Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran diantaranya,aliran
rekonstruksionisme dijaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai
kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan gimana keadaan
sekarngmerupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan dan kesimpang siuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstruksionisme
menemunya dengan jalan berupaya membina consensus yang paling luas dan mengenai
tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Oleh karna itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa
depan sangat ditekan kan. Disamping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
Tahun 1930 an adalah sebuah decade krisis. Depresi dunia yang meluas telah
melumpuhkan bangsa-bangsa kapitalis secara ekonomi, totalitarianisme telah bangkit
dieropa dan di asia, dan gejolak sosial adalah fenomena yang mencolok diamerika. Bagi
beberapa pengamat di amerika, hal itu menunjukan bahwa demokrasi itu sendiri
tampaknya berada pada detik terkahir, para pengamat inipun mencatat bahwa depresi
tahun 1930 an tidaklah sebuah persoalan kekurangan pangan atau kebutuhan material.
Bahkan terjadi kelimpahan hal-hal tadi. Depresi tersebut digambarkan secara tepat
sebagai sebuah kelaparan ditengah kemakmuran. Persoalan bangsa amerika terpusat pada
perindustrian kekayaan dan bahan makanan dari pada memproduksinya. Pada awal
decade 1930 an, sector bisnis sebagian lumpuh dan para politikus tampak tidak sanggup
menghadapi bencana ekonomi yang meluas ini.
Dalam konteks semacam itu George Count mengembangkan sebuah pendekatan
yang meriah “terhadap pendidikan lewat pidato-pidato propokatif yang pada tahun 1932
diterbitkan dengan tajuk dear the school build a new social older ? (beranikah sekolah
membangun sebuah tatanan sosial baru ?). count mengajak para pendidik untuk
membuang mentalitas budak mereka, agar secara hati-hati menggapai kekuatan dan
kemudian berjuang membentuk sebuah tatanan sosial baru yang didasarkan pada system
ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip politik demokratif. Ia menyeru kalangan
professional pendidikan untuk mengorganisir diri dari tingkat taman kanak-kanak (TK)
hingga Perguruan Tinggi (PT) dan menggunakan kekuatan terorganisir mereka untuk
kepentingan-kepentingan masyarakat luas.
Kecenderungan pemikiran tersebut memunculkan sebuah kebalikan dari peraturan
tradisional sekolah dari sebagai pengalih budaya yang bersifat pasif menuju ke sebagai
agen reformasi kemasyarakataan yang bersifat aktif. Decade 1930 an menampilkan
sekelompok orang terkenal sebagai pemikir ketermuka berada disekeliling Counts dan
Harold Rugg di Universitas Colombia. Ide gagasan mereka secara luas menckup aspek-
aspek sosial dari pemikiran progresesif deweey. Landasan filosofis rekonstruksionisme
memang pada pragnatisme.
Periode pasca perang dunia memperlihatkan munculnya suatu arah baru pada
rekonstruksionisme melalui karya Theodore Brameld. Beberapa karya Brameeld yang
sangat berpengaruh adalah Patterns of educational philosophy 1940), toward a
reconstructed philosophy of education (1956) dan education as power (1965).
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membahas tentang :
1. Latar belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
2. Pandangan rekonstruksionisme dan penerapannya dibidang pendidikan
3. Mengetahui teori-teori pendidikan rekonstruksionisme
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini di tulis bertujuan untuk :
1. Agar kita bisa mengetahui latar belakang lahirnya rekonstruksionisme
2. Mengetahui rekonstruksionisme dalam bidang pendidikan
3. Menegetahui teori-teori pendidikan rekonstruksionisme
BAB II
PEMBAHASAN

II.A. Latar Belakang Aliran Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme berasal dari bahas inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan dalam aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. [1]
Filsafat pendidikan rekonstruksionisme merupakan variasi dari filsafat
progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus
diperbaiki. Mereka bercita-cita mengkonstruksi kembali kehidupan-kehidupan
manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus di ubah dan dibuat baru.
Aliran yang ekstrim ini berusaha merombak tatasusunan masyarakat lama dan
membangun tatasusunan hidup yang baru sama sekali, melalui lembaga dan
proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan
tidak banyak berbeda dengan aliran progressivisme.
Pada dasarnya rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme
ada kebutuhan amat mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan
zaman modern sekrang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern, yang
sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan, dan kebingungan. Tetpai aliran
rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemecahan yang
ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialisme memilih jalan kembali ke
alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu aliran rekonstruksionisme
berusaha membina suatu consensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. [2]
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari
kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka
melalui lembaga dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak
tata susunan lama dan membangun tata susunan kehidupan yang barusama sekali.
[3]
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme,
gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa suatu kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada
pada saat sekarang ini.
Rekonstruksionisme di dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
pada tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyarakatv yang
pantas dan adil. Tokoh-tokoh aliran rekonstruksionisme yaitu, Caroline Pratt,
George Count, dan Harold Rugg. [4]
Progresifisme yang dilandasi pemikira Deweey dikembangkan oleh
Kilpatrick dan Jhon Child, juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap
tanggung jawab sosial. Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan Rugg
bahwa sekolah harus melakukan perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum
progresif lebih suka menekankan tujuan umum pertumbuhan masyarkat melalui
pendidikan. Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau
mengerahkan perubahan (rekonstruksi) pada tatanan sosial saat ini.
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brameld didasarkan
atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dri masyarakat agraris pada saat
kemasyarakatan urban yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu
kelambtan budaya yang serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan
diri terhadap masyarakat tekhnologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count
bahwa apa yang di perlukan pada masyrakat yangmemiliki perkembangan
tekhnologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan dan
perubahan tata dunia baru. [5]
II. B. Pandanga Rekonstruksionisme dan dibidang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia
merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan
kembali gaya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia
melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persefsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan
suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia
yanag dikuasi oleh golongan tertentu. Silsilah demokratis yang sungguh bukan
hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujukan suatu dunia
dengan potrnsi-potensi tekhnologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan,
kesejahteraan dan kemakmuran, serta keamanan masyarakat tanpa membedakan
warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat
bersangutan. [6]
George Count sebagai pelopor rekonstruksionisme dan publikasinya Dare
The School a New social Older mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betuk
berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara
keseluruhan, ddan kesukuan (Rasialisme). Masyarakat yang menderita kesulitan
ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi
pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan statusnya dengan
ketidak samaan dan masalah-masalah yang terpendam didalamnya.
Sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita,
parapetani, dan kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan
yang diperlukan. Count mengkritik pendidikan progresif telah gagal
menghasilkan teori kesejahteraan sosial dan mengatakan sekolah dengan
pendekatan Child Centre tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan skill
sesuai dalam abad 20. [7]
II. C. Teori pendidikan Rekonstruksionisme
a. Tujuan pendidikan
1. Sekolah-sekolah rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utama
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dalam masyarakat.
2. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionisme adalah mengembangkan
“insinyur-insinyur” sosial, warga-warga Negara yang mempunyai tujuan
mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
3. Tujuan pendidikan rekonstruksionisme adalah membangkitkan kesadaran
para peserta didik tentang masalah soasial, ekonomi dan politik yang di
hadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada
mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut.

b. Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-
kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan
mmetode pemecahan masalah, analisis kebutuhan dan penyusunan program
aksi perbaikan masyarakat.

c. Kurikulum
Kurikululum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik
yang dihadapi umat manusia, yang termasuk didalamnya masalah-masalah
dibagi masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri ; dan program-
program perbaikan yang di tentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial
dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.

d. Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi
insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyrakat
masadepan.

e. Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-maslah yang
dihadapi umat manusia, membantu mereka merasa mengenali masalah-
masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkanya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi
kontrofersi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan piker berbeda-beda
sebagai suatu cara untuk menciptakan alternative-alternatif pemecahan
masalah yang menjajikan ikeberhasilannya. [8]
Menurut Grameld (Kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada
6 yaitu :
1. Sosial pendidikan harus di laksanakan di sini sekarang dalam rangka
menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nila-nilai dasar budaya
kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-keuatan ekonomi,
dan sosial masyarakat modern.
2. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat di control oleh
warganya sendiri.
3. Anak, sekolah, dan pedidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan
budaya dan sosial.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgency dirinya dengan
cara bijaksana dengan cara memperhatkan prosedur yang demokratis.
5. Cara dan tujuan pendidikan harus di ubah kembali seluruhnya dengan
tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan
krisis budaya dewasa ini dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan
sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai dimana
manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
6. Meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang
dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih. [9]

II.D. Ciri-ciri aliran filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

1. Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus di rangkai


dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.
2. Mengkritik pola live adjustment (perbaikan tambal sulam).
3. Pendidikan perlu berfikir tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
4. Pesimis terhadap pendekatan akademis, tapi lebih focus kepada
penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam
unsure-unsur kehidupan.
5. Pendidikan berdasarkan fakta bahwa belajar tebaik bagi manusia
adalah terjadi dalam aktifitas hidup yang nyata bersama sesamanya.
6. Learning bydoing (belajar sambil bertindak).

II.E. Prinsip-prinsip rekonstruksionisme

Masyarakat dunia sedang dalam kondisi krisis, jika praktik-praktik yang


ada sekarang tidak diraih (di ubah secara mendasar), maka peradaban yang kita
kenal ini akan mengalami kehancuran.

Disini akan di paparkan prinsip rekonstruksionisme lebiih lanjut :


a. Solusi efektif satu-satunya bagi persoalan-persoalan bagi dunia kita adalah
penciptaan tatanan sosial yang dijaga. Kerjasama yang menyeluruh dari semua
bangsa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia yang berkembang
terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan sumber daya alam nya.
Menurut rekonstruksionisme, umat manusia sekarang hidup dalam masyarakat
dunia yang mana kemampuan tekhnologinya dapat membinasakan kebutuhan
material semua orang.
b. Pendidikan formal menjadi agen pertama dalam rekonstruksi tatanan sosial
Kritik-kritik rekonstruksi sosial menandaskan bahwa Brameld dan kolega-
koleganya memberikan kepercayan yang sangat besar terhadap kekuatan guru
dan pendidik lainnya untuk bertindak sebagai instrument utama perubahan
sosial kalangan rekonstruksionis melihat sekolah sebgai agen kekuatan utama
yang menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena ia menyantuni
masyarakat, anak-anak didik selama usia mereka yang paling peka.
c. Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis
yang bertumpuk pada kecerdasan “asali” jumlah mayoritas untuk
merenungkan dan menawarkan solusi yang valid bagi persoalan-persoalan
umat manusia. Beberapa pengamat memberikan catatan bahwa
rekonstruksionisme mempunyai kepercayaan besar terhadap kecerdasan dan
kemauan baik manusia sesuatu yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai
sebuah kepercayaan utopis.
d. Jika pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan dari solusi osial dalam
krisis dunia sekarang maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan
sosial. Pendidikan harus memunculkan kesadaran peserta didik akan persoalan
–persoalan sosial dan mendorong mereka secara aktif memberikan solusi.
Kesadaran berani untuk mempertanyakan status QUO_dan untuk mengkaji
isu-isu kontrofersial dalam agama, masyarakat, ekonomi, politik, dan
pendidikan. Masyarakat dunia yang ideal menurut rekonstruksionisme ,
haruslah “berada dibawah control mayoritas warga masyarakat yang secara
benar menguasai dan menentukan nasib mereka sendiri. Alfin Toffler,
mengatakan kita harus menciptakan sebuah sisttem pendidikan super
industrial. Maka dari itu, kita harus mencari tujuan-tujuan dan metode-metode
dimasa yang akan datang bukan justru di masa lalu.
BAB III

PENUTUP

III.A. kesimpulan
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup. Kebudayaan yang bercorak modern maka dari itu
rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan
utama yang dapat mengaku tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru
seluruh lingkungannya, maka melalui lembaga dan proses pendidikan.
Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
III.B. Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini
terdapat kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan
pembimbing kami harapkan sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya
lebih baik dari yang sebelumnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas
dari kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi
kami untuk mencapai kesempurnaan.
Akhirnya hanya kepada Allah lah penulis selalu mengharap Ridho-Nya.
Semoga dari penulisan yang terbatas ini, bisa mendatangkan manfaat tiada
batanya. Amiiiinnnn ….
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat pendidikan.Jakarta:Gaya Media Pratama 2002
Mudyarhardjo Redja, Pengantar Pendidikan,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
Syam Muhammad Noor, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan pancasila,
Surabaya: Usaha Nasional 1986
Sabdulloh,uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan,Bandung : Alfabeta 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
http://neneng-halimah-unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html
http://fadliyanur.blogdpot.com/2008/05/aliran rekonstruksionisme.html

[1]

Anda mungkin juga menyukai