Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN PTK


“Pendidikan Dan Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi Dan
Pembangunan”

KELOMPOK 5

NURHASANAH 16138153
FAKHRUL ROSAL 16138138

Dosen:
Dr. Ambiyar, M.Pd
Dr. Azwar Inra, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai

“Pendidikan Dan Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi Dan Pembangunan”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memenuhi tugas mata

kuliah Landasan Ilmu Pendidikan PTK.

Dalam penulisan laporan makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat

ridho dari Allah SWT, dihitung sebagai ibadah dan memperoleh balasan yang

setimpal. Penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran dari pembaca

demi kesempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir kata penulis berharap makalah

ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….….…. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….….…... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………..…. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………..… 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………….... 3

BAB II

A. Pendidikan …………………………………………...……………………....3
B. Perubahan Sosial Budaya ……………………………...…..……………...…8
C. Modernisasi Dan Pembangunan ……………………...……..…………...…14
D. Arah Perubahan Sosial Dan Budaya ………………………………….….....18
E. Teori Perubahan Sosial Dan Budaya ………………………………....…….20
F. Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan Kejuruan….…….22
G. Dampak Modernisasi Terhadap Pendidikan Kejuruan ……………….….....24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan lahir seiring dengan keberadaan manusia, bahkan dalam

proses pembentukan masyarakat pendidikan ikut andil untuk menyumbangkan

proses-proses didalam kehidupan bermasyarakat. Melalui pewarisan

kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan hadir dalam

bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat

setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-

proses perubahan tatanan kehidupan bermasyarakat dalam rangka

mengembangkan kemajuan peradabannya.

Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami

dinamika perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi merupakan faktor dominan yang telah membentuk eksistensi

pendidikan manusia. Penggunaan alat dan sarana kebutuhan hidup yang

modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap manusia untuk

menghasilkan nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi

terhadap tatanan kehidupan sosial budaya. Dalam hal ini, pendidikan menjadi

instrumen kekuatan sosial masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem

pembinaan anggota masyarakat yang relevan dengan tuntutan perubahan

zaman.
Melihat hubungan antara pendidikan dan dinamika sosial budaya,

maka penulis berusaha menerapkan analisis ilmiah untuk memahami

fenomena pendidikan dalam hubungannya dengan perubahan sosial-

kebudayaan, modernisasi dan pembangunan serta kaitannya dengan bidang

pendidikan teknologi kejuruan.

B. Rumusan Masalah

1. Pendidikan.

2. Perubahan sosial budaya.

3. Modernisasi dan pembangunan.

4. Arah perubahan sosial budaya.

5. Teori-teori perubahan sosial budaya.

6. Keterkaitan antara pendidikan, perubahan sosial budaya, modernisasi dan

pembangunan dengan bidang pendidikan teknologi kejuruan.

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu pendidikan.

2. Mengetahui perubahan sosial budaya.

3. Mengetahui tentang modernisasi dan pembangunan.

4. Mengetahui arah perubahan sosial budaya.

5. Mengetahui teori-teori perubahan sosial budaya.

6. Mengetahui keterkaitan antara pendidikan, perubahan sosial budaya,

modernisasi dan pembangunan dengan bidang pendidikan teknologi

kejuruan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu

bangsa. Pendidikan mempunyai peranan penting mempersiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas untuk mampu berkompetisi dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala aspek pendidikan mengandung aspek

dari kebudayaan berupa interaksi sosial masyarakat. Pendidikan sebagaimana

ilmu pengetahuan itu sendiri selalu berubah, berkembang secara progresif.

Sejauh mana pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan itulah sebenarnya

perkembangan suatu bangsa.

Menurut Pannen (2001 : 1) pendidikan digambarkan sebagai suatu

kesatuan yang terdiri dari subsistem-subsistem dan membentuk satu sistem

yang utuh. Sistem pendidikan ini memperoleh input dari masyarakat dan

lingkungan serta akan memberikan output bagi masyarakat dan lingkungan

tersebut.

Sedangkan menurut UU SPN No. 20 Tahun 2003, Pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,

3
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan

intelektual semata, sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya

dan hilangnya identitas lokal dan nasional (Tilaar, 2004). Perubahan yang

global dengan liberalisasi pendidikan sehingga menuntut lembaga pendidikan

untuk mampu menghasilkan kualitas peserta didik yang dapat bersaing secara

kompetitif agar dapat diterima pasar. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan

pasar ini pada akhirnya akan mendorong lembaga pendidikan menjadi lebih

bercirikan knowledge based economy institution. Pendidikan yang hanya

berorientasi untuk mencetak generasi yang bisa diterima pasar secara

ekonomis hanya akan mampu mencetak peserta didik yang berpikir dan

bertindak global sehingga mereka tidak memiliki kecerdasan emosional yang

akhirnya bermuara pada terjadinya krisis moral dari peserta didik.

Dewey (2001:6) mengemukakan: Education, in its broadest sense, is

the means of this social continuity of life. Every one of the constituent

elements of a social group, in a modern city as in a savage tribe, is born

immature, helpless, with out language, beliefs, ideas, or social standards.

Each individual, each unit who is the carrier of the life experience of his

group, in time passes away. Yet the life of the group goes on.

4
Pengertian pendidikan secara luas berarti kelanjutan kehidupan sosial.

Masing-masing dari unsur memilih kelompok sosial, kota modern seperti di

suku yang kejam kehidupannya, lahir belum matang, tidak berdaya, dengan

keluar bahasa, kepercayaan, ide, atau standar sosial. Tiap individu dan setiap

satuan yang membawa pengalaman hidup kelompok masing-masing dan pada

waktu tertentu melampaui batas pengalaman sehingga individu terus dapat

hidup dengan kelompoknya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan pendidikan merupakan suatu

proses, dimana proses tersebut dapat berlangsung dimana dan kapan saja,

tidak hanya dalam lingkungan yang formal seperti di sekolah atau kampus

karena pendidikan tidak hanya sekolah atau kuliah. Perkembangan seseorang

mulai dari kecil, remaja sampai dewasa, di sekolah, di masyarakat dan di

rumah merupakan proses pendidikan yang menyeluruh.

Berdasarkan uraian tersebut pendidikan berfungsi membekali

pengalaman dan keterampilan kepada peserta didik untuk dapat

mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Keadaan

masyarakat yang majemuk akibat perubahan jaman menuntut peserta didik

dapat aktif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Oliva (1984:6) yang mengemukakan bahwa

curriculum can be conceived in a narrow way (as subjects taught) or in a

5
broad way as all the experiences of learners, both in school and out, directed

by the school. Disimpulkan bahwa kurikulum dalam artian sempit merupakan

sebagai pokok mengajar dan arti luas sebagai semua pengalaman belajar, baik

dalam dan keluar sekolah, di bawah pengawasan sekolah sehingga pelajaran

berupaya menciptakan pengalaman belajar bagi siswa perlu mendapat

prioritas yang utama dalam kegiatan pembelajaran.

Landasan sosial budaya pendidikan mencakup kekuatan sosial

masyarakat yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan

perkembangan jaman. Kekuatan tersebut dapat berupa kekuatan nyata dan

potensial yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan dan sosial

budaya seiring dengan dinamika masyarakat. Sehingga kondisi sosial budaya

diasumsikan mempengaruhi terhadap program pendidikan yang tercermin

dalam kurikulum. Hunt (1975) mengemukakan: Study hits base social and

culture from education aims to supply teacher with erudition that deepen

about society and where they alive and to help student teacher to detect that

explanation hits society and culture of vital importance mean to realize about

education problem.

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa kajian mengenai dasar

sosial dan budaya dari pendidikan bertujuan untuk membekali guru dengan

pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat dan kebudayaan di mana

6
mereka hidup dan untuk membantu calon guru untuk mengetahui bahwa

pengertian mengenai masyarakat dan kebudayaan sangat penting artinya guna

memahami tentang masalah pendidikan.

Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan

pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (Tirtarahardja dan

Sulo, 2005:33). Pendidikan merupakan proses pemanusiaan untuk menjadikan

manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, dan manusia

seutuhnya agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi secara penuh dan

mengembangkan budaya.

Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup

bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama anggota

manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Salah satu fungsi dari

sekolah mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam menjalankan fungsi sosial

harus mampu mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa

merubah diri mereka dan merubah masyarakatnya.

Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik sebab

kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan

kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik

secara formal, nonformal, dan informal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan

7
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana

proses pendidikan itu berlangsung (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Pendidikan

jika diabaikan dapat diasumsikan sosial budaya suatu bangsa akan mengalami

kepunahan karena tidak ada proses transfer budaya sehingga tidak ada yang

melestarikan dan mengembangkan budaya.

B. Perubahan Sosial Budaya

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-

perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju

ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan

sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya

perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga

membingungkan manusia yang menghadapinya.

Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat akan menimbulkan

ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat,

sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai dengan

fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa perubahan

sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola

8
budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala

umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu

terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin

mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia

sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu

variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan

kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi,

ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.

Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada

modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.

Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-

sebab ekstern.

Berikutnya Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial

adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam

suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya

nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam

masyarakat.

9
Jadi, dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial

adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam

masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.

Selanjutnya dalam literatur mengenai kehidupan masyarakat dan

kebudayaan beberapa istilah penting selalu muncul sebagai pencerminan

dinamika kehidupan manusia dari dahulu sampai sekarang. Dinamika tersebut

mencerminkan adanya proses perubahan baik yang bersifat lambat, maupun

yang bersifat cepat, yaitu:

 Tipologi Perubahan

a.       Perubahan Siklus dan Linier

1)   Perubahan Siklus

Perubahan-perubahan berpola siklus diterangkan antara lain oleh

Arnold Toynbe, Oswald Spengler, dan Vilfredo Pareto, bahwa

masyarakat berkembang laksana suatu roda, kadangkala naik ke

atas, kadang kala turun ke bawah.

2)   Perubahan Linier

Perubahan berpola linier dianut oleh Comte, Spencer, Durkheim,

Weber, Parsons, dst.,  bahwa kemajuan progresif masyarakat

mengikuti suatu jalan yang linier, dari suatu kondisi ke kondisi lain,

misalnya dari tradisional menjadi modern, dari agraris ke industria.

10
b.      Evolusi dan Revolusi

1)   Evolusi merupakan perubahan yang berangsung secara lambat. 

suatu proses perubahan yang berkelanjutan dari bentuk yang lebih

rendah, lebih sederhana ke bentuk-bentuk yang lebih tinggi, lebih

kompleks.

2)   Revolusi merupakan perubahan yang berlangsung cepat, radikal,

dan/atau menyangkut nilai-nilai dan unsur-unsur yang mendasar.

Revolusi dapat berlangsung dalam kehidupan ekonomi, sosial,

politik, maupun kebudayaan. Dalam kehidupan politik,  revolusi

politik terjadi apabila:  (1) ada keinginan umum, (2) ada

pemimpin, (3) pemimpin tadi dapat menampung aspirasi,  (4)

pemimpin tadi dapat menunjukkan tujuan yang konkrit maupun

yang abstrak paska revolusi, dan (5) ada momentum yang tepat.

Dapat dibayangkan, Revolusi Indonesia pada 17 Agustus 1945,

dapat terjadi karena adanya momentum yang tepat, pembomam

Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang lumpuh.

c.       Perubahan Progresif dan Regresif

Perubahan progresif merupakan perubahan ke arah kemajuan,

sedangkan regresif merupakan perubahan menuju ke arah keadaan

yang lebih buruk (mundur).

d.     Perubahan intended (diinginkan) dan unintended (tidak diinginkan)

11
Perubahan intended merupakan perubahan yang diinginkan atau

direncanakan (planned change), misalnya pembangunan, sedangkan

unintended merupakan perubahan-perubahan  yang tidak diinginkan

(dapat berupa dampak dari suatu perubahan).

 Faktor Penyebab Perubahan

Perubahan sosial budaya itu biasanya terjadi karena adanya

dorongan dari beberapa faktor baik yang berasal dari dalam masyarakat

(internal) maupun yang berasal dari luar masyarakat (eksternal).

a.       Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang

berasal dari dalam masyarakat, misalnya:

1) Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya

penduduk).

2) Konflik antar-kelompok dalam masyarakat

3) Terjadinya gerakan sosial dan/atau pemberontakan

(revolusi) dan

4) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi:

a) Discovery, atau penemuan  ide/alat/hal baru yang belum

pernah ditemukan sebelumnya.

b) Invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada

discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan

12
c) Inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat

baru menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-

alat yang telah ada.

b.      Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang berasal dari luar

masyarakat, dapat berupa:

1)      Pengaruh kebudayaan masyarakat lain,  yang meliputi proses-

proses difusi (penyebaran unsur kebudayaan), akulturasi

(kontak kebudayaan), dan asimilasi (perkawinan budaya)

2)      Perang dengan negara atau masyarakat lain, dan

3)     Perubahan lingkungan alam, misalnya disebabkan oleh bencana.

Kontak langsung antara dua sistem sosial budaya akan

menimbulkan perubahan pada keduanya. Berapa besar perobahan yang

terjadi pada masing-masingnya akan sangat tergantung kepada ukuran

dan prestise relatif dari kedua kebudayaan yang berhubungan

(akulturasi). Kontak ini telah menyebabkan terdapatnya berbagai

persamaan diantara berbagai kebudayaan. 

Berhubungan erat dengan akulturasi ini adalah difusi atau

peminjaman unsur-unsur budaya. Proses peminjaman tidak memerlukan

kontak langsung antara orang-orang dari dua kebudayaan yang berlainan.

Berbagai saluran komunikasi dapat jadi perantara penyebaran gagasan-

gagasan dari berbagai sumber.

13
Perubahan lingkungan fisik seperti adanya banjir, epidemic,

pertambahan penduduk, perobahan iklim, dapat mendorong terjadinya

perobahan sosial budaya. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi, yaitu

kemajuan sosial budaya dapat membawa perubahan pola lingkungan fisik

sebuah sistem sosial budaya.   

Karena Pendidikan sebagai proses penyampaian kebudayaan

(proses of transitting culture), didalamnya termasuk keterampilan,

pengetahuan, sikap-sikap, dan nilai-nilai, serta pola-pola perilaku

tertentu. Maka, pendidikan dengan isi dan cara yang tepat akan dapat

mempercepat proses pengejaran ketertinggalan dan proses inovasi, yang

akan dapat menghasilkan pembangunan yang diingini oleh sebuah sistem

sosial budaya. Pendidikan akan dapat menghasilkan para pembaharu

(inovator), pendukung pembaharuan, dan pelaksana pembaharuan, yang

semuanya diperlukan dalam proses perubahan sosial budaya yang

diingini oleh suatu masyarakat.

C. Modernisasi dan Pembangunan

Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal

dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan

sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks

masa sekarang.  Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti  yang diwariskan

oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut

masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya

14
warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan

organisasi sosial.

Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah

yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social

planning (Soekanto, 2006). Sedangkan Schood dalam Manan (1989:56)

mengemukakan modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah yang

ada dalam aktivitas atau aspek kehidupan masyarakat. Modernisasi

masyarakat mencakup segala aspek kehidupan secara komprehensif seperti

bidang pendidikan, hubungan sosial, sistem hukum, adminisrasi negara,

pertanian, dan informasi.

Menurut Samuel Huntington proses modernisasi mengandung

beberapa ciri pokok sebagai berikut:

1. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana

menuju kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks

2. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan

kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama

proses homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi,

komunikasi dan transportasi.

3. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindarkan

dan tidak dapat dihentikan

15
4. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat

dihindari adanya dampak

5. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner; hanya waktu dan

sejarah yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat

serta dampaknya

Alex Inkeles dan David Smith mengemukakan ciri-ciri individu

modern, sebagai berikut: Memiliki alam pikiran (state of mind) yang terbuka

terhadap pengalaman baru, memiliki kesanggupan membentuk dan

menghargai opini, berorientasi ke depan, melakukan perencanaan, percaya

terhadap ilmu pengetahuan, memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat

diperhitungkan, menghargai orang lain karena prestasinya, memiliki perhatian

terhadap persoalan politik masyarakat, mengejar fakta dan informasi.

Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan

terncana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia seperti

termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah

mencantumkan tujuan pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat

adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia

ini. Berbagai teori tentang pembangunan telah banyak dikeluarkan oleh ahli-

ahli sosial barat, salah satunya yang juga dianut oleh Bangsa Indonesia dalam

16
program pembangunannya adalah teori modernisasi. Modernisasi merupakan

tanggapan ilmuan sosial barat terhadap tantangan yang dihadapi oleh negara

dunia kedua setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Ada dua paradigma  dalam pembangunan  yaitu paradigma

modernisasi dan paradigma ketergantungan. Pokok paradigma modernisasi

adalah:

1. Pembangunan adalah suatu proses yang spontan, tidak dapat dibalikkan

dan menjadi sifat dari masing-masing negara

2. Pembangunan secara tersirat menuju ke differensiasi struktural dan

spesialisasi fungsional

3. Proses pembangunan dapat dibagi menjadi tahap-tahapan yang berbeda,

yang menunjukkan tingkat pembangunan yang dicapai oleh setiap

masyarakat

4. Pembangunan dapat dirangsang oleh persaingan ekstern atau ancaman

militer dan intern serta modernisasi sektor-sektor tradisional

Pokok paradigma ketergantungan adalah sebagai berikut:

1. Rintangan-rintangan yang paling penting bagi pembangunan bukan tidak

adanya modal atau kecekatan kewiraswataan. Hal-hal ini bersifat ekstern

bagi perekonomian yang kurang berkembang

17
2. Proses pembangunan dianalisa dalam arti hubungan antara kawasan-

kawasan, yaitu pusat dan pinggiran

3. Kenyataan bahwa kawasan pinggiran itu kehilangan hak atas surplusnya,

pembangunan di pusat secara tersirat. Berarti keterbelakangan di derah

pinggiran.

Kedua paradigma ini saling berhubungan, contohnya keterkaitan

negara maju dengan negara berkembang. Keharusan pengembangan

pendidikan itu akan membuka pintu untuk menuju ke dunia modern, karena

hanya dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan sosial budaya, yaitu

pengembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian niali-nilai dan sikap-sikap

yang mendukung pembangunan dan penguasaan berbagai keterampilan dalam

menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses pembangunan.

D. Arah Perubahan Sosial Budaya

Manan (1989) mengutarakan arah perubahan sosial budaya,

modernisasi dan pembangunan yang akan dituju oleh semua masyarakat

bangsa-bangsa di seluruh dunia adalah meningkatkan kesejahteraaan atau

kemakmuran yang diingini. Hidup di dunia sekarang dan masa depan,

menuntun penguasaan ilmu dan teknologi. Adapun dampak negatif dari 

perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan adalh sebagai berikut:

18
1. Westernisasi (meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve).

2. Sekularisme (pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan

pandangan hidup yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan

dunia, pada tingkatnya yang lebih ekstrim, sekularisme merupakan

pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya kehidupan dunia

daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham yang tidak

mengakui adanya Tuhan)

3. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk

barang dan jasa daripada membuatnya sendiri)

4. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan

merupakan keperluannya)

5. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau

gengsi tertentu)

6. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam

proses pembangunan, misalnya karena menekankan atau memprioritaskan

daerah atau golongan sosial tertentu

7. Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakan remaja,

prostitusi, dan sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk

menyesuaikan dengan taraf hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan

dan ketrampilan yang memadai (demonstration effect).

19
E. Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya

Ulfiarahmi (2012) menyebutkan ada beberapa teori yang

menghubungkan pengembangan berbagai aspek atau unsur sosial budaya

(nilai, institusi dan kepribadian) dengan kebutuhan pembangunan yang

pencapaiannya akan memerlukan institusi pendidikan. Diantara teori tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Teori orientasi nilai sosial budaya yang dikembangkan oleh Kluckhohn

dan Strodtbeck yang mana dalam teori ini mengatakan bahwa dalam

masyarakat terlihat dimana orientasi nilai-nilai yang menekankan

pandangan waktu yang berorientasi kemasa depan, pandangan terhadap

alam yang menekankan bahwa hukum alam dapat diketahui dan dikuasai,

pandangan bahwa bekerja itu sesuatu yang dapat menimbulkan kerja

yang lebih banyak, pandangan bahwa semua manusia itu sama, semuanya

merupakan orientasi nilai yang telah membawa kemajuan.

2. Teori Pattern yang mana menurut teori ini masyarakat modren adalah

masyarakat yang menganut orientasi nilai yang mengutakan penilaian

berdasarkan achivement atau keberhasilan atau prestasi bukan status.

3. Teori Alisyahbana yang menekankan pengembangan nilai teori dan nilai

ekonomi yang merupakan asperk progresif dari suatu kebudayaan.

4. Selanjutnya teori Max Weber yang mana menurutnya panggilan hidup,

pekerjaan atau karir itu bukanlah suatu kondisi yang ditentukan oleh

20
kelahiran, tetapi merupakan pekerjaan yang dipilih dengan tepat dan

dikerjakan dengna giat, harus dipilih sendiri dengan rasa tanggung jawab

keagamaan.

5. Hegen yang mengemukakan teori yang menjelaskan faktor-faktor yang

bersifat motivasi yang mempengaruhi perobahan masyarakat tradisional

menjadi masyarakat modern.

Semua teori yang dikemukakan tersebut berisi tentang nilai-nilai,

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang kondusif untuk merobah

sebuah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modren yang

mencerminkan tuntunan akan perlunya peninjauan dan perubahan sosial

budaya, modernisasi dan pembangunan.

F. Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan Kejuruan

Implikasi dari perubahan suatu system budaya yang dianut dalam

masyarakat mengakibatkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap

nilai-nilai budaya tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan secara nasional.

Sistem pendidikan harus memperhatikan nilai-nilai budaya, karena budaya

yang ada akan menolong terjadinya pembudayaan dalam proses pendidikan

yang diselenggarakan.

Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya

manusia yang terus berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang

paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau

21
perkembangan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa

perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi

dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya adalah pendidikan,

karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal,

informal, maupun non formal (Ulfiarahmi, 2012).

Pendidikan ada karena adanya suatu masyarakat yang berperan di

dalamnya, maka pendidikan dan masyarakat itu memiliki suatu hubungan

yang erat dan ketergantungan. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu

bantuan yang di dalamnya terdapat pengabdian masyarakat sehingga

masyarakat itu semakin berkembang dan maju dengan adanya suatu

pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pematangan dan pendewasaan

masyarakat (Syamsidar, 2015).

Pada zaman sekarang ini ada perubahan sosial yang berjalan begitu

cepat namun ada juga yang berjalan dengan lamban, juga sangat berdampak

pada pendidikan, misalnya dengan bertambahnya penduduk yang cepat maka

perlu disediakan sekolah untuk menampung siswa tersebut, sehingga sarana

pendidikanpun juga harus dibangun lebih banyak. Lalu dengan perkembangan

zaman dan perubahan sosial itu pula kebutuhan masyarakat terhadap

pendidikan guna menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, akan sangat

memerlukan pendidikan guna mempersiapkan masyarakat itu sendiri dalam

menghadapi perkembangan zaman itu (Hanaadhia, 2011).

22
Upaya bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan

mewajibkan pendidikan dasar sembilan tahun adalah satu upaya untuk

mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan yang

terjadi. Seiring dengan berubahnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan

yang mampu membekali diri mereka dengan pengetahuan dan keterampilan

yang nantinya dapat digunakan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata,

maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan orientasi pendidikan

juga akan terjadi.

Jika kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari

berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses

internet yang bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk hal-

hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan banyak kecurangan-kecurangan,

ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan

norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan sosial, karenannya sangat

diperlukan sistem pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia

(masyarakat) untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.

Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan

adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab

tantangan perubahan, juga dampak pada perubahan sistem manajemen

pendidikan yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu akan

peningkatan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menunjuk kepada

pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas.

23
Menurut Ulfiarahmi (2012) perubahan sosial yang terjadi pada suatu

masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan, namun tidak semua

perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan

sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi dunia pendidikan, berikut sisi

positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan :

a. Dampak Positif

Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat

meningkatkan taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga

dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial

tersebut.

b. Dampak Negatif

Sedangkan dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap

pendidikan adalah ketidaksiapan pendidikan menerima perubahan yang

begitu cepat dan drastis, artinya lembaga pendidikan harus lebih siap

dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus

menerus berubah.

G. Dampak Modernisasi Terhadap Pendidikan Kejuruan

Dampak modernisasi terhadap bidang pendidikan ialah dengan

berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang membuat banyak

pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup.

Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana saja,

menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk

24
mengantisipasinya, jika kita tidak siap terhadap perubahan tersebut maka

siapa pun akan tergusur, tetapi tidak jika para ahli pendidikan senantiasa

berinovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi perubahan tersebut, dengan

menggunakan fasilitas teknologi tersebut, maka dampak modernisasi

terhadap pendidikan akan menghasilkan hal yang positif bagi para peserta

didik.

Dampak lainnya modernisasi terhadap bidang pendidikan ialah

terjadinya transformasi pemikiran dalam pendidikan, seiring dengan

perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, pendidikan

juga mengalami perubahan. Hal yang lebih konkrit dari pengaruh

perubahan sosial terhadap pendidikan adalah ketika perubahan sosial

membawa kepada perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka

untuk memenuhi kebutuhan akan hasil teknologi seperti komputer/laptop,

maka ketika seorang anak yang mendapat tugas dari gurunya untuk

membuat karya tulis sederhana yang bahannya tersedia lewat internet,

maka secara langsung dampak modernisasi itu akan dirasakan.

Jika dibandingkan dengan zaman dahulu, dulu untuk mendapatkan

materi pembelajaran disekolah saja kita perlu meminjam buku

diperpustakaan, semua referensi hanya bisa kita dapatkan melalui buku

yang persediaannyapun terbatas. Namun jika dibandingkan dengan zaman

sekarang, untuk mendapatkan materi pembelajaran tidak perlu susah

payah lagi ke perpustakaan meminjam buku, semua materi pembelajaran

25
bisa didapatkan dalam hitungan detik dengan mengakses di intermet dan

tidak perlu susah payah lagi untuk mencatat karena berbagai sumber yang

didapat diinternet itu pun, beberapanya bisa untuk di copy paste.

Dibalik sisi positifnya, ada juga sisi negatifnya. Dampak modernisasi

yang semakin berkembang pesat mengajarkan para peserta didik untuk

bersikap manja. Contohnya saja, semua tugas dari sekolah didapat dengan

cara mengaskes dari internet lalu disalin dengan copy paste. Hal tersebut

sebenarnya bukan salah satu cara untuk mencerdaskan anak bangsa justru

malah akan membodohkan anak bangsa. Bagaimana tidak, jika hal seperti

it uterus dilakukan bagaimana anak tersebut akan memahami materi

tersebut sedangkan guru memberikan tugas agar peserta didik dapat

belajar sendiri dirumah agar lebih paham dengan materi tersebut. Jika

peserta didik terbiasa dengan kebisaan copy paste, anak tersebut tidak

akan mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih mendalam karena anak

tersebut sudah senang dengan terselesaikannya tugasnya dari sekolah

tanpa harus mengkaji materi tersebut kembali. Dibandingkan dengan

peserta didik yang belajar melalui beberapa buku, itu akan lebih baik

karena ketika ia membaca dan semakin sering ia membaca, ingatannya

akan materi tersebut akan lama terekam didalam memori ingatannya.

Jika kita merujuk dampak modernisasi dalam hal pendidikan kejuruan

dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia disekolah untuk

menunjang kegiatan praktek siswa. Contohnya saja di SMKN 6 Padang,

26
beberapa informasi yang saya dapat dari SMK N 6 Padang yaitu SMK N 6

Padang merupakan SMK di bidang pariwisata yang memiliki program

keahlian yaitu Tata Busana, Pariwisata terdiri dari Usaha Perjalanan

Wisata dan Akomodasi Perhotelan, Tata Boga, Teknik Komputer Dan

Informatika, Tata Kecantikan. Jika dilihat dari sarana dan prasarana yang

dimiliki sekolah dalam menunjang kualiatas hasil praktek siswa SMK N 6

Padang memiliki satu unit hotel sekolah atau yang biasa disebut Edotel

yang memiliki kurang lebih 8 kamar, meeting room, restoran, lobby,

laundry, dll. Sarana tersebut sangat membantu siswa dalam kegiatan

praktek karena siswa langsung dapat terjun langsung ke hotel untuk

melakukan kegiatan praktek, sarananya lainnya yang dimiliki sekolah

ialah dimilikinya alat-alat public area yang lengkap dari sekolah mulai

dari yang manual hingga mekanik. jika dibandingkan dengan SMK

Pariwisata yang terkreditasi , memang dari segi sarana dan prasarana

sangat terlihat, seperti peralatan public area nya belum selengkap di SMK

6 Padang dan juga belum memiliki hotel sendiri.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial dan

budaya, modernisasi secara tidak langsung sangat berpengaruh terhadap

pendidikan kejuruan. Dengan melihat perkembangan lembaga pendidikan

yang berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat,

banyak visi sekolah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena disisi

lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti

27
perkembangan dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk

menghadapi masa depan. Jelaslah bahwa perubahan sosial yang terjadi

sangat berdampak pada pendidikan.

Jika dikaitkan dengan bidang kejuruan, kita contohkan pada

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan lembaga

pendidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk memiliki pengetahuan,

keahlian, dan keterampilan yang akan menjadi bekal setelah

menyelesaikan pendidikan. Sehingga lulusan SMK memiliki bekal sebagai

job creator maupun sebagai worker, yang berarti siap memasuki pasar

kerja. Pendidikan Menengah Kejuruan mengantisipasi kondisi ini melalui

penerapan sistem pendidikan dan pelatihan Kejuruan berdasarkan

kompetensi (CBT).

Dengan pemikiran ini, pembahasan tentang peran pendidikan SMK

terhadap perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan

pembangunan akan melibatkan pembahasan SMK sebagai lembaga yang

menyiapkan specific human capital yang berkualitas. Dengan terciptanya

SDM/lulusan yang berkualitas yaitu  lulusan yang cerdas, terampil dan

siap kerja sehingga siap memasuki pasar kerja. Keterserapan para lulusan

yang merupakan output SMK akan meningkatkan produktivitas yang pada

gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui terciptanya

nilai tambah terhadap barang dan jasa yang terdapat dalam dijelaskan

dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anak-

28
anaknya untuk menempuh studi di jenjang SMK. Semakin tinggi tingkat

partisipasi masyarakat, semakin tinggi pula kualitas SDM yang dapat

digunakan dalam pengolahan sumber daya yang tersedia dalam

perekonomian.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan yang terjadi di masyarakat tentunya sangat berpengaruh pada

dunia pendidikan. Masalah-masalah sosial yang muncul ditengah masyarakat

juga dialami dunia pendidikan. Sistem, muatan, proses dan arah pendidikan

perlu ditata ulang dan diatur secara khusus sehingga mampu menjawab

sekaligus bermain di arena perubahan sosial budaya tersebut. Penggunaan alat

dan sarana kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan pola pikir dan

sikap manusia untuk menghasilkan nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas

pengaruh teknologi terhadap tatanan kehidupan sosial budaya. Dalam hal ini,

pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial masyarakat untuk

mengembangkan suatu sistem.

B.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dewey, J. 2001. Democracy and Education. Pennsylvania: Pennsylvania State


University.

Hagen, E. E. 1962. On the Theory of Social Change. Homewood: The Darsey Press.

Hanaadhia (2011). Pendidikan dan Perubahan Sosial, Modernisasi dan Pembangunan.


http://hanaadhia.wordpress.com/2011/01/28/75/. Diakses 05 April 2018.

Hassan, F. 2004. Pendidikan Adalah Pembudayaan Pendidikan Manusia Indonesia.


Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Hunt, M. P. 1975. Foundations of Education Social and Cultural Perspectives. New


York: Hold Rinchars and Winston

Ulfiarahmi (2012) Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.


http://tepenr06.wordpress.com/2012/10/02/pendidikan-perubahan-sosial-budaya-
modernisasi-dan-pembangunan/. Diakses 05 April 2018.

Kartono, K. 1977. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta:


Pradnya Paramita.

Manan, Imran. 1989. Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.

Tilaar, A. R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, U., dan Sulo, S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pannen, P., Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas

Syamsidar. 2015. Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan. Jurnal


Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 2, Nomor 1 Desember 2015 : 83-92. Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. UIN Alauddin Makassar.

Oliva, P.F.1984. Supervision for Todays School. New York: Tomas J. Crowell
Company.

31
32

Anda mungkin juga menyukai