Anda di halaman 1dari 21

FILSAFAT KONTRUKSINISME DAN REKONSTRUKSINISME

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Rosvi Rahmawati 19052034

2. Agnes Timisela 19052018

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ASAHAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukkur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahapahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
tetap selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengukir sejarahnya
dengan merubah umat jahiliah menjadi umat yang memiliki pengetahuan dan Islam.

Makalah dengan judul Rekonstruksionisme, merupakan tugas terstruktur maka kuliah


Filsafat Pendidikan Islam. Makalah ini membahas tentang pengertian Rekonstruksionisme,
sejarah berdiri dan tokoh-tokoh Rekonstruksionisme, serta pandangan aliran ini tentang
pendidikan.

Makalah ini dapat terwujud berkat kerjasama tim dan bimbingan serta bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada: Ibu Nurhayati M.Hum selaku Dosen Pembimbing Makalah ini, dan semua teman-
teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini jauh dari kesempurnaan, bak kata pepatah Jauh panggang
dari api. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan demi revisi kea
rah yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, amin.

Kisaran, Maret 2020

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4

B. Rumusan masalah..................................................................................................................4

C. Tujuan penulisan....................................................................................................................4

Bab II pembahasan.............................................................................................................................5

KONSTRUKSIONISME...................................................................................................................5

A. Pengertian Konstuksionisme.....................................................................................................5

B. Sejarah konstruksionisme..........................................................................................................7

D. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKSIONIS................................................8

PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF KONSTRUKSIONISME.............................................10

Rekontruksionisme.......................................................................................................................10

BAB III............................................................................................................................................19

PENUTUP.......................................................................................................................................19

A. Simpulan..............................................................................................................................19

B. Saran....................................................................................................................................19

Daftar pustaka..................................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran rekontrusionisme
di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia
terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan zaman yang
mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran.

Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya


dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok
dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat
di tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
Apa Pengertian dan sejarah Konstruksinisme?,

Apa Landasan Filosofis Konstruksinisme?

Apa Pendidikan dalam perspektif Konstruksinisme?

Apa Pengertian dan sejarah Rekonstruksionisme?

Apa Landasan Filosofis Rekonstruksionisme?

Apa Pendidikan dalam perspektif Rekonstruksionisme?

C. Tujuan penulisan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk :

Agar kita mengetahui Pengertian dan sejarah Konstruksinisme,

4
Agar kita mengetahui Landasan Filosofis Konstruksinisme dan

Agar kita mengetahui Pendidikan dalam perspektif Konstruksinisme,

Agar kita mengetahui Pengertian dan sejarah Rekonstruksionisme,

Agar kita mengetahui Landasan Filosofis Rekonstruksionisme,

Agar kita mengetahui Pendidikan dalam perspektif Rekonstruksionisme

Bab II pembahasan

KONSTRUKSIONISME

A. Pengertian Konstuksionisme

5
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya
bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan
konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini


berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai
dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman


pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Satu cara untuk mendapatkan intisari pandangan konstruktivisme adalah membahas dua
bentuknya, yaitu konstruktivisme individu dan sosial.

1. Konstruktivisme Individu

Pandangan ini fokus pada kehidupan “inner psikologi” manusia, yakni mengartikan sesuatu
dengan menggunakan pengatahuan dan keyakinannya secara individu. Pengetahuan disusun
dengan mentransformasikan, mengorganisasi, dan mereorganisasikan pengetahuan yang
sebelumnya. Pengetahuan bukan merupakan cermin dari luar, walaupun pengalaman
mempengaruhi pemikiran, dan pemikiran mempengaruhi pengetahuan.

6
Eksplorasi dan penemuan, jauh lebih penting dari pengajaran. Piaget menekankan pada hal-
hal yang masuk akal dan konstruksi pengetahuan yang tidak bias secara langsung dipelajari
dari lingkungan. Pengetahuan muncul dari merefleksikan dan menghubungkan kognisi atau
pikiran-pikiran kita sendiri, bukan dari pemetaan realitas eksternal. Piaget melihat
lingkungan sosial sebagai sebuah faktor penting dalam pengembangan kognisi, tapi dia
tidak meyakini bahwa interaksi sosial merupakan mekanisme utama dalam mengubah
pikiran.

2. Konstruktivisme Sosial

Vgotsky meyakini, bahwa interaksi sosial, unsur-unsur budaya, dan aktivitasnya adalah
yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Atau dengan kata lain,
pengetahuan disusun berdasarkan interaksi sosial dalam konteks sosialbudayanya.
Pengetahuan merefleksikan dunia luar yang disaring dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa,
keyakinan, interaksi antar sesama, pengajaran klasikal, dan role modeling.

Penemuan yang terencana, pengajaran, model dan pelatihan, seperti juga pengetahuan,
keyakinan dan pemikiran siswa, mempengaruhi pembelajaran. Vygotsky juga dianggap
sebagai konstruktivis sosial, sekaligus individu. Yang pertama, disebabkan teorinya sangat
bergantung kepada interaksi sosial dan konteks budaya dalam menjelaskan pembelajaran.
Beberapa teoritikus mengkategorikannya sebagai konstruktivis individu, karena
ketertarikannya dalam pengembangan individu.

B. Sejarah konstruksionisme
Konstruksionisme adalah filsafat dalam pengajaran yang dicetuskan oleh Seymour Papert ,
seorang matematikawan dan juga ahli komputer dgn keahlian di bidang kecerdasan buatan.
Teori ini sangat dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang dikembangkan sebelumnya
oleh Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan yang sangat berpengaruh dalam bidang
pedagogi. Bukan kebetulan, bahwa Papert adalah orang yang direkrut oleh Piaget pada era

7
1960-an untuk memabantu riset Piaget, terkait dengan pembelajaran matematika pada anak
usia dini.

Perjalanan sejarah ini dimulai dari abad pertengahan, dimana seorang Leonardo da Vinci
(1452–1519) dianggap sebagai salah satu penganut konstruksionisme terbesar yang pernah
ada. Da Vinci adalah seorang senima, sekaligus ilmuwan yang sangat hebat. DI era ini
seringkali kita memisahkan antara seni, ilmu sosial dan dan ilmu teknik. Da Vinci adalah
gambaran ideal tentang seorang yang belajar dengan melakukan pengamatan, percobaan
dan proses belajar lain, yang sangat berbeda pada jamannya, dimana pada saat itu proses
belajar yang normal adalah dengan duduk manis di kelas mendengarkan ceramah para
biarawan sebagai sumber ilmu.

C. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKSIONIS


A. AKAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN PERSPEKTIFKONSTRUKSIONIS

Pendidikan yang dikembangkan berdasarkan perspektif konstruksionis tidak lepas dari


pemikiran sosiologi yang dimulai oleh teoritisi jerman akhir abad 19 dan awal abad 20,
terutama dari karya simmel dan webber. Perspektif ini beranggapan bahwa perilaku
manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku obyek alam. Manusia selalu
bertindak sebagai agen dengan mengkonstruk realitas kehidupan sosial. Cara melakukan
tergantung cara mereka memahami atau memberikan makna terhadap dunianya. Oleh
karena itu, maka tugas sosiologi adalah memahami cara agen melakukan penafsiran,
member makna terhadap realitas.

Dengan demikian, mahasiswa yang mempelajari sosiologi pendidikan, harus mempelajari


pemikiran sosiolog amerika, seperti simmel dan George herberd mead. Mereka adalah
pelopor tradisi konstruksionisme. Mead adalah pelopor teori interaksionisme simbolik ,
sebuah pendekatan yang memanfaatkan jasa psikologi sosial, dengan mengandaikan bahwa
hubungan antara aktor dibangun dalam pola-pola bahasa komunikasi. Komunikasi
merupakan medium yang dipakai masyarakat untuk memahami aktor. Aktor memahami

8
realitas melalui simbol-simbol yang mereka gunakan dalam interaksi. Bahasa adalah simbol
yang paling banyak dipakai dalam interaksi individu-individu dengan individu lainnya.

TOKOH PERSPEKTIF KONSTRUKSIONIS

Ada beberapa tokoh utama dalam tradisi konstruksionis, mulai dari Weber, Berger, hingga
Giddens. Berikut adalah ulasan dari tokoh-tokoh tersebut.

1. Max Weber

Max weber merupakan ilmuan sosial yang sangat berpengaruh, lahir di erfurt, Jerman, 21
april 1864, ayahnya seorang pejabat dan ibunya seorang cavinist. Pada mulanya ia
mengikuti gaya hidup ayahnya, tetapi kemudian tumbuh antipati dan ia memilih dekat
dengan gaya hidup ibunya. Weber tercatat sebagai pendiri masyarakat sosioloi jerman pada
tahun 1910. Ia mengkaji tindakan individu dalam membangun teori sosiologi. Ia melihat
individu yang berpengaruh di masyarakat, tetapi dengan catatan bahwa tindakan sosial
individu ini berhubungan dengan rasionalitas, apakah rasionalitas instrumental atau
rsionalitas yang berorientasi nilai.

2. DARI EDMUND HUSSERL, ALFRED SCHUTZ, MEAD, COOLEY HINGGA


GOFFMAN

Ada pemikiran lain yang mencoba menghubungkan antara indvidu dan struktur ini.
Pemikian ini didasari oleh filsafat aliran Fenomologi ini di latarbelakangi oleh pemikiran
Edmund Husserl dan Alfred Schutz. Menurut Husserl, pengetahun ilmiah sebenarnya
terpisahkan dari pengalaman sehari-hari dari kegiatan-kegiatan di mana pengalaman dan
pengetahuan berakar. Fenomologi sebagai suatu bentuk dari idealiasme yang semata-mata
tertarik pada cara-cara bekerjanya kesadaran manusia beserta dasar-dasarnya. Dunia yang
kita diami menurut perspektif ini diciptakan oleh kesadaran-kesadaran yang ada di kepala
kita masing-masing, namun tidak berarti dunia yang eksternal itu tidak ada. Dunia eksternal
itu ada, dan hanya dapat dimengerti melalui kesadaran kita tentang dunia itu.

3.PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMAN

9
Berger dan Luckman menjelaskan bahwa makna-makna umum yang dimiliki bersama dan
diterima tetap dilihat sebagai dasar dari organisasasi sosial, namun makna yang
berkembang di luar makna-makna umum merupakan hasil manusia yang muncul dari
lingkungan sosial yang diciptakannya. Berger mengingatkan agar pendapat, ide dan persesi
personal tidak ikut mewarnai ketika mencoba memahami realitas yang ada dihadapannya.

4.ANTHONY GIDDENS.PIERE BOURDIEU

D. PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF KONSTRUKSIONISME


Dimulai dari Makna dan Self-Concept

Kehidupan sehari-hari yang ada di sekolah ataupun masyarakat, merupaka konstruk


individu yang berada didalamnya. Konstruk atau cara individu mempersepsikan, memaknai
dan mendefinisikan kehidupan sehari-hari itulah yang akan membentuk format kehidupan
nyata. Dalam kacamata sosiologi, pendidikan yang menganut perspektif konstruksionis,
proses pendidikan hanya dapat dipahami dengan cara menulusuri dunia subjektif, dunia
makna dan self concept individu yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri. Contoh
dalam memahami sitem evaluasi pendidikan yang mengutamakan tes kognitif seperti ujian
nasional. Ada individu yang mengartikan bahwa tes kognitif sangat penting, karena
merupakan cara praktis dan efisien untuk mengukur tingkat kecerdasan siswa dalam jumlah
yang banyak. Namun ada juga yang menilai bahwa system tes seperti itu tidak dapat
mengukur seluruh kecerdasan siswa dan hanya mengukur kecerdasan kognitif saja.
Perbedaan konstruk, self concept dan pemaknaan terhadap penyelenggaraan tes tersebut
bisa ditelusuri dari latar belakang individu.

10
Rekontruksionisme
A. Pengertian Filsafat Rekontruksionisme

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris adalah reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekontruksionisme adalah suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Yaitu melakukan perombakan dan menyusun kembali
pola-pola lama menjadi pola-pola baru yang lebih modern.[1]

Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu


hendak menyatakan krisis kebudayaan modern.

Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan
prinsip yang dipegang perennialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda
dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi
dalam kehidupan.

Aliran perennialisme memilih cara sendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan
lama atau dikenal dengan “regressive road to culture” yang mereka anggap paling ideal.

Sementara itu aliran rekonstruksionisme menempuh dengan jalan berupaya membina suatu
konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan
umat manusia.

Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang
mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
baru pada seluruh lingkungannya.

Maka melalui lembaga dan proses pendidikan, rekonsruksionisme ingin merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.[2]

B. Sejarah Filsafat Rekontruksionisme

Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli telah melahirkan berbagai macam pandangan/ ide
yang salah satunya ialah lahirnya pandangan tentang filsafat pendidikan.
11
Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan
berbagai pandangan atau aliran. Salah satunya adalah aliran rekonstruksionisme.

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme, yang menginginkan


kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki. Mereka bercita-cita mengkontruksi
kembali kehidupan manusia secara total.[3] Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-
masalah masyarakat yang ada sekarang. Selain itu mazhab ini juga berpandangan bahwa
pendidikan hendaknya memelopori melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi
kembali masyarakat agar menjadi lebih baik.

Karena itu pendidikan harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan yang demokratis.


Inilah alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan prograsif
hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada
saat sekarang ini.

Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru dengan


memperbaharui kurikulum lama. Prograsive pendidikan didasarkan pada keyakinan bahwa
pendidikan harus terpusat pada anaknya bukan memfokuskan pada guru atau bidang studi.
Ini berkelanjutan pada pendidikan rekonstruksinisme yaitu guru harus menyadarkan si
pendidik terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia untuk diselesaikan, sehingga
anak didik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.

Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping


menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme
lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran
ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Rekontruksionisme dipelopori oleh John Dewey yang memandang pendidikan sebagai


rekontruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah

12
haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat, dan pendidikan
sebagai alat untuk membangun masyarakat masa depan.[4]

George S. Counts adalah seorang tokoh Rekontruksionalisme Sosial. Dalam bukunya yang
berjudul “Dare the School Build a New Social Order?” yang dimulai dari pertanyaannya
oleh sebuah masyarakat yang dilanda kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang
sangat besar, pendidikan ditantang untuk lebih memberikan pelayanan sebagai sebuah agen
perubahan dari rekontruksi sosial. Counts mengecam pendidikan progresif karena telah
gagal mengembangkan suatu teori kesejahteraan sosial dan ia menegaskan bahwa
pendekatan pendidikan berpusat pada anak (the child centered approach).[5]

C.landasan filosofis rekontruksionisme

Landasa ontologis dalam filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham
dengan aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan terhadap
modernisasi. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki aliran rekonstruksionisme tidaklah
sama dengan prinsip yang dipegang perennialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara
yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan
yang serasi dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara sendiri, yakni dengan
kembali ke alam kebudayaan lama atau dikenal dengan “regressive road to culture ” yang
mereka anggap paling ideal. Sementara itu aliran rekonstruksionisme menempuh dengan
jalan berupaya membina suatu kesepakatan yang paling luas dan mengenai tujuan pokok
dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama
yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan.

13
Rekonstruksionisme sendiri merupakan kelanjutan dari aliran progresivisme. Aliran ini
lahir karena mereka berpikir bahwa aliran progrisivisme hanya memikirkan masalah
masalah yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan rekonstruksionisme beranggapan
bahwa merubah sesuatu yang telah ada dan memecahkan masalah yang terjadi di
masyarakat. Rekonstrkusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada
tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan
adil.tokoh- tokoh aliran rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold
rug.

Aliran rekonstruksionisme dianggap cocok untuk dunia pendidikan yang lebih baik karena
aliran ini bepikir bagaimana kita mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang sanggup
berasaing di era modernisasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang pengetahuan tetapi
memiliki keterampilan dan sikap yang baik. Selain itu aliran ini menekankan bahwa peserta
didik sebagai sasaran utama dalam pendidikan. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif
dalam mengemukakan pendapatnya dan pemikirannya dalam pemecahan suatu masalah.
Jadi peran guru disini hanya sebagai fasilitator bukan yang banyak memberiakan
pemecahan solusi suatu masalah. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan
rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang baru. Tanpa menghilangkan esensi budaya yang terdahulu. Jadi
kebudayaan terdahulu dijadikan sebagai tolak ukur pembentukkan tatanan kebudayaan
yang baru.

Landasan Epistemologis Karena aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa


penyelamatan dunia merupakan tugas seluruh manusia. Karenanya pembinaan kemampuan
intelktual dan daya spiritual yang sehat menjadi hal yang penting. Dan pendidikan lah
menjadi sesuatu yang diharapkan mampu mencetak individu yang unggul dalam
kemampuan intelektual dan spiritual. Komponen terpenting dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum,pendidik, peserta didik dan sarana prasarana penunjang kegiatan belajar.

14
D. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF REKONSTRUKSIONISME

A. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah menumbuhkan kesadaran yang


terdidik yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi
manusia dalam skala global dan memberikan keterampilan kepada mereka agar memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.

Tujuan akhir pendidikan dari aliran rekonstruksionisme adalah terciptanya masyarakat


baru, yaitu sesuatu masyarakat global yang saling ketergantungan dan menyusun kembali
penataaan ulang atau merekonstruksi masyarakat.[5]

Tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk
menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah
mendorong kita untuk menemukan nilai- nilai, dimana manusia peercaya atau tidak bahwa
nilai- nilai itu bersifat universal.

Jadi tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta


didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga
utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas
sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial,
warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat
masa kini.[6]

B. Metode Pendidikan

Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan


programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah,
analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.

15
Guru berusaha membantu siswa dalam menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai
dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno atau kelompok berusaha
memecahkan masaalah sosial yang dihadapi dengan kerja sama.

C. Kurikulum

Kurikulum merupakan subjek matter yang berisikan masalah-masalah sosial, ekonomi,


politik yang beraneka ragam, yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah-masalah
sosial dan pribadi terdidik itu sendiri.[8]

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Menginggat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Menyusun kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam. Penyusunan kurikulum tanpa
landasan-landasan yang kuat akan berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia. Landasan yang digunakan itu salah satunya yaitu filsafat pendidikan
rekontruksionisme.[7]

Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan


masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
politik yang dihadapi umat manusia yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi
para peserta didik sendiri dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah
untuk aksi kolektif. Kurikulum tersebut ialah berisi tentang ilmu sosial yang berguna
sebagai lat melakukan rekonstruksi masyarakat.

Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.

D. Peserta Didik

16
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat
masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang
diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan. Lembaga(sekolah) tersebut yang
bertanggung jawab atas pemberian pelajaran yang logis. Dalam hal ini peranan peserta
didik adalah belajar dengan baik dan sesuai dengan yang di tentukan oleh sekolah tersebut.

Aliran rekontruksionalisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamattan dunia merupakan


tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual
dan spiritual yang sehat akan membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas norma
dan nilai pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk
dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa
masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh dunia tertentu.untuk secara konstruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai
dampak dari ilmu pengetaan.

Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan peserta


didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan
perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik tetap berada dalam suasana bebas (Imam Barnadib.1987:26 ).

E. Pendidik

Dalam rekontruksionisme tugas guru yaitu memberikan kesadaran kepada peserta didik
terhadap masalah yang dihadapi , membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dengan baik.

Guru juga harus membuat para peserta didik menyadarkan si terdidik terhadap masalah-
masalah yang dihadapi umat manusia, membantu terdidik mengidentivikasikan dan
mengenali masalah-masalah untuk di pocahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan
memecahkan masalah tersebut.
17
Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik dan ekonomi di
masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, dengan tujuan
mengubah secara radikal wajah masyarakat dan masyarakat yang akan datang.[8]

Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan
perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk
menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.

Jadi dalam rekontruksionisme tugas guru yaitu memberikan kesadaran kepada peserta didik
terhadap masalah yang dihadapi , membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dengan baik.

Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:

a. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata
sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.

b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan
lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.

c. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial

d. Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana
dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis

e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan
untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk
menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat
universal.

18
f. Meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai,
struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.

BAB III

PENUTUP

19
A. Simpulan
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Melalui lembagai dan proses pendidikan,
rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang sama sekali baru.

Adapun implikasi aliran ini dalam dunia pendidikan diantaranya yaitu: misi sekolah adalah
untuk meningkatkan rekonstruksi sosial, pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan
aturan sosial yang ideal, kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas
maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai karena semua budaya dan nilai-nilai
yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum, guru harus
menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap semua budaya baik dalam
memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya.

B. Saran
Setelah mempelajari aliran rekonstruksionisme, maka sebagai calon guru PMTK
seharusnya mampu memahami dan kelak mampu menerapkannya. Seorang guru harus
mampu menyadarkan peserta didik terhadap masalah-masalah yang dihadapi, seorang guru
harus membantu peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkan. Guru
juga harus mampu mendorong peserta didik untuk dapat berpikir tentang alternatif-
alternatif dalam memecahkan masalah di kehidupan modern ini.

Daftar pustaka

20
https://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2013/10/filsafat-rekontruksionisme-
pengertian.html?m=1

https://syariffilsafat.wordpress.com/2016/12/18/aliran-rekonstruksionisme-untuk-
pendidikan/

http://bayutrisnadi.blogspot.com/2014/04/pendidikan-dalam-perspektif.html?m=1

https://sintesateched.wordpress.com/2016/04/30/learning-by-doing-konstruksionisme-
dalam-lintasan-sejarah-2/

21

Anda mungkin juga menyukai