OLEH :
Nurhasanah 16138153
DOSEN:
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Situasi perekonomian Indonesia saat ini mempunyai dampak yang
berkepanjangan pada dunia usaha khususnya industri. Banyak perusahaan
atau industri yang tidak mampu bersaing, berproduksi dan berkembang
sehingga menjadi terpuruk. Keterpurukan perusahaan atau industri ini
menyebabkan meningkatnya pengangguran di Indonesia. Peningkatan lebih
diperparah lagi oleh banyaknya perusahaan yang melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dengan karyawannya karena mengalami
kebangkrutan. Disamping itu setiap tahun tenaga kerja terdidik yang baru
saja menamatkan studinya muncul sebagai pencari kerja baru yang secara
akumulatif menambah tingginya jumlah pengangguran yang sudah ada.
Meningkatnya jumlah pengangguran, didukung oleh data dari Badan
Pusat Statistik (BPS: 2014), di Indonesia terdapat 9,5% (688.660 orang)
pengangguran yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki
ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu bergelar sarjana. Pengangguran
terdidik (baik berijazah Diploma maupun Strata 1) meningkat dibandingkan
tahun 2013 dengan persentase penganggur lulusan perguruan tinggi sebesar
8,36 persen (619.288 orang) dan pada 2012 sebesar 8,79 persen (645.866
orang). Mengantisipasi kondisi tersebut seharusnya pemerintah, khususnya
pihak perguruan tinggi berupaya lebih mengarahkan program
pendidikannya pada penumbuhan keinginan berwirausaha dikalangan
mahasiswa.
Pada kenyataannya mahasiswa setamatnya masih kesulitan dalam
menciptakan lapangan pekerjaan. Padahal perguruan tinggi seharusnya
menciptakan manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan agar
mampu mandiri setelah menamatkan pendidikannya. Hal tersebut membuat
gelar yang didapat diperguruan tinggi lebih banyak menjadi faktor
pendorong sarjana untuk mencari pekerjaan. Persaingan yang begitu ketat
di dunia industri, menyebabkan banyaknya lulusan perguruan tinggi atau
2
terbentuknya sikap dan perilaku percaya diri serta prinsip dan tujuan hidup
yang lebih baik (Habsari, 2013).
Menyadari bahwa tingginya pengangguran lulusan perguruan tinggi
merupakan suatu masalah yang belum terselesaikan maka dari itu salah
satu alternative pemecahan masalah tersebut ialah dengan melakukan
pendekatan sistem manajemen sistem di perguruan tinggi.
Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan
masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara
menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem
diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks
sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami
hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan
antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. Konsep sistem juga dapat
diterapkan dalam pengelolaan sumber daya. Suatu unit organisasi yang
diatur dan dioperasikan sebagai sistem, maka dapat dikatakan
sebagai manajemen sistem atau pengelolaan sistem. Masing-masing
bagian dari keseluruhan sistem atau subsistem dipandang sebagai satuan
yang berbeda dan berhubungan atau berkontribusi pada tahap selanjutnya
dalam struktur hirarkis yang terprogram dan dapat diukur (Johnson, Kast
& Rsenzweig., 1973).
Berdasarkan keterangan dan permasalahan yang telah diuraikan
serta mengingat pentingnya berwirausaha maka penulis tertarik untuk
mengangkat makalah tersebut dengan judul “ Pendekatan Manajemen
Sistem Terhadap Potensi Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Tata
Boga Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri
Padang”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka identifikasi masalah
penelitian ini:
4
saja tidak cukup, perlu disertai dengan usaha. Potensi tidak akan
berpengaruh bila tidak berusaha untuk mengembangkan dan
mewujudkanya (Yuyus dan Kartib, 2011: 74).
C. Analisis dan Pemecahan Masalah
Menyadari bahwa tingginya pengangguran lulusan yang berasal
dari perguruan tinggi merupakan suatu masalah yang belum terselesaikan
maka dari itu salah satu alternative pemecahan masalah tersebut ialah
dengan melakukan pendekatan manajemen sistem di perguruan tinggi.
Alasan dipilihnya pendekatan tersebut ialah karna terdapatnya
empat karakteristik yang berlaku dalam manajemen sistem, antara lain: (1)
berorientasi pada tujuan, dimana dilakukan secara terus menerus pada
pencapain tujuan (efektivitas), (2) berorientasi pada sistem secara total,
sebagai strategi kebijakan yang menekankan pada optimalisasi sistem
secara total, (3) berorientasi pada tanggung jawab, karena setiap manager
seharusnya memberikan tugas tertentu dimana input dan outputnya yang
dapat diukur, (4) berorientasi pada perseorangan, karena para pegawai
yang diberi tugas diidentifikasi dengan output (prestasinya diakui dan
dihargai). (Johnson, Kast & Rsenzweig., 1973).
Pendekatan manajemen sistem yang dimaksud disini ialah lebih
menekankan pada upaya perbaikan pendidikan di perguruan tinggi agar
outputnya berkualitas dan mampu berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dilakukan secara terpadu, baik dari segi kualitas tenaga pendidk,
kualitas program, kualitas fasititas, dan kualitas sistem (Unmer, 1994)
Pendekatan managemen sistem disini lebih melihat pendidikan sebagai
suatu kesatuan unit yang hidup di mana terdapat interaksi di dalam dirinya
sendiri. Interaksi yang terjadi tersebut berupa proses belajar mengajar yang
terdapat di kelas. Pendekatan ini memandang interaksi tenaga pendidik dan murid
merupakan faktor pokok dalam pendidikan. Oleh karenanya, perbaikan kualitas
pendidikan hanya akan berhasil kalau ada perbaikan proses belajar mengajar atau
perbaikan dalam bidang keguruan.
Salah salah satu upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik
dimulai dari rekruitmen tenaga pendidik. Rekrutmen tenaga pendidik
6
D. Kesimpulan
Susanti.Evi. (2012).
”PengertianKepribadianKarakterPotensidanBakat”.Artikel.http://evi-
susanti82.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-kepribadiankarakter
potensi.html. DiunduhTgl 20 Desember 2017
Yuyus,SuryanadanKartib, Bayu.(2011).
Kewirausahaan.PendekatanKarakteristikWirausahawanSukses.
Jakarta:Kencana.