Anda di halaman 1dari 16

Beauty Privilege

dalam Lingkup
Masyarakat

Shefira Nadia Aulia Setiadi

Email : shefiraaul@gmail.com
PENDAHULUAN

Dewasa ini, para wanita menghabiskan sebagian besar waktu nya untuk merawat diri. Mulai
dari merawat wajah, kulit, hingga bentuk tubuh. Bahkan menjaga penampilan sudah menjadi
kegiatan yang sangat penting dilakukan. Menjadi cantik sendiri merupakan ambisi kebanyakan
wanita. Di tuntut oleh keadaan, menjadikan para wanita terbelenggu dengan standarisasi cantik
yang beredar di kalangan masyarakat. Memiliki kulit putih, wajah bersih tanpa jerawat, badan
langsing dan tinggi, hingga rambut hitam lurus membuat definisi cantik menjadi sempit. Di Indonesia,
masyarakat percaya wanita "cantik" akan mendapat tempat tersendiri dalam segala hal. Anggapan
mengenai adanya hak istimewa bagi orang cantik ini memunculkan banyak sekali perdebatan. Mulai
dari yang merasa setuju hingga merasa di rugikan. Hak istimewa ini sering disebut dengan istilah
Beauty Privilege. Beauty Privilege adalah hak istimewa yang diperoleh manusia karena
kecantikan/ketampanannya sejak lahir hingga dewasa, sehingga mempengaruhi karier dan
pandangan orang lain terhadap mereka.

Karen Dion dan Ellen Berscheid dari Minnesota University bersama Elaine Waster dari
Wisconsin University di tahun 1972 mengadakan eksperimen bersama 30 orang pria dan 30 orang
wanita dengan memberikan 3 foto dalam sebuah amplop untuk meneliti apakah orang yang secara
fisik menarik diasumsikan memiliki kepribadian yang dapat diterima oleh sosial dibandingkan dengan
mereka yang tidak terlalu menarik secara fisik. Hasilnya pria dan wanita yang dianggap lebih menarik
mendapat skor tertinggi dalam segala aspek, sedangkan pria dan wanita yang di anggap kurang
menarik mendapatkan skor terendah. Mengutip dari jurnal Harvard yang berjudul “Why Beauty
Matters”, hal ini terjadi “if someone is easy on eyes, the enjoyment we derive from looking at them
colours our perceptions of other attributes,” dapat di artikan bahwa ketika seseorang dipandang
lebih menarik dibandingkan yang lainnya, maka secara tidak langsung persepsi kita mengenai
mereka akan terkesan lebih baik dalam segala hal.

Beredarnya stigma ini di masyarakat pastinya membawa banyak dampak, baik positif maupun
negatif. Positifnya, mereka yang merasa tidak mendapatkan beauty privilege akan berusaha lebih
keras untuk mengasah bakat dan kemampuannya agar dapat bersaing dengan mereka yang memiliki
nilai tambah dalam fisik. Negatifnya, banyak yang justru merendahkan orang - orang dengan fisik
yang dianggap lebih menarik dengan menyepelekan pencapaian nya. Padahal, mereka juga telah
berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan keberhasilan. Selain itu dampak ini juga dapat
memperngaruhi beberapa bidang kehidupan, contohnya pendidikan dan pekerjaan. Mereka yang
dianggap memiliki paras lebih menarik akan lebih mudah mendapat pekerjaan dibanding mereka
yang dianggap memiliki paras kurang menarik. Padahal tidak menutup kemungkinan bahwa mereka
yang dianggap menarik tidak lebih baik dalam hal kinerja.

PEMBAHASAN
Privilege atau hak istimewa merupakan hak yang didapatkan oleh seseorang karena sesuatu
yang ia miliki. Sedangkan definisi privilege menurut American Dictionary, yaitu
“a special advantage or authority possessed by a particular person or group” yang artinya
keuntungan atau otoritas khusus yang dimiliki oleh orang atau kelompok tertentu. Privilege dalam
masyarakat sebenarnya terbagi atas beberapa jenis, salah satu yang umum kita dengar adalah
Beauty Privilege. Beauty Privilege adalah hak istimewa manusia yang didapat karena penampilan
kecantikan/ketampanannya sejak lahir hingga dewasa sehingga akan berpengaruh terhadap
pandangan orang lain kepada mereka. Contohnya yaitu ketika kita sedang berada dalam sebuah
situasi tertentu yang mengharuskan kita meminta pertolongan kepada orang lain, maka wanita atau
pria yang memiliki wajah lebih menarik akan lebih mudah pula mendapatkan bantuan dari orang –
orang sekitarnya.

1.1 Beauty Privilege dalam lingkup masyarakat

Beauty Privilege menimbulkan banyak kontroversi dalam masyarakat. Anggapan - anggapan


negatif mengenai beauty privilege sepertinya sudah tak asing lagi kita dengar. Berikut ini adalah
beberapa opini masyarakat mengenai beauty privilege dalam platform media sosial, Twitter.

Dari beberapa foto opini masyarakat di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan masyarakat
berpikir jika menjadi cantik/tampan maka akan mendapat privilege dari sekitar. Misalnya ketika
melakukan sebuah kesalahan, mereka yang memiliki fisik lebih menarik akan lebih mudah pula
mendapatkan maaf dan simpati dari sekitar. Sedangkan mereka yang memiliki fisik standar, biasanya
akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat. Dapat diakui bahwa privilege memang benar adanya.
Namun perlu diingat bahwa kita semua tidak bisa memilih tuk lahir dengan paras seperti apa.

Privilege sebenarnya dapat terjadi dimanapun, bukan hanya dilingkungan umum tetapi dapat
juga terjadi di lingkungan pendidikan bahkan pekerjaan. Di lingkungan pendidikan, pasti kita pernah
mendengar mengenai guru yang memberi nilai lebih pada pemilik beauty privilege. Beberapa kali
saya melihat kejadian ketika salah seorang teman yang saya anggap memiliki beauty privilege,
mendapatkan nilai pelajaran olahraga yang lebih bagus. Padahal, selama jam pelajaran mereka
hanya duduk di pinggir lapangan. Sedangkan mereka yang telah berusaha sebaik mungkin, hanya
mendapat nilai sesuai standar. Saya sendiri pernah mendapatkan beauty privilege. Kala itu, saya
terlambat mengumpulkan tugas di salah satu pelajaran yang pengajarnya adalah seorang guru laki -
laki. Sebelum mengumpulkan tugas, saya melihat seorang teman perempuan yang muram. Ternyata
penyebabnya karna tugas ia di tolak oleh guru tersebut dengan alasan terlambat. Padahal, menurut
saya ia telah menghias tugas tersebut dengan sangat detail dan rapih. Berbanding terbalik dengan
saya, saya hanya membuat kerajinan seadanya. Hiasan yang saya pakai pun tidak terlalu bervariasi
dan terkesan monoton. Namun saat saya mengumpulkan tugas, guru tersebut langsung menerima
tugas saya dengan senyuman. Padahal, saya tau saya terlambat mengumpulkan. Ketika saya
tanyakan alasan nya, beliau menjawab itu semua karena cantik. Sontak saya terkejut mendengarnya,
bagaimana bisa fisik menjadi tolak ukur penilaian di sekolah. Padahal cantik itu relatif. Dari sini saya
dapat melihat jelas bahwa privilege dalam lingkungan pendidikan itu ada.

Contoh lain dapat kita lihat di lingkungan pekerjaan. Mereka yang memiliki paras lebih menarik,
akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Dikutip dari Jurnal "Blinded by Beauty: Attractiveness
Bias and Accurate Perceptions of Academic Performance" yang dipublikasi di Plus One juga
mengatakan hal yang sama. Peluang terbuka lebar bagi siapa saja yang punya wajah cantik atau
tampan. The Social Science Research Network, French (2002 : 22) menunjukkan bahwa perempuan
yang punya penampilan di atas rata-rata memperoleh penghasilan sekitar 8% lebih tinggi dibanding
perempuan berpenampilan rata-rata. Penelitian itu di perkuat oleh opini salah seorang profesor
bidang ekonomi Daniel S. Hamermesh yang berpendapat, bahwa karyawan yang menarik membawa
keuntungan yang lebih banyak untuk perusahaan. Melalui buku nya yang berjudul 'In Beauty Pays'.
Menurutnya, orang berwajah menarik bisa mendapatkan US$ 230 ribu lebih banyak sepanjang
hidupnya dibandingkan mereka yang berwajah rata-rata. Jumlah tersebut diukurnya berdasarkan
estimasi rata-rata gaji US$ 20 setiap jamnya di 2010. Berikut rincian persentase data pendapatan
tahun 2010 di US.
18%
16%
14%
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%
Best Looking Women Average Women Best Looking Men Average Men

Dari grafik di atas, bisa dilihat bahwa wanita dan pria yang memiliki wajah menarik mendapatkan
pendapatan lebih tinggi dari wanita dan pria yang memiliki wajah rata – rata. Pada wanita best
looking memperoleh pendapatan sekitar 16% dengan selisih 8% lebih banyak dari pada wanita
average. Sedangkan pada pria best looking memperoleh pendapatan 8% dengan selisih 4% lebih
banyak dari pada pria average.

1.2 Dampak Beauty Privilege bagi kehidupan

Dilihat secara umum, beauty privilege dapat menimbulkan dampak dari dua sudut pandang. Yang
pertama dampak sebagai pemilik beauty privilege dan kedua sebagai orang yang tidak mendapat
beauty privilege. Dampak tersebut bisa bersifat positif maupun negatif. Sebagai pemilik privilege
tentu saja banyak dampak yang bisa dirasakan. Berikut tabel perbandingan dampak positif dan
negatif bagi pemilik privilege.

Dampak Positif Dampak Negatif

1. Lebih mudah diterima masyarakat 1. Dianggap tidak perlu bekerja keras


sekitar. untuk mendapatkan sesuatu.

2. Lebih percaya diri. 2. Jika melakukan kesalahan,


kebanyakan orang tidak akan terlalu
3. Mendapat perlakuan khusus memperdulikan kesalahan nya.

3. Selalu dianggap hanya mengandalkan


paras wajah.

Penjelasan dampak positif :

a. Lebih mudah diterima masyarakat sekitar

Menurut Charlotte Rampling, aktris senior yang sohor dengan film “45 Years” (2015)
pada jurnal Huffington Post. “Jika Anda cantik, pintu terbuka untuk Anda; orang tersenyum
pada Anda; Anda diterima di tempat-tempat yang tidak bisa dimasuki orang lain.” Ini berarti
mereka yang memiliki paras menarik akan lebih mudah diterima sekitar karna kecantikan
atau ketampanan nya.

b. Lebih percaya diri

Mereka yang mendapatkan beauty privilege akan lebih percaya diri karena selalu
mendapat pujian juga dukungan dari orang – orang sekitar. Sehingga percaya diri mereka
akan jauh lebih baik dari pada yang tidak mendapat beauty privilege.

c. Mendapat perlakuan khusus

Dikutip studi Markus & Rosenblat (2006) menyebutkan, bahwa beauty privilege merupakan
tiket emas untuk mencapai puncak karier, sehingga mendapat kemudahan untuk mendapat
upah lebih baik, atau minimal lolos di proses wawancara kerja.

Penjelasan dampak negatif :

a. Dianggap tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu

Menurut Jurnal Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of


Academic Performance. Para ilmuwan menemukan bahwa kebanyakan orang yang
berpenampilan menawan mempunyai prestasi yang lebih banyak dibandingkan orang yang
punya penampilan kurang menarik. Maka dari itu mereka dianggap tidak perlu bekerja keras
untuk mendapatkan sesuatu.

b. Jika melakukan kesalahan, kebanyakan orang tidak akan terlalu memperdulikan


kesalahan nya

Dilihat dari salah satu kasus tersangka pembunuhan di Colorado AS, Isabella
Guzman mendapat dukungan karena wajahnya yang rupawan. Media di Indonesia
menerbitkan artikel dengan tajuk yang memuat diksi “cantik” demi mengafirmasi daya tarik
fisik Guzman, alih-alih menonjolkan kasus kejahatannya.

c. Selalu dianggap hanya mengandalkan paras wajah

Banyak dari mereka yang memiliki fisik lebih menarik melakukan sebuah pencapaian,
banyak orang yang justru menganggap pencapaian nya adalah hasil dari memiliki paras
menarik. Padahal dibalik itu ia telah berusaha keras untuk mendapatkan keberhasilan. Meski
memang terkadang jalan menuju keberhasilan nya lebih terbuka lebar karna memiliki fisik
menarik, namun dia juga tetap melakukan kerja keras untuk mendapatkannya.

Sama hal nya dengan mereka yang tidak mendapatkan beauty privilege. Terdapat dua dampak,
yakni dampak positif dan negatif. Berikut tabel perbandingan dampak positif dan negatif bagi
mereka yang tidak mendapatkan privilege.
Dampak Positif Dampak Negatif

1. Kemampuan dapat lebih terlatih dan 1. Harus bekerja lebih keras dari pemilik
terasah. privilege.

2. Terbentuk jiwa manusia yang 2. Tidak mendapat keistimewaan seperti


berkualitas baik dan berintegritas. para pemilik privilege.

Penjelasan dampak positif :

a. Kemampuan dapat lebih terlatih dan terasah

Saat para pemilik privilege mendapatkan pencapaian tanpa perlu bekerja terlalu keras,
mereka yang tidak mendapat privilege otomatis akan bekerja lebih keras. Sehingga,
keamampuan mereka dapat lebih terasah dan terlatih menjadi lebih baik dari pemilik
privilege.

b. Terbentuk jiwa manusia yang berkualitas baik dan berintegritas

Dikarenakan seringnya terjadi diskriminasi sosial, mereka yang tidak mendapat beauty
privilege akan lebih berusaha untuk menjadi manusia yang berkualitas baik dan
mempunyai integritas agar dapat bersaing dengan para pemilik beauty privilege.

Penjelasan dampak negatif :

a. Harus bekerja lebih keras dari pemilik privilege


Mengutip dalam beberapa studi (Dipboye et al, 1977; Cash et al, 1977; Watkins dan
Johnston, 2000), daya tarik seseorang dapat mempengaruhi proses pekerjaan. Hal ini
berarti mereka yang tidak mendapatkan beauty privilege harus bekerja lebih keras untuk
mendapatkan sesuatu.

b. Tidak mendapat keistimewaan seperti para pemilik privilege

Menurut salah seorang selebriti Indonesia, Jefri Nichol. Bahwa mereka yang tidak
mendapatkan beauty privilege sering mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari
orang sekitar, sering dinomor duakan, dan mendapat stigma negatif. Bahkan ada yang
sampai di-bully, hanya karna memiliki fisik yang menurut mereka kurang menarik.

1.3 Cara menyikapi Beauty Privilege

Banyak cara dalam menyikapi beauty privilege, berikut diagram mengenai cara menyikapi
beauty privilege.
Merubah pola pikir
14
12 Menyuarakan pendapat
10 mengenai ketidakadilan
Berpikir bahwa cantik tidak
8 selalu fisik, tetapi attitude juga
6 Lebih percaya diri
4
Mencintai diri sendiri apapun
2 kekurangan nya
0 Menerapkan pemikiran bahwa
cantik/tampan tidak selalu baik

a. Merubah pola pikir

Merubah pola pikir menjadi lebih positif adalah hal utama dalam menyikapi beauty
privilege. Seseorang yang mempunyai beauty privilege tidak harus menolak atau membenci
apa yang dia miliki, karena itu adalah pemberian dari Tuhan. Perlu diingat juga bahwa kita
semua tidak bisa memilih untuk lahir dengan paras seperti apa. Asalkan tidak membuat orang
tersebut sombong, merasa lebih baik dari orang lain karena kecantikan atau ketampanannya,
dan bahkan merasa superior hingga bisa melakukan apapun. Dari sini kita bisa belajar untuk
lebih menerima segala hal yang telah diberikan dan tidak menyalahgunakan kelebihan untuk
merendahkan orang lain.

b. Menyuarakan pendapat mengenai ketidakadilan

Adanya beauty privilege, secara tidak sadar telah menyelewengkan Hak Asasi Manusia
untuk mendapatkan perlakuan yang sama, baik di mata hukum, maupun dalam mendapatkan
pelayanan publik. Hal itu juga sangat tidak sesuai dengan sila ke 5 dalam pancasila yang
berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dengan adanya kenyataan hidup
yang begitu keras dalam masyarakat. Sehingga banyak orang yang memplesetkan bunyi sila ke
5 tersebut menjadi “Keadilan sosial bagi rakyat yang good looking”. Maka dari itu kita bisa
melakukan pergerakan untuk menyuarakan pendapat mengenai ketidakadilan dalam
fenomena beauty privilege. Sehingga diharapkan masyarakat bisa menggunakan privilege
secara bijak tanpa perlu mengelompokan seseorang menjadi kelompok superior maupun
kelompok inferior.

c. Berpikir bahwa cantik tidak selalu fisik, tetapi attitude juga

Definisi cantik itu tidak selalu mengenai fisik, attitude juga merupakan hal yang sangat
perlu diperhatikan. Coba bayangkan jika kita hanya mempunyai paras yang cantik, namun
sikap kita berbanding terbalik, bukankah sangat ironis? Kecantikan yang kita miliki tentu akan
sia - sia. Karena dimanapun kita berada jika sikap kita buruk, maka kita tidak akan dapat
diterima di lingkugan tersebut.
d. Lebih percaya diri

Dengan meningkatkan kepercayaan diri, maka kita bisa terhindar dari pandangan negatif
beauty privilege. Meskipun kita tidak pernah mendapatkan privilege dari sekitar, namun kita
bisa membuat privilege kita sendiri. Dengan berusaha dan bekerja keras untuk mencapai
segala mimpi, hingga semua dapat terwujud. Maka secara tidak sadar kita telah menciptakan
privilege kita sendiri. Namun, jangan sampai kita terlena hingga merendahakan orang lain di
sekitar kita.

e. Mencintai diri sendiri apapun kekurangan nya

Insecurity bisa muncul ketika kita membandingkan diri dengan yang lain. Rasa insecure ini
muncul saat kita melihat orang lain dan mulai berpikir bahwa orang lain lebih baik daripada
kita. Padahal perlu diingat bahwa kita itu sempurna untuk diri kita masing – masing. Apapun
yang ada di dalam diri kita itu indah. Orang lain bisa berpendapat akan diri kita, namun kita
juga berhak untuk mengabaikan segala perkataan nya jika dirasa dapat menimbulkan rasa
insecure. Sejatinya kecantikan itu ada dalam pribadi masing-masing. Semua standar ini hanya
soal waktu dan tempat, yang artinya semua ini adalah hal-hal yang tidak baku.
Semua privilege ini asalnya adalah dari cara pola pikir kita dan lingkungan sosial yang
membentuk. Cara mengubahnya pun tentu dengan merubah pola pikir kita untuk menghargai
perbedaan dan bangga atas apa yang kita punya. Jadi mulailah untuk mencintai dirimu sendiri.

f. Menerapkan pemikiran bahwa cantik/tampan tidak selalu baik

Menjadi cantik atau tampan memang didambakan banyak orang, tak jarang produk
kecantikan hingga operasi kecantikan digandrungi mereka yang ingin terlihat lebih menarik.
Namun apakah terlihat menarik merupakan kunci dari segala hal? Dalam studi berjudul
“Judging a Book by Its Cover: Beauty and Expectations in a Trust Game” oleh Rick Wilson dan
Catherine Eckel menemukan istilah baru yang disebut ‘ beauty penalty’ , yaitu sebuah
penalti yang didapatkan oleh orang-orang yang terlihat menarik setelah gagal memenuhi
ekspektasi dari lingkungan sosial kepada mereka. Hal tersebut dapat disebabkan karena
ekspektasi - ekspektasi yang orang berikan kepada mereka biasanya terlalu tinggi. Maka dari
itu bisa disimpulkan bahwa menjadi cantik/tampan itu tidak selalu baik.

PENUTUP

Banyak masyarakat yang masih memandang negatif mengenai beauty privilege. Dari data –
data di atas dapat di simpulkan jika faktor utamanya adalah karna kebanyakan dari mereka yang
tidak mendapatkan beauty privilege mengalami diskriminasi sosial. Contohnya, mereka yang
mempunyai bakat terkalahkan oleh mereka yang hanya mengandalkan fisik semata. Lalu apakah
ini semua salah mereka yang mendapatkan privilege? Jawaban nya tidak. Perlu kita ingat bahwa
penyalahgunaan privilege bukan sepenuhnya kesalahan mereka yang memilikinya. Terkadang
justru mereka yang memberikan privilege lah yang membuat isu tersebut terkesan negatif.
Ironisnya segelintir orang yang merasa insecure justru menyalahkan mereka yang mempunyai
privilege. Faktor lainnya adalah adanya rasa tidak percaya diri dan disepelekan orang lain.
Privilege juga membawa dampak buruk bagi mereka yang mendapatkan nya, diantaranya adalah
selalu dianggap tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu, jika melakukan kesalahan
kebanyakan orang tidak akan terlalu memperdulikan kesalahan nya sehingga mereka menjadi
tidak merasa bersalah, juga selalu dianggap hanya mengandalkan paras wajah. Cara menyikapi
privilege terbagi atas beberapa poin yaitu, merubah pola pikir, menyuarakan mengenai
ketidakadilan, berpikir bahwa cantik tidak selalu tentang fisik, percaya diri, mencintai diri sendiri
apapun kekurangan nya, dan yang terakhir menerapkan pemikiran bahwa menjadi
cantik/tampan tidak selalu baik.

Privilege memang terkesan tidak adil. Maka dari itu sebaiknya masyarakat dapat merubah
pola pikir mengenai privilege menjadi lebih positif. Karena mereka yang mendapatkan privilege
pun tidak selalu merasa bahagia. Menjadi cantik atau tampan terkadang membutuhkan effort
lebih untuk bisa memenuhi ekspetasi orang lain terhadap dirinya sendiri. Privilege tidak
selamanya negatif. Privilege bisa membawa dampak positif bagi kedua belah pihak. Mereka
yang mendapatkan privilege dapat menggunakan sebaik mungkin hak istimewa yang mereka
dapatkan dari orang lain. Sedang mereka yang tidak mendapatkan privilege bisa lebih mengenal
dirinya sendiri dan mengasah bakat agar dapat bersaing dengan mereka yang memiliki privilege.
Baik buruknya privilege tergantung bagaimana pandangan kita terhadap isu tersebut. Maka
berpikir lebih positif tentunya akan membawa dampak yang positif pula untuk diri sendiri juga
lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Anjani, Rahmi (2011). Riset: Wanita Cantik & Pria Tampan Lebih Produktif [Online].
Tersedia : https://wolipop.detik.com/work-and-money/d-1767121/riset-wanita-cantik--pria-tampan-
lebih-produktif [14 November 2011]

Bogner, Elizabeth (2011). 13 Economic Facts About Beautiful People [Online].


Tersedia : https://www-businessinsider-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.businessinsider.com/beauty-pays-daniel-hamermesh-2011-
10?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&amp&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh=16128521093525
&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2
F%2Fwww.businessinsider.com%2Fbeauty-pays-daniel-hamermesh-2011-10 [07 Oktober 2011]

Fard, Saeid (2020). The Greatest Privilege We Never Talk About: Beauty [Online].
Tersedia : https://medium.com/@sfard/the-greatest-privilege-we-hardly-talk-about-beauty-
7db3f70c1116 [6 Juli 2020]

Hamida, Wanda (2021). Beauty Privilege: Hak Istimewa untuk si Good Looking [Online].
Tersedia :https://ibtimes.id/beauty-privilege-bentuk-pelanggaran-ham/ [24 Januari 2021]

Harahap, Anindi (2019). Tentang “Privilege” dan Nasib Kesuksesan Seseorang [Online].
Tersedia : https://blog.kredivo.com/tentang-privilege-dan-nasib-kesuksesan-seseorang/ [22 Maret
2019]

Kamilah, Nur (2020). Beauty Privilege di Tempat Kerja, Beneran Ada? [Online].
Tersedia : https://gensindo.sindonews.com/berita/2176/1/beauty-privilege-di-tempat-kerja-
beneran-
ada?_gl=1*13vs88m*_ga*R05kdTN1eE1rdUZ6VGhNR0JiZVlQT250LUwwekRXaGJoczJuWWhvOEZMb
TVxNjhTRGJ6UEQ4U3VnYnRRa0VUMQ [21 Maret 2020]

Mobius, Markus M. dan Tanya S. Rosenblat (2005). Why Beauty Matters [Online].
Tersedia : http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:3043406 [24 Juni 2005]

Muhajir, Chamid N. dan Adinda (2020). Beauty Privilege, Keistimewaan bagi Si Rupawan [Online].
Tersedia : https://fresh.suakaonline.com/beauty-privilege-keistimewaan-bagi-si-rupawan/ [3
Oktober 2020]

Rahmadini, Siti Zahra (2020). Mengenal Lebih Dekat "Beauty Privilege" di Era 4.0 [Online].
Tersedia : https://www.kompasiana.com/arasseo/5e534088d541df4a9c3c4b64/mengenal-lebih-
dekat-beauty-privilege-di-era-4-0 [24 Februari 2020]

Scania, Haryn. “Keutamaan Kecantikan Bagi Masyarakat Joseon (1392 – 1897).” Skripsi S1.
Universitas Indonesia, 2016.

Shofana, Nida Ulya (2020). Beauty Privilege [Online].


Tersedia : https://lpminvest.com/2020/12/beauty-privilege/ [11 Desember 2020]

Stossel, John dan Frank Mastropolo (2007). The Privilege of Being Beautiful [Online].
Tersedia : https://abcnews.go.com/2020/story?id=2622184&page=1 [27 April 2007]

Yolanda, Rania (2020). Beauty privilege, Keistimewaan bagi si rupawan [Online].


Tersedia : https://www.economica.id/2020/04/20/beauty-privilege-keistimewaan-bagi-si-rupawan/
[20 April 2020]
PROFIL PENULIS

Shefira Nadia Aulia Setiadi lahir dan besar di Bandung. Perempuan yang lahir di tanggal
11 April 2005 ini merupakan seorang pelajar di SMAN 11 Bandung. Perempuan yang sering
disapa Shefira ini memiliki passion dalam menulis sebuah karya sastra. Beberapa karyanya
telah mengikuti lomba tingkat nasional. Ia ingin terus mengembangkan karya nya agar lebih
baik sehingga kelak dapat dikenal oleh banyak orang.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai