SOSIALISASI
TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG
DIKALANGAN REMAJA
TUGAS ANALISIS
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
GURU MATA PELAJARAN : NURHASANAH. SPd
DISUSUN OLEH
Seorang Guru
menggandeng tangan,
membuka pikiran
menyentuh hati,
membentuk masa depan
dan
Seorang guru berpengaruh selamanya
dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya
berakhir
(Henry Adam)
KATA PENGANATAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah pencipta langit dan bumi yang
telah melimpahkan rahmat-Nya , terutama rahmat iman dan kekuatan sehingga
Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini dapat diselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini disususn untuk memenuhi persyaratan
mengikuti ujian UN program IPS SMA N 8 Batam. Dalam tiga bulan penulis
mengumpulkan bahan, menenukan topic dan menetapkan judul sampai pada
analisa data hingga Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini dapat diselesaikan.
Penyusun Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini tidak mungkin dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu
perkenankan penulis mnyampaikan terimaksih yang tulus pada Ibu Nurhasanah
sebagai pembimbing, Bapak kelpala sekolah, teman-teman dan semua pihak yang
telah membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini dapat dielesaikan.
Sangat disadari Karya Tulis Ilmiah Sosiologi ini baik isi maupun tehnik
penulisannya masih banyak kekurangan, oleh sebab itu sangat diharapkan saran
dan perbaikan dari pemabca demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah Sosiologi
ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian tiap manusia sangatlah
penting, karena sosialisasi merupakan sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasan nilai dan norma serta aturan dari suatu generasi ke generasi lainnya
dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialaisasi sebagai teori mengenai perananan
(role theory). Sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan dan tata
kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari suatu masyarakat, sebagian adalah
proses mempelajari peran (Horton.1999.118)1
Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran peran yang harus dijalankan
oleh individu. Proses sosialisasi juga penting dalam tujuan manusia dalam
hidupnya, karena bila tanpa adanya sebuah sosialisasi seseorang tidak dapat
mengetahui hal hal apa saja yang menjadi hak atau kewajibab dirinya sesuai
dengan perannya masing masing. Seorang anak dikatakan telah melakukan
sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya
sendiri saja tetapi juga memperhatikan kepentingan kebutuhan orang lain
(Markum,1982:1)2
Dalam sebuah sosialisasi sering kali terjadinya ketimpangan dan pembelokan
nilai dan norma yang diterima oleh seorang anak, baik itu dari agen sosialisasi
keluarga, sekolah, kelompok bermain maupun media massa. Ketidakselarasan
penyampaian nilai dan norma dengan penerimaannya ini disebut dengan
proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Suatu proses sosialisasi yang tidak sempurna sering kali membelokkan
kepribadian seseorang dan keseluruhan tata kelakuannyapun menjadi tindakan
social yang tidak dapat diterima dalam ruang lingkup masyarakat pada
umumnya, sebab perilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma yang dianut
dalam masyarakat.
Ketidaksempurnaan proses sosialisasi terjadi setelah seseorang mulai dewasa
atau pada remaja. Karena pada masa masa itulah seseorang ingin menemukan
1
. Elisanti dan Titin Rostini., Sosiologi untuk SMA/MA kelas X,(Jakarta Timur: CV Indrajaya,2006),hal : 73
.Elisanti dan Titin Rostini.,Sosiologi untuk SMA/MA kelas X,(Jakarta Timur: CV Indrajaya,2006),hal : 73
jati dirinya melalui agen agen sosialisasi. Masa peralihan atau remaja mulai
menemukan perbedaan nilai dan norma yang diterima dari agen sosialisasi
primer (keluarga) dengan agen sosialisasi sekunder (sekolah, teman
sepermainan dan media massa).
Masalahpun muncul, karena remaja mengalami tekanan dari banyak factor
factor internal yang datang dari dalam diri sendiri dan factor eksternal yaitu
tuntutan lingkungan yang seolah memaksa remaja agar segera cepat
menyesuiakan diri. Tekanan itulah yang kemudian akan direspon dengan
berbagai macam hal, baik yang positif maupun negative.
Respon negative pada remaja akan mengakibatkan perilaku menyimpang
dalam diri seorang remaja. Penyimpangan perilaku merupakan tindakan yang
oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluara batas
toleransi. Misalnya penggunaan obat obat terlarang.
Menurut Dr. Graham Baliance, kaum remaja lebih mudah terjerumus pada
penggunaan obat obat terlarang. Karena beberapa factor, salah satunya adalah
ingin mencari dan menemukan arti hidup. Arti hidup yang mereka cari
sesungguhnya adalah arti hidup semu.3
Perilaku menyimpang juga terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai nilai
subkebudayaan yang menyimpang, yaitu kebudayaan khusus yang normanya
bertentangan dengan norma budaya yang dominant.
Oleh sebab itu, peneliti akan mengemukakan tentang manfaat yang akan
diperoleh dalam kehidupan sehari hari, khususnya bagi para remaja kalangan
pelajar untuk dapat melakukan kontrol sosial terhadap dirinya sendiri.
Dilihat dari maraknya realitas social yang terjadi dalam kehidupan remaja,
maka penulis tertarik pada pembahasan penelitian ini dengan judul Pengaruh
Ketidaksempurnaan Proses Sosialisasi terhadap Perilaku Menyimpang di
Kalangan Remaja .
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Proses sosialisasi pada diri manusia dalam pembentukan kepribadian.
3
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati,.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006, (Jakarta:
Esis,2001),hal : 132
anak
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Menjadi bahan masukan bagi orang tua dalam menemukan solusi untuk
mengatasi perilaku menyimpang anak akibat dari ketidaksempurnaan proses
sosialisasi.
2. Sebagai acuan bagi orang tua, sekolah dan guru untuk lebih memeperhatikan
anak agar anak tersebut mempunyai perilaku yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku didalam masyarakat luas dan berdasarkan nilai dan
norma yang berlaku.
3. Sebagai pedoman untuk lebih meningkatkan proses sosialisasi agar tercipta
perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma atau konformitas.
4. Sebagai acuan untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat memperngaruhi
perilaku menyimpang dalam diri remaja akibat ketidaksempurnaan proses
sosialisasi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI : Sosialisasi, Definisi Sosialisasi, Proses
Sosialisasi, Tahap-tahap Sosialisasi, Agen-agen Sosialisasi, Jenis Sosialisasi, Tipe
Sosialisasi, Pola Sosialisasi, Cara Sosialisasi, Nilai Sosial, Definisi Nilai Sosial,
Ciri-ciri Nilai Sosial, Klasifikasi Nilai Sosial, Norma Sosial, Definisi Norma
Sosial, Tingkatan Norma Sosial, Macam-macam Norma Sosial, Perilaku
Menyimpang, Definisi Perilaku Menyimpang, Faktor-faktor Penyimpangan
Sosial, Bentuk-Bentuk Penyimpangan, Sifat-Sifat Penyimpangan, Macam-macam
Penyimpangan, Fakta Sosial tentang Perilaku Menyimpang, Teori Sosiologi
mengenai Perilaku Menyimpang, Penyebab Umum Perilaku Menyimpang,
Hubungan Proses Sosialisasi yang Tidak Sempurna dengan Perilaku Menyimpang
Remaja, Remaja, Definisi Remaja, Ciri-ciri Remaja, Definisi Kenakalan Remaja,
Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja.
Peran
Pemerintah
dalam
menanggulangi
tindakan
menyimpang
dikalangan remaja.
4.
C. Deskriptif Argumentatif
BAB V PENUTUP :
A. Kesimpulan
B. Saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SOSIALISASI
1. Definisi Sosialisasi
a. Menurut Pendapat Para Ahli
1)
Karel J.Veeger
Sosialisasi adalah suatu proses belajar mengajar.
2)
Charlotte Buehle
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu untuk
belajar dan menyesuaikan diri tentang bagaimana cara hidup dan
cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfugsi dalam
kelompoknya. 4
3)
Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seseorang individu
mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai
dengan perilaku orang orang disekitarnya. 5
4)
Bruce J.Cohen
Sosialisasi adalah proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakatnya untuk memperoleh kepribadian
dan membangun kapasitas untuk berfungsi, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok.
5)
6)
David Gaslin
Sosilaisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang
untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma agar ia
dapat berpartisipasi sebagi anggota kelompok masyarakat.
. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid,20090118000121AAoIAt2
7)
Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak
untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi
didaalm masyarakat. 7
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati,Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006,(Jakarta:
Esis,2006), Hal 96
8
. Alya, Qonita, Kamus Beasar Bahsa Indonesia unruk pendidikan dasar, (Bandung: PT Indrahjaya
Adipratama,2007)
9
. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
10
. http://id.wikipedia.org/wiki/Proses
10
Dalm arti luas proses sosialisasi adalah proses komunikasi dan proses
interaksi yang dilakukan oleh seseorang individu selama hidupnya sejak lahir
sampai dengan meninggal.
Proses ini merupakan proses alamiah yang dilakukan individu sebagai
makhluk social yang tidak dapat terlepas dengan tata pergaulan dengan manusia
yang lain. 11
3. Tahap-Tahap Sosialisasi
a. Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang
dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
1) Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh
pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh
anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut
dengan kenyataan yang dialaminya.
11
. Santono, P.Mardi dan A.M. Nurchajatie. (tanpa tahun). Sosiologi kelas X. Literature. Hal 73
11
sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan
apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang
anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).
3) Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran
yang
secara
langsung
dimainkan
sendiri
dengan
penuh
kesadaran.
12
tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap
ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Pada tahap Generalized ini, anak telah mampu mengambil peran peran
orang lain yang lebih luas, tidak sekedar orang orang terdekatnya. Ia pun telah
mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memiliki
peran dirinya dan peran orang lain. Seorang anak telah dianggap dewasa dan
mampu menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. 12
b. Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia,
Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan
orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui
tiga tahapan sebagai berikut.
1) Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang
paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di
berbagai lomba.
2) Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak
membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu
memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari
perlakuan orang terhadap dirinya.
Misalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba
atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa
pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat
padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan
12
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006.
Jakarta: Esis. Hal 99
13
hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain
bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3) Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul
perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang
akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang
terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan
memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang
terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya. 13
4. Agen-Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok
bermain, media massa, dan lembaga pendidikan (sekolah).
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak
selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja
berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen
sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok,
meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba),
tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau
media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan
oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling
mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh
individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi
yang berlainan.
13
. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
14
15
mengenai
kemandirian
(independence),
prestasi
(achievement),
. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
16
masyarakat luas. Alat komunikasi ini memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan
tanpa terikat oleh nilai dan norma yang ada didalam masyarakat.
Berbagai hal yang disajikan media massa itulah banyak yang ditiru oleh
individu. Dengan kata lain, media massa merupakan salah satu agen sosialisasi,
sebab perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh hal hal yang disajikan. Tentu
saja hal hal yang ditiru tersebut ada yang positif dan ada yang negativ. 15
Contoh:
1)
2)
3)
kekerasan,
ketaklogisan,
dan
seterusnya)
diyakini
telah
. Susilo, Rachmad Kristiono Dwi.2007.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X. Karanganyar: CV Graha
. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
17
5. Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu sosialisasi primer
(dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,
yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat
sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam
jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkekang, dan
diatur secara formal.
a. Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia
1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat
penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya.
Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan
interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
b. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam
masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam
proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan
dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang
lama.
18
6. Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda.
Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di
kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut
baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk
sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila
solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun
tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi.
Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan
pendidikan militer.
b. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompokkelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa
bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan
sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. Dengan
adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang
harus ia lakukan.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun
hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat
sosialisasi formal dan informal sekaligus.
19
7. Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola yaitu,
sosialisasi partisipatoris.
1. Sosialisasi represif (repressive socialization)
Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada
komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan
sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.
2. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization)
Merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain
itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak
diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat
lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga
menjadi generalized other.
8. Cara Sosialisasi
a. Pelaziman
Sebagian besar perilaku anak diperoleh dengan cara pelaziman. Anak
mempertahankan suatu perilaku
20
akan dapat dikatakan sebagai gaya seperti person idealnya, yang dilihat bias
sabagian tindakannya bias juga berusaha meniru seluruhnya, seperti cara
berpakaian, cara berjalan, cara berbicara, cara bertindak bahkan dalam
bertingkah laku.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah proses peniruan secara mendalam. Anak tidak hanya
meniru aspek luarnya saja tetapi ia ingin menjadikan dirinya identik (sama)
dengan tokoh idealnya. Dalam perkembangan proses diri, identifikasi
memegang peranan penting sebab melakukan identifikasi seseorang
mengkatagorikan dirinya dalam kategori tertentu. 17
d. Internalisasi
Pada internalisasi, anak mengikuti aturan bukan karena takut dihukum atau
akan mendapatkan hadiah, bukan pula karena meniru tokoh idealnya. Ia
mengikuti aturan karena merasa pasti bahwa norma itu telah menjadi bagian
dari dirinya, ia menyadari bahwa perilaku tersebut diharapkan oleh
masyarakat.
Hal ini berarti suatu taraf perkembangan yang dialami para anggota
masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku sejaqlan dengan perikelakuan
yang sesuai dengan aturan aturan dan norma norma lembaga social tersebut.
Dengan kata lain, telah mendarah daging didalam masyarakat yang
bersangkutan.18
B. NILAI DAN NORMA
1. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau
tidak indah, dan benar atau salah.
17
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya
18
. Hardiyanti, Adwiana.2006. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII. Jakarta: Widya Utama
21
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan
mencuri bernilai buruk.
a. Pengertian Nilai Sosial Menurut Para Ahli
1) Woods
Nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,
yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan seharihari.
2) Drs. Suparto
Nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di
antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk
mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu,
nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi
seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya.
3) Kimball Young
Mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
4) A.W.Green
Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung
disertai emosi terhadap objek.
5) M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang
pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
6) Hendropuspito
22
2)
3)
4)
5)
6)
7)
23
. http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial
24
25
masyarakat
terhadap
Norma agama
Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak
26
Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati
Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-
4)
Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi
petunjuk atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang
perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan
individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai
pengucilan secara batin. Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari
suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.
5)
Kode etik
27
adalah
tanggapan
atau
reaksi
individu
terhadap
. http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial
21
.Sumber : Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Hal.271, Aprindo, Jakarta, 2006, oleh MB. Rahimsyah dan
Satyo Adhie)
28
sedih
atau
menangis,
lulus
ujian
meluapkan
22
. http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-PerilakudanDomain-Perilaku.html
29
Definisi Menyimpang
Tidak menurut apa yang sudah ditentukan, tidak sesuai dengan
rencana.23
Menyimpang berasal dari kata simpang yang berarti memisah atau
membelok bercabang, jadi bisa didefinisikan bahwa menyimpang adalah
sebuah tindakan yang dilakukan manusia atau individu keluar dari batas
wajar atau batasan yang sudah ditetapkan bersama.
b.
23
. Alya, Qonita.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk pendidikan dasar. Bandung: PT Indrahjaya
Adipratama
24
. Elisanti dan Titin Rostini, Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. (Jakarta Timur: CV Indrajaya, 2007), Hal
30
. Susilo, Rachmad Kristiono Dwi,Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X, (Karanganyar: CV Graha Multi
Grafiska,2007), Hal
26
27
. http://www.e-dukasi.net
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.tt (tanpa tahun). Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII KTSP Standar
31
32
atau tidak. Ciriciri fisik tersebut antara lain: bentuk muka, kedua alis
yang menyambung menjadi satu dan sebagainya.
2) Psikologis
Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan
kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan penyimpangan. Dapat juga karena pengalaman traumatis
yang dialami seseorang.
3) Sosiologis
Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya
dengan sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap
norma-norma kultural budayanya atau individu yang menyimpang harus
belajar bagaimana melakukan penyimpangan.
3.
Bentuk-Bentuk Penyimpangan
a.
individual
merupakan
penyimpangan
yang
2)
Tidak
berwenang
di
taat
kepada
peringatan
lingkungannya,
orang-orang
penyimpangannya
yang
disebut
pembangkang.
3)
Melanggar
norma-norma
33
umum
yang
berlaku,
4)
ganja,
putaw),
psikotropika
(estasy.
Magadon,
amphetamine),
alkoholisme.
2) Proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak
sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya.
Contohnya:
seseorang
menjadi
pencuri
karena
terbentuk
oleh
34
kekayaan.
beranting di telinga,
rambut gondrong.
b. Penyimpangan Kolektif (Group Deviation)
Penyimpangan kolektif yaitu: penyimpangan yang dilakukan secara
bersamasama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama (kolektif). Mereka patuh
pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma
masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya
sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman. Kesatuan dan persatuan dalam
kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya
jangan disingkirkan dari kelompoknya.
Penyimpangan yang dilakukan secara kelompok/kolektif antara lain:
1) Kenakalan Remaja
Karena keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal
hal yang dianggap bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan
35
diantaranya
melakukan
penyimpangan
. http://www.e-dukasi.netm
36
lebih
tinggi
kadar
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 95-
96
30
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 97
31
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006.
Jakarta: Esis. Hal 130
37
1)Kejahatan terorganisir
Komplotan berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan
dengan jlan menghindari hukum melaui penyebaran rasa takut atau melalui
korupsi.
2) Kejahatan terorganisir transnasional
Kejahatan terorganisasi yang melampaui batas negar yang dilakukan oleh
organisasi2 dengan jaringan global.
3) Kejahatan Kerah Putih
Merupakan suatu konsep yang diperkenalkan olh Sutherland dan mengacu
kepada kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau berstatus tinbggi
dalam rangka pekerjaannya.
4) Corporat Crime
Merupakan jenis kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi formal
dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.32
b. Penyimpangan Seksual
Penyimpanagn seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim
dilakuakn. Beberapa jenis penyimpangan seksual adalah perzinaan, lesbian,
homoseksual, kumpul kebo, sodomi, transvestitisme, sadisme, pedophilia.
c. Pemakaian dan Pengedaran Obat Terlarang
Penyimpangan dalam bentuk pemakaian dan pengedaran obat terlarang
merupakan bentuk penyimpanagn dari nilai dan norma social maupun agama.
Akibat negative bukan hanya pada kesehatan fisik dan mental seseeorang
tetapi jauh pada ekseistensi sebvuah Negara. Contoh obat obtan terlarang
adalah ganja, candu, putaw psikotropika, ekstacy, amphetamine, magadon dan
alcohol.
d. Penyimpangan Gaya Hidup
32
. http://psychemate.blogspot.com/2007/12/deviation-penyimpangan-sosial.html
38
penyimpangan dalam bentuk gaya hidup lain dari yang lain biasanya,
antara sikap aroganis dan eksentrik. Sikap aroganis, antara lain kesombongan
terhadap sesuatu yang dimilikinya. Sikap arogan bisa saja dilakukan oleh
seseorang yang ingin menutupi kekuranagan yang dimilikinya. Sikap
eksentrik adalah perbuatan yang dianggap aneh, sperti anak laki laki yangf
mengenakan anting anting.33
e. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari normanorma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang
berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Ia berada pada masa transisi.34
f. Alkoholoisme
Alkoholisme
adalah
penyakit
menahun
yang
ditandai
dengan
. Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2001.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X KTSP Standar Isi 2006.
. http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholisme
39
36
. Tim Sosiologi.2007.Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakt SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira. Hal
110-111
37
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 100
40
menyimpang maupu yang patuh dipengaruhi oloeh nilai dan norma yang
dihayati individu dalam proses masa sosialisasinya.
b.
norma
mereka
menjadi
dominan,
misalnya
norma
yang
. http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme
41
d.
Teori Pengendalian
Teori pengendalian atau teori kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk
Teori Anomi
Teori anomi adalah teori struktural tentang penyimpangan yang paling
penting selama lebih dari lima puluh tahun. Teori anomi menempatkan
ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab
penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada caracara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu.
Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan
diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan.
Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang
lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan.
Kelompok
yang
mengalami
lebih
39
banyak
ketegangan
karena
. http://massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku-menyimpang/
. Elisanti dan Titin Rostini.2007. Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta Timur: CV Indrajaya. Hal 9394
40
42
bagi
seseorang
dengan
pemberian
stigma
dan
label,
yang
dimaksudkan
untuk
mengontrol
penyimpangan
menghasilkan sebaliknya.
8. Penyebab Umum Perilaku Menyimpang
41
42
. http://massofa.wordpress.com/2008/03/28/teori-teori-umum-tentang-perilaku-menyimpang/
. http://psychemate.blogspot.com/2007/12/deviation-penyimpangan-sosial.html
43
malah
2) Jenis kelamin
Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis
kelamin. Anak laki-laki biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap
remeh pada anak perempuan.
Contonya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan,
jika terdapat satu anak laki-laki biasanya minta diistimewakan, ingin
dimanja.
3) Umur
44
45
46
3) Pergaulan
Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah
laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman
sepergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari
teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan
menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila
teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep
yang bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola tingkah laku yang
menyimpang pada diri anak tersebut.
Misalnya di suatu kelas ada anak yang mempunyai kebiasaan
memeras temannya sendiri, kemudian ada anak lain yang menirunya
dengan berbuat hal yang sama. Oleh karena itu, menjaga pergaulan dan
memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.
4) Media massa
Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film
yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat
memengaruhi perkembangan perilaku individu.
Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang normanorma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentahmentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru
mengakibatkan perilaku menyimpang.43
D. HUBUNGAN PROSES SOSIALISASI YANG TIDAK SEMPURNA
DENGAN PERILAKU MENYIMPANG REMAJA
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
43
. http://www.afand.cybermq.com/post/detail/2760/faktor-faktor-penyebab-perilaku-menyimpang-sosialdalam-keluarga-dan-masyarakat-dalam-hubungan-penyakit-sosial
47
48
memungkinkan
seseorang
mengembangkan
potensi
kemanusiaannya
dan
49
orang
tua
sejak
dini.
Sehingga
dalam
perkembangan
menuju
50
44
. http://komunikasi.um.ac.id/?p=621
51
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya
dalam hak. 45
2. Ciri-ciri remaja
a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Pada prisipnya, semua tahapan perkembangan yang dilalui manusia
adalah penting. Namun derajat kepentingan antara masing-masing tahapan
perkembangan itulah yang tidak sama. Ada tahapan perkembangan yang
lebih penting. Masa remaja boleh dikatakan sebagai periode yang lebih
pentingdari pada masa ahkir anak-anak,karna masa remaja inilah yang
banyak mempengaruhi sikap dan perilaku remaja secara langsung dan
cepat.
Kemampuan
adaptasi
dan
rintangan-rintangan
yang
dihadapi
peralihan.
45
. Ratrisno, Imam, Remaja Unggul Kamukah Itu ?, (Jakarta: Nobel Edumedia, 2008),
Hal 15
52
53
54
55
BAB III
METODOLOGI PENELTIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian lokasi atau objek lokasi yang dijadikan sasaran
pengambilan populasi dan sampel guna dijadikan sebagai sumber penelitian,
disini peneliti mengambil tempat penelitian yaitu SMA N 8 Batam, atas dasar
kesesuaian dengan tema penelitian yang diambil sebelumnya.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan
pada masa penelitian berlangsung, dari proses perencanaan dan pengumpulan data
selama 3 bulan yang dimulai dari November 2009 Januari tahun 2010.
B. Metode Penelitian
56
57
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti
untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti.Informasi itu dapat diperoleh dari buku- buku ilmiah,
ketetapan- ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber sumber tertulis
baik tercetak maupun elektronik lain. Penelitian kepustakaan merupakan
serangkaian proses yang merupakan rangkaian dari proses telaah buku, Studi
kepustakaan memuat uraian sistematis tentang
2. Penelitian Kelapangan
Penelitian kelapangan terdiri dari serangkaian proses yang akan digunakan
pada peneliti diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Pada hakikatnya metode wawancara adalah metode pengumpulan
data
dalam
penelitian
social
yang
pelaksanaannya,
penelitian
58
59
Socialisasi adalah sebuah proses penanaman nilai dan norma social pada
norma anak sehingga anak tersebut akan belajar untuk menjadi anggota dalam
suatu masyarakat sesuai dengan perannya.
Proses sosialisasi juga akan membentuk sikap perilaku,dan kepribadian
seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh suatu masyarakat tersbut.
Sebuah proses sosialisasi tidak dapat berlangsung tanpa adanya pihak-pihak yang
melakukan
tindak
sosialisasi,
pihak-pihak
ini
disebut
dengan
agen
60
Meskipun nilai dan norma social merupakan isi yang dipelajari seseorag
untuk membentuk dirinya, nilai dan norma social juga menjadi penentu
bagaimana pola sosialisasi akan berlangsung dalam diri seseorang.
Dalam proses sosilaisasi yang merupakan penanaman nilai dan norma
pada seseorang jarang ada pembelokan nialai dan norma yang diterima oleh
seseorang tersebut yang mengakibatkan terjadi perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma social yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
menyimpang juga termasuk dalam pelanggaran terhadap kebiasaan atau
kepantasan yang telah menjadi suatu kebiasaan yang telah membaur dalam
masyarakat.
Perilaku menyimpamg umumnya bersifat negatif,
61
yang ada, membandingkan dan menghubungkan antar indikator yang satu dengan
indikator lainnya.
Sedangkan interpretasi data adalah penafsiran data yang terdiri dari proses
komunikasi melalui lisan maupun tulisan pada hasil penelitian yang berisi
penafsiran dari data yang dianalisis sebelumnya.Berdasarkan definisi diatas
penelii menggunakan sebuah rumus menganalisis dan menginterpretasikan data
yang telah didapatkan, adapun rumus tersebut sebagai berikut :
P = f X100%
N
Keterangan :
P= Presentasi yang dicari
N = Jumlah Frekuensi ( banyaknya individu )
f= Frekuensi yang dicari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang Proses Sosialisasi di Kalangan Remaja
1. Pergaulan Antar Remaja
Pergaulan antara remaja banyak terjadi dilingkungan sosialisasi
sekunder, yaitu sekolah,, teman sepermainan bahkan media masa. Seorang
remaja bergaul dengan sebayanya yang dirasakan cocok dan bisa menerima
dirinya dengan apanya. Komunikasi yang dilakukan remaja adalah
komunikasi pertemanan yang didasari oleh keinginan untuk saling memahami
seiring dengan pencarian identita pada masa itu. Pergaulan tersebut seperti
berkumpul bersama antar remaja dan komntak melalui media sekelompok
remaja yang berkumpul biasanya akan membicarakan hal hal yang umum
dialami seorang remaja, contohnya membicarakan masalah sekolah, guru-guru
disekolah, teman-teman disekolah, lawan jenis bahkan masalah seks .
62
63
sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka,
merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di
kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda
dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak
remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa
pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti
harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian
pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya
tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai
gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain
tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab
munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan
bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak
menghendaki.
64
Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat
dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu
yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga
penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling
sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah
ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi
dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau
negatif.
Pergaulan merupakan interaksi antara beberapa orang baik berupa
kekeluargaan, organisasi, ataupun masyarakat. Melalui pergaulan kita akan
berkembang karena jadi tahu tentang tata cara bergaul. Sehingga menjadikan
individu yang bersosial karena pada dasarnya manusia memang makhluk sosial.
Namun pergaulan di era modernisasi ini telah banyak disalah artikan terutama
dikalangan anak muda. Sekarang kata-kata pergaulan bebas sudah tidak asing lagi
didengar oleh siapapun dan jelas termasuk dalam kategori pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab
kehancuran sang anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan
kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika
pergaulan ketimuran telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering
mendengar kata-kata MBA (married by accident). MBA tampaknya sudah
menjadi tren dikalangan remaja dimana melakukan hubungan seks sebelum
menikah banyak dilakukan pada saat pacaran.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua
hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan
bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang
kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan
seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan
serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang
kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan
mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan
65
66
67
68
69
Deskriptif Argumentatif
Data yang dikumpul, diolah dan dianalisis dalam bentuk kata-kata yang berisi
argumentasi tentang penjelasan dari hasil jawaban angket yang perlu disebarkan
yang digunakan untuk menginterpretasikan.
Tabel yang digunakan rumus presentase (distribusi frekuensi), yang disebut
dengan metode statistic deskripsi disajikan sebaga berikut :
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
39 Siswa
1 Siswa
40 Siswa
70
%
97.5%
2.5%
-
Tabel 2
Media massa merupakan agen sosialisasi yang paling vital dalam
bersosialisasi
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
6 Siswa
18 Siswa
16 Siswa
40 Siswa
%
15%
45%
40%
71
Tabel 3
Perilaku menyimpang akibat dari ketidaksempurnaan proses sosialisasi
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
33 Siswa
2 Siswa
5 Siswa
40 Siswa
%
82.5%
5%
12.5%
dapat
disimpulkan
bahwa
Perilaku
menyimpang
akibat
dari
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
11 Siswa
17 Siswa
12 Siswa
40 Siswa
%
27.5%
42.5%
30%
Berdasarkan tabel diatas bahwa, Nilai dan norma social tidak membelenggu
kebebasan berekspresi remaja.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 42.5%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan ragu-ragu dengan persentase 30%, dan hanya 27.5% yang
menjawab setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Nilai dan norma social tidak membelenggu
kebebasan berekspresi remaja. Oleh karena itu, sebaiknya kebebasab remaja
72
dalam berekspresi haruslah sejalan dengan nilai dan norma social yang berlaku
dalam masyarakat.
Tabel 5
Perilaku menyimpang merupakan upaya dari pencarian identitas dan
kepribadian remaja
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
f
%
Setuju
9 Siswa
22.5%
Tidak Setuju
24 Siswa
60%
Ragu-Ragu
7 Siswa
17.5%
Jumlah
40 Siswa
Berdasarkan tabel diatas bahwa, Perilaku menyimpang bukan merupakan
upaya dari pencarian identitas dan kepribadian remaja.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 60%, sedangkan responden yang
menjawab pernyataan setuju dengan persentase 22.5%, dan hanya 17.5% yang
menjawab ragu-ragu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perilaku menyimpang bukan merupakan
upaya dari pencarian identitas dan kepribadian remaja. Oleh sebab itu, perilaku
menyimpang remaja harus mendapatkan perhatian lebih agar para remaja lebih
terarah sehingga mereka tidak menemukan identitas dari melalui perilaku
menyimpang.
Tabel 6
Perilaku menyimpang remaja berdampak terhadap prestasi belajar disekolah
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
36 Siswa
1 Siswa
3 Siswa
40 Siswa
%
90%
2.5%
5%
73
Tabel 7
Merokok, menggunakan narkotika, seks bebas merupakan pelarian dan perbedaan
nilai dan norma yang diterima oleh remaja
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
18 Siswa
14 Siswa
8 Siswa
40 Siswa
%
45%
35%
20%
Alternatif Jawaban
Setuju
f
9 Siswa
74
%
22.5%
2
3
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
22 Siswa
9 Siswa
40 Siswa
55%
22.5%
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
37 Siswa
2 Siswa
1 Siswa
40 Siswa
%
92.5%
5%
2.5%
Berdasarkan tabel diatas bahwa, Orang tua berperan penting dalam suatu
proses sosialisasi.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 92.5%, sedangkan responden yang menjawab
pernyataan tidak setuju dengan persentase 5%, dan hanya 2.5% yang menjawab
pernyataan ragu-ragu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Orang tua berperan penting dalam suatu proses
sosialisasi. Karena sesungguhnya orang tua berandil besar dalam suatu proses
sosialisasi, maka orang tua haruslah memberikan contoh yang baik pada anak.
75
Tabel 10
Perilaku menyimpang pada remaja dipengerahui oleh factor-faktor dari luar
rumah
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
17 Siswa
6 Siswa
17 Siswa
40 Siswa
%
42.5%
15%
42.5%
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
33 Siswa
1 Siswa
6 Siswa
40 Siswa
%
82.5%
2.5%
15%
Berdasarkan tabel diatas bahwa, Kenakalan remaja sebagai akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna.
Pernyataan ini dapat dibuktikan, karena banyaknya responden yang menjawab
pernyataan setuju dengan persentase 82.5%, sedangkan responden yang menjawab
76
pernyataan ragu-ragu dengan persentase 15%, dan hanya 2.5% yang menjawab
pernyataan tidak setuju.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kenakalan remaja sebagai akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna. Oleh sebab itu, suatu proses sosialisasi yang
sempurna sangatlah diperlukan untuk menunjang perilaku seorang remaja kearah
yang sesuai dengan nilai dan norma.
Tabel 12
Perilaku menyimpang remaja sulit dicegah oleh para orangtua dan guru
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
11 Siswa
16 Siswa
13 Siswa
40 Siswa
%
27.5%
40%
32.5%
Tabel 13
Kontrol dari teman sepergaulan merupakan cara efektif untuk mengatas perilaku
menyimpang pada remaja
77
No
1
2
3
Alternatif Jawaban
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Jumlah
f
19 Siswa
7 Siswa
14 Siswa
40 Siswa
%
47.5%
17.5%
35%
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
78
79
Pelacuran,
Penyimpangan
seksual,
Tindak
kejahatan/criminal,
80
antara lain Teori Sosialisasi, Teori Transmisi budaya, Teori Konflik, Teori
Pengendalian, Teori Biologis, Teori Psikologis, Teori Anomi, Teori Differential
Association, Teori Labelling
Perilaku menyimpang terjadi karena adanya penyebab, Penyebab Umum
Perilaku Menyimpang secara umum adalah Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu
Intelegensi, Jenis kelamin, Umur, Kedudukan dalam keluarga dan Faktor dari luar
(ekstrinsik) yaitu, Peran keluarga (keadaan keluarga), Peran masyarakat,
Pergaulan (lingkungan), Media massa
Proses Sosialisasi berhubungan erat dengan perilaku menyimpang, sebuah
proses sosialisasi yang sempurna akan melahirkan pribadi pribadi yang unggul
dan berkelakuan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat,
namun seseorang yang tidak mendapatkan sebuah proses sosialisasi yang kurang
atau tidak sempuran akan berkelakukan tidak sejalan dengan nilai dan norma yang
perilaku tersebut dikenal dengan perilaku menyimpang.
Sosialisasi diri dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi sempurna dan
sosialisasi tidak sempurna. Sosialisasi sempurna terjadi bilamana pelaku atau
remaja bisa memilah dan memilih mana yang baik atau yang buruk baginya, baik
tindakan yang salah maupun yang benar yang harus dilakukannya. Dengan begitu,
remaja tersebut dapat berkembang dengan kondisi fisik dan psikis yang baik
sesuai dengan usianya. Namun, sedikit sekali di era globalisasi ini kita temui
remaja yang bekembang dengan baik dan sempurna seperti tersebut di atas.
Perubahan social yang tanpa diikuti dengan perubahan nilai dan norma
akan menimbulkan kesenjangan nilai nilai dengan hasil perubahan yang tidak
diharapkan. Kondisi demikian menyebabakan proses sosialisasi tidak dapat
berjalan dengan baik karena adanay kesenjangan nilai dan perubahan yang terjadi
dimasyarakat., maksudnya, masyarakat tidak menyediakan kaidah kaidah baru
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan baru yang terjadi dalam
masyarakat.
81
orang
tua
sejak
dini.
Sehingga
dalam
perkembangan
menuju
82
2.
3.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
85
Maryati, Kun dan Juju Suryawati.tt (tanpa tahun). Sosiologi untuk SMA dan MA
kelas
XII KTSP Standar Isi 2006. Jakarta: Esis
Ratrisno, Imam.2008.Remaja Unggul Kamukah Itu ?. Jakarta: Nobel Edumedia
Santono, P.Mardi dan A.M. Nurchajatie. Tt (tanpa tahun). Sosiologi kelas X.
Literature
Susilo, Rachmad Kristiono Dwi.2007.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X.
Karanganyar: CV Graha Multi Grafiska
Tim Sosiologi.2007.Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakt SMA Kelas X.
Jakarta: Yudistira
LAMPIRAN
86
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah poin pernyataan dalam angket ini secara teliti.
2. Berilah tanda (V) pada setiap jawaban yang anda anggap paling sesuai.
3. Selamat mengerjakan.
No
Pernyataan
Setuju
Ketidaksempurnaan proses
sosialisasi berpengaruh
terhadap perkembangan
kepribadian anak.
Media massa merupakan agen
sosialisasi yang paling vital
dalam bersosialisasi
Perilaku menyimpang akibat
dari ketidaksempurnaan proses
sosialisasi
Nilai dan norma social dapat
membelenggu kebebasan
berekspresi remaja
Perilaku menyimpang
merupakan upaya dari
pencarian identitas dan
kepribadian
Perilaku menyimpang remaja
berdampak terhadap frestasi
belajar disekolah
Merokok, menggunakan
narkotika, seks beabas
merupakan pelarian dan
perbedaan nilai dan norma yang
menyimpang
Orang tua berperan penting
87
Alternatif Jawaban
Tidak Setuju Ragu-Ragu
10
11
12
13
dan guru
Kontrol dari teman sepergaulan
merupakan cara efektif untuk
mengatas perilaku menyimpang
pada remaja
88