“REKONTRUKSIONISME”
Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Ari Abi Aufa, M.Phil
Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia. Makalah ini di susun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan dan juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dengan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini
terutama Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan yang kami harapkan sebagai
bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Penyusun
II
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 6
B. Saran ..................................................................................................................... 6
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran
rekontrusionisme di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang
kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan
zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme
menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai
tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan
sangat di tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya
B. Rumusan masalah
1. Latar belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
2. Apa yang dimaksud dengan Rekonstruksionisme
3. Siapa saja tokoh dari aliran rekonstruksionisme
4. Prinsip-Prinsip aliran Rekonstruksionisme
5. Pandangan rekonstruskionisme dan penerapannya dibidang pendidikan.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya rekonstruksionisme
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran rekontruksionisme
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh aliran rekontruksionisme
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip aliran Rekonstruksionisme
5. Untuk mengetahui pandangan rekonstruksionisme dan penerapannya dibidang pendidikan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan
kesimpangsiuran.
Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan
prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang
berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang
serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan
kembali ke alam kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap paling
ideal. Sementara itu, aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya
mem-bina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi
dalam kehidupan umat manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari
kesepakatan antar sesama manusia atau agar dapat mengatur tata kehidupan manusia
dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya.Maka, proses dan lembaga pendidikan
dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut diperlukan
kerja sama antarumat manusia
3
2. Persoalan-persoalan tentang kependudukan, sumber daya alam yang terbatas,
kesenjangan global dalam distribusi (penyebaran) kekayaan, poliferasi nuklir, rasisme,
nasionalisme sempit, dan penggunaan teknologi yang ‘sembrono’ dan tidak
bertanggung jawab telah mengancam dunia kita sekarang dan akan memusnahkannya
jika tidak dikoreksi segera mungkin. Persoalan-persoalan tersebut menurut kalangan
rekonstruksionisme, berjalan seiring dengan tantangan totalitarisme modern, yakni
hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas dan meningkatnya
kedunguan fungsional penduduk dunia. Singkatnya, dunia sedang menghadapi
persoalan-persoalan sosial, militer dan ekonomi pada skala yang terbayangkan.
Persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut sudah sedemikian beratnya sehingga tidak
dapat lagi diabaikan. Solusi efektif satu-satunya bagi pesoalan- pesoalan dunia kita
adalah penciptaan social yang menjagat.
Kerjasama dari semua bangsa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia yang
berkembang terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan sumber daya alamnya.
Era teknologi telah memunculkan saling ketergantungan dunia, di samping juga kemajuan-
kemajuan di bidang sains. Di sisi lain, kita sedang didera kesenjangan budaya dalam
beradaptasi dengan tatanan dunia baru. Kita sedang berupaya hidup di ruang angkasa dengan
sebuah sistem nilai dan mentalitas politik yang dianut di era kuda dan andong.Menurut
rekonstruksionisme, umat manusia sekarang hidup dalam masyarakat dunia yang mana
kemampuan teknologinya dapat membinasakan kebutuhan-kebutuhan material semua orang.
Dalam masyrakat ini, sangat mungkin muncul penghayal karena komunitas internasional
secara bersama-sama bergelut dari kesibukan menghasilkan dan mengupayakan kekayaan
material menuju ke tingkat dimana kebutuhan dan kepentingan manusia dianggap paling
penting. Dunia semasa itu, orang-orang berkonsentrasi untuk menjadi manusia yang lebih
baik (secara material) sebagai tujuan akhir.
Pendidikan formal dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial.
Sekolah-sekolah yang merefleksikan nilai-nilai sosial dominan, menurut rekonstruksionisme
hanya akan mengalihkan penyakit-penyakit politik, sosial, dan ekonomi yang sekarang ini
mendera umat manusia. Sekolah dapat dan harus mengubah secara mendasar peran
tradisionalnya dan menjadi sumber inovasi baru. Tugas mengubah peran pendidikan amatlah
urgen, karena kenyataan bahwa manusia sekarang mempunyai kemampuan memusnahkan
4
diri.Kalangan rekontruksionis di satu sisi tidak memandang sekolah sebagai memiliki
kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial seorang diri. Di sisi lain, mereka melihat
sekolah sebagai agen kekuatan utama yang menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena
ia menyantuni anak-anak didik selama usia mereka yang paling peka. Dengan demikian, ia
dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem sosial dan agitator utama
perubahan sosial
5
Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme memandang alam metafisika merujuk
dualisme, aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam hakikat
sebagai asal sumber yakni hakikat materi dan hakikat rohani.Kedua macam hakikat itu
memiliki ciri yang bebas dan berdiri sendiri, sarna dengan azali dan abadi, dan hubungan
keduanya menciptakan suatu kehidupan dalam alam. Descartes, seorang tokohnya pernah
menyatakan bahwa umumnya manusia tidak sulit menerima atas prinsip dualisme ini,
yang menunjukkan bahwa kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera
manusia, sementara itu kenyataan bathin segera diakui dengan adanya akal dan petasaan
hidup. Di balik gerak realita sesungguhnya terdapatlah kausalitas sebagai pendorongnya
dan merupakan penyebab utama atas kausa prima. Kausa prima, dalam konteks ini, ialah
Tuhan sebagai penggerak sesuatu tanpa gerak, Tuhan adalah aktualitas murni yang sama
sekalisunyi dan subtansi.
Alam pikiran yang demikian bertolak hukum-hukum dalam filsafat itu sendiri
tanpa bergantung padii ilmt pengetahuan.Namun demikian, meskipun filsafat dan ilmu
berkembang ke arah yang lebih sempurna, tetap disetujui bahwa kedudukan filsafal lebih
tinggi dibandingkan ilmu pendidikan. Yang mana pendidikan sebagai alat untuk
memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi
yang edukatif yang pada akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari output
(keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. Melalui lembagai dan proses pendidikan,
rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Adapun implikasi aliran ini dalam dunia pendidikan diantaranya yaitu: misi
sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial, pendidikan bertanggung jawab
dalam menciptakan aturan sosial yang ideal, kurikulum sekolah tidak boleh didominasi
oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai karena semua
budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam
kurikulum, guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap semua
budaya baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya.
B. Saran
Kami dari penyusun makalah ini berharap semoga pembaca dapat memahami
makalah ini. Kami juga mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, 2010, Filsafat Penddidian Manusia, Filsafat Dan Pendidikan, Yogyakarta: Ar-ruzz.
As Said, Muhammad, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Barabai: STAI Al- Washliyah Barabai.
http://filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme1.html
http:// filsafat-rekonstruksionisme.html