dengan sebayanya yang dirasakan cocok dan bisa menerima
dirinya dengan apanya. Komunikasi yang dilakukan remaja adalah
komunikasi pertemanan yang didasari oleh keinginan untuk saling memahami
seiring dengan pencarian identita pada masa itu. Pergaulan tersebut seperti
berkumpul bersama antar remaja dan komntak melalui media sekelompok
remaja yang berkumpul biasanya akan membicarakan hal hal yang umum
dialami seorang remaja, contohnya membicarakan masalah sekolah, guru-guru
disekolah, teman-teman disekolah, lawan jenis bahkan masalah seks .

62

Sebagai remaja lelaki atau wanita seorang remaja perlu belajar


beradaptasi dengan lawan jenis. pengertian beradaptasi ini bukan berarti
pacaran ,tapi sebatas berhubungan umum yang sifatnya biasa ,seperti saling
menghargai dan menghormati, saling menyayangi dan saling mendukung serta
memotifikasi satu sama lain.
Dewasa ini pergaulan remaja dikota-kota besar seperti batam dan
wilayah lainya, sering kali diwarnai dengan penyimpangan dan kekerasan.
Seperti merokok, narkotika, seks bebas, bahkan tawuran antarkelompok atau
geng dan tawuran antar sekolah .
Remaja sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orangorang yang ada dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam
masyarakat di mana ia tinggal. Rasa diterima kehadirannya oleh semua pihak
ini menyebabkan remaja merasa aman, kerana ia merasa bahwa ada dukungan
dan perhatian terhadap dirinya. Perkara ini merupakan motivasi yang baik
bagi diri remaja untuk lebih berjaya dalam menghadapi kehidupannya.
Penerimaan masyarakat terhadap diri seseorang berperanan dalam
mewujudkan kematangan emosi. Pada umumnya remaja sangat peka terhadap
pujian dan cacian disekitarnya sehingga menyebabkan remaja mudah
tersinggung. Jika ini terjadi remaja hendaklah memahami bahwa tidak semua
manusia itu dalam keadaan serba baik, kemungkinan kehilapan yang
dilalakukan oleh masyarakat sekitar itu dapat mendorong kita lebih matang
dalam menghadapi masalah. Remaja juga harus menyedari, kemungkinan juga
cacian dan celaan itu timbul kerana kesalahan dari pihak remaja sendiri. Bagi
remaja yang beriman akan menghadapi suasana sosial semacam ini dengan
lebih tenang dan sabar, sehingga ia akan menjadi remaja yang berhasil dan
cemerlang.
2. Dampak dari Pergaulan Remaja
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak
jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka

63

sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka,
merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di
kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda
dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak
remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa
pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti
harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian
pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya
tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai
gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain
tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab
munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan
bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak
menghendaki.

B. Deskriptif Hasil Penelitian


1. Peran Orang Tua dalam Proses Sosialisasi terhadap Perkembangan
Kepribadian
Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak
harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai
kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang
tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam
keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang
anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama.
Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu
kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras.
keluarga yang sedang bermasalah (broken home).

64

Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat
dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu
yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga
penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling
sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah
ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi
dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau
negatif.
Pergaulan merupakan interaksi antara beberapa orang baik berupa
kekeluargaan, organisasi, ataupun masyarakat. Melalui pergaulan kita akan
berkembang karena jadi tahu tentang tata cara bergaul. Sehingga menjadikan
individu yang bersosial karena pada dasarnya manusia memang makhluk sosial.
Namun pergaulan di era modernisasi ini telah banyak disalah artikan terutama
dikalangan anak muda. Sekarang kata-kata pergaulan bebas sudah tidak asing lagi
didengar oleh siapapun dan jelas termasuk dalam kategori pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab
kehancuran sang anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan
kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika
pergaulan ketimuran telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering
mendengar kata-kata MBA (married by accident). MBA tampaknya sudah
menjadi tren dikalangan remaja dimana melakukan hubungan seks sebelum
menikah banyak dilakukan pada saat pacaran.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua
hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan
bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang
kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan
seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan
serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang
kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan
mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan

65

perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan


menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan
yang harus dilakukan
Kurangnya perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama
berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang
melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan
pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab
terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika
menghadapi hal seperti ini.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang
jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan
dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang
diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan
dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyisembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak
kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan.
Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua
dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak.
Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan
kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil,
gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini
adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua
hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan
menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa
takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
2. Tanggapan Remaja terhadap Perilaku Menyimpang yang dilakukan
Akibat Tidak sempurnanya Proses Sosialisasi

66

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, remaja sering kali


melakukan perilaku menyimpang baik yang disadari maupun yang tidak disadari,
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sesungguhnya remaja sadar
apabila ia melakukan perilaku menyimpang, ia tahu apa yang dilakukannya adalah
sebuah kesalahan, namun peran dari lingkungan sekitar seringkali tak sesuai
dengan apa yang seharusnya dijalankan.
Bila sudah melakukan perilaku menyimpang, seorang remaja yang menyadari
hal tersebut adalah sebuah kesalahan, maka ia akan merubahnya dengan sikap
yang lebih mencerminkan seorang pribadi remaja yang memiliki kode etik dan
sopan serta taat pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat luas,
sehingga mereka akan menjaga sesame teman agar mereka dapat mengontrol
sesame teman dalam upaya meminimalisir perilaku menyimpangan yang tengah
marak dikalangan remaja dewasa ini.
Seorang remaja kerap kali juga menyadari bahwa apa yang dilakukannya
adalah akibat dari proses sosialisasi yang salah yang diterima oleh dirinya dari
agen agen sosialisasi yang mengajarkannya pada sebuah sikap dan peran yang
mesti dijalankannya.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan
adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja,
diantaranya karena remaja kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan
perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena remaja tidak
mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut,
adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang
dilakukan melanggar aturan. Remaja mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk
berbuat demikian.
Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami
dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan
orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang

67

dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk


menyimpang.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang Kenakalan Remaja
bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan
individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi,
perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam
melewati belajar proses sosialisasi. Tentang perilaku menyimpang di kalangan
remaja mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai
perwujudan dari konteks sosial. Perilaku menyimpang tidak dapat dilihat secara
sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat
sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan
lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau kesalahan dalam
berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa
hal.
3. Peran Pemerintah dalam menanggulangi tindakan menyimpang
dikalangan remaja.
Berdasarkan proses interview pada sumber, diperoleh bahwa perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh para remaja sangat meresahkan lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah dalam menanggulangi
keadaan ini. Lembaga pemerintahan yang mengatur tentang penanggulangan
tindakan menyimpang dikalangan remaja ini adalah polisi.
Polisi sangat berperan aktif dalam mengontrol dan mengendalikan sifat
penyimpangan yang dilakukan remaja. Agar remaja dapat berperilaku yang sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Penyampaian nilai dan
norma yang benar pada seeorang anak diperlukan proses sosilisasi yang betulbetul sempura karna pada dasarnya perilau menyimpang yang dilakukan oleh para
remaja bersumber dari proses sosialisasi pada anak yang tidak sempurna.
Dalam hal ini polisi turut serta dalam merazia dan memeriksa remaja di
klub-klub malam, kafe, jalanraya maupun tempat - tempat rekreasi untuk
mengurangi dampak terjadinya perilaku menyimpang yang berkelanjutan

68

dikalangan remaja. Selain merazia polisi juga berkewajiban dalam memberikan


penyuluhan tentang hukum dan pembinaan remaja. Polisi bertugas mencegah
terjadinya penyimpangan dalam diri remaja. Polisi berandil besar dalam
meminimalisir perilaku remaja ini, karna kerap kali para remaja tertangkap tangan
melakukan penyimpangan-penyimpangan yang berorientasi pada kenakalan
remaja, seperti merokok, narkotika, bahkan seks bebas.
Jadi keberadaan polisi ditegah-tengah remaja dalam upaya meminimalisir
perilaku menyimpang remaja haruslah memberikan pengaruh positif guna
menjaga kelangsungan perkembangan psikolog seorang remaja agar mencapai
sebuah proses sosialisasi sempurna pada seorang remaja.
Selain itu keberadaan polisi juga diharapkan menjadi solusi utama setelah
keluarga dan sekolah untuk menanggulangi terciptanya seorang remaja yang
berperilaku menyimpang.
4. Peran Lingkungan terhadap pengaruh tindakan menyimpang
dikalangan remaja.
Remaja memerlukan pengendalian diri kerana remaja belum mempunyai
pengalaman yang memadai dalam perkara ini. Masa remaja banyak
menyentuh perasaan seorang remaja sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif
dan peka terhadap diri dan lingkungannya. Perkembangan ini ditandai dengan
cepatnya pertumbuhan alam dan seksual. Akibat dari pertumbuhan alam dan
seksual yang cepat itu maka timbullah kegoncangan dan kebingungan dalam
diri remaja, khususnya dalam memahami hubungan lain jenis.
Dari keadaan yang dihadapi remaja ini akan menimbulkan dua masalah.
Pertama dorongan seksual kerana ingin membuktikan bahawa diri telah
dewasa sehingga berakhlak yang kurang sopan di tengah masyarakat, sehingga
orang ramai menilai bahwa remaja hanya menimbulkan masalah. Padahal
ketika itu remaja sedang meraba-raba dalam mencari jatidirinya. Kedua,
mungkin juga remaja hilang kendali dalam dirinya sehingga lebih cenderung
mengikuti nafsunya itu, ataupun remaja lebih suka menyendiri dan menutup
diri.

69

Remaja yang merasakan bahwa alamnya sudah seperti orang dewasa


sehingga ia merasa pula harus bersikap seperti orang dewasa untuk menutup
keadaan dirinya yang sebenar harus memahami bahwa anggapannya itu hanya
sekadar imitasi atau peniruan. Untuk itu remaja harus pandai mengendalikan
diri dalam menghadapi dunia yang penuh dengan pancaroba dan gejolak ini.
Hindarilah dari hanya mengikut kehendak hati, tapi gunakanlah fikiran agar
setiap keputusan yang diambil benar-benar mengikuti citarasa ibu bapa,
masyarakat dan agama.
Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para
remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya
lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang
tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan
untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan
remaja.
C.

Deskriptif Argumentatif
Data yang dikumpul, diolah dan dianalisis dalam bentuk kata-kata yang berisi

argumentasi tentang penjelasan dari hasil jawaban angket yang perlu disebarkan
yang digunakan untuk menginterpretasikan.
Tabel yang digunakan rumus presentase (distribusi frekuensi), yang disebut
dengan metode statistic deskripsi disajikan sebaga berikut :

Pengaruh Ketidaksempurnaan Proses Sosialisasi terhadap


Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja
Tabel 1
Ketidaksempurnaan proses sosialisasi berpengaruh terhadap perkembangan
kepribadian anak
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
39 Siswa
1 Siswa
40 Siswa

70

%
97.5%
2.5%
-

Berdasarkan tabel diatas bahwa, suatu proses sosialisasi berpengaruh terhadap


perkembangan kepribadian anak.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 97.5%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 2.5%, dan hanya 0% yang menjawab
ragu ragu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu proses sosialisasi berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak. Oleh sebab itu, suatu proses sosialisasi haruslah
sempurna agar seorang anak memilih kepribadian yang baik.

Tabel 2
Media massa merupakan agen sosialisasi yang paling vital dalam
bersosialisasi
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
6 Siswa
18 Siswa
16 Siswa
40 Siswa

%
15%
45%
40%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Media massa merupakan agen sosialisasi


yang tidak terlalu vital dalam proses sosialisasi.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 45%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan ragu ragu dengan persentase 40%, dan hanya 15% yang
menjawab setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Media massa merupakan agen sosialisasi yang
tidak terlalu vital dalam proses sosialisasi. Sebaiknya, penggunaan media massa
didalam proses sosialisasi dapat membantu proses sosialisasi tersebut demi
tercapainya kesempurnaan sebuah proses sosialisasi.

71

Tabel 3
Perilaku menyimpang akibat dari ketidaksempurnaan proses sosialisasi
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
33 Siswa
2 Siswa
5 Siswa
40 Siswa

%
82.5%
5%
12.5%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Perilaku menyimpang akibat dari


ketidaksempurnaan proses sosialisasi.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 82.5%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan ragu ragu dengan persentase 12.5%, dan hanya 5% yang menjawab
tidak setuju.
Jadi,

dapat

disimpulkan

bahwa

Perilaku

menyimpang

akibat

dari

ketidaksempurnaan proses sosialisasi. Oleh karena itu, perilaku menyimpang


dapat dicegah dengan cara menyempurnakan proses sosialisasi pada tahap tahap
sosialisasi.
Tabel 4
Nilai dan norma social dapat membelenggu kebebasan berekspresi remaja
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
11 Siswa
17 Siswa
12 Siswa
40 Siswa

%
27.5%
42.5%
30%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Nilai dan norma social tidak membelenggu
kebebasan berekspresi remaja.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 42.5%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan ragu-ragu dengan persentase 30%, dan hanya 27.5% yang
menjawab setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Nilai dan norma social tidak membelenggu
kebebasan berekspresi remaja. Oleh karena itu, sebaiknya kebebasab remaja

72

dalam berekspresi haruslah sejalan dengan nilai dan norma social yang berlaku
dalam masyarakat.
Tabel 5
Perilaku menyimpang merupakan upaya dari pencarian identitas dan
kepribadian remaja
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
f
%
Setuju
9 Siswa
22.5%
Tidak Setuju
24 Siswa
60%
Ragu-Ragu
7 Siswa
17.5%
Jumlah
40 Siswa
Berdasarkan tabel diatas bahwa, Perilaku menyimpang bukan merupakan
upaya dari pencarian identitas dan kepribadian remaja.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 60%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan setuju dengan persentase 22.5%, dan hanya 17.5% yang
menjawab ragu-ragu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perilaku menyimpang bukan merupakan
upaya dari pencarian identitas dan kepribadian remaja. Oleh sebab itu, perilaku
menyimpang remaja harus mendapatkan perhatian lebih agar para remaja lebih
terarah sehingga mereka tidak menemukan identitas dari melalui perilaku
menyimpang.
Tabel 6
Perilaku menyimpang remaja berdampak terhadap prestasi belajar disekolah
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
36 Siswa
1 Siswa
3 Siswa
40 Siswa

%
90%
2.5%
5%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Perilaku menyimpang remaja berdampak


terhadap prestasi belajar disekolah.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 90%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan ragu-ragu dengan persentase 5%, dan hanya 2.5% yang menjawab
setuju.

73

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perilaku menyimpang remaja berdampak


terhadap prestasi belajar disekolah. Seharusnya seorang remaja berperilaku sesuai
dengan kaidah yang berlaku sehingga prestasi belajar disekolah tidak terganggu.

Tabel 7
Merokok, menggunakan narkotika, seks bebas merupakan pelarian dan perbedaan
nilai dan norma yang diterima oleh remaja
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
18 Siswa
14 Siswa
8 Siswa
40 Siswa

%
45%
35%
20%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Merokok, menggunakan narkotika, seks


bebas merupakan pelarian dan perbedaan nilai dan norma yang diterima oleh
remaja.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 45%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 35%, dan hanya 20% yang menjawab
pernyataan ragu-ragu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Merokok, menggunakan narkotika, seks bebas
merupakan pelarian dan perbedaan nilai dan norma yang diterima oleh remaja.
Seharusnya remaja tidak Merokok, menggunakan narkotika, seks bebas karena hal
tersebut bukanlah bentuk pelarian yang positif bagi diri dan lingkungan remaja itu
sendiri.
Tabel 8
Remaja cenderung berperilaku menyimpang
No
1

Alternatif Jawaban
Setuju

f
9 Siswa

74

%
22.5%

2
3

Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

22 Siswa
9 Siswa
40 Siswa

55%
22.5%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Remaja bukan tempatnya berperilaku


menyimpang.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 55%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan setuju dan ragu-ragu seimbang dengan persentase masingmasing 22.5%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Remaja bukan tempatnya berperilaku
menyimpang. Karena sesungguhnya remaja hanyalah sebuah massa peralihan
yang sering kali disebagian masyarakat kita dikatakan sebagai tempat atau fasenya
seseorang berperilaku menyimpang. Dan pera lingkungan, keluarga, sekolah serta
tokoh agama juga sangat diperlukan untuk sama sama menjaga perilaku remaja.
Tabel 9
Orang tua berperan penting dalam proses sosialisasi
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
37 Siswa
2 Siswa
1 Siswa
40 Siswa

%
92.5%
5%
2.5%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Orang tua berperan penting dalam suatu
proses sosialisasi.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 92.5%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 5%, dan hanya 2.5% yang menjawab
pernyataan ragu-ragu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Orang tua berperan penting dalam suatu proses
sosialisasi. Karena sesungguhnya orang tua berandil besar dalam suatu proses
sosialisasi, maka orang tua haruslah memberikan contoh yang baik pada anak.

75

Tabel 10
Perilaku menyimpang pada remaja dipengerahui oleh factor-faktor dari luar
rumah
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
17 Siswa
6 Siswa
17 Siswa
40 Siswa

%
42.5%
15%
42.5%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, tidak selamanya Perilaku menyimpang pada


remaja dipengerahui oleh factor-faktor dari luar rumah.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dan ragu-ragu dengan persentase masing masing 42.5%,
sedangkan responden yang menjawab pernyataan tidak setuju dengan persentase
15%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya Perilaku menyimpang pada
remaja dipengerahui oleh factor-faktor dari luar rumah. Oleh karena itu,
diperlukan peran dari seluruh agen sosialisasi dalam memberikan tuntunan yang
baik dan sesuai pada anak, agar mereka tidak terpengaruh dari lingkungan luar
sekolah setelah keluarga.
Tabel 11
Kenakalan remaja sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
33 Siswa
1 Siswa
6 Siswa
40 Siswa

%
82.5%
2.5%
15%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Kenakalan remaja sebagai akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 82.5%, sedangkan responden yang menjawab

76

pernyataan ragu-ragu dengan persentase 15%, dan hanya 2.5% yang menjawab
pernyataan tidak setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kenakalan remaja sebagai akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna. Oleh sebab itu, suatu proses sosialisasi yang
sempurna sangatlah diperlukan untuk menunjang perilaku seorang remaja kearah
yang sesuai dengan nilai dan norma.
Tabel 12
Perilaku menyimpang remaja sulit dicegah oleh para orangtua dan guru
No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
11 Siswa
16 Siswa
13 Siswa
40 Siswa

%
27.5%
40%
32.5%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Perilaku menyimpang remaja mudah untuk


dicegah oleh para orangtua dan guru.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 40%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan ragu-ragu dengan persentase 32.5%, dan hanya 27.5% yang
menjawab setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perilaku menyimpang remaja mudah untuk
dicegah oleh para orangtua dan guru. Sesunggunya, peran orang tua dan guru
cukup vital dalam upaya pencegahan Perilaku menyimpang remaja. Jadi guru dan
orang tua harus bersinergi dalam pencapaian sikap dan perilaku remaja yang
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku didalam masyarakat.

Tabel 13
Kontrol dari teman sepergaulan merupakan cara efektif untuk mengatas perilaku
menyimpang pada remaja

77

No
1
2
3

Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah

f
19 Siswa
7 Siswa
14 Siswa
40 Siswa

%
47.5%
17.5%
35%

Berdasarkan tabel diatas bahwa, Kontrol dari teman sepergaulan merupakan


cara efektif untuk mengatas perilaku menyimpang pada remaja.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 47.5%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan ragu-ragu dengan persentase 35%, dan hanya 17.5% yang menjawab
tidak setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kontrol dari teman sepergaulan merupakan
cara efektif untuk mengatas perilaku menyimpang pada remaja. Oleh sebab itu,
seorang remaja haruslah bergaul dengan teman teman yang dapat memberikan
damapak dan pengaruh positif, agar perilaku menyimpang remaja dapat dicegah
dan dikontrol, serta seorang remaja juga dapat memotifasi dirinya untuk berlomba
lomba dalam mengejar prestasi.

BAB V
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

78

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Sosialisasi adalah sebuah


proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi
ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog
menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap,
secara umum tahap tahap yang dilalui seseorang dalam bersosialisasi adalah
Tahap persiapan, Tahap meniru, Tahap siap bertindak dan Tahap penerimaan
norma kolektif.
Sosialisasi juga berlangsung dengan bantuan agen, agen sosialisasi adalah
pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen
sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
lembaga pendidikan (sekolah).
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi juga dibagi menjadi dua, yaitu sosialisasi
primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Ada dua
tipe sosialisasi, Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah tipe formal dan informal.
Sosiologi juga membagi sosialisasi menjadi dua pola yaitu, sosialisasi represif
dan sosialisasi partisipatoris. Proses sosialisasi berlanjut dengan segala pelaziman,
imitasi, identifikasi dan internalisasi.
Sosialisasi juga berkaitan erat dengan nilai dan norma. Nilai sosial adalah
sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai
dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
Sedangkan norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan
perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma
akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial.

79

Norma memiliki tingkatan, tingkatan norma social adalah Cara (usage),


Kebiasaan (Folkways), Tata kelakuan (Mores), dan Adat istiadat (Custom).
Adapun Macam norma social adalah, Norma agama, Norma kesusilaan, Norma
kesopanan, Norma kebiasaan dan Kode etik.
Bila seseorang melanggar nilai dan norma, maka tindakan tersebut disebut
dengan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang secara sosiologis diartikan
sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan hukum yang
ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang
mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat
sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negative.
Ada beberapa Faktor-faktor Penyimpangan Sosial. Yaitu Longgarya nilai
dan norma, Sosialisasi yang tidak sempurna, Sosialisasi sub kebudayaan yang
menyimpang. Dan ada pula yang menyebut perilaku menyimpang dapat terjadi
karena alasan Biologis, Psikologis, dan Sosiologis. Dalam penyimpangan social
ada Bentuk-Bentuk Penyimpangan, Bentuk-Bentuk Penyimpangan tersebut
adalah, Penyimpangan Individual (Individual Deviation) seperti Penyalahgunaan
Narkoba,

Pelacuran,

Penyimpangan

seksual,

Tindak

kejahatan/criminal,

penyimpangan Gaya hidup, dan Penyimpangan Kolektif (Group Deviation)


seperti Kenakalan Remaja, Tawuran pelajar, Penyimpangan kebudayaan dan ada
pula Penyimpangan Campuran, yaitu penggabungan anatara penyimpangan
individual dan penyimpangan kolektif.
Dalam perilaku menyimpang ada Sifat-Sifat Penyimpang, Sifat-Sifat
Penyimpang tersebut antara lain Penyimpangan Positif dan Penyimpangan
Negatif. Macam-macam Penyimpangan, adalah Tindakan Kriminal atau
Kejahatan, Kejahatan terorganisir, Kejahatan terorganisir transnasional, Kejahatan
Kerah Putih, Corporat Crime, Penyimpangan Seksual, Pemakaian dan Pengedaran
Obat Terlarang, Penyimpangan Gaya Hidup, Kenakalan Remaja, Alkoholoisme,
Hubungan Seksual Sebelum Nikah, dan Sadisme terhadap anak.
Adapun Fakta Sosial tentang Perilaku Menyimpang adalah Pelanggaran
Hak Asasi dan Liberalisme. Teori Sosiologi mengenai Perilaku Menyimpang,

80

antara lain Teori Sosialisasi, Teori Transmisi budaya, Teori Konflik, Teori
Pengendalian, Teori Biologis, Teori Psikologis, Teori Anomi, Teori Differential
Association, Teori Labelling
Perilaku menyimpang terjadi karena adanya penyebab, Penyebab Umum
Perilaku Menyimpang secara umum adalah Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu
Intelegensi, Jenis kelamin, Umur, Kedudukan dalam keluarga dan Faktor dari luar
(ekstrinsik) yaitu, Peran keluarga (keadaan keluarga), Peran masyarakat,
Pergaulan (lingkungan), Media massa
Proses Sosialisasi berhubungan erat dengan perilaku menyimpang, sebuah
proses sosialisasi yang sempurna akan melahirkan pribadi pribadi yang unggul
dan berkelakuan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat,
namun seseorang yang tidak mendapatkan sebuah proses sosialisasi yang kurang
atau tidak sempuran akan berkelakukan tidak sejalan dengan nilai dan norma yang
perilaku tersebut dikenal dengan perilaku menyimpang.
Sosialisasi diri dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi sempurna dan
sosialisasi tidak sempurna. Sosialisasi sempurna terjadi bilamana pelaku atau
remaja bisa memilah dan memilih mana yang baik atau yang buruk baginya, baik
tindakan yang salah maupun yang benar yang harus dilakukannya. Dengan begitu,
remaja tersebut dapat berkembang dengan kondisi fisik dan psikis yang baik
sesuai dengan usianya. Namun, sedikit sekali di era globalisasi ini kita temui
remaja yang bekembang dengan baik dan sempurna seperti tersebut di atas.
Perubahan social yang tanpa diikuti dengan perubahan nilai dan norma
akan menimbulkan kesenjangan nilai nilai dengan hasil perubahan yang tidak
diharapkan. Kondisi demikian menyebabakan proses sosialisasi tidak dapat
berjalan dengan baik karena adanay kesenjangan nilai dan perubahan yang terjadi
dimasyarakat., maksudnya, masyarakat tidak menyediakan kaidah kaidah baru
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan baru yang terjadi dalam
masyarakat.

81

Banyak sekali tindakan-tindakan yang diseabkan adanya sosialisasi yang


tidak sempurna, antara lain terlibat tawuran dan pergaulan bebas. Pergaulan bebas
yang semakn marak di kalangan remaja saat ini sangat meresahkan berbagai
pihak. Hampir setiap hari kita dengar berbagai kasus tentang pergaulan
remajayang semakin tidak bermoral di media massa. Bahkan free sex, minuminuman keras dan keterlibatan dalam jaringan pemakai dan pengedar narkoba
semakin menghantui masyarakat.
Mengatasi sosialisasi yang berjalan dengan tidak sempurna ini, dapat kita
lakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu tingginya peran keluarga
sehingga seorang anak bisa mendapat perhatian dan dukungan moril yang besar
dari keluarga. Dengan adanya hal tersebut, dimaksudkan sosialisasi anak akan
lebih baik dan terarah, sehingga baik-buruk tindakan yang akan ia lakukan bisa
dipikirkan secara masak. Karena ia tidak ingin membuat keluarganya kecewa akan
apa yang ia lakukan.
Selain itu pendekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa juga sangat
diperlukan. Hal ini dapat menjadikan remaja berpikir ulang untuk melakukan
suatu tindakan yang buruk, karena ia tahu bahwa tindakan yang tidak benar atau
menyimpang tersebut adalah dosa yang yang kelak harus ia pertanggung
jawabkan. Pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini seharusnya diajarkan
oleh

orang

tua

sejak

dini.

Sehingga

dalam

perkembangan

menuju

kedewasaannyam seorang anak sudah memiliki pegangan hidup, yakni tebalnya


iman yang melekat pada dirinya.
Keselektifan dalam mencari teman juga memegang peranan yang sangat
penting. Bagaimanapun juga, ketidaksempurnaan maupun kesempurnaan remaja
dalam bersosialisasi sangat dipengaruhi oleh seorang teman. Baik buruknya teman
kita, itulah yang menjadikan siapa kita nanti. Maka dari itu, kita harus benar-benar
selektif dalam memilih siapa yang akan kita jadikan teman.
Melihat semakin parahnya penyimpangan perilaku remaja akibat dari
sosialisasi yang tidak sempurna, kita sebagai warga masyarakat yang peduli
terhadap perkembangan generasi muda, diharapkan lebih peka terhadap apa yang

82

terjadi di lingkungan sekitar kita. Terutama yang berhubungan dengan sosialisasi


yang akjan dilakukan remaja dan dampaknya tehadap perilaku.
Tidak lepas dari semua itu, peran otang tualah yang sangat penting.
Semakin besarnya perhatian dan penanaman nilai-nilai yang diberikan orang tua
terhadap perkembangan sang anak terutama dalam tahap sosialisasi, akan
menjadikan sang anak memiliki kepribadian yang semakin baik pula.
Sesungguhnya perilaku menyimpang yang kerap dilakukan remaja adalah
wujud dari sebuah kesalahan yang dilakukan pada proses sosialisasi. Karena
remaja adalah sebuah periode yang lebih penting, Masa Remaja Sebagai Periode
Peralihan, Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan adapun Perubahan Emosi,
Perubahan Tubuh, Minat, dan peran, Perubahan nilai-nilai dan Masa Remaja
Sebagai Usia Bermasalah, Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas, Masa
Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan, Masa Remaja SebagaiMasa
Yang Tidak Realistis, Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa.
B. SARAN
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat memberikan penyelesaian
yang diungkap dalam poinpoint berikut :
1.

Sebaiknya orang tua memberikan sebuah proses sosialisasi


yang sebaik baiknya agar seorang anak dapat berperilaku sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, setelah itu dilanjutkan
oleh pihak sekolah, teman sepermainan, lingkungan maupun media massa.

2.

Seorang remaja juga harus berteman dengan orang orang yang


dapat membawa diri kita kearah yang lebih baik dan memberikan kita
pengaruh positif, sehingga perilaku menyimpang pada remaja dapat
diminimalisir.

3.

Sebaiknya seorang remaja lebih terbuka pada orang tua,


sehingga bila ada ketidaksedanan antara nilai dan norma yang diterima
oleh anak dari keluarga dan lingkungan luar, maka seorang remaja dapat
membicarakan hal tersebut pada orang tuanya, jadi perilaku menyimpang
dikalangan remaja dapat diminimalisir.

83

DAFTAR PUSTAKA

84

Alya, Qonita.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia unruk pendidikan dasar.


Bandung:
PT Indrahjaya Adipratama
Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur:
CV
Indrajaya
Hardiyanti, Adwiana.2006. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII. Jakarta:
Widya
Utama
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid.20090118000121AAoIAt2
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
http://id.wikipedia.org/wiki/Proses
http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
http://massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku
menyimpang/
http://psychemate.blogspot.com/2007/12/deviation-penyimpangan-sosial.html
http://reformed.sabda.org/ciri_ciri_remaja_dan_cara_menanggapinya_0
http://www.afand.cybermq.com/post/detail/2760/faktor-faktor-penyebab-perilakumenyimpang-sosial-dalam-keluarga-dan-masyarakat-dalam-hubungan-penyakitsosial
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=49&fname=sos201_04.htm
http://komunikasi.um.ac.id/?p=621
http://ne2nkz.wordpress.com/2009/03/11/kenakalan-remaja-sebagai-perilaku
menyimpang-hubungannya-dengan-keberfungsian-sosial-keluarga/
Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X
KTSP Standar Isi 2006. Jakarta: Esis

85

Maryati, Kun dan Juju Suryawati.tt (tanpa tahun). Sosiologi untuk SMA dan MA
kelas
XII KTSP Standar Isi 2006. Jakarta: Esis
Ratrisno, Imam.2008.Remaja Unggul Kamukah Itu ?. Jakarta: Nobel Edumedia
Santono, P.Mardi dan A.M. Nurchajatie. Tt (tanpa tahun). Sosiologi kelas X.
Literature
Susilo, Rachmad Kristiono Dwi.2007.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X.
Karanganyar: CV Graha Multi Grafiska
Tim Sosiologi.2007.Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakt SMA Kelas X.
Jakarta: Yudistira

LAMPIRAN

86

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah poin pernyataan dalam angket ini secara teliti.
2. Berilah tanda (V) pada setiap jawaban yang anda anggap paling sesuai.
3. Selamat mengerjakan.
No

Pernyataan
Setuju

Ketidaksempurnaan proses
sosialisasi berpengaruh
terhadap perkembangan

kepribadian anak.
Media massa merupakan agen
sosialisasi yang paling vital

dalam bersosialisasi
Perilaku menyimpang akibat
dari ketidaksempurnaan proses

sosialisasi
Nilai dan norma social dapat
membelenggu kebebasan

berekspresi remaja
Perilaku menyimpang
merupakan upaya dari
pencarian identitas dan

kepribadian
Perilaku menyimpang remaja
berdampak terhadap frestasi

belajar disekolah
Merokok, menggunakan
narkotika, seks beabas
merupakan pelarian dan
perbedaan nilai dan norma yang

diterima oleh remaja


Remaja cenderung berperilaku

menyimpang
Orang tua berperan penting

87

Alternatif Jawaban
Tidak Setuju Ragu-Ragu

10

dalam proses sosialisasi


Perilaku menyimpang pada
remaja dipengerahui oleh

11

factor-faktor dari luar rumah


Kenakalan remaja sebagai
akibat dari proses sosialisasi

12

yang tidak sempurna


Perilaku menyimpang remaja
sulit dicegah oleh para orangtua

13

dan guru
Kontrol dari teman sepergaulan
merupakan cara efektif untuk
mengatas perilaku menyimpang
pada remaja

88

Anda mungkin juga menyukai