Anda di halaman 1dari 10

BAB I

ANALISA JURNAL DENGAN JUDUL


Kejang demam: Pedoman Praktek Klinis untuk Jangka panjang Manajemen
Anak Dengan Kejang demam Sederhana

A; Latar Belakang Pemilihan Jurnal

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kejang demam umumnya


terjadi pada anak yang berumur dibawah 5 tahun, adapun yang menyebutkan
bahwa kejang demam juga mengakibatkan gangguan tumbuh kembang pada
anak. Pada beberapa kasus kejang demam sederhana di bangsal Menur di
Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten banyak terjadi pada anak
berumur 2 sampai 3 tahun. Dengan adanya analisis jurnal yang berjudul
Kejang demam: Pedoman Praktek Klinis untuk Jangka panjang Manajemen
Anak Dengan Kejang demam Sederhana diharapkan dapat memberikan
jawaban kepada perawat, khususnya bagi mahasiswa praktikan di Rumah
Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, terhadap manfaat jangka panjang kdari
kejang demanm sederhana.
B; Latar Belakang Penelitian
Kejang demam adalah gangguan kejang yang paling umum pada masa
kanak-kanak, yang mempengaruhi 2% sampai 5% anak-anak usia antara 60
bulan. Kejang demam sederhana didefinisikan sebagai kejang umum yang
singkat (15 menit) terjadi selama sekali selama periode 24 jam pada anak
yang ridak demam yang tidak memiliki infeksi cranial, gangguan
metabolisme, atau sejarah demam tanpa demam. Pedoman ini (revisi dari
tahun 1999 American Academy of parameter praktek Pediatric) dan sekarang
disebut pedoman praktik kinis. Hal ini dirancang untuk membantu dokter
spesialis anak dengan menyediakan suatu kerangkan analitik untuk
Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 1

mengambil keputusan mengenai intervensi terapeutik mungkin dalam


populasi pasien. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mengganti penilaian klinis
atau menetapkan protocol untuk semua pasien dengan gangguan ini.
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan
pada kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan
kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38C) yang
disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika
anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Dari penelitian, kejadian
kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya dari
100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang
demam terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 1723 bulan. Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat
mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita
tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan
anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat dalam menangani
kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar adalah disebabkan
karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani (Ike Mardiati
Agustin, 2008).

BAB II
Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 2

RESUME JURNAL
A; Nama Peneliti

Elizabeth S. Hodgson, MD, Chairperson, Gordon B. Glade, MD, Norman


B; Tujuan Penelitian
1; Mengoptimalkan pemahaman praktisi dasar ilmiah untuk menggunakan

atau menghindari perawatan ditujukkan untuk anak-anak dengan kejang


demam sederhana
2; Meningkatkan kesehatan anak-anak dengan kejang demam sederhana
dengan menghindari terapi dengan potensi tinggi untuk efek samping dan
tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki kesehatan anak-anak
dalam jangka panjang.
3; Mengurangi biaya dengan menghindari terapi yang tidak akan terbukti
meningkatkan kesehatan anak-anak dalam jangka panjang dan
4; Membantu praktisi mengedukasi perawat tentang resiko rendah yang
terkaid dengan kejang demam sederhana.
C; Metode
Mengumpulkan semua anggota untuk mengumpulkan kembali Sub-komite
untuk kejang demam yang terdiri dari pendapat tentang sumber informasi
untuk merekomendasi pedoman praktek.
D; Hasil
Subkomite telah menetapkan bahwa kejang demam sederhana adalah
peristiwa jinak dan sering terjadi pada anak antara usia 6 sampai 60 bulan.
Hampir semua anak memiliki prognosis yang sangat baik. Komite
menyimpulkan bahwa meskipun ada bukti baik terapi antiepilepsi terusmenerus fenobarbital, primidone, atau asam valproik dan terapi intermiten
dengan diazepam oral efektif dalam dalam mengurangi risiko kekambuhan,
toksisitas potensial yang terkait dengan obat-obatan antiepilepsi lebih besar
dari risikonya relatif kecil yang terkait dengan sederhana demam kejang.
Dengan demikian, terapi jangka panjang tidak dianjurkan.
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
A; Korelasi Jurnal
1; Hasil
Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 3

Subkomite telah menetapkan bahwa kejang demam sederhana adalah


peristiwa jinak dan sering terjadi pada anak antara usia 6 sampai 60 bulan.
Hampir semua anak memiliki prognosis yang sangat baik. Komite
menyimpulkan bahwa meskipun ada bukti baik terapi antiepilepsi terusmenerus fenobarbital, primidone, atau asam valproik dan terapi intermiten
dengan diazepam oral efektif dalam dalam mengurangi risiko kekambuhan,
toksisitas potensial yang terkait dengan obat-obatan antiepilepsi lebih besar
dari risikonya relatif kecil yang terkait dengan sederhana demam kejang.
Dengan demikian, terapi jangka panjang tidak dianjurkan.
2; Hubungan Hasil Penelitian dengan Kondisi Riil di Klinis atau di Lapangan
Kasus bulan September 2012 di bangsal Aster di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto terdapat pasien dengan
diagnosa kejang demam sederhana. Tindakan di Rumah Sakit yang diberikan
dengan terapi non farmakologi adalah buka semua pakaian anak, Posisi
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lambung, berikan minuman
yang banyak, memberikan kompres, mengawasi anak dengan teliti dan hatihati, membebaskan jalan nafas, Sedangkan terapi farmakologi adalah
memonitor pernafasan dan denyut nadi, mengusahakan suhu badan agar tetap
stabil, monitoring untuk kelainan metabolic dan elektrolit pemberian obat anti
kejang, antikonvulsan dan antipiretik.
Dari hal tersebut berkesinambungan dengan jurnal yang diangkat yaitu
Kejang demam: Pedoman Praktek Klinis untuk Jangka panjang Manajemen
Anak Dengan Kejang demam Sederhana.
B; Perbandingan Isi Jurnal dengan Teori dan Penelitian Lain
Ada beberapa penelitian yang mendukung hasil penelitian dari AAP. Menurut
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) (2009) menunjukkan bahwa
manajemen anak pada diagnose kejang demam sederhana adalah dengan cara
penatalaksanaan saat anak kejang dan pemberian dosis obat Hal ini juga
didukung dengan hasil penelitian dari American Academy of Pediatrics,
Steering Committee on Quality Improvement and Management. Classifying
recommendations for clinical practice guidelines, (2004). bahwa kejang
demam sering terjadi pada anak antara usia 6 sampai 60 bulan.
1; IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) (2009)

Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 4

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh
untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak
tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan
tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal
kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun
jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang
karena sebab lain (kejang yang tidak disebabkan oleh demam) akan
berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh saja dan
dapat terjadi berulang.
Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk
mencegah luka.
Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda
yang keras atau tajam
Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah
dapat mengalir keluar dari mulut
Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan
lidahnya sendiri.
a;

Pemberian obat Antipiretik


Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko

terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa


antipiretik tetap dapat diberikan:
; Dosis Parasetamol yang digunakan adalah 10 -15mg/kg/kali diberikan 4
kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
;

Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari

b;

Antikonvulsan
Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat

demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu


pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu
>38,5oC.

Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 5

2; American Academy of Pediatrics, Steering Committee on Quality


Improvement and Management. Classifying recommendations for clinical
practice guidelines, (2004).
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak
mengalami demam akibat proses di luar intrakranial tanpa infeksi system
saraf pusat. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat
menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Kejang demam dapat dibedakan atas:
;

Kejang Demam Sederhana, yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung


kurang dari 10 menit dan tidak berulang dalam 24 jam

Kejang Demam Kompleks, yaitu kejang pada salah satu lengan/tungkai


saja (kejang fokal) yang berlangsung 10 menit, dan berulang dalam 1 hari
atau selama demam berlangsung.
Pemberian obat secara terus-menerus dilihat dari keadaan klien adalah:

a; Profilaksis intermitten Untuk mencegah terulangnya kejang kembali


dikemudian hari, pasien yang menderita kejang demam sederhana
diberikan obat campuran antikonvulsan (diazepam) dan antipiretika, yang
harus diberikan kepada anak bila disertai demam lagi. Pemberian
diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset
demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi
berulangnya kejang demam yang berat. Namun, edukasi orang tua
merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan
antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali
tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif
karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat
diberikan. Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat
menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.
Pemberikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam saat demam atau
diazepam rektal 0,5.
b; Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis
terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah pasien untuk mencegah
terulangnya kejang dikemudian hari. Efektivitas profilaksis dengan
Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 6

fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas,


hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh.
Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk
mencegah berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah
berulangnya kejang demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas
(kerusakan hati, terutama pada anak berusia < 3 tahun), trombositopenia
(menurunnya jumlah keping darah yang berfungsi dalam pembekuan
darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang merupakan kelenjar
penting dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat penggunaan
asam valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang
demam.
;

fenobarbital : 5 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis

fenotoin : 2- 8 mg/ kg BB/ 24 jam 2 3 dosis

klonazepam : indikasi khusus (Diberikan sampai 2 tahun bebas kejang


atau sampai umur 6 tahun.

C; Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


1; Kelebihan

Jurnal ini menyebutkan hal yang melatarbelakangi pemilihan judul, tujuan,


metode, hasil dan manfaat serta pembahasan mengenai manajemen dengan
teori yang sudah ada dan penelitian sebelumnya yang serupa.
2; Kekurangan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain tidak
menyebutkan asal penelitian.

BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedoman praktek klinis untuk
jangka panjang manajemen anak dengan kejang demam sederhana

bahwa

meskipun ada bukti baik terapi antiepilepsi terus-menerus fenobarbital, primidone,


atau asam valproik dan terapi intermiten dengan diazepam oral efektif dalam
Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 7

dalam mengurangi risiko kekambuhan, toksisitas potensial yang terkait dengan


obat-obatan antiepilepsi lebih besar dari risikonya relatif kecil yang terkait dengan
sederhanademam

kejang.

Dalam

situasi

dimana

kecemasan

orang

tua

berhubungan dengan demam yang parah, diazepam oral intermiten pada awal
penyakit demam kejang sederhana mungkin efektif dalam mencegah kekambuhan.
Meskipun antipiretik dapat meningkatkan kenyamanan anak, mereka tidak akan
mencegah kajang demam.
Manfaat yang efektif yaitu mencegah kejang demam berulang yang tidak
berbahaya dan tidak signifikan meningkatkan risiko untuk pengembangan epilepsi
masa depan akan tetapi efeksamping hepatoksisitas fatal termasuk langka
terutama pada anak-anak muda dari 2 tahun yang berisiko kejang demam,
penurunan Berat Badan, adanya gangguan pencernaan, pancreatitis dengan asam
valproik dan hiperaktif, mudah marah, lesu, gangguan tidur dan reaksi sensitivitas
dengan fenobarbital, kelesuhan, mengantuk, dan ataksia untuk diazepam
intermediet serta resiko tersembunyi infeksi systemsaraf pusat berkembang.

BAB VI
KESIMPULAN
Tingkat kekambuhan kejang demam sederhana dalam jangka panjang tidak
ada efek samping yang telah terindentifikasi. Karena resiko yang terkait dengan
kejang demam sederhana selain kekambuhan yang begitu rendah karena jumlah
anak yang mengalami kejang demam dalam beberapa tahun pertama sangat tinggi

Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 8

untuk menjadi seimbang tetapi terapi masih sangat rendah terapi akan diusahakan
atau diusulkan dalam resiko dan efek samping yang mudah dan sangat efektif.
1; Mengoptimalkan pemahaman praktisi dasar ilmiah untuk menggunakan

atau menghindari perawatan ditujukkan untuk anak-anak dengan kejang


demam sederhana
2; Meningkatkan kesehatan anak-anak dengan kejang demam sederhana
dengan menghindari terapi dengan potensi tinggi untuk efek samping dan
tidak ada kemampuan yang didemonstrasikan untuk meningkatkan jangka
panjang.
3; Mengurangi biaya dengan menghindari terapi yang tidak akan terbukti
meningkatkan kesehatan anak-anak dalam jangka panjang dan
4; Membantu praktisi mengedukasi perawat tentang resiko rendah yang
terkaid dengan kejang demam sederhana.

DAFTAR PUSTAKA
1; Chang YC, Guo NW, Huang CC, Wang ST, Tsai JJ. Neurocognitive
attention and behavior outcome of school age children with a history of
febrile convulsions: a population study. Epilepsia.2000 diakses pada
tanggal 1april 2012.

Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 9

2; American Academy of Pediatrics, Steering Committee on Quality


Improvement and Management. Classifying recommendations for clinical
practice guidelines. Pediatrics. 2004. Diakses pada tanggal 1 april 2012
3; American Academy of Pediatrics, Committee on Drugs. Acetaminophen
toxicity in children. Pediatrics. 2001 Diakses pada tanggal 1 april 2012.
4; IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) (2009) Diakses pada tanggal 30
maret 2012 di
http:/jurnal%20anak/Kejang%20demam/articles. Dedication to the health
of all Indonesia children.asp.htm
5; Kania, Dr. Nia SpA., MKes (2009) diakses pada tanggal 31 maret 2012 di
http:/jurnal%50anak/Kejang%50demam//sederhana%/anak/articles.htm
6; Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT.
Sagung Seto: Jakarta.
7; Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit

Yang Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.

Jurnal Kejang Demam Pada Anak || SUHAINI S.Kep

Page 10

Anda mungkin juga menyukai