Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Aliran Filsafat Menejemen Pendidikan Islam

Rekonstruksionisme Dan Idealisme

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. An An Andari, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. D
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah formula yang memiliki fungsi


untuk dapat mengubah dunia menjadi dunia yang benar-benar semakin berperadaban,
karena inti dari sebuah pendidikan adalah proses pengubahan dari yang sebelumnya
belum baik menjadi baik, dan yang sebelumnya sudah baik menjadi semakin baik lagi.
Pendidikan bukan hanya sekedar pentransferan pengetahuan oleh seorang pendidik
kepada peserta didiknya. Pendidikan adalah upaya menyusun kembali komponen-
komponen pendukung dari kognisi manusia, afeksi manusia, maupun psikomotor
manusia secara seimbang. Di dalam pendidikan ketiga komponen tersebut tidak dapat
dipisahkan, sebab jika dipisahkan, akan terjadi sebuah ketimpangan bagi peserta didik
nantinya, terutama saat terjun langsung dalam masyarakat.

Menilik dari pentingnya peran pendidikan, maka seharusnya pendidikan mampu


dijadikan sebagai perombak sistem kehidupan masyarakat untuk dapat menjadi manusia
yang semakin berkemajuan. Akan tetapi, pada kenyataannya pendidikan pada abad-abad
terakhir ini tidak lagi dapat dijadikan sebagai perombak bagi kehidupan manusia untuk
menjadi lebih baik. Yang ada justru fenomena sebaliknya, manusia yang dalam proses
belajarnya lebih banyak ditekankan pada kemampuan kognisi, justru diperbudak oleh
pendidikan itu yang akhirnya hanya ditujukan untuk memperoleh pekerjaan yang
berujung pada uang, bukan perolehan pengetahuan dan pemahaman, sehingga terjebak
dalam pemaknaan hidup yang pragmatis. Pendidikan telah diselenggarakan dengan cara
dan pemikiran yang salah. Pendidikan yang ada selama ini bukannya menunjukkan
sebuah perkembangan yang baik, akan tetapi justru sebaliknya menjadi bertambah buruk.
Dunia bahkan mengalami sesuatu yang disebut dengan situasi krisis yang sekarat.1

Virus kapitalisasi sungguh telah menjangkiti setiap jiwa manusia. Dari situlah,
maka timbullah berbagai krisis, baik krisis yang terjadi di negara sendiri, yaitu Indonesia,

1
Teguh Wongso Gandhi H. W., Filsafat Pendidikan (Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan), (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 191.
hingga krisis dunia yang semakin tidak terkendalikan. Dalam dunia pendidikan, yang
tengah menjadi sebuah permasalahan paling rumit saat ini adalah pemahaman dari makna
pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang memiliki makna perubahan manusia menjadi
lebih baik telah beralih wujud menjadi sebuah sistem yang senantiasa menyuguhkan
materi-materi dengan berbagai kompetensi yang dituntut untuk dituntaskan
pembelajarannya, tanpa adanya sebuah pemaknaan khusus akan manfaat dan hikmah dari
setiap ilmu yang diajarkan. Dengan pemaknaan pendidikan yang demikian, maka output-
output yang ada hanya akan menjadi seseorang yang diibaratkan sebuah robot yang
dikendalikan oleh mesin-mesin, yang siap diperbudak oleh tuannya yaitu berupa hawa
nafsu. Hal tersebut mengakibatkan manusia kini menjadi kehilangan jiwa sosial mereka.
Maka, diambil dari pemikiran aliran rekonstruksionisme dalam pendidikan ini adalah
sebagai upaya untuk merombak sistem pendidikan, terutama sistem pendidikan nasional,
dengan tujuan agar para peserta didik dalam menuntut ilmu kelak akan menjadi kaum
intelektual yang dapat mengembangkan peradaban dunia menjadi dunia yang semakin
berkemajuan dan juga beradab, sehingga dunia akan dapat bangkit dari keterpurukan
akibat krisis yang berkepanjangan, terutama krisis moral yang menjadi faktor utama dari
krisis-krisis yang lainnya.

Bidang ilmu filsafat sendiri memiliki banyak aliran-aliran pemikiran, yaitu aliran
filsafat esensialisme, perenialisme, rekonstruksionisme, idealisme, emperisme,
rasionalisme, pragmatisme, fenomenologi, politik, manusia dan etika / nilai. Dalam
makalah ini akan dibahas aliran pemikiran rekonstruksionisme dan idealisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat penddidikan rekonstruksionisme dan idealisme?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari aliran rekonstruksionisme dan Idealisme?
3. Bagaimana signifikansi filsafat Pendidikan aliran rekonstruksionisme dan idealisme
dalam aplikasi Pendidikan menurut perspektif filsafat Pendidikan islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian tentang filsafat Pendidikan aliran rekonstruksionisme dan
idealisme.
2. Mengetahui tokoh-tokoh aliran rekonstruksionisme dan idealisme.
3. Mengetahui signifikansi filsafat Pendidikan aliran rekonstruksionisme dan idealisme
dalam aplikasi Pendidikan perspektif filsafat Pendidikan islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Rekonstruksionisme dan Idealisme

1. Filsafat Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct, yaitu gabungan dari kata re-
yang artinya kembali dan construct yang artinya membangun atau menyusun. Maka,
secara etimologis reconstruct diartikan menyusun kembali. Sedangkan, dalam konteks
filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dalam pendidikan dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern.2 Aliran ini dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
pada tahun 1930.

2. Filsafat Idealisme
Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan
isme yang berarti paham/ pemikiran. Sehingga, idealisme adalah doktrin yang
mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Keyakinan ini ada pada Plato.
Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada GeorgeBerkeley
(1685-1753) yang menyatakan bahwa hakekat objek-objek fisik adalahidea-idea.3

Idealisme mempunyai nama lain yaitu serba cita yang merupakan salah satualiran
filsafat tradisional yang paling tua.dan merupakan aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurut Plato, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia
yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu
angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang
2
Teguh Wongso Gandhi H. W., Filsafat Pendidikan (Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan), (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 189.
3
Prof. Dr. Ahmad Tafsir,Fislasat Umum, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003, hal.144.
nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea. Alasan yang terpenting
dari aliran ini ialah manusia menganggap roh atau sukma itu lebih berharga, lebih
tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat
yang sebenarnya,sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya
saja.

B. Tokoh Aliran Pemikiran rekonstruksionisme dan Idealisme


1. Tokoh Aliran Pemikiran Rekonstruksionisme
a. George S. Counts (1889-1974)
Pandangan sentral Counts adalah ketika pendidikan dalam sejarah digunakan
untuk mengenalkan peserta didik pada tradisi, budaya, sosial dan kondisi
budaya, dalam waktu yang sama telah direduksi oleh sains modern, teknologi
dan industrialisasi.
Sehingga pendidikan sekarang harus diarahkan pada kekuatan positif untuk
membangun kultur budaya baru dan mengeliminasi patologi sosial.
b. Kneller (1971:248) membuat resume filsafat rekonstruksivisme yang
dikemukan oleh Brameld
Pendidikan harus berjalan sendiri dan sekarang saatnya penciptaan susunan
sosial baru yang mengisi nilai-nilai dasar budaya kita dan di saat yang sama
sejalan dengan kekuatan sosial dan ekonomi yang mendasarinya.
c. Harold Rugg (1886-1960);
Mengkhawatirkan kurikulum yang tidak memiliki relevansi dengan dunia
nyata dan mengabaikan masalah-masalah sosial.
d. Paulo Freire (1921-1997);
Menginginkan sekolah yang dapat ditarik dari pengalaman kehidupan sehari-
hari peserta didik.
e. Ivan Illich (1926-2002);
Menginginkan penghapusan sekolah dan menemukan pendekatan baru untuk
pendidikan.4
2. Tokoh

C. Signifikansi Filsafat Pendidikan Aliran Rekonstruksionisme dalamAplikasi Pendidikan.


Menurut perspektif Filsafat Pendidikan Islam meliputi tujuan pendidikan,
pendidik, peserta didik, kurikulum, dan metode pembelajaran.

1. Tujuan Pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan
perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Selain itu Tujuan
pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yangdiperlukan
untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Pendidik
Pada aliran rekonstruksionisme filsafat pendidikan Islam posisi pendidik sebagai
father of spiritual (Bapak spiritual) yang bertanggung jawab dilingkungan pertama
pendidik bagi anak-anak adalah orang tua, Kemudian di lingkungan kedua adalah
guru. Para pendidik filsafat pendidikan islam sangat bertanggug jawab pada siswa-
siswanya, karena para pendidik filsafat pendidikan Islam menganggap siswa-
siswanya seperti anaknya sendiri.

3. Pesera Didik
Rekonstruksionisme memandang peserta didik sebagai generasi muda yang sedang
tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras
untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun
masyarakat masa depan. Sedangkan filsafat pendidikan Islam memandang peserta
4
Mba Syahdu, “Tokoh-Tokoh Rekonstruksionisme” https://kknsyahdu.blogspot.com/2017/12/tokoh-tokoh-
rekonstruksionisme.html (diakses pada 16 November 2022, pukul 09.47)
didik sebagai subjek dan objek dan orang yang sedang tumbuh dewasa dalam proses
pembelajaran.

4. Kurikulum
Aliran rekonstruksionisme mengisi kurikulum dengan mata pelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum
terbentuk dari cabang-cabang ilmu social dan proses-proses penyelidikan ilmiah
sebagai metode pemecahan masalah. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sumber
ajaran dalam filsafat pendidikan Islam adalah Al-quran dan Hadits. Maka kurikulum
pun disesuaikan dengan kebutuhan manusia berdasarkan Al-quran dan hadits.

5. Metode Pembelajaran
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam
hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu Al-quran dan Hadits yang disertai pendapat
para ulama serta parafilosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari
pengalaman empirik dalam praktek kependidikan. Selain itu pencarian bahan yang
bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang
masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.

Anda mungkin juga menyukai