Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan entrepreneurial self efficacy (ESE) dengan
intensi kewirausahaan yang dimediasi oleh perilaku inovatif. Sebanyak 156 mahasiswa di Yogyakarta
terlibat sebagai respoden penelitian. Penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu: (a) Entrepreneurial
Intention Questionnaire (EIQ) dikembangkan oleh Linan et al., (2011) sebanyak 4 aitem. (b) Innovative
Work Behaviour (IWB) oleh Janssen (2000) sebanyak 9 aitem. (c)Entrepreneurial Self-Efficacy (ESE)
dikembangkan oleh Chen et al., sebanyak 5 aitem. Metode analisis data menggunakan metode
bootstrapping dan hasil analisis data menggunakan analisis mediator ‘simple mediation model 4’ dari
PROCESS v3.0 for SPSS by Andrew F. Hayes. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa terjadi full mediation
dimana terdapat hubungan langsung (Direct effect) antara entrepreneurial self-efficacy dengan perilaku
inovatif β = 1,1672, hubungan langsung antara perilaku inovatif dengan intensi kewirausahaan β = 0,1692,
dan hubungan tidak langsung (Indirect effect) entrepreneurial self-efficacy dengan intensi kewirausahaan
yang dimediasi oleh perilaku inovatif β = 0,0424, nilai BootLLCI = 0,0897 dan nilai BootULCI = 0,3042.
Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima.
Abstract : This study aims to understand the relationship between entrepreneurial self-efficacy (ESE) and
entrepreneurial intentions mediated by innovative organizations. A total of 156 college students in
Yogyakarta were involved as research respondents. This study uses three scales: (a) Entrepreneurial
Intention Questionnaire (EIQ) developed by Linan et al. (2011) as many as four items. (b) Innovative Work
Behavior (IWB) by Janssen (2000) as many as nine items. (c) Entrepreneurial Self-Efficacy (ESE)
developed by Chen et al., as many as five items. Data analysis method using the bootstrapping method and
the results of data analysis using analysis mediator 'simple mediation model 4' from PROCESS v3.0 for
SPSS by Andrew F. Hayes. Hypothesis results show there is full mediation in which there is a direct
relationship (direct effect) entrepreneurial self-efficacy with an innovative behaviour β= 1.1672, a direct
relationship between innovative behaviour with entrepreneurial intentions β = 0.1692, and an indirect
relationship (indirect effect) entrepreneurial self-efficacy with entrepreneurial intentions mediated by
innovative behaviour β = 0.0424 with BootLLCI value = 0.0897 and BootULCI value = 0.3042. Thus, the
hypothesis proposed in this study was accepted.
26
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
prediktor terbaik bagi perilaku kewirausahaan. perilaku inovatif, dan ketiga,adanya hubungan
Intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar antara perilaku inovatif dan intensi
yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa kewirausahaan.
yang akan menjadi wirausahawan (Choo &
Wong, 2006). Selanjutnya, penelitian ini METODE
mengungkap intensi kewirausahaan sebagai
variabel dependen. Intensi kewirausahaan Pengumpulan data dilakukan dengan
merupakan keadaan berfikir yang secara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa
langsung dan mengarahkan perilaku individu entrepreneur berupa versi google form dan paper
kearah pengembangan dan implementasi konsep based. Penelitian ini menggunakan tiga skala:
bisnis. Aspek intensi kewirausahaan yang skala intensi kewirausahaan (4 aitem;
dingkap pada penelitian ini terdiri dari 3 aspek, Cronbach=0,708), skala perilaku inovatif (9
yaitu keinginan, prediksi diri, dan intensi aitem; Cronbach=0,870), dan skala
berperilaku (Linan, Urbano & Guerrero, 2011). entrepreneurial self-efficacy (5 aitem;
Perilaku inovatif merupakan upaya yang Cronbach=0,769). Sebanyak 156 mahasiswa
sengaja dilakukan untuk menghasilkan, entrepreneur di Yogyakarta terlibat dalam
pengenalan, penerapan ide baru atau gagasan penelitian ini. Lebih lanjut, sebanyak 31
baru yang lebih menguntungkan & bermanfaat mahasiswa bersedia mengisi kusioner paper
bagi individu, kelompok dan organisasi (Janssen, based dan 125 mahasiswa mengisi kuesioner
2000). Definisi tersebut membatasi perilaku google form. Kuesioner paper based dengan
inovatif sebagai usaha-usaha yang sengaja metode face to face dan kuesioner dikembalikan
dilakukan untuk mendatangkan hasil (outcome) pada peneliti pada hari itu juga. Sementara,
baru yang menguntungkan. Aspek yang kuesioner google form diisi responden saat waktu
diungkap dalam mengungkap perilaku inovatif luang dan mengkonfirmasi pada peneliti jika
meliputi memunculkan ide, mempromosikan ide, telah selesai. Pemilihan subjek dilakukan dengan
dan merealisasikan ide (Janssen, 2000). teknik quota sampling, yaitu penentuan sampel
Entrepreneurial Self-Efficacy (ESE) sesuai jumlah (kuota) yang diinginkan
didefinisikan sebagai keyakinan yang kuat (Sugiyono, 2016).
terhadap kemampuan individu untuk berhasil
melakukan peran dan job sebagai seorang Hipotesis pada penelitian ini dianalisis
wirausaha (Chen, Greene & Crick, 1998). Efikasi menggunakan simple mediation Model 4
diri diperoleh dari pengalaman hidup, dan efikasi PROCESS v 3.4 by Andrew F. Hayes (Hayes,
diri yang positif mendorong keyakinan dalam diri 2012) pada SPSS versi 22.0. Analisis PROCESS
untuk mampu melakukan perilaku yang dituju by Andrew F. Hayes menggunakan metode
(Bandura, 1997; Lauster 1992). Dimensi bootstrapping yang digunakan untuk menguji
Entrepreneurial Self-Efficacy meliputi keyakinan efek mediasi pada penelitian dengan sampel yang
pada kemampuan mengembangkan produk, kecil. Keunggulan dari analisis Process ini adalah
kepercayaan dapat mengatasi tantangan tidak menghasilkan output efek tidak langsung (a*b),
terduga, kepercayaan mengembangkan termasuk interval kepercayaan dan effect size,
sumberdaya, keyakinan menentukan tujuan, sehingga tidak mengalami keterbatasan yang
kepercayaan pada kemampuan membangun dialami sobel test dan model efek kausal. Selain
lingkungan inovatif, dan kepercayaan pada itu, hanya diperlukan satu kali analisis untuk
kemampuan membangun hubungan dengan melihat efek mediasi serta dapat digunakan
investor (Chen, Greene & Crick, 1998). membuat model yang lebih kompleks dengan
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan variabel mediator lebih dari satu. Persyaratan
di atas, maka dirumuskan tiga hipotesis dalam yang digunakan Process by Hayes (2013), yaitu:
penelitin ini, yaitu: pertama, perilaku inovatif pertama, Diperlukan asumsi bahwa variabel
mampu berperan sebagai mediator hubungan dependen dan independen memiliki hubungan
antara Entrepreneurial Self-Efficacy (ESE) yang linier. Kedua, Penggunaan metode
dengan intensi kewirausahaan, kedua,adanya bootstrapping pada Process tidak memerlukan
hubungan antara entrepreneurial self-efficacy dan asumsi normalitas. Ketiga, Rentang nilai
28
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
BootLLCI dan nilai BootULCI tidak mencakup koefisien (β) yang bernilai positif menunjukkan
nilai nol (0) maka estimasi sig. & terjadi efek hubungan positif begitu juga sebaliknya. Berikut
mediasi hasil uji hipotesis pada penelitian ini:
29
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
prediktor dari perilaku inovatif (jalur a) Lebih lanjut, diketahui pada jalur c
mempunyai nilai koefisien β = 1,1672 dan p = menunjukkan hubungan entrepreneurial self
0,000 (p<0,01), variabel perilaku inovatif sebagai efficacy dengan intensi kewirausahaan sebelum
prediktor intensi kewirausahaan (jalur b) adanya peran dari perilaku inovatif memiliki nilai
mempunyai nilai koefisien β = 0,1692 dan p = p= 0,000 (p<0,05) yang artinya memiliki
0,0001 (p< 0,05), variabel entrepreneurial self hubungan signifikan dengan nilai β= 0,2399.
efficacy sebagai prediktor intensi kewirausahaan Akan tetapi, tedapat jalur c’ yang menjelaskan
(jalur c) mempunyai nilai koefisien β = 0,2399 koefisien regresi X ke Y dengan mengontrol M.
dan p = 0,0000 (p > 0,01), serta variabel Penelitian ini menunjukkan hubungan antara
entrepreneurial self efficacy sebagai prediktor entrepreneurial self efficacy dengan intensi
dari intensi kewirausahaan dengan mengontrol kewirausahaan yang dimediasi oleh perilaku
perilaku inovatif (jalur c’) memiliki nilai inovatif. Diperoleh nilai signifikansi (p>0,05) =
koefisien β = 0,0424 dan p = 0,5434. 0,5434 yang menunjukkan bahwa hubungan
Kemudian, hasil analisis mediasi (tabel 3) kedua variabel tersebut tidak signifikan dengan
diketahui terdapat hubungan yang menjelaskan nilai koefisien β = 0,0424. Dengan demikian,
hubungan tidak langsung (indirect effect), nilai dapat disimpulkan bahwa adanya peran perilaku
koefisien effectsize perilaku inovatif sebagai inovatif menjadi penguat hubungan antara
mediator sebesar β= 0,1975. Selanjutnya entrepreneurial self efficacy dengan intensi
diketahui pada nilai BootLLCI sebesar 0,0897 kewirausahaan.
dan BootULCI sebesar 0,3042 yang artinya DISKUSI
signifikan dan terdapat peran mediator dalam
penelitian ini, karena pada nilai BootLLCI dan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
BootULCI tidak terdapat atau melewati angka nol hubungan antar variabel entrepreneurial self
(0). Hal ini dapat diartikan bahwa perilaku efficacy, perilaku inovatif, dan intensi
inovatif memiliki efek tidak langsung yang kewirausahaan. Hasil ini sejalan dengan hasil
mampu menguatkan hubungan antara beberapa penelitian sebelumnya yang melibatkan
entrepreneurial self efficacy dan intensi variabel entrepreneurial self efficacy, perilaku
kewirausahaan, sehingga hipotesis mayor inovatif, dan intensi kewirausahaan (Saraswati,
pertama, pada penelitian ini diterima. 2015; Firmansyah, 2016; Trihudiyatmanto, 2017;
Selanjutnya, hasil uji hipotesis (tabel 2) Shahab et al., 2018).
diketahui jalur a menunjukkan hubungan varibel Keterlibatan individu dalam berwirausaha
entrepreneurial self efficacy terhadap perilaku berkaitan erat dengan perilaku inovasi. Tiga
inovatif memiliki nilai koefisien β=1,1672 aspek pembentuk perilaku inovatif sebagaimana
dengan nilai p=0,0000 (p<0,01) yang artinya diungkapkan Janssen (2000) menjelaskan bahwa
memiliki hubungan yang signifikan. Hal tersebut setiap proses perilaku inovasi membutuhkan
membuktikan adanya hubungan antara tindakan-tindakan yang inovatif. Pertama, idea
entrepreneurial self efficacy dengan perilaku generation merupakan langkah awal
inovatif, sehingga hipotesis kedua, pada terbentuknya perilaku inovasi. Adanya intensi
penelitian ini diterima. pada individu untuk mencari pengetahuan
Kemudian, diketahui pada jalur b mengenai ide, konsep, ataupun peluang untuk
menunjukkan hubungan variabel perilaku memulai berwirausaha. Ide dapat bersifat orisinil
inovatif dengan intensi kewirausahaan memiliki maupun memodifikasi dari proses kerja ataupun
nilai koefisien β = 0,1692 dengan nilai p= 0,0001 produk yang sebelumnya sudah ada. Kedua,
yang berarti signifikan karena (p<0,05). Hal perlunya melakukan idea promoting, yakni
tersebut membuktikan bahwa ada hubungan menyempurnakan ide dan opini mengenai usaha,
antara perilaku inovatif dengan intensi mengulas kembali strategi-strategi yang telah
kewirausahaan, sehingga hipotesis ketiga, dilakukan untuk berwirausaha dan melakukan
penelitian ini diterima. perbaikan apabila diperlukan. Ketiga, idea
realization yakni membuat prototipe menjadi
sebuah karya baru yang dapat diterapkan dan
30
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
diperlukan konsistensi agar ide yang diterapkan koefisien (β) yang positif menunjukkan bahwa
berjalan efektif dan berkelanjutan. semakin tinggi perilaku inovatif mahasiswa
Hubungan positif antara entrepreneurial entreprenur maka semakin tinggi pula intensi
self efficacy dengan perilaku inovatif sejalan kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa
dengan hasil penelitian Prihatsanti (2018). entrepreneur. Hasil ini memperkuat temuan
Selanjutnya, entrepreneurial self efficacy sebagai sebelumnya yang dilakukan oleh Gozukara dan
keyakinan kuat pada kemampuan individu untuk Colakoglu (2016) dan Wardana et al., (2020)
melakukan peran dan profesi sebagai yang membuktikan bahwa adanya pengaruh yang
wirausahawan memiliki enam dimensi utama positif dan signifikan antara varibel innovative
menurut Chen, et al., (1998), yaitu keyakinan behavior dan entrepreneur intention.
pada kemampuan mengembang kan produk, Terdapat beberapa karakteristik yang
kepercayaan dapat mengatasi tantangan tidak mempengaruhi individu untuk menjadi
terduga, kepercayaan mengembangkan entrepreneur. Seseorang yang berperilaku
sumberdaya, keyakinan dalam menentukan inovatif akan memiliki intensi kewirausahaan
tujuan, kepercayaan pada kemampuan yang lebih besar untuk melaksanakan kegiatan
membangun lingkungan inovatif dan wirausaha. Perilaku inovatif akan memunculkan
kepercayaan pada kemampuan membangun intensi kewirausahaan karena adanya dorongan
hubungan dengan investor. Entrepreneurial self untuk memilih cara-cara cerdas dalam
efficacy mendorong munculnya solusi-solusi dari menghadapi problem, sehingga mampu membuat
individu atas masalah yang sedang dihadapi individu berpikir inovatif dan secara.
dalam berwirausaha. Hal tersebut menjadikan Peluang bisnis yang tersedia dan
individu cenderung mengeksplorasi peluang serta entrepreurial skills sangat mendukung minat
ide-ide untuk mengatasi tantangan yang ada. untuk menjadi seorang wirausaha. Kondisi
Oleh karena itu, efikasi diri yang baik akan peluang bisnis dikategorikan dalam faktor
cenderung memiliki tingkat perilaku inovatif kreatifitas dan mampu memprediksi kebutuhan
yang baik juga. market awareness (mengamati perubahan
Uji hipotesis minor kedua, menunjukkan lingkungan) untuk menciptakan usaha baru
adanya hubungan positif yang signifikan antara secara riil dengan eksekusi yang tepat. Penelitian
entrepreneurial self efficacy dan perilaku Hornsby et al.., (1993) menyatakan bahwa
inovatif. Hal ini membuktikan bahwa perilaku inovatif dan intensi kewirausahaan
entrepreneurial self efficacy mampu memiliki hubungan yang signifikan. Perilaku
memprediksi perilaku inovatif pada mahasiswa inovatif menjadi penting bagi intensi
entrepreneur. Bandura (1997) menyatakan, berwirausaha sebab dalam konteks
keyakinan manusia mengenai efikasi diri kewirausahaan, perilaku inovatif mampu
mempengaruhi bentuk tindakannya yang akan mengkreasikan serta mengkombinasikan sesuatu
mereka pilih untuk dilakukan. Sebanyak apa yang baru dalam bentuk produk maupun jasa
usaha yang akan diberikan dalam aktivitas, yang mampu memberikan nilai sosial dan
selama apa mampu bertahan dalam menghadapi ekonomis. Peran institusi pendidikan tinggi
rintangan dan kegagalan, yang dalam konteks seharusnya berfokus pada upaya memodifikasi
penelitian ini adalah tindakan untuk sikap personal mahasiswa melalui pendidikan
berwirausaha. Hubungan antara entrepreneurial entrepreneurship dan program inkubasi bisnis
self efficacy sebagai variabel yang guna mengembangkan kreasi kewirausahaan
mempengaruhi munculnya perilaku inovasi pada serta pembangunan ekonomi (Gozukara dan
penelitian ini mempertegas temuan pada Colakoglu, 2016).
beberapa penelitian sebelumnya (Aditya &
Ardana, 2016; Tiffani & Siswati, 2017;
Prihatsanti, 2018). KESIMPULAN
Hasil uji hipotesis minor ketiga, terbukti
bahwa perilaku inovatif memiliki hubungan yang
signifikan dengan intensi kewirausahaan. Nilai
31
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
32
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
33
Motiva : Jurnal Psikologi
2020, Vol 3, No 1, 26-34
matter? International Journal of Wardana, L. W., Purnama, C., Anam, S., &
Entrepreneurial Behavior & Research, Maula, F. I. (2020). Attitude determinant
25(2), 259-280 in entrepreneurship behavior of
https://doi.org/10.1108/IJEBR-12-2017- vocational students’ entrepreneurship
0522 intention. Jurnal Pendidikan Ekonomi
Dan Bisnis (JPEB), 8(1), 1-13.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif https://doi.org/10.21009/JPEB.008.1.1
- Kualitatif. Bandung: PT Alfabet.
Wibowo, A. (2011). Pendidikan Kewirausahaan
Tiffani, R., & Siswati, S. (2017). Hubungan (Konsep dan Strategi). Yogyakarta:
antara efikasi diri berwirausaha dengan Pustaka Pelajar.
perilaku inovatif pada anggota
Himpunan Pengusaha Muda Inodnesia Yohnson. (2003). Peranan universitas dalam
(HIPMI) Perguruan Tinggi Semarang. memotivasi sarjana menjadi young
Doctoral dissertation. Universitas entrepreneurs. Jurnal manajemen dan
Diponegoro Semarang. Kewirausahan. 5(2), 97-111
https://doi.org/10.9744/jmk.5.2.pp.%209
Trihudiyatmanto, M. (2017). Pengaruh efikasi 7-111
diri (self efficacy) dan intensi
berwirausaha terhadap spirit Zimmerer, W.T. (2002). Essentials of
technopreneurship (studi kasus di sentra Entrepreneurship and Small Business
pengrajin teralis di desa Jlamprang Management. Third Edition. New York:
kecamatan Wonosobo). Jurnal Penelitian Prentice-Hall
dan Pengabdian Kepada Masyarakat
UNSIQ, 4(2), 154-166.
https://doi.org/10.32699/ppkm.v4i2.418
34