Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran rekontrusionisme di
zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia terutama
dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya
dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan
tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat di
tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang:
1. Latar belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
2. Pandangan rekonstruskionisme dan penerapannya dibidang pendidikan
3. Teori pendidikan rekonstruksionisme
4. Kelebihan dan kekurangan aliran rekonstruksionisme

C. Tujuan penulisan makalah


Makalah ini ditulis bertujuan untuk :
1. Agar kita bisa mengetahui latar belakang lahirnya rekonstruksionisme
2. Mengetahui dan penerapannya dibidang pendidikan
3. Mengetahui teori-teori pendidikan rekonstruksionisme
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan aliran rekonstruksionisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali.
Istilah Rekonstruksionisme berasal dari kata Rekonstruksi yang tersusun atas dua kata: Re
yang berarti kembali dan konstruk yang berarti menyusun. Bila kedua kata tersebut digabung
maka dapat dimaknai menjadi penyusunan kembali (Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry,
2001:664). Adapun imbuhan -isme yang disisipkan dalam istilah di atas akan mengubah makna
tersebut kepada penegasan bahwa ia merupakan suatu paham atau aliran tertentu.
Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme adalah aliran yang berupaya
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern, serta berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia atau agar dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga
pendidikan dalam pandangan rekonstruk-sionisme perlu merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut diperlukan kerja
sama antarumat manusia (Jalaluddin, 2010:119).
Aliran Rekonstruktivisme ini intinya merupakan kelanjutan dari aliran progresivisme yang
menyatakan bahwa peradaban manusia di masa depan sangat diutamakan. Dalam konteks
pendidikan, aliran ini bertujuan hendak membina suatu konsensus yang paling luas dan paling
mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia, dengan merombak
kembali tata susunan pendidikan lama dengan tata susunan pendidikan yang sama sekali baru
(Zuhairini, 1991:29). Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada
progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan pada pemecahan masalah, berfikir
kritis dan sejenisnya. Aliran ini mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah,
dan melakukan sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

B. Latar Belakang Aliran Rekonstruksionisme


Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada
kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern
sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami ketakutan,

2
kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara
dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan
kembali ke alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu alliran rekonstruksionisme
berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama
dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua
orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan
baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme
ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama
sekali baru.
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir
didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang
ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran
rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Progresifisme yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick dan Jhon
Child, juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab sosial. Namun
mereka tidak sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus melakukan perbaikan
masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka menekankan tujuan umum pertumbuhan
masyarakat melalui pendidikan . aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau
mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada tatanan sosial saat ini.
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan atas suatu asumsi
bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat urban yang berteknologi
tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan budaya yang serius yaitu dalam kemampuan
manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat teknologi. Hal tersebut sesuai dengan
pandangan Count bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki perkembangan
teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata
dunia baru.

3
C. Pandangan Rekonstruksionisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia merupakan tugas
semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan kembali daya intelektual dan
spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan
norma yang benar demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk
dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang
diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan
tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan
sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan
kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat
bersangkutan.
George S. Counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the School
Build a New Sosial Order mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila
sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme).
masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar
merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status quo dengan
ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
Sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan kelompok
minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts mengkritik
pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan sosial dan mengatakan
sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan skill
sesuai dalam abad dua puluh.

D. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme


1. Tujuan Pendidikan
a. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan
perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.

4
b. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan insinyur-insinyur sosial,
warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat
masa kini.
c. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
2. Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan
programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah,
analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
3. Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik
yang dihadapi umat manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta
didik sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
4. Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat
masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan
untuk membangun masyarakat masa depan.
5. Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat
manusia, mambantu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga mereka
merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan.
Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Bila dikaitkan pada sebuah implementasi pendidikan, maka rekonstruksionisme dapat
diimplikasikan dalam proses pendidikan dan pembelajaran, yang penerapan tersebut beserta

5
metodologinya dalam pembelajaran dapat dipetakan sebagai berikut (Uyoh Sadulloh, 2006:171;
Muhaimin, 2003:65-67):
Tujuan Pendidikan 1. Siswa memiliki kesadaran akan problem sosial,
politik, ekonomi umat manusia.
2. Siswa memiliki keterampilan untuk memecahkan
problem tersebut.
3. Membangun tatanan masyarakat baru.
Tema pendidikan Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah
untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
Kurikulum 1. Semua bidang kajian yang meliputi sosial, politik,
ekonomi umat manusia.
2. Problem sosial dan personal dari siswa sendiri.
Kedudukan siswa Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah
merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan
tanggung jawab sosial ditingkatkan, mana kala rasa
hormat diterima semua latar belakang budaya.
Metode Scientific inquiry sebagai metode kerja problem solving
Peran Guru 1. Membuat siswa sadar akan persoalan-persoalan yang
dihadapi umat manusia.
2. Project director dan research teacher
Peran Sekolah 1. Perantara utama bagi perubahan sosial, politik,
ekonomi dalam masyarakat.
2. Mengembangkan insinyur sosial.

E. Kelebihan dan Kekurangan


Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki aliran filsafat rekonstruksionisme dalam
dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
Kelebihannya:
1. Membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik
yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

6
2. Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan. Kurikulum disusun untuk menyoroti kebutuhan akan beragam
reformasi sosial
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
4. Rekonstruksionisme menekankan pada pengalaman yang dimiliki para siswa dengan
interaksi ekstensif antara guru dan siswa dan diantara para siswa itu sendiri.
5. Melalui suatu pendekatan rekonstruksionis sosial pada pendidikan, para siswa belajar
metode-metode yang tepat untuk berhadapan dengan krisis-krisis signifikan yang melanda
dunia.
Kelemahannya:
1. Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, beban dan tanggung jawab
sekolah sangatlah berat.
2. Tawaran pemikiran yang direkomendasikan oleh rekonstruksionisme seperti keterlibatan
aktif dunia pendidikan pada dunia politik akan berdampak buruk pada aktivitas pendidikan
yang secara akdemik terlalu sakral yang kemudian untuk dicemari oleh intrik-intrik poloitik
yang kotor dan menghalalkan segala cara untuk memuaskan nafsu kekuasaan sebuah
kelompok politik tertentu.
3. Rekonstruksionisme bersifat makro, dan kurang menitikberatkan pada individu, padahal
pendidikan seharusnya bertujuan untuk membangun kepribadian yang didalamnya terdapat
kebagusan akal budi dan moralitas individu (ahlak). Pendidikan tidak hanya ingin
melahirkan para aktivis sosial, akan tetapi juga manusia yang bermoral, berkarakter, dan
memiliki spiritualitas cukup.
4. Gagasan-gagasan yang ada di dalam rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak
realistik. Karena gagasan seperti pembentukan tatanan sosial baru yang sangat ideal sebagai
solusi atas bencana kemanusiaan yang terjadi, ibarat mimpi disiang bolong, sebab upaya
tersebut seolah mengabaikan kondisi rill umat manusia saat ini.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali.
Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern. maka dari itu rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai
tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali
baru.

B. Saran
Setelah mempelajari aliran rekonstruksionisme, maka sebagai calon guru seharusnya mampu
memahami dan kelak mampu menerapkannya. Seorang guru harus mampu menyadarkan peserta
didik terhadap masalah-masalah yang dihadapi, seorang guru harus membantu peserta didik
mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkan. Guru juga harus mampu mendorong
peserta didik untuk dapat berpikir tentang alternatif-alternatif dalam memecahkan masalah di
kehidupan modern ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mudyarhardjo Redja. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syam Muhammad Noor. 1986. Filsafat Penidikan dan Dasar Filfasat Kependidikan Pancasila,
Surabaya: Usaha Nasional.
Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sadulloh, Uyoh. 2017. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Zuhairini. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai