Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDEKATAN SISTEM PTK

“PENDEKATAN MANAJEMEN SISTEM TERHADAP POTENSI


BERWIRAUSAHA MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA UNIVERSITAS NEGERI PADANG”.

OLEH :

Nurhasanah 16138153

DOSEN:

Prof. Ali Imran, M.Pd, MA. Ph.D


Dr. Ridwan, M.Sc. Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
1

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Situasi perekonomian Indonesia saat ini mempunyai dampak yang
berkepanjangan pada dunia usaha khususnya industri. Banyak perusahaan
atau industri yang tidak mampu bersaing, berproduksi dan berkembang
sehingga menjadi terpuruk. Keterpurukan perusahaan atau industri ini
menyebabkan meningkatnya pengangguran di Indonesia. Peningkatan lebih
diperparah lagi oleh banyaknya perusahaan yang melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dengan karyawannya karena mengalami
kebangkrutan. Disamping itu setiap tahun tenaga kerja terdidik yang baru
saja menamatkan studinya muncul sebagai pencari kerja baru yang secara
akumulatif menambah tingginya jumlah pengangguran yang sudah ada.
Meningkatnya jumlah pengangguran, didukung oleh data dari Badan
Pusat Statistik (BPS: 2014), di Indonesia terdapat 9,5% (688.660 orang)
pengangguran yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki
ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu bergelar sarjana. Pengangguran
terdidik (baik berijazah Diploma maupun Strata 1) meningkat dibandingkan
tahun 2013 dengan persentase penganggur lulusan perguruan tinggi sebesar
8,36 persen (619.288 orang) dan pada 2012 sebesar 8,79 persen (645.866
orang). Mengantisipasi kondisi tersebut seharusnya pemerintah, khususnya
pihak perguruan tinggi berupaya lebih mengarahkan program
pendidikannya pada penumbuhan keinginan berwirausaha dikalangan
mahasiswa.
Pada kenyataannya mahasiswa setamatnya masih kesulitan dalam
menciptakan lapangan pekerjaan. Padahal perguruan tinggi seharusnya
menciptakan manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan agar
mampu mandiri setelah menamatkan pendidikannya. Hal tersebut membuat
gelar yang didapat diperguruan tinggi lebih banyak menjadi faktor
pendorong sarjana untuk mencari pekerjaan. Persaingan yang begitu ketat
di dunia industri, menyebabkan banyaknya lulusan perguruan tinggi atau
2

cendikiawan muda yang pengangguran, karena tidak mendapatkan


pekerjaan yang layak (Kasmir, 2009: 2).
Berdasarkan studi awal yang penulis lakukan terhadap mahasiswa
Prodi Pendidikan Tata Boga pada angkatan 2010-2011 diketahui bahwa,
keinginan berwirausaha mahasiswa Pendidikan Tata Boga sudah
tergolong tinggi namun belum terlihat terhadap kesiapan mentalnya. Pada
kenyatannya, masih ada faktor lain yang mempengaruhi keinginan
berwirausaha sulit untuk dijalankan. Hal tersebut antara lain kurangnya
dorongan untuk berwirausaha dari keluarga dan lingkungan dikarenakan
persepsi sebagian orang tua mengangggap pekerjaan menjadi PNS lebih
terjamin ketimbang berwirausaha, belum mampu untuk mengenali
kemampuan diri sendiri sehingga masih bimbang dalam menentukan
pilihan untuk berwirausaha, minimnya materi cenderung menyurutkan
semangat untuk berwirausaha. Padahal tanpa disadari modal utama yang
paling besar adalah dirinya sendiri. Inilah sesuatu yang tak pernah
terpikirkan sama sekali, soft skill yang terdapat di dalam diri merupakan
modal terbesar.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Cici
(2013: 36) tentang profil lulusan mahasiswa jurusan Ilmu Kesejahteraan
Keluarga. Hasil penelitian tersebut menggambarkan hanya sebagian kecil
saja mahasiswa yang berwirausaha atau sebanyak 13% tercatat dari alumni
2008-2012. Selebihnya mereka memilih bekerja di sekolah (50%),
pemerintah (5%), swasta (13%), dan tidak bekerja (20%).
Penilaian potensi diri sangat penting untuk memahami konsep diri
seseorang wirausahawan dan seberapa jauh seseorang tersebut merasa
dirinya perlu memperbaiki diri dan belajar agar lebih baik lagi. Penilaian
potensi diri sendiri berarti memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri
yang tepat, yaitu menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri
sendiri (Agusta, 2014). Penilaian potensi diri dimaksudkan agar seorang
wirausahawan memiliki kesadaran untuk memahami dan mengenali
dirinya serta mampu mengembangkan kemampuannya dengan
3

terbentuknya sikap dan perilaku percaya diri serta prinsip dan tujuan hidup
yang lebih baik (Habsari, 2013).
Menyadari bahwa tingginya pengangguran lulusan perguruan tinggi
merupakan suatu masalah yang belum terselesaikan maka dari itu salah
satu alternative pemecahan masalah tersebut ialah dengan melakukan
pendekatan sistem manajemen sistem di perguruan tinggi.
Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan
masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara
menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem
diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks
sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami
hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan
antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. Konsep sistem juga dapat
diterapkan dalam pengelolaan sumber daya. Suatu unit organisasi yang
diatur dan dioperasikan sebagai sistem, maka dapat dikatakan
sebagai manajemen sistem atau pengelolaan sistem. Masing-masing
bagian dari keseluruhan sistem atau subsistem dipandang sebagai satuan
yang berbeda dan berhubungan atau berkontribusi pada tahap selanjutnya
dalam struktur hirarkis yang terprogram dan dapat diukur (Johnson, Kast
& Rsenzweig., 1973).
Berdasarkan keterangan dan permasalahan yang telah diuraikan
serta mengingat pentingnya berwirausaha maka penulis tertarik untuk
mengangkat makalah tersebut dengan judul “ Pendekatan Manajemen
Sistem Terhadap Potensi Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Tata
Boga Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri
Padang”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka identifikasi masalah
penelitian ini:
4

Keinginan berwirausaha mahasiswa Pendidikan Tata Boga sudah


tergolong tinggi, namun pada kenyataannya tidak mampu untuk
bekerja sebagai wirausaha.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, serta keterbatasan penulis baik dari
segi waktu dan kemampuan maka penulis membatasi masalah pada
pendekatan manajemen system terhadap potensi berwirausaha mahasiswa
Pendidikan Tata Boga Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Universitas
Negeri Padang.
4. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk pelaksanaan managemen
sistem terhadap potensi berwirausaha mahasiswa Pendidikan Tata Boga
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Padang.
B. Kajian Teoritis
Menurut Wiyono (2013) “Potensi dapat diartikan sebagai
kemampuan yang masih terpendam dan siap untuk diwujudkan dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia itu sendiri”. Sementara itu,
menurut Susanti (2012) “Potensi adalah kemampuan yang masih bisa di
kembangkan lebih baik lagi, secara sederhana potensi merupakan
kemampuan terpendam yang masih perlu untuk dikembangkan”.
Pendapat Joseph Schumpeter yang dikutip dari Alma (2013: 22-23)
mengatakan bahwa “Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem
ekonomi dengan memperkenalkan barang atau jasa yang baru.melalui
oraganisasi bisnis baru atau organisasai yang sudah ada”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa potensi
berwirausaha merupakan kemampuan serta kekuatan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan suatu usaha yang belum sepenuhnya terlihat
atau dipergunakan secara maksimal. Pengalaman bisnis dari dini dapat
menjadi potensi utama untuk menjadi wirausaha yang sukses. Potensi diri
perlu dikembangkan dengan cara berusaha dengan keras karena keinginan
5

saja tidak cukup, perlu disertai dengan usaha. Potensi tidak akan
berpengaruh bila tidak berusaha untuk mengembangkan dan
mewujudkanya (Yuyus dan Kartib, 2011: 74).
C. Analisis dan Pemecahan Masalah
Menyadari bahwa tingginya pengangguran lulusan yang berasal
dari perguruan tinggi merupakan suatu masalah yang belum terselesaikan
maka dari itu salah satu alternative pemecahan masalah tersebut ialah
dengan melakukan pendekatan manajemen sistem di perguruan tinggi.
Alasan dipilihnya pendekatan tersebut ialah karna terdapatnya
empat karakteristik yang berlaku dalam manajemen sistem, antara lain: (1)
berorientasi pada tujuan, dimana dilakukan secara terus menerus pada
pencapain tujuan (efektivitas), (2) berorientasi pada sistem secara total,
sebagai strategi kebijakan yang menekankan pada optimalisasi sistem
secara total, (3) berorientasi pada tanggung jawab, karena setiap manager
seharusnya memberikan tugas tertentu dimana input dan outputnya yang
dapat diukur, (4) berorientasi pada perseorangan, karena para pegawai
yang diberi tugas diidentifikasi dengan output (prestasinya diakui dan
dihargai). (Johnson, Kast & Rsenzweig., 1973).
Pendekatan manajemen sistem yang dimaksud disini ialah lebih
menekankan pada upaya perbaikan pendidikan di perguruan tinggi agar
outputnya berkualitas dan mampu berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dilakukan secara terpadu, baik dari segi kualitas tenaga pendidk,
kualitas program, kualitas fasititas, dan kualitas sistem (Unmer, 1994)
Pendekatan managemen sistem disini lebih melihat pendidikan sebagai
suatu kesatuan unit yang hidup di mana terdapat interaksi di dalam dirinya
sendiri. Interaksi yang terjadi tersebut berupa proses belajar mengajar yang
terdapat di kelas. Pendekatan ini memandang interaksi tenaga pendidik dan murid
merupakan faktor pokok dalam pendidikan. Oleh karenanya, perbaikan kualitas
pendidikan hanya akan berhasil kalau ada perbaikan proses belajar mengajar atau
perbaikan dalam bidang keguruan.
Salah salah satu upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik
dimulai dari rekruitmen tenaga pendidik. Rekrutmen tenaga pendidik
6

didasarkan pada pengakuan bahwa hal tersebut adalah pekerjaan


professional. Oleh karena itu tenaga pendidik diperguruan tinggi direkrut
paling rendah tamatan S2 dengan profesi keguruan dua tahun. Sejenis
dengan psikolog, dokter, notaries, bahkan akuntan dan pengacara
(Wahjoetoemo, 1995)
Agar guru lebih professional dalam melakukan tugasnya, setiap
tahun harus diadakan pelatihan professional guru, sehingga wawasan guru
selalu bertambah. Ambil contoh di Jepang setiap tahun guru mengikuti
pelatihan 100 jam, sehingga kualitas guru di sana sangat tinggi. Ditambah
lagi dengan tingginya minat baca guru di Jepang merupakan salah satu
yang tertinggi di dunia. Karena itu agar kualitas guru di Indonesia
meningkat maka di tingkat sekolah diupayakan setiap tahun ada pelatihan
professional guru. Hal tersebut seperti hal nya program MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang ditujukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dilapangan ( Yaniwongtegal, 2003).
Hal selanjutnya yang dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas
pendidik ialah dalam mengenai metode pembelajaran. Sejak dahulu
metode pembelajaran tenaga pendidik pada umumnya selalu berorientasi
dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu arah (one way),
metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan tanpa
mengenyampingkan bahwa tenaga pendidik itu harus menjadi insan yang
patut di tiru. Sudah saatnya kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu
sumber saja yaitu tenaga pendidik, tetapi harus dilakukan berorientai
kepada siswa dan secara multi arah, dengan terjadinya proses interaksi ini
diharapkan akan menstimulir para siwa untuk lebih menumbuhkan tingkat
kepercayaan dirinya, proaktif, mau saling bertukar informasi,
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berfikir kritis, membangun
kerja sama, memahami dan menghormati akan adanya perbedaan pendapat
dan masih banyak harapan positif lainnya yang lahir dari adanya
perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan dihadapkan pada
7

realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami konteks


dalam kehidupan kesehariannya (Gordon Dryden, 2001)
Peran tenaga pendidik disini ialah dalam pemberian pemahaman
teori-teori terkait wirausaha . Mata kuliah yang erat kaitannya dengan
wirausaha yaitu mata kuliah teori dan mata kuliah praktek. Mata kuliah teori
bertujuan mengembangkan budaya wirausaha melalui analisis kebutuhan,
peluang pasar, perencanaan usaha, teknik-teknik marketing, pengembangan usaha
jasa boga dan perlakuan terhadap konsumen. Mata kuliah tersebut seperti
Kewirausahan, Pendidikan konsumen, dan Pelayanan Prima. Mata kuliah praktek
bertujuan untuk mengasah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Adapun
mata kuliah tersebut seperti Bakery, Pastry, Pastry and Art, Gastronomi, Kue dan
Minuman Indonesia, Menghias Kue, Manajement Usaha Boga, Pengelolaan
Usaha Boga, dan Pengembangkan Sumber Daya Masyarakat .
Selanjutnya pembelajaran yang memfokuskan murid sebagai
subyek belajar dan tenaga pendidik sebagai fasilitator sering disebut
dengan student active learning atau yang dulu sering dikenal dengan
CBSA (cara belajar siswa aktif) adalah pola pembelajaran yang
memfokuskan pada kegiatan siswa. Tugas tenaga pendidik adalah sebagai
fasilitator yang merencanakan kegiatan pembelajaran. Ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung, tenaga pendidik bertindak sebagai pemandu
atau mentor, murid melakukan pembelajaran sesuai dengan lembar kerja
yang telah disiapkan. Kalau dikaji secara mendalam sesungguhnya CBSA
mendasarkan pada paradigma baru. Tenaga pendidik dalam metode CBSA
bukan dianggap obyek pendidikan, melainkan sebagai subyek pendidikan.
Sesungguhnya yang penting bukan saja pengetahuan atau keterampilan
akan diperoleh, melainkan juga bagaimana cara memperoleh pengetahuan
atau keterampilan tersebut. Tenaga pendidik bukan merupakan satu-
satunya sumber pengetahuan. Malahan, guru hanya berfungsi sebagai
fasilitator. Apa yang dikemukakan oleh guru masih bersifat
“hypothetical”. Oleh karena itu murid perlu menguji kebenaran apa yang
dikemukakan oleh tenaga pendidik. Hal tersebut secara tidak langsung
8

melatih siswa untuk beerfikir kreatif, inovatif, dan mandiri (Jerome S.


Arcaro, 2005)
Selanjutnya yaitu dengan konten dan kurikulum yang dibuat harus
berbasis pada penciptaan kompetensi siswa (kognitif, afektif dan
psikomotorik), proses belajar mengajar harus berorientasi pada pemecahan
masalah nyata dalam kehidupan, tidak sekedar mengawang-awang
(problem base learning), fasilitas sarana dan prasarana harus berbasis
teknologi informasi agar dapat tercipta jejaring pendidikan antar sekolah
dan lembaga lainnya, sumber daya manusia yang terlibat dalam proses
pendidkan harus mempunyai kemampuan multi dimensi yang dapat
merangsang multi intelegensia peserta didik, manajemen pendidikan harus
berbasis sekolah maksudnya yaitu sistem informasi terpadu untuk
menunjang proses administrasi dan strategis ( Yaniwongtegal, 2003)
Dengan pendekatan ini pembelajaran lebih memperhatikan aspek-
aspek yang mengarah kepada life skills murid sehingga murid tumbuh
berkembang sesuai dengan kondisi masyarakatnya, yang pada akhirnya
menumbuhkan dapat menggali atau lebih mengenali potensi wirausaha
yang dimiliki, sehingga setelah selesai kuliah dia bisa menciptakan
lapangan kerja. Otomatis bila seluruh lulusan perguruan tinggi mempunyai
kualifikasi seperti di atas maka pengangguran intelektual bisa diatasi.

D. Kesimpulan

Pendekatan manajemen sistem yang dimaksud disini ialah lebih


menekankan pada upaya perbaikan pendidikan di perguruan tinggi agar
outputnya berkualitas dan mampu berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dilakukan secara terpadu, baik dari segi kualitas tenaga pendidk,
kualitas program, kualitas fasititas, dan kualitas sistem (Unmer Malang, 1996).
Agar kualitas output lembaga pendidikan formal tidak menjadi
pengangguran terdidik, maka harus ada upaya perbaikan pendidikan secara
menyeluruh, beberapa aspek yang paling menonjol adalah kualitas guru
ditingkatkan, kualitas pembelajaran ditingkatkan dengan mengadopsi
9

perkembangan pembelajaran mutahir, dan memperhatikan konsep


psikologi belajar, perbaikan system evaluasi dan penilaian pendidikan
yang lebih transparan.
E. Implikasi
Mahasiswa Pendidikan Tata Boga Universitas Negeri Padang
untuk dapat menggali potensi diri dalam wirausaha. Hal tersebut dilakukan
melalui pengenalan diri sendiri dan pengaplikasikan kegiatan berwirausaha
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak sulit menentukan pilihan
pekerjaan setelah menamatkan perkuliahan, salah satunya berwirausaha.
Timbulnya lulusan perguruan tinggi yang mampu berwirausaha
memiliki dampak antara lain menambah daya tampung tenaga kerja,
sehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
masyarakat, meningkatkan produktivitas dengan menggunakan metode
baru, sehingga dapat memberi kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi.Keinginan berwirausaha menuntut mahasiswa aktif mengarahkan
semua potensi diri, bekerja keras, dan mampu menjadikan peluang yang
ada sebagai suatu usaha.
F. Daftar Pustaka

Alma, Buchari. (2013). Kewirausahaan. (edisirevisi). Bandung: CV.


Alfabeta.

Agusta, Ozi. (2014). “PengenalanPotensiKewirausahaan Dan Faktor-


FaktorPendorong”.MakalahIndividuKewirausahaan.http://ozi1234.blogsp
ot.co.id/2014/07/pengenalan-potensi kewirausahaan-
dan_8.html.DiunduhTgl 23 November 2015

Kasmir.(2006). Kewirausahaan. (edisirevisi).


Jakarta:PT.RajaGrafindoPersada.

Cici , Yoma Riza. (2013).”Profil Lulusan Mahasiswa Jurusan Ilmu


Kesejahteraan Keluarga” Skripsi Tidak Diterbitkan. Padang:Universitas
Negeri Padang.

Wiyono. 2013. “PengertianPotensidanJenis-jenisnya”.


Artikel.http://pengertian definisi.com/pengertian-potensi-dan-jenis-
jenisnya/. DiunduhTgl 22 Desember 2017..
10

Susanti.Evi. (2012).
”PengertianKepribadianKarakterPotensidanBakat”.Artikel.http://evi-
susanti82.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-kepribadiankarakter
potensi.html. DiunduhTgl 20 Desember 2017

Yuyus,SuryanadanKartib, Bayu.(2011).
Kewirausahaan.PendekatanKarakteristikWirausahawanSukses.
Jakarta:Kencana.

Johnson, Kast & Rsenzweig. (1973). The Teory And Management Od


Systems. Washington : Graduate School of Business Administrasi
University of Washington.

Unmer Malang (1994), Menuju Manajemen Perguruan Tinggi yang


Efisien, Rumusan Hasil Seminar, 27-28 Juli 1994, Malang.

Wahjoetoemo (1995), Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Global,


Grasindo, Jakarta.

Jerome S. Arcaro. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan


dan Tata Langkah Penerapan. (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2005).

Yaniwongtegal (2003). “Upaya Mengurangi Pengangguran Intelektual”


https://yaniwongtegal.wordpress.com/2013/09/08/upaya-mengurangi-
pengangguran-intelektual/. Diunduh 21 Desember 2017.

Unmer Malang (1996), Mempersiapkan Mutu Perguruan Tinggi Menuju


Kualitas Global, Kumpulan Makalah Seminar Nasional 11-13 November
1996, Malang.

Habsari, Sri. (2013).


“KonsepPotensiDiri”.MakalahPsikologiPengembangan.
Artikel.http://konseppotensidiri.com/pengertian-potensi-dan-jenis-
jenisnya/. DiunduhTgl 30 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai